Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138618 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mohamad Yoesoef
"Penulisan sastra drama di Indonesia dari masa ke masa memperlihatkan perkembangan yang selaras dengan dinamika masyarakat sebagai sumber cerita yang tidak habis-habis. Setiap zaman memiliki sastra drama kanonnya sendiri-sendiri sekaligus merepresentasikan bentuk dan isi yang mencirikan semangat zaman. Demikian pula dengan sastra drama karya Akhudiat yang dibuat pada tahun 1970-an. Karya-karyanya sebagaimana juga karya penulis lain sezaman memperlihatkan semangat bereksperimen, baik dalam segi bentuk maupun isinya.
Penelitian ini membahas lima karya Akhudiat yang dibuat antara tahun 1972 hingga 1977, dengan berfokus pada dua karya, yaitu "Jaka Tarub" dan "Re" yang dipandang menampilkan pencapaian kreativitas Akhudiat. Dua pendekatan digunakan untuk menelaah karya-karya tersebut, yaitu pendekatan struktural digunakan untuk mendapatkan komposisi setiap karya sebagai wujud dari realisasi gagasan Akhudiat, dan dari komposisi itu diperoleh teknik pengaransemenan yang berpola. Pola tersebut dalam tataran struktur, yaitu pola dramatik, pola bahasa, dan pola permainan. Selain komposisi secara struktural, karya-karya Akhudiat juga mengandung unsur tekstural, berupa musik dan gerak, yang membangun dramatik secara signifikan. Di samping masalah komposisi, pendekatan intertekstualitas terhadap karya-karya Akhudiat itu untuk menunjukkan jalinan antarteks yang membangun pemaknaan di pembaca. Pola hubungan transtekstualitas pada karya-karya tersebut memperlihatkan jenis hubungan antarteks berupa intertekstualitas, paratekstualitas, metatekstualitas, dan hipertekstualitas yang diwujudkan dalam berbagai tataran baik struktur maupun tekstur.

From time to time, the writing of drama in Indonesian literature has shown a development which is consistent with the dynamics of Indonesian community as its inexhaustible source of stories. Every era has its disciplinary canons of literary drama on their own as well as representing the form and content that characterizes the spirit of its age. Similarly, the literary dramas of Akhudiat's which were composed in the 1970s, as well as contemporary works by other authors in the respective era, show the spirit of experimentation, both in terms of form and content.
This study discusses Akhudiat five works which were written between 1972 to 1977, with a focus on two of his works, namely "Jaka Tarub" and "Re," which are perceived as a notable achievement of Akhudiat's creativity. Two approaches are used to examine these works. Firstly, the structural approach is used to obtain the composition of each work as a manifestation of the realization of Akhudiat's ideas, from which the patterned arrangement techniques are identified. The patterns studied at the structural level are the dramatic patterns, pattern of languages, and the pattern of the game. In addition to structural composition, Akhudiat's works also contain textural elements, such as music and movement, which build up the dramatic scenes significantly. Secondly, in addition to the structural approach, intertexuality approach is used since Akhudiat's works demonstrate intertextual fabrics which further develop readers-process of meaning-making. Transtextuality relationship patterns in those works also reflect the types of intertextual relations in the forms of intertextuality, paratextuality, metatextuality, and hypertextuality which are embodied in various levels, especially structure and texture.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2013
D1484
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Yoesoef
Jakarta: Wedatama Widya Sastra, 2007
899.22 YOE s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yoelia Maretta Pratiwi
"Dua teks artikel VOGUE Germany berjudul Frankfurt Fashion Week: Drei wichtige Looks – und was sie für den neuen Modestandort bedeuten (Frankfurt Fashion Week: Tiga penampilan yang penting – dan apa artinya untuk lokasi fashion show baru) dan Berlin Fashion Week 2023: 7 bewegende und modische Momente der deutschen Modewoche (Berlin Fashion Week: 7 momen yang emosional dan modis di pekan mode Jerman) diduga memiliki relasi antarteksnya. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan intertekstualitas yang terjadi pada kedua teks tersebut meliputi persamaan, perbedaan, dan hipogram yang terdapat dalam teks. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif kajian intertekstualitas oleh Julia Kristeva (1980) dan analisis teks linguistik oleh Klaus Brinker (1988). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua teks memiliki tema yang sama, urutan kata yang sama, pola kalimat yang mirip, sudut pandang orang yang sama, adanya persamaan kalimat, perujukan, dan jenis teks yang sama. Perbedaan pada kedua teks terletak pada latar, perbedaan urgensi unggahan, penggunaan kalimat, dan kuantitas teks. Teks 1 merupakan hipogram untuk teks 2. Kedua teks juga dapat dipengaruhi teks lain sehingga kedua teks dapat menjadi landasan penelitian selanjutnya yang lebih luas dan memperluas analisis intertekstualitas serta melihat keterhubungan yang lebih kompleks.

Two VOGUE Germany articles titled Frankfurt Fashion Week: Drei wichtige Looks – und was sie für den neuen Modestandort bedeuten (Frankfurt Fashion Week: Three important looks – and what they mean for the new fashion show location) and Berlin Fashion Week 2023: 7 bewegende und modische Momente der deutschen Modewoche (Berlin Fashion Week 2023: 7 touching and stylish moments of the German fashion week) are suspected to have intertextual relations. This research explores the intertextuality that occurs in these two texts, including similarities, differences, and the hypogram within the texts. The research adopts a descriptive qualitative research method with a focus on intertextuality from Julia Kristeva and linguistic text analysis from Klaus Brinker. Both texts share the same theme, word order, similar sentence patterns, the same first-person perspective, and exhibit similarities in sentences, references, and text type. The differences between the two texts lie in the background, posting urgency, sentence usage, and quantity of text. Text 1 serves as a hypogram for Text 2. Both texts can also be influenced by other texts, allowing them to serve as a foundation for further research that is broader in scope, expanding intertextual analysis and examining more complex interconnections."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yoelia Maretta Pratiwi
"Dua teks artikel VOGUE Germany berjudul Frankfurt Fashion Week: Drei wichtige Looks – und was sie für den neuen Modestandort bedeuten (Frankfurt Fashion Week: Tiga penampilan yang penting – dan apa artinya untuk lokasi fashion show baru) dan Berlin Fashion Week 2023: 7 bewegende und modische Momente der deutschen Modewoche (Berlin Fashion Week: 7 momen yang emosional dan modis di pekan mode Jerman) diduga memiliki relasi antarteksnya. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan intertekstualitas yang terjadi pada kedua teks tersebut meliputi persamaan, perbedaan, dan hipogram yang terdapat dalam teks. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif kajian intertekstualitas oleh Julia Kristeva (1980) dan analisis teks linguistik oleh Klaus Brinker (1988). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua teks memiliki tema yang sama, urutan kata yang sama, pola kalimat yang mirip, sudut pandang orang yang sama, adanya persamaan kalimat, perujukan, dan jenis teks yang sama. Perbedaan pada kedua teks terletak pada latar, perbedaan urgensi unggahan, penggunaan kalimat, dan kuantitas teks. Teks 1 merupakan hipogram untuk teks 2. Kedua teks juga dapat dipengaruhi teks lain sehingga kedua teks dapat menjadi landasan penelitian selanjutnya yang lebih luas dan memperluas analisis intertekstualitas serta melihat keterhubungan yang lebih kompleks.

Two VOGUE Germany articles titled Frankfurt Fashion Week: Drei wichtige Looks – und was sie für den neuen Modestandort bedeuten (Frankfurt Fashion Week: Three important looks – and what they mean for the new fashion show location) and Berlin Fashion Week 2023: 7 bewegende und modische Momente der deutschen Modewoche (Berlin Fashion Week 2023: 7 touching and stylish moments of the German fashion week) are suspected to have intertextual relations. This research explores the intertextuality that occurs in these two texts, including similarities, differences, and the hypogram within the texts. The research adopts a descriptive qualitative research method with a focus on intertextuality from Julia Kristeva and linguistic text analysis from Klaus Brinker. Both texts share the same theme, word order, similar sentence patterns, the same first-person perspective, and exhibit similarities in sentences, references, and text type. The differences between the two texts lie in the background, posting urgency, sentence usage, and quantity of text. Text 1 serves as a hypogram for Text 2. Both texts can also be influenced by other texts, allowing them to serve as a foundation for further research that is broader in scope, expanding intertextual analysis and examining more complex interconnections."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Putu Putri Santa Widari
"Skripsi ini membahas tentang fenomena intertekstualitas dalam pembentukan teks video game Final Fantasy XV melalui analisis pembacaan intertekstual. Penelitian ini bertujuan untuk melihat intertekstualitas antara game Final Fantasy XV dengan beberapa game terkenal dan sukses di pasaran, seperti The Witcher 3: Wild Hunt dan Grand Theft Auto V, dengan beberapa landskap di dunia nyata yang sebagian besar berasal dari berbagai wilayah di luar Jepang, dan lain-lain sejalan dengan motif ekonomi Square Enix di zaman globalisasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat intertekstualitas antara konten Final Fantasy XV dengan konten The Witcher 3: Wild Hunt, Grand Theft Auto V, landskap di dunia nyata, hingga berbagai produk lainnya yang sebagian berasal dari luar Jepang. Dalam proses pengembangan Final Fantasy XV, terjadi penurunan tren pemain konsol di Jepang, sebab orang-orang Jepang cenderung memilik game yang mudah dibawa ke mana saja. Oleh karena itu, Square Enix mengubah fokus pasarnya ke luar Jepang, dan memasukkan konten-konten yang dekat dan sudah terkenal di kalangan pemain luar Jepang ke dalam Final Fantasy XV. Hal ini bertujuan untuk memunculkan familiaritas, sehingga para pemain tidak perlu bersusah payah memahami konten-konten baru dalam memainkan Final Fantasy XV. Selain itu, keseriusan Square Enix dalam memasarkan Final Fantasy XV ke luar Jepang juga dapat dilihat dari beberapa bentuk promosi khusus yang dilakukan Square Enix ke luar Jepang.

This study discusses the phenomenon of intertextuality in the making of Final Fantasy XV video game text through intertextual reading analysis. This study aims to look at the intertextuality between Final Fantasy XV game with some well known and successful games on the market, such as The Witcher 3 Wild Hunt and Grand Theft Auto V, with several landscapes in the real world mostly from different regions outside of Japan, and with others in line with Square Enix 39 s economic motives in the globalization era. The result shows that there is intertextuality between Final Fantasy XV content and The Witcher 3 Wild Hunt content, Grand Theft Auto V content, landscape in the real world, and various other products which are originated from outside Japan. In the process of developing Final Fantasy XV, there was a decline in the trend of console players in Japan, because the Japanese tend to have a game that is easy to carry anywhere. Square Enix, therefore, shifted its market focus to outside of Japan, and incorporated close and well known contents among players outside of Japan into Final Fantasy XV. It was aimed to bring familiarity, so players do not have to bother to understand the new content in playing Final Fantasy XV. In addition, Square Enix 39 s seriousness in marketing Final Fantasy XV out of Japan can also be seen from some form of special promotions that Square Enix made outside of Japan.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Kriswanto
"Bismaprawa adalah sebuah codex unicus berasal dari koleksi naskah Merapi-Merbabu yang ditulis sekitar tahun 1669 M. Penelitian ini bertujuan menyajikan Bismaprawa sebagai codex unicus ke dalam edisi teks dan mengeksplorasi aspek kebahasaan untuk menentukan ragama bahasa Bismaprawa serta memperlihatkan intertekstualitas Bismaprawa dengan Adiparwa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu metode dalam rangka edisi teks dan metode dalam rangka analisis teks. Edisi teks codex unicus dilakukan dengan menyajikan teks dalam edisi diplomatik dan edisi kritik disertai terjemahan.
Analisis aspek kebahasaan Bismaprawa menunjukkan bahwa bahasa Bismaprawa adalah bahasa Jawa Kuno dengan ragam Merapi-Merbabu, tempat Bismaprawa ditulis. Bahasa Jawa Kuno ragam Merapi-Merbabu menunjukkan ciri-ciri bahasa Jawa Kuno yang mendapat pengaruh bahasa Jawa. Analisis aspek intertekstualitas Bismaprawa dengan Adiparwa dilakukan berdasarkan tokoh dan tempat serta peristiwa. Analisis tersebut menunjukkan bahwa meskipun Bismaprawa bersumber pada Adiparwa, namun beberapa tokoh dan tempat maupun peristiwa tidak ditemukan dalam Adiparwa. Dengan demikian intertekstualitas Bismaprawa dengan Adiparwa melahirkan penciptaan kembali dengan memunculkan unsur baru yang tidak ditemukan dalam teks sumber.
Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa untuk menangani naskah codex unicus seperti Bismaprawa memerlukan dua tahap edisi yaitu diplomatik dan kritik. Penciptaan teks Bismaprawa dapat dipandang sebagai upaya pembaca sekaligus penulis dalam rangka menafsirkan Adiparwa sebagai teks sumber. Usaha penafsiran dengan munculnya unsur baru dianggap mewakili sebuah tradisi pewarisan teks yang hidup sesuai dengan situasi masyarakat pendukungnya.

Bismaprawa is a codex unicus originated from Merapi-Merbabu manuscripts written around 1669 AD. This study aims to present a Bismaprawa as codex unicus into text editions and to explore the aspects of language to specify the language diversity of Bismaprawa and also to demonstrate intertextuality Bismaprawa with Adiparwa. The method used in this research is divided into two methods, that is methods for text edition and methods for text analysis. Codex unicus text edition is done by presenting the text in a diplomatic edition and critical edition with translation.
Analysis of language aspects of Bismaprawa shows that Bismaprawa uses Old Javanese with a variety of Merapi-Merbabu, the place where Bismaprawa was written. Old Javanese on Merapi-Merbabu variety shows characteristics of Old Javanese language under the influence of Java language. Analysis of intertextuality aspects of Bismaprawa with Adiparwa performed by the characters, places and events. The analysis shows that despite Bismaprawa rooted in Adiparwa, but some of characters, places and events are not found in Adiparwa. Thus, intertextuality Bismaprawa with Adiparwa produce re-creation by generating a new element which is not found in the source text.
The conclusion of this study is that to deal with codex unicus manuscript like Bismaprawa require two stages editions, that is diplomatic and criticism editions. The creation of Bismaprawa can be seen as an attempt of reader and writer in order to interpret Adiparwa as the source text. Interpretive effort with the advent of a new element is considered to represent a tradition of text inheritance that remain according to the situation of supporters.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
T46647
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Harefa, Christiara Adinda
"Rangkaian pengalaman pahit yang dihadapi Albert Camus mengarahkannya pada pemikiran absurditas mengenai pertanyaan akan makna hidup manusia di tengah penderitaan yang tidak tentu akhirnya. Absurditas memaksa manusia untuk memilih jalan keluar yang diinginkannya; bunuh diri atau pemberontakan. Pemikiran mengenai absurditas itu kemudian disampaikan oleh Albert Camus dalam karyanya berjudul Le Malentendu. Drama ini memperlihatkan impian yang dimiliki tokoh Martha sebagai tokoh utama, serta absurditas yang dihadapinya karena penolakan dari ibunya. Kajian atas struktur alur drama yang menggunakan model piramida Gustav Freytag memperlihatkan bahwa dalam rangkaian babak drama Le Malentendu terdapat keterkaitan antara kebahagiaan yang sebenarnya sudah dimiliki Martha dan absurditas yang lahir dari kebahagiaan tersebut. Pada bagian akhir disimpulkan bahwa drama Le Malentendu menunjukkan bahwa kebahagiaan dan absurditas saling berlawanan sekaligus saling berkaitan.

The bitterness of life which Albert Camus has undergone led him to an idea of the absurdity that questions the meaning of life in the midst of sufferings that knows the end. Absurdity compels someone to choose a way out committing suicide or going against it revolting. Camus then brought the idea of absurdity, Le Malentendu, one of his plays. It shows the dream of Martha, the main character, and the absurdity she has to face because of her mother rsquo s rejection. The study of dramatic structure using Freytag rsquo s Pyramid model shows that the sequences of drama rsquo s chapters reflect a connection between Martha rsquo s happiness that she already has and the absurdity that occured. In the conclusion, it shows that both happiness and absurdity in Le Malentendu are contradictory, yet related to each other.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997
899.221 2 RAS
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gita Ramadhani
"Penelitian ini membahas intertekstualitas yang ada di antara serial anime Bungo Stray Dogs (2016) dan novel Ningen Shikkaku「人間失格」(1948) karya Dazai Osamu. Kemudian, latar belakang dari adanya hubungan di antara kedua karya sastra tersebut akan dianalisis dengan mengambil sudut pandang sang pengarang serial Bung? Stray Dogs, yaitu Kafka Asagiri. Penelitian ini menggunakan konsep intertekstualitas yang dikembangkan oleh Julia Kristeva dan Michael Riffaterre untuk menganalisis data, yaitu konsep yang mengemukan bahwa sebuah karya pasti memiliki hubungan dengan karya lainnya. Dengan menggunakan metode analisis intertekstualitas yang disampaikan oleh Julia Kristeva, analisis dilakukan dengan berfokus kepada salah satu karakter di kedua karya, yaitu Oba Yozo dari Ningen Shikkaku dan Dazai Osamu dari Bungo Stray Dogs. Baik melalui visualisasi maupun dialog antar tokoh, peneliti menemukan adanya tanda-tanda intertekstualitas di antara kedua karya yang sebagian besar ditunjukkan melalui kebiasaan yang dimiliki kedua karakter. Lebih jauh lagi, ditemukan juga perbedaan-perbedaan di antara intertekstualitas yang telah ditemukan. Penelitian ini menemukan intertekstualitas yang tidak utuh atau parsial dalam Bungo Stray Dogs yang ditunjukkan dengan penggambaran karakter Dazai Osamu yang tidak sepenuhnya sama dengan Oba Yozo. Melalui penelaahan dari sudut pandang pengarang, diketahui bahwa intertekstualitas tersebut dihadirkan untuk menghormati sastrawan-sastrawan besar yang dijadikan sebagai referensi dengan cara menggambarkan mereka sebagai karakter yang memiliki kehidupan yang lebih baik. Di sisi lain, sastrawan besar tersebut juga dipandang perlu untuk ditampilkan sebagai sosok-sosok yang dapat lebih diterima dalam budaya populer kontemporer.

This research examines the intertextuality between the anime series Bungo Stray Dogs (2016) and the novel Ningen Shikkaku「人間失格」(1948) by Dazai Osamu. Subsequently, the background of the relationship between the two literary works will be analyzed from the perspective of the author of Bung? Stray Dogs, Kafka Asagiri. This study utilizes the concept of intertextuality developed by Julia Kristeva and Michael Riffaterre to analyze the data, which is a concept that suggests that a work inevitably has connections with other works. By employing the method of intertextual analysis presented by Julia Kristeva, the focus is placed on one character from each work, namely Oba Yozo from Ningen Shikkaku and Dazai Osamu from Bungo Stray Dogs. Through both visual and dialogue analysis, the researcher discovers signs of intertextuality between the two works, primarily demonstrated through shared characteristics and habits of the two characters. Furthermore, differences in the identified intertextuality are also found. This research reveals a partial or incomplete intertextuality in Bung? Stray Dogs, as evidenced by the portrayal of Dazai Osamu, which is not entirely identical to Oba Yozo. From the author's perspective, it is understood that this intertextuality is presented to pay homage to renowned writers used as references by depicting them as characters with improved lives. Additionally, these acclaimed authors are also portrayed as figures that can be more accepted in contemporary popular culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mohamad Wahyu Hidayat
"

Naskah Serat Wirid Riwayat Jati merupakan naskah jenis piwulang beraksara Jawa, yang berbentuk gancaran atau prosa. Naskah tersebut merupakan koleksi perpustakaan Reksa Pustaka, Pura Mangkunegaran, Surakarta. Teks berisi berbagai ajaran mistik Islam kejawen. Hal tersebut membuka peluang untuk mengkaji hubungan intertekstualitas dengan teks-teks yang diduga menjadi teks acuannya atau hipogram. Teks yang diduga menjadi hipogram Serat Wirid Riwayat Jati, antara lain Serat Wirid Hidayat Jati, Wirid Para Wali, Serat Panatagama dan Suluk Malang Sumirang. Kajian tentang hubungan intertekstualitas dalam naskah-naskah bergenre piwulang mistik belum banyak dilakukan. Penelitian ini menggunakan dua pendekatan. Pertama, pendekatan filologi untuk menyajikan edisi teksnya. Kedua, kajian intertekstualitas untuk menganalisis bentuk keterkaitan antarteks dalam naskah. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terungkap bahwa bentuk transformasi teks-teks hipogram pada naskah Serat Wirid Riwayat Jati terdiri atas empat bentuk, yakni ekspansi, modifikasi, ekserp, dan konversi. Selain itu, terungkap posisi naskah Serat Wirid Riwayat Jati dalam kepustakaan naskah mistik sebagai naskah sintesis dan ideologi penulis teks dalam menciptakan naskah tersebut.


Serat Wirid Riwayat Jati manuscript is a piwulang script that literated Javanese and presented in prose. This script was showed as a collection of Reksa Pustaka library in Pura Mangkunegaran, Surakarta. The script text contained variety of Javanese Islamic mystical teachings. That was open up oppurtunities to examine relationship between intertextuality and texts that were alleged to be reference or hypogram such as Serat Wirid Hidayat Jati, Wirid Para Wali, Serat Panatagama, and Suluk Malang Sumirang. The study of intertextuality relationships in mystical piwulang script has not been widely carried out.  This study used two approaches which were a philological approach to present the text edition and intertextuality study to analyze text linkage on the script. Based on final analysis result, there were four hypogram text transformation that was found on Serat Wirid Riwayat Jati script, such as expantion, modification, ekserp and convertion. In addition, it revealed that manuscript position in the mystical text literature as a synthetic text and the writer ideology in creating the manuscript.

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>