Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 199525 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elisa Carolina Marion
"ABSTRAK
Dalam penelitian ini, penulis akan membahas mengenai fenomena penggunaan yakushokumeishoo dan keigo sebagai bagian dari kerangka honorifics yang dilihat dengan konsep power distance dalam komunikasi di perusahaan Jepang. Keigo yang dimaksud adalah penuturan bahasa sopan, atau bahasa hormat, sedangkan honorifics adalah dalam arti luas, merupakan suatu sistem komunikasi bahasa yang bermakna sopan, hormat dan merendahkan diri. Penulis membatasi penelitian pada pembahasan mengenai fenomena penggunaan Yakushokumeishoo dan Keigo sebagai bagian dari kerangka honorifics yang dilihat dengan konsep power distance dalam komunikasi di perusahaan Jepang, oleh karyawan perusahaan Jepang di daerah Kansai, Jepang.
Dari kuisioner dan wawancara didapatkan hasil bahwa bentuk sapaan yang digunakan oleh karyawan terhadap atasan ketika berkomunikasi di dalam perusahaan adalah bentuk panggilan jabatan, nama keluarga+san. Dari hasil ini menunjukkan bahwa di Jepang sudah mulai terjadi perubahan terhadap penggunaan bentuk sapaan terhadap atasan, dari sebelumnya adalah panggilan jabatan, sekarang muncul panggilan biasa yaitu “-san”. Bentuk panggilan ini tidak berpengaruh terhadap jauh dekatnya jarak emosional dari bawahan terhadap atasan. Karyawan Jepang bisa menyampaikan pendapat dan ketidaksetujuan meskipun menggunakan panggilan jabatan. Sebaliknya ada pula responden yang menggunakan bentuk panggilan biasa yaitu nama keluarga+san namun mereka tidak bisa menyampaikan pendapat atau ketidaksetujuan terhadap atasan.

ABSTRACT
In this study, the authors will discuss about the phenomenon of the use of yakushokumeishoo and keigo, as part of the framework of honorifics that are seen with the concept of power distance in communications in the Japanese company. Keigo is a polite form in Japanese. And honorifics is in a broader sense, is a system of communication language which means polite, respectful and humble themselves. Authors restrict the discussion of research on the phenomenon of use of yakushokumeishoo and keigo as part of the framework of honorifics are seen with the concept of power distance in communication in Japanese companies, by employees of Japanese companies in the Kansai region, Japan. From questionnaires and interviews showed that the shape of address forms used by the employee to the superior when communicating in the office is address forms related with position, last name + san. This result shows that Japan have started a change to the use of address forms to the superior, from address forms related with position, now appear normal call is "-san". The shape of this address forms has no effect on emotional distance from subordinates to superiors. Japanese employees can express their opinions and disagreements despite using address forms which related with position. Instead there are also respondents who use form of the surname + san, but they could not express an opinion or disagreement to superiors."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ariestyani Wahyu Perwitasari
"Penelitian mengenai fungsi keigo ini dilakukan dengan menggunakan metodeDeskriptif di dalam penelitian kepustakaan dan menggunakan bahan pengajaran visual yaitu video dengan judul Bideo Koza Keigo no Taiga Hyogen sebagai sumber data. Data yang dianalisis adalah data percakapan aisatsu (ucapan salam) dan ayamaru (minta maaf). Data percakapan dalam video tersebut kemudian dianalisis dengan menerapkan teori Leo Loveday mengenai fungsi penggunaan keigo. Leo Loveday mengemukakan bahwa selain sebagai penanda inferioritas/superioritas, keigo juga berfungsi untuk menyoroti perbedaan gender, mengekspresikan formalitas dalam keadaan terpaksa; mencirikan lawan bicara sebagai anggota kelompok atau individu diluar kelompok; untuk tujuan gaya bahasa, misalnya sarkasme, cercaan, dan humor; mentsu wo mamoru; mencari bantuan atau perlindungan; memberikan pesan khusus seperti rasa terima kasih; melindungi wilayah individu dan privasi; mendekorasi pertukaran bisnis dan jasa; mengindikasikan kehalusan budi bahasa pembicara; dan sebagai penanda kelompok sosial.Permasalahan dalam skripsi ini adalah penggunaan keigo dalam Bideo Koza Keigo no Taiga Hyogen khusus mengenai penggunaan aisatsu (ucapan salam) dan ayamaru (minta maaf). Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mencari fungsi penggunaan keigo yang terdapat daiam Bideo Koza Keigo no Taiga Hyogen.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa fungsi penggunaan keigo dalam Bideo Koza Keigo no Taiga Hyogen pada data percakapan aisatsu adalah: 1) sebagai penanda inferioritas/superioritas dan 2) menyoroti perbedaan gender. Sedangkan fungsi penggunaan keigo daiam Bideo Koza Keigo no Taiga Hyogen pada data percakapan ayamaru (minta maaf) adalah I) sebagai penanda inferioritas/superioritas dan 2) mencirikan lawan bicara sebagai anggota kelompok atau individu di Iuar kelompok. Kesimpulan ini diperoleh dari hasil analisis data percakapan individu-individu yang muncul dalam video. Ungkapan-ungkapan yang digunakan individu_individu tersebut dianalisis dengan memperhatikan variabel yang mempengaruhi penggunaan keigo, antara lain: status sosial, perbedaan usia, perbedaan gender, situasi, dan keanggotaan kelompok yang disajikan dalam bentuk tabel. Dari tabel tersebut bisa dilihat bagaimana pola hubungan individu-individu yang muncul daiam video. Dari hasil analisis data aisatsu (ucapan salam) dan ayamaru (minta maaf) dalam Bideo Koza Keigo no Taiga Hyogen, bisa diketahui bahwa individu di luar kelompok mendapat prioritas daiam penggunaan keigo dibandingkan dengan anggota kelompok. Dan di dalam kelompok itu sendiri pun terdapat suatu hirarki yang menghendaki perbedaan dalam penggunaan keigo."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S13483
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emmaculata Gryta Anjani
"ABSTRAK
Salah satu kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Jepang untuk mencapai target
dalam mendatangkan 20 juta wisatawan asing pada tahun 2020 adalah memperbaiki
dan menyediakan fasilitas khusus bagi wisatawan penyandang disabilitas di seluruh
Jepang. Skripsi ini membahas batas ketersediaan transportasi dan pariwisata bagi
wisatawan penyandang disabilitas di Wilayah Kansai pada tahun 2015. Penelitian
pada skripsi ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode studi kepustakaan
dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aksesibilitas pariwisata di
Wilayah Kansai telah tersedia cukup baik meskipun belum maksimal.

ABSTRACT
One of the policies the Japanese Government has issued to reach the target of 20
million visitors to Japan in the year 2020 is to improve and provide facilities designed
specifically for disabled tourist throughout Japan. This study focus on the limit of
transportation and and tourist attraction available in Kansai region as in years 2015
that is accessible for disabled tourists. This is a descriptive study based on literature
review method and on-location observation. The study shows that Kansai region has
provided good accessibility for the targeted tourist although not in its maximum
potential."
2015
S60594
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kelvin Praditra
"ABSTRACT
Nowadays, with the emerging of globalization era we tend to face a situation where we have to deal with different cultures, within an organization level it will set a various interaction that often affecting the perception of one personal feeling related to workplace and job, this study were aimed to analyse to what extend one of Hofstede cultural dimension power distance moderate the effect of positive relation between feedback and job satisfaction, a quantitative data were used to derive our conclusion that based on country power distance characteristics by Hofstede. Our study conducted on Indonesian workers, since we believe they may represent a situation where they work in high power distance culture and one of good example for high power distance country, they relation between workers, employee, and supervisor is in a good score of high power distance culture, it indicates the worker are more likely to become dependent on the feedback and they receive instructions from higher authority more often compared to workers in Netherlands for instance, however, we need to analyse deeper to have a clear view whether that it affecting job satisfaction in individual level or not and this study were aimed to answer that question.

ABSTRAK
Sekarang ini, dengan adanya kemunculan era globalisasi, kita dihadapi dengan situasi yang mengharuskan untuk berinteraksi dengan kultur yang beragam. Dalam sebuah organisasi, hal tersebut memberikan beragam efek yang sering kali berdampak pada persepsi individu terhadap kepuasan mereka dalam bekerja pada suatu tempat. Maksud dari tulisan ini untuk menganalisa seberapa jauh dampak perbedaan kultur yg disebabkan oleh adanya power distance dapat mempengaruhi korelasi positif antara feedback dengan kepuasan dalam bekerja. Metode penelitian secara kuantitatif yang berdasarkan karakteristik power distance dari Hofstede digunakan dalam tulisan ini untuk membuat kesimpulan. Data dikumpulkan dari pekerja di Indonesia, yang dipercaya dapat menjadi contoh bagaimana situasi bekerja di negara dengan tingkat kultur power distance yang tinggi. Kultur dengan rating tinggi didalam power distance menggambarkan bahwa pekerja akan lebih bergantung dengan feedback dan instruksi yang diberikan oleh atasannya dibandingkan dengan kultur negara yang mempunyai rating rendah dalam power distance seperti belanda. Tetapi, untuk mendapat informasi yang lebih jelas apakah power distance berpengaruh terhadap job satisfaction tiap individu, kita harus menganalisa permasalahan ini lebih dalam yang menjadi tujuan tulisan ini. "
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nalti Novianti
"ABSTRAK
Penelitian ini difokuskan pada pemahaman pembaca terhadap budaya dan masyarakat Kansai khususnya Osaka melalui unsur humor yang ada di dalam cerita rakugo Kansai, karya Katsura Beichoo.
Pemahaman atas humor didasarkan pada pilihan dari para informan, dan dianalisis melalui teori frame dari David Raskin. Kontradiksi frame menimbulkan faktor kejutan ( surprise ) pada puncline nya. Selain itu ketidakselarasan ( Incongruity ) juga menjadi pemicu timbulnya unsur humor sesuai dengan teori dari Alison Ross.
Unsur humor yang terdapat dalam rakugo Kansai dilatarbelakangi oleh kebudayaan yang ada dalam lingkung masyarakat Kansai, dan Osaka pada khususnya. Osaka yang dikenal sebagai kota dagang yang kaya akan budaya pedagangnya (shounin bunka ). Dari budaya pedagang yang ingin menjaga hubungan baik antar sesama itulah sistem hubungan pararel muncul dan lahir lah budaya tertawa (wahha bunka ).
Dalam penelitian ini, metode wawancara digunakan untuk menguji pemahaman informan terhadap hal yang melatar balakangi unsur humor dalam rakugo Kansai. Informan terdiri dari dua kelompok, yaitu orang Kansai dan non Kansai. Data yang terkumpul dianalisis melalui teori Sperber dan Wilson mengenai teori relevansi, yang akan menghubungkan antara cerita dan budaya.
Dari analisis terhadap hasil wawancara, disimpulkan bahwa : Orang Kansai yang dibesarkan dalam lingkung budaya yang sama dengan latar cerita rakugo Kansai, tebih memahami setiap latar betakang dari unsur humor di dalam rakugo Kansai. Sedangkan orang non Kansai mengerti akan unsur humor yang terdapat di dalam cerita rakugo
Kansai, namun pendapat yang dinyatakan oleh informan non Kansai, lebih mengarah kepada pandangan stereotype mereka terhadap orang Osaka.
Penelitian ini difokuskan pada pemahaman pembaca terhadap budaya dan masyarakat Kansai khususnya Osaka melalui unsur humor yang ada di dalam cerita rakugo Kansai, karya Katsura Beichoo.
"
2007
T 20515
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanni Thenadiputto
"Penelitian ini berfokus pada dialek Kansai dalam anime Gokushufudo episode 1 dan 2 karya Kousuke Oono. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan dialek Kansai yang muncul pada anime Gokushufudo. Penulis menganalisis dialek Kansai tersebut dengan teori dialektologi untuk mempelajari variasi bahasa berdasarkan kelompok sosial tertentu.
Penulis menyajikan data berupa ujaran dalam dialek Kansai. Data tersebut dikelompokkan berdasarkan bentuknya dan dianalisis berdasarkan konteks dan dipadankan ke dalam bahasa Jepang standar untuk memudahkan analisis. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa terdapat 28 jenis dialek Kansai yang digunakan dalam anime Gokushufudo episode 1 dan 2 dan seluruh dialek Kansai tersebut diujarkan oleh karakter yakuza. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dialek Kansai di dalam anime Gokushufudo merupakan dialek sosial karena digunakan oleh sekelompok yakuza yang cenderung menggunakan dialek Kansai dalam percakapan sehari-hari.

This study focuses on the Kansai dialect in the anime Gokushufudo episodes 1 and 2 by Kousuke Oono. The purpose of this study is to explain the Kansai dialect that appears in the anime Gokushufudo. The researcher analyzes the Kansai dialect with dialectology to study language variations based on certain social groups.
Researcher presents the data in the form of sentences in Kansai dialect. The data is grouped by form and analyzed by context and translated into standard Japanese for easy analysis. From the results of the analysis, it can be seen that there are 28 types of Kansai dialects used in the anime Gokushufudo episodes 1 and 2 and all of the Kansai dialects are spoken by yakuza characters. So it can be concluded that the Kansai dialect in the anime Gokushufudo is a social dialect because it is used by a group of yakuza that tend to use the Kansai dialect in daily conversation.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Favilia Franziska
"ABSTRAK

Komitmen perubahan menurut Herscovitch dan Meyer (2002) adalah kekuatan atau pola pikir yang mengikat seorang individu dengan serangkaian tindakan yang penting untuk kesuksesan pelaksanaan dari perubahan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara jarak kekuasaan dan kepercayaan organisasi dengan komitmen perubahan. Desain dari penelitian ini adalah non-eksperimental dengan memberikan kuesioner kepada responden. Kuesioner yang digunakan adalah Commitment to Change Inventory dari Herscovitch dan Meyer yang telah dimodifikasi oleh Mangundjaya (2014b), alat ukur GLOBE yang dimodifikasi dari House, Hanges, Dorfman, dan Gupta (2004), serta Organizational Trust Inventory dari Cummings dan Bromiley yang dimodifikasi oleh Mangundjaya (2014a). Penelitian ini menggunakan metode korelasi dan regresi berganda. Dari 176 responden, didapati hasil bahwa tidak terdapat korelasi yang signifikan antara jarak kekuasaan dan komitmen perubahan (r=-0,137; p>0,05, two-tail), terdapat korelasi yang signifikan antara kepercayaan organisasi dan komitmen perubahan (r=0,232; p<0,01, two-tail), serta terdapat korelasi signifikan antara jarak kekuasaan dan kepercayaan organisasi dengan komitmen perubahan (F=5,073; p<0,01, two-tail). Dengan demikian, kepercayaan organisasi memiliki peran yang penting sebagai faktor suksesnya komitmen perubahan.


ABSTRACT

Based on Herscovitch and Meyer (2002), commitment to change is a force (mindset) that binds an individual to a course of action deemed necessary for the successful implementation of a change initiative. This study was conducted to determine the correlation between power distance and organization trust with commitments to change. The design of this study is non-experimental study. Researcher used questionnaire to collect the information from respondents. Questionnaires were contained with Commitment to Change Inventory by Herscovitch and Meyer which was modified by Mangundjaya (2014b), GLOBE instrument which was modified by House, Hanges, Dorfman, dan Gupta (2004), and Organizational Trust Inventory by Cummings and Bromiley which was modified by Mangundjaya (2014a). This study was processed with correlation and multiple regression methods. The result from 176 respondents showed that there is no significant correlation between power distance and commitment to change (r=-0.137; p>0.05,two tail), and there is significant correlation between organization trust and commitment to change (r=0.0232; p<0.01, two tail), and there is significant correlation between power distance and organization trust with commitment to change (F=5.073; p<0.01, two tail). Thus, it can be said organizational trust has essential role in achieving commitmen to change.<.p>"

Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S57101
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ibrahim
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji faktor individual (power distance orientation) dan kontekstual (perceived organizational support) yang mempengaruhi voice behavior. Penelitian menggunakan metode online survey menggunakan google form pada 103 karyawan yang berada di daerah DKI Jakarta dan sekitarnya menggunakan alat ukur dengan reliabilitas antara 0,77–0,81.
Hasil analisis moderated regression menunjukkan bahwa: (1) power distance orientation berpengaruh negatif terhadap voice behavior, (2) terdapat peran penting perceived organizational support sebagai moderator untuk menjelaskan hubungan antara power distance orientation dengan voice behavior. Perceived organizational support berperan dalam memperlemah hubungan negatif antara power distance orientation dengan voice behavior.
Model penelitian ini menjelaskan 38% terbentuknya voice behavior. Perceived organizational support tinggi menjadi faktor signifikan dalam memperkuat karyawan dengan power distance orientation rendah untuk semakin menunjukkan voice behavior. Penelitian ini berkontribusi pada interaksi antara power distance orientation, perceived organizational support, dan voice behavior.

This study aims to examine individual (power distance orientation) and contextual (perceived organizational support) factors that affect voice behavior. The study utilized online survey method using google form on 103 employees in DKI Jakarta and its surrounding areas using a measuring instrument with reliability between 0.77-0.81.
The results of moderated regression analysis show that: (1) power distance orientation has a negative effect on voice behavior, (2) perceived organizational support as a moderator has important role in explaining the relationship between power distance orientation and voice behavior. Perceived organizational support dampens the negative relationship between power distance orientation and voice behavior.
This research model explains 38% of the formation of voice behavior. High perceived organizational support is a significant factor in strengthening employees with low power distance orientation to increasingly show voice behavior. This research contributes to the interaction between power distance orientation, perceived organizational support and voice behavior."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia , 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Sidiq Listianto
"Sebagai sebuah hasil kebudayaan manusia yang dinamis, bahasa pun memiliki sifat yang sama, yaitu senantiasa berubah dalam setiap jamannya. Perubahan-perubahan tersebut salah satunya terlihat pula dalam Bahasa Jepang. Namun perubahan dalam bahasa tersebut tidak lantas segera dapat diterima dalam masyarakat penutur bahasa tersebut. Dalam Bahasa Jepang, perubahan-perubahan tersebut ada kalanya digolongkan menjadi bahasa-bahasa yang menyimpang dari bahasa standar yang mereka gunakan saat ini (_W____ __) yang kemudian dikenal dengan nama __{_??_ __. Salah satu penyimpangan yang dibahas pada skripsi ini yaitu fenomena bahasa sopan (_h__ ______) yang digunakan pada family restaurant dan convenience store di Jepang yang dikenal dengan _t_@_~_E_R___h__ __"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S13725
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rendi Pratama
"ABSTRAK
Tesis ini menguji apakah model Merton dapat memprediksi dengan tepat kemungkinan kebangkrutan perusahaan tercatat di Indonesia. Penulis menguji model Na ? ve Merton atas seluruh perusahaan tercatat di Indonesia per31 Desember 2016 dengan membandingkan pengujian antara perusahaan dengan rekam jejak sehat indeks LQ-45 dan Bisnis-27 dan perusahaan dengan isu going concern, perbandingan antara kondisi pasar normal dan krisis, perbandingan antar industri, dan perbandingan tingkat floating saham. Hasil dari pengujian menunjukkan bahwa model Na ? ve Merton dapat membedakan antar kelompok yang diuji dengan perusahaan yang memiliki isu going concern dan pengujian pada kondisi pasar krisis memiliki tingkat potensi kebangkrutan perusahaan yang lebih tinggi. Namun nilai potensi kebangkrutan yang dihasilkan oleh model Na ? ve Merton dalam pengujian di Indonesia memiliki rata-rata yang relatif terlalu rendah sehingga belum tentu dapat merepresentasikan tingkat potensi kebangkrutan perusahaan tercatat tersebut.

ABSTRACT
This thesis tests whether the Merton model can precisely predict the probability of default for listed companies in Indonesia as of December 31, 2016. The writer tests model rsquo s performance by comparing the result based on listed companies rsquo health companies in well performing indexes compared to companies with going concern issues , stock market period normal condition compared to crisis , business sectors, and floating shares. The result of the tests is the model to some extent could define each comparison during the test in which companies with going concern issues tends to have higher probability of default compared to well performing companies and all companies during stock market crisis tends to have higher probability of default compared to normal condition. However, the overall result of the model tends to be undervalued with low probability of default, even for companies with going concern issues, therefore couldn rsquo t correctly represent listed companies rsquo probability of default in Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T50702
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>