Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 118347 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nararia Askarningsih
"ABSTRAK
Daur ulang aluminium memiliki kuntungan dari segi lingkungan dan ekonomi
karena dapat menghemat energi sampai 95 % dalam memproduksi aluminium
sekunder. Walaupun terlihat menjanjikan, namun melebur aluminium sangat sulit
karena keberadaan lapisan oksida. Penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan
proses peleburan granulat aluminium dari municipal solid waste incineration
(MSWI) di skala laboratorium. Penelitian ini juga menginvestigasi efisiensi dan
komposisi kimia dari hasil peleburan.
Karakterisasi granulat dilakukan pada mikroskop optik. Ada tiga metode yang
dikembangkan untuk proses peleburan menggunakan NaCl-KCl dengan 2 % CaF2
sebagai salt flux dan juga anhydrous borax sebagai perbandingan hasil. Granulat
aluminium digunakan di eksperimen ini berdasarkan beratnya yang dinamakan
skala kecil, medium dan besar yang mana masing-masing memiliki berat 150, 500
gram dan 2 kg granulat. Terjadi masalah pada dapur peleburan untuk skala besar
sehingga skala ini tidak dilakukan. Untuk menginvestigasi komposisi kimia, sedikit
lelehan aluminium diambil untuk diuji dengan spark optical emission spectrometry.
Hasil percobaan menunjukkan hanya dua metode yang menghasilkan aluminium
sekunder yang baik. Metode tersebut menunjukkan bahwa viskositas molten salt
harus rendah untuk menghasilkan aluminium sekunder dengan efisiensi yang
tinggi. Komposisi kimia menunjukkan bahwa aluminium sekunder ini memiliki
inklusi Si, Fe, Cu, Mn dan Zn. Kadar Cu meningkat seiring dengan bertambahnya
waktu pengadukan dan juga mengakibatkan kadar Fe menurun akibat peningkatan
kelarutan Cu pada lelehan aluminium.

ABSTRACT
Aluminium recycling has environmental and economical benefits because it can
save until 95 % energy in producing secondary aluminium. Although it seems
promising but remelting aluminium is very tricky due to its oxide layer. This
research are intended to develop melting process of aluminium granulate come from
municipal solid waste incineration (MSWI) in a laboratory scale. Moreover, this
research also investigate the melt’s efficiency and chemical composition from
casting result.
Granulate characterization was done using optical microscopy. There are three
methods used in order to develop the best melting process. NaCl-KCl with 2 %
CaF2 was mostly used as salt flux, along with some anhydrous borax for result’s
comparison. Aluminium granulate used in the experiments were based on its weight
named small, medium and large scale contain 150, 500 grams and 2 kg granulates,
respectively. Due to problems with the experimental set up, only small and medium
furnace are presented in this research. To investigate the chemical compositions,
small amount of melts were taken to be measured with spark optical emission
spectrometry.
The result show only two methods resulting good aluminium cast block. Those
methods involve molten salt which shows that higher temperature used in the
melting process make salt’s viscosity lower and therefore resulting higher melt’s
efficiency. Chemical composition of cast aluminium shows some inclusions Si, Fe,
Cu, Mn, and Zn in cast block. Copper content gets higher throughout the increasing
of stirring time due to increasing copper solubility."
2013
T36046
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Energy and sustainability are critical factors for economic development, and this comprehensive reference provides a detailed overview and fundamental analysis of sustainability issues associated with the aluminum industry. This publication brings together articles on the concepts and application of life-cycle assessments that benchmark aluminum-industry efforts towards sustainable development. Chapters provide energy-use data for primary and secondary aluminum production and processing along with future energy saving opportunities in aluminum processing. Life-cycle assessments provide basic, factual, information on the modeling of material flow in the industry, its products, and most importantly energy savings involved with recycling. Coverage includes various scrap sorting technologies and the positive impact of lightweight aluminum in transportation and infrastructure.
"
Materials Park, Ohio: ASM International, 2007
e20451746
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Aritonang, David Fernando
"Penggunaan batubara sebagai bahan bakar utama di PLTU XYZ menghasilkan limbah berupa abu dasar (bottom ash). Dengan pertumbuhan konsumsi batubara yang signifikan, penanganan limbah ini menjadi krusial. Hingga saat ini pemanfaatan abu dasar di Indonesia masih sangat minim. Penelitian ini menjelaskan tentang peningkatan aluminium dari abu dasar dengan metode hidrometalurgi menggunakan pelindian asam sulfat (H2SO4) pada temperatur 90 oCdengan variasi konsentrasi 4, 6, dan 8 M, dan variasi waktu 2, 4, 6, dan 8 jam untuk mendapatkan kondisi paling efisien. Setelah dilakukan pelindian dilanjutkan ke proses karakterisasi ICP-OES, XRD, dan XRF. Dari karakterisasi didapatkan hasil ekstraksi Al terbesar yaitu 82,63% dan pada variabel konsentrasi 6 M dan waktu 8 jam.

The utilization of coal as the primary fuel in XYZ Power Plant generates waste in the form of bottom ash. With a significant growth in coal consumption, the management of this waste becomes crucial. The utilization of bottom ash in Indonesia remains minimal to date. This research elucidates the enhancement of aluminum extraction from bottom ash using hydrometallurgical methods involving sulfuric acid (H2SO4) leaching at a temperature of 90 °C. The study incorporates variations in acid concentration (4, 6, and 8 M) and leaching duration (2, 4, 6, and 8 hours) to attain optimal conditions. Subsequent to leaching, the material undergoes characterization through ICP-OES, XRD, and XRF analyses. The largest aluminum extraction percentage is achieved at 82,63%, under the conditions of concentration 6 M and duration 8 hours."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abiputra Prayogi
"ABSTRAK
Pemulihan material yang berasal dari bottom ash hasil pembakaran dari WtE
mempunyai dampak terhadap lingkungan dan nilai ekonomi. Dengan
mengoptimalkan proses pemulihan material, banyak material yang tidak
berguna/bernilai bisa digunakan kembali dengan tujuan yang berguna dan
menguntungkan. Pengunaan bahan kimia dihindari dalam pemulihan material yang
berguna dari bottom ash yang berasal dari WtE. Untuk menanggulangi keterbatasan
pengunaan bahan kimia, percobaan ini menggunakan prinsip perbedaan massa jenis
dari tembaga untuk memisahkan tembaga dan logam berharga lainnya. Lebih lanjut,
percobaan ini juga dimaksudkan untuk menemukan parameter terbaik untuk
digunakan dalam proses pemisahan gold pan dan juga untuk menemukan ukuran
partikel terbaik yang akan menghasilkan jumlah tembaga yang optimal dan juga
material berharga lainnya.
Proses pemulihan diawali dengan preparasi sampel yang mencakup
eliminasi dari kandungan air pada sampel, proses sieving, dan juga separasi magnet.
Proses pemisahan utama adalah proses gold pan yang akan menggunakan dua
parameter kecepatan yang berbeda dan tiga ukuran partikel yang berbeda untuk
menemukan parameter terbaik untuk material berharga yang diinginkan dari bottom
ash. Untuk mendapatkan gambar mikroskopik dari sampel, mikrosop Keyence
Optical Microscope dan Scanning Electron Microscope digunakan dalam
percobaan. Pengunaan XRF juga digunakan untuk mendapatkan komposisi kimia
dari sample.
Hasil percobaan menunjukan bahwa material yang dominan dari WtE
adalah Al, Si, Ca, dan Fe dimana S dan Cl juga ditemukan dalam jumlah yang
banyak. Material yang juga mungkin dapat digunakan kembali juga termasuk
beberapa material ferromagnetic (Cr, Co, dan Ni) dan material tersebut juga bisa
ditemukan dalam bentuk alloying dengan Fe. Material Diamagnetic atau
Paramagnetic (Mg, Ti, Cu, dan Zn), terlebih lagi Cu dapat ditemukan dalam bentuk
metallic fraction dengan bentuk menyerupai kabel dan juga mebentuk alloy dengan
Zn membentuk Cu-Zn atau kuningan. Material yang disebutkan diatas mempunyai
nilai ekonomi di pasar dunia.

ABSTRACT
Material recovery from a municipal solid waste incineration bottom ash has
an environmental and economical value. By optimizing the recovery process, many
of the today not used materials will be able to be reused in many beneficial and
advantageous purposes. Usage of a harmful chemical substance is avoided for the
purpose of a recovery of the useful material from the waste-to-energy (WtE) plant
bottom ash. To overcome the chemical prohibition, this research used a difference
in the density of copper to differentiate the copper and another valuable material
from the others. Moreover, this research also investigates the best parameter to be
used in the gold pan process and also the optimal particle size that will result in the
optimal amount of copper and other valuable material being restored.
The recovery process started with the sample preparation including the
elimination of water content, sieving, and magnetic separation. The primary
separation process is the gold pan process which will be conducted in two different
speed parameter and three different particle size to find the best parameter for any
valuable material from the WtE plant bottom ash sample. To obtain the microscopic
image of the sample, Keyence Optical Microscope and Scanning Electron
Microscope (SEM) are being used. XRF are being used to obtain the chemical
composition of the sample.
The results show that the most dominant material in the WtE plant bottom
ashes are Al, Si, Ca, and Fe while S and Cl are also found in a high amount. The
other possible material to be recovered including ferromagnetic material (Cr, Co,
and Ni) these elements might be finds as alloying element with Fe. Diamagnetic or
paramagnetic metal (Mg, Ti, Cu, and Zn), mostly Cu collected as metallic fraction
in the form of wire and also in alloy with Zn as metallic Cu-Zn or brass. All of the
above-mentioned material are valuable and have an economic value in the market
"
2016
T46357
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mekkadinah
"Pembangunan dan pertambahan penduduk di Indonesia yang meningkat mendorong peningkatan kebutuhan listrik, yang saat ini masih didominasi pasokan dari sumber PLTU batubara hingga lebih dari 50%. Pengoperasian PLTU batubara menghasilkan limbah fly ash dan bottom ash (FABA) dengan volume timbulan yang sangat besar, namun pengelolaan limbah FABA ini belum sesuai dengan prinsip tingkatan pengelolaan limbah industri yang mengutamakan daur ulang (recycle). Pemanfaatan sudah dilakukan oleh PLTU, namun hanya mampu mengolah 0,11%. Penelitian ini menganalisis kandungan radionuklida dan komposisi kimia limbah FABA melalui analisis komparatif deskriptif dan analisis cost effectiveness, untuk mendapatkan jenis pemanfaatan dan biaya pengelolaan yang efektif dan mampu meningkatkan pemanfaatan dengan menerapkan circular economy. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemanfaatan untuk aplikasi sederhana seperti paving block menjadi pilihan paling efektif, dengan biaya pengelolaan Rp295.488,00/ton limbah FABA. Kandungan radionuklida yang kecil dalam FABA, meyakinkan pemanfaatan aman untuk aplikasi konstruksi di masyarakat dengan melibatkan masyarakat, sehingga dapat mendorong pemanfaatan 3.240 ton limbah FABA pertahun yang dikelola oleh 1 kelompok usaha yang beranggotakan 6 orang sebagai penerapan circular economy, dan dapat membuka usaha baru juga peluang kerja bagi masyarakat sekitar PLTU batubara.

Population growth and increased development in Indonesia encourages increased demand of electricity, which is currently still dominated by supply from coal-fired power plants, reaching 50%. The operation of a coal-fired power plant produces fly ash and bottom ash (FABA) waste with a very large volume of generation, but the management of this FABA waste is not in accordance with the principles of industrial waste management that prioritizes recycling. PLTU has recycle the FABA waste, but it is only able to process 0.11%. This study analyses the radionuclide content and chemical composition of FABA waste through descriptive comparative analysis and cost-effectiveness analysis, to obtain the types of utilization and management costs that are effective and able to increase usage by implementing a circular economy. This research reflects the fact that utilization for simple applications such as paving blocks is an effective option, with a management cost of Rp295,488.00/tonne of FABA waste. The small radionuclide content in FABA ensures safe use for construction applications in the community by involving the community, so that it can encourage the use of 3.240 ton per year of FABA with a circular economy and can open new businesses as job opportunities for the community around coal fired power plant. "
Depok: Sekolah Ilmu Lingkungan Uiniversitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldo Renaldy
"Kebakaran hutan dan lahan merupakan fenomena yang acap kali terjadi di dunia, termasuk di Indonesia. Kebakaran ini menimbulkan emisi yang sangat besar. Sebagai contoh, Karhutla di Indonesia pada tahun 1997 diperkirakan melepas karbon ke atmosfer sebesar 0.81 sampai 2.57 Gt, atau setara dengan 13-40% emisi karbon dari bahan bakar fossil tahunan (Page, et al., 2002). Namun, angka ini sedang dikaji ulang oleh para peneliti karena adanya overestimation pada emission factor yang digunakan oleh IPCC, dan emisi karbon ekuivalen yang dihasilkan Indonesia pun diperkirakan 19% lebih sedikit dari apa yang diperkirakan oleh IPCC. (Erianto Indra Putra, 2016). Dampak dari emisi ini berakibat buruk bagi manusia karena selain mengurangi kualitas udara yang dapat mengakibatkan kerusakan sistem pernafasan, bahkan partikulat yang berterbangan bisa membuat penerbangan regional dan internasional tidak dapat beroperasi. Penelitian kali ini bertujuan untuk mencari tahu korelasi dari pengaruh luasan kebakaran gambut dengan emisi (CO dan PM) yang dihasilkan. Dari penelitian ini, didapat kecepatan persebaran luas rata-rata sebesar 3.27 cm2 per menit, angka flux antara CO dan area kebakaran sebesar 1.708 CO ppm/cm2, dan partikulat memiliki pembacaan yang cenderung konstan selama perambatan antara 25,000 µg/m3 hingga 50,000 Aµg/m3.
Forest and land fire are phenomenon that happens around the world, and that includes Indonesia. This fire produces a large amount of emission. For an example, forest fire in Indonesia on year 1997 were predicted releasing around 0.81 up to 2.57 Gt of carbon into the atmosphere, or equivalent of 13-40% carbon emission from fossil fuel annually (Page, et al., 2002). But this number is currently re-evaluated by researchers since there has been an overestimation on the emission factor used by IPCC, and carbon equivalent measurements may have been 19% less than what current IPCC emission factors indicate.Namun, angka ini sedang dikaji ulang oleh para peneliti karena adanya overestimation pada emission factor yang digunakan oleh IPCC, dan emisi karbon ekuivalen yang dihasilkan Indonesia pun diperkirakan 19% lebih sedikit dari apa yang diperkirakan oleh IPCC. (Erianto Indra Putra, 2016) Emission leads to many consequences for humans, because the emisison lowers the air quality index that leads to respiratory issues, and the particulates flying around can also leads to both regional and international flights unable to operate. This research purposes are to study the type and pattern of the emission produced by the peat fire and to finds the correlation between smoldering spread area and emission (CO and PM) produced. The results show that the smoldering spread rate area is 3.27 cm2 per minutes, flux of CO and smoldering spread area is 1.708 CO ppm/cm2, and a constant reading of particulates around 25,000 Aµg/m3 up to 50,000 Aµg/m3."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Muhammad Farhan Fadhila
"Jumlah limbah sangat meningkat setiap hari di masa ini. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengolah limbah. Salah satu metode yang paling populer adalah dengan cara membakarnya. Insinerator menghasilkan abu dasar yang mengandung mineral berharga yang dapat diekstraksi kembali dan didaur ulang. Berbagai ukuran dihasilkan dari insinerator, meskipun tujuannya di sini adalah untuk mendapatkan ukuran butiran terbaik dari abu yaitu antara 0,25 – 0,5 mm. Untuk mendapatkan efisiensi yang maksimal dalam meningkatkan pemulihan mineral berharga, khususnya besi pada tesis ini, harus dilakukan kominusi terlebih dahulu, karena ini adalah metode yang meningkatkan derajat pembebasan butir. Pengayakan, klasifikasi, dan pemisahan dilakukan secara bertahap. Jenis pemisahan harus berupa pemisahan magnetik karena tujuan tugas akhir ini adalah untuk meningkatkan kandungan besi dari suatu IBA. Setelah semua persiapan selesai, maka bahan tersebut dapat dilebur untuk melihat berapa banyak besi yang dapat diperoleh kembali dari suatu sampel.

The amount of wastes are tremendously increasing with each passing day in the modern world. There are many possible ways to process wastes treatment. One of the most popular method is incinerating them. The incinerators produce bottom ash that contains valuable minerals that can be re-extracted and recycled. Various sizes are produced from the incinerator, although the aim here is to find the best grain size from the ash that is between 0.25 – 0.5 mm. To properly obtain the maximum efficiency in enhancing the recovery of valuable minerals, specifically iron on this thesis, comminution must be done beforehand, as this is a method that increases the grain’s degree of liberation. Sieving, classification, and separation are done step-by-step. The type of separation must be magnetic separation as the goal of this thesis is to increase the iron content from an IBA.  Once all preparation are done, then the material can be melted in order to see how much iron can be recovered from a sample."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fernanda Taufiq
"Dendrophthoe pentadra L. (Miq.) merupakan tumbuhan parasit yang dapat tumbuh pada banyak inang. D. pentandra dikenal dari potensi bioaktivitasnya. Namun tingkat bioaktivitas tumbuhan tersebut bervariasi sesuai dengan komposisi fitokimianya. Komposisi fitokimia tumbuhan parasit dapat dipengaruhi oleh spesies inang. Namun, masih sedikit penelitian yang membandingkan komposisi fitokimia D. pentandra yang diisolasi dari tanaman inang yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi ekstrak D. pentandra dan membandingkan komposisi fitokimia D. pentandra menurut spesies inangnya. Empat sampel D. pentandra yang diperoleh dari empat inang berbeda Bauhinia purpurea, Albizia saman, Stelechocarpus burahol, dan Annona squamosa diekstraksi dalam pelarut methanol, dan fitokimianya dideteksi menggunakan mass spectrometry (MS). Hasil deteksi MS menunjukkan empat flavonoid: quercetine-3-O-rhamnoside, derivat quercetin, derivat kaempferol, dan myricetin-3-O-rhamnosida. Komposisi flavonoid berbeda pada setiap sampel, kecuali quercetin-3-O-rhamnoside yang terdapat pada semua sampel. Intensitas keempat flavonoid juga bervariasi pada semua sampel terutama quercetin-3-o-rhamnosida yang dijumpai pada semua sampel dan memiliki intensitas paling tinggi hingga rendah yaitu pada sampel D. pentandra dengan inang Stelechocarpus burahol, Annona squamosa, Alibizia saman, dan Bauhinia purpurea. Hasil ini menunjukkan bahwa spesies inang dapat mempengaruhi komposisi dan konsentrasi fitokimia pada D. pentandra.

Dendrophthoe pentadra L. (Miq.) is a parasitic plant that grows on many hosts. It has been known for its potential bioactivity. However, the level of its bioactivity is varied according to the composition of its phytochemicals. Phytochemical composition of a parasitic plant can be affected by the host species. However, there are less study comparing the phytochemical composition of D. pentandra isolated from different host plants. The aim of this study was to investigate the composition of D. pentandra extracts and compare the phytochemical composition of D. pentandra according to the host species. Four D. pentandra samples obtained from four different hosts (Bauhinia purpurea), Albizia saman, Stelechocarpus burahol, and Annona squamosal were extracted, and the phytochemicals were detected using mass spectrometry (MS). The result of MS detection indicated four flavonoids: quercetine-3-O-rhamnoside, a quercetine derivative, a kaempferol derivative, and myricetine. The composition of flavonoids was different on each sample, except for quercetin-3-O-rhamnoside which was found in all samples. The intensity of the four flavonoids also varied in all samples, especially quercetin-3-o-rhamnoside which was found in all samples and had the highest to low intensities, namely in the D. pentandra sample with Stelechocarpus burahol, Annona squamosa, Alibizia saman, and Bauhinia purpurea as hosts. This result indicated that host species might affect the composition and the concentration of phytochemicals in D. pentandra."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>