Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 148873 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fany Oktarina
"ABSTRAK
Latar Belakang: Banyaknya pasien yang masuk ke Instalasi Gawat Darurat dengan spektrum penyakit serta derajat berat penyakit yang bervariasi, menimbulkan kesulitan bagi para dokter melakukan penilaian cepat berdasarkan data subjektif saja. Sistem skor Worthing Physiological Scoring System dapat digunakan untuk memprediksi mortalitas pasien non bedah karena menggunakan variabel-variabel yang mudah dan cepat diperoleh, sehingga lebih praktis dalam penggunaannya Oleh karena terdapat perbedaan karakteristik populasi pasien, maka perlu dilakukan validasi untuk mengetahui performa Worthing Physiological Scoring System tersebut
Tujuan: Menilai performa kalibrasi dan diskriminasi WPS dalam memprediksi mortalitas pasien non bedah selama di IGD Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif pada populasi pasien non bedah yang masuk ke IGD RSCM dari bulan Oktober sampai November 2012. Variabel yang diukur adalah frekuensi pernapasan, denyut jantung, tekanan darah sistolik, suhu tubuh, saturasi oksigen perifer, dan tingkat kesadaran. Luaran yang dinilai adalah kondisi pasien (hidup atau meninggal) selama di IGD RSCM. Performa kalibrasi dinilai dengan uji Hosmer-Lemeshow. Performa diskriminasi dinilai dengan area under the curve (AUC).
Hasil: Selama penelitian didapatkan 774 subjek memenuhi kriteria penerimaan dengan 78 (9,6%) subjek di antaranya meninggal. Uji Hosmer-Lemeshow menunjukkan χ2 = 0,84 (p = 0,840). Nilai AUC 0,78 (IK 95% 0,723-0,847).
Simpulan: Worthing Physiological Scoring System memiliki performa yang baik dalam memprediksi mortalitas pasien non bedah yang masuk ke IGD RSCM.

ABSTRACT
Background: Patients referred to Emergency Room (ER) represent a broad spectrum of disease severity, led difficulties for a physicians to conduct rapid assessments based on subjective data only.
Worthing Physiological Scoring System could be use to predict mortality in non-surgical patients using variables which are obtained easily and rapidly, making it more practical in use. Because there are differences in the characteristics of the patient population, Worthing Physiological Scoring System should be validated.
Objectives: The aim of this study was to assess the performance of Worthing Physiological Scoring System in predicting mortality of non-surgical ER in Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM).
Methods: This was a retrospective cohort study. We collected data of non-surgical patients who admitted ER during October to November 2012. The variables measured were respiratory rate, heart rate, systolic blood pressure, body temperature, peripheral oxygen saturation, and level of consciousness. The primary outcomes was death in ER RSCM. Hosmer-Lemeshow test were used to evaluate calibration of Worthing Physiological Scoring System. Discrimination was evaluated with area under the curve (AUC).
Result: A total of 774 non surgical patients were included in this study, from the patients, 78 (9.6%) subjects died. Calibration was resulted by Hosmer-Lemeshow test showed χ2 = 0.84 (p = 0.840). The AUC was 0.78 (95% CI 0.723 to 0.847).
Conclusion: Worthing Physiological Scoring System had a good performance in predicting mortality of non-surgical patients in ED RSCM.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cekli Wahyuwidowati
"ABSTRAK
Latar belakang : Kunjungan dan angka mortalitas pasien di Instalasi Gawat Darurat (IGD) semakin meningkat dengan kondisi penyakit yang bervariasi, sehingga deteksi yang cepat dan tepat pada pasien dengan risiko mortalitas tinggi sangat penting. Skor Hypotension, Oxygen Saturation, Low Temperature, ECG Changes, and Loss of Independence (HOTEL) sangat baik dan penting untuk diterapkan pada pasien gawat darurat karena menggunakan variabel-variabel yang mudah dan cepat diperoleh. Namun demikian skor tersebut belum divalidasi di Indonesia.
Tujuan : untuk menilai performa skor HOTEL dalam memprediksi mortalitas 24 jam pasien non bedah di IGD Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort retrospektif. Subjek penelitian adalah pasien non bedah yang masuk ke IGD RSCM pada bulan Oktober hingga November 2012. Variabel bebas yang dinilai adalah tekanan darah sistolik, saturasi oksigen perifer, suhu tubuh, perubahan elektrokardiogram (EKG), dan kemampuan berdiri tanpa bantuan. Luaran yang dinilai adalah mortalitas dalam 24 jam setelah masuk IGD. Performa kalibrasi dinilai dengan uji Hosmer-Lemeshow. Performa diskriminasi dinilai dengan area under the curve (AUC).
Hasil: Terdapat 815 pasien non bedah yang datang ke IGD RSCM selama bulan Oktober hingga November 2012. Sebanyak 804 (98,7%) subjek memenuhi kriteria inklusi dengan mortalitas 24 jam sebesar 30 (3,7%) subjek. Performa kalibrasi HOTEL dengan uji Hosmer-Lemeshow menunjukkan p = 0,753. Performa diskriminasi ditunjukkan dengan nilai AUC 0,86 (IK 95% 0,781; 0,931).
Simpulan: Skor HOTEL memiliki performa kalibrasi dan diskriminasi yang baik dalam memprediksi mortalitas 24 jam pada pasien non bedah yang masuk ke IGD RSCM.

ABSTRACT
Background: The number of visit and mortality rate of emergency patients at Emergency Department (ED) have been increasing from time to time. Those patients have wide spectrum conditions. Appropriate identification of the patients with high mortality risk is crucial. The Hypotension, Oxygen Saturation, Low Temperature, ECG changes, and Loss of Independence (HOTEL) score is easy and important to be applied in the ED, however, the score has not been validated in Indonesia.
Objective: to evaluate performance of HOTEL score in predicting the 24-hour mortality non-surgical patients in ED of Sakit Cipto Mangunkusumo hospital.
Method: This was a retrospective cohort study. The research subjects were the non-surgical patients who admitted to ED of RSCM between October-November 2012. We collected systolic blood pressure, peripheral oxygen saturation, body temperature, ECG changes, and loss of independence. Those data were evaluated based on the HOTEL scoring system. The outcome were evaluated in 24- hour after admission (alive or dead). The calibration was evaluated with the Hosmer-Lemeshow test. The discrimination performance was evaluated with area under the curve (AUC).
Results: There were 815 non-surgical patients admitted to the ED between October until November 2012. There were 804 (98,7%) subjects included. The 24-hour mortality rate was 30 subjects (3,7%). The calibration performance with the Hosmer-Lemeshow test showed p = 0,753. The discrimination performance was shown with the AUC score 0,86 (95% CI 0.781; 0.931).
Conclusion: The HOTEL score has a good calibration and discrimination performance in predicting the 24-hour mortality of the non-surgical patients in ED of Cipto Mangunkusumo hospital.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Pada klien yang akan dilakukan operasi, keadaan keluarga disisi klien merupakan sumber
pendukung utama. RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo sebagai rumah sakit rujukan
nasional dan rumah sakit pendidikan telah berusaha melihatkan keluarga dalam
perawatan klien, namun keterlibatannya hanya sebatas pengurusan administrasi, dengan
alasan untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Hal ini bertentangan dengan lima
fungsi keluarga menurut Friedman 1998, Salah satunya adalah fungsi perawatan keluarga.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan penurunan
tingkat kecemasan klien preopefasi. Penelitian dilakukan menggunakan metode deskriptif
korelasi cross secrional. Pengumpulan data dengan dan memberikan kuesioner pada 30
responden didapat secara total sampling dari tanggal 13 - 23 Mei 2008. Kuesioner terbagi
altas 3 yaitu: Knesioner A mengkaji tentang data demografi klien, kuesioner B mengkaji
tentang dukungan keluarga dan kuesioner C mengkaji tentang tingkat kecemasan klien.
Analisa data diakukan secara Univariat dan Bivariat, untuk melihat hubungan antara
variabel bebas dan terikat manggunakan uji chi square. Hasil uji stalistik diperoleh nilai p
= 0,01, dengan n= 0,05, unka Ho ditolak. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan
bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan kecemasan. Dari
hasil analisis juga diperoleh OR = 0,31 artinya responden/pasien yang akan menjalani
operasi dengan dukungan yang kurang dari keluarganya mempunyai peluang 0,31 kali
mengalami kecemasan dibandingkan dengan pasien yang mendapat dukungan penuh dari
keluarganya. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara dukungan
keluarga dengan penurunan tingkat kecemasan klien preoperasi."
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2008
TA5644
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Martin Winardi
"Latar Belakang: Identifikasi risiko mortalitas pasien non bedah yang masuk ke ruang gawat darurat sangat penting dilakukan karena banyaknya pasien yang datang dengan berat penyakit bervariasi. Rapid Emergency Medicine Score (REMS) dikembangkan untuk memprediksi mortalitas pasien secara cepat sehingga dapat membantu dokter membuat keputusan klinis berdasarkan data yang objektif. Perbedaan karakteristik pasien di Indonesia dapat memengaruhi performa skor tersebut, sehingga perlu dilakukan validasi sebelum sistem skor tersebut digunakan.
Tujuan: Menilai performa kalibrasi dan diskriminasi REMS dalam memprediksi mortalitas pasien gawat darurat non bedah di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (IGD RSCM).
Metode: Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif dengan subjek pasien non bedah yang masuk ke IGD RSCM pada bulan Oktober-Desember 2012. Usia, suhu tubuh, mean arterial pressure, denyut jantung, frekuensi pernapasan, saturasi oksigen perifer, dan Glasgow coma scale dinilai saat pasien masuk ke IGD untuk penilaian REMS. Luaran dinilai saat pasien keluar dari RSCM (hidup atau meninggal). Performa kalibrasi dinilai dengan plot kalibrasi dan uji Hosmer-Lemeshow. Performa diskriminasi dinilai dengan area under the curve (AUC).
Hasil: Sebanyak 815 pasien non bedah masuk ke IGD RSCM selama penelitian. Terdapat 741 (90,9%) pasien yang berhasil diikuti sampai terjadi luaran dengan angka mortalitas sebanyak 145 pasien (19,57%). Plot kalibrasi REMS menunjukkan koefisien korelasi r = 0,913 dan uji Hosmer-Lemeshow menunjukkan p = 0,665. Performa diskriminasi ditunjukkan dengan nilai AUC 0,77 (IK 95% 0,723; 0,817).
Simpulan: Rapid Emergency Medicine Score memiliki performa kalibrasi dan diskriminasi yang baik untuk memprediksi mortalitas pasien non bedah yang masuk ke IGD RSCM.

Background: Identifying the mortality risk of nonsurgical emergency department (ED) patients is essential as a consequence of increasing number of attendence with diverse severity of disease. Rapid Emergency Medicine Score (REMS) was developed to predict patient?s mortality rapidly, therefore it can help doctors to make clinical decision based on objective data. Difference in characteristic of patients in Indonesia may influence the score?s performance, therefore validation of REMS is needed before applying this scoring system in Indonesia.
Objective: To evaluate calibration and discrimination of REMS in predicting mortality of nonsurgical ED patients in Cipto Mangunkusumo Hospital.
Methods: This is a prospective cohort study of nonsurgical patients who attended to ED of Cipto Mangunkusumo Hospital in October-December 2012. Age, body temperature, mean arterial pressure, heart rate, respiratory rate, peripheral oxygen saturation, and Glasgow coma scale were obtained when the patient was arrived at emergency room to perform the calculation of REMS. Outcome was assessed when patients were discharge from the hospital (alive or dead). Calibration was evaluated with calibration plot and Hosmer-Lemeshow test. Discrimination was evaluated with area under the curve (AUC).
Results: A total of 815 nonsurgical patients attended to ED of Cipto Mangunkusmo Hospital during the study. As many as 741 (90.9%) patients were followed through the outcome. Mortality was observed in 145 patients (19.57%). Calibration plot of REMS showed r = 0.913 and Hosmer-Lemeshow test showed p = 0.665. Discrimination was shown by ROC curve with AUC 0.77 (95% CI 0.723; 0.817).
Conclusion: Rapid Emergency Medicine Score showed a good calibration and discrimination in predicting mortality of nonsurgical emergency department patients in Cipto Mangunkusumo Hospital.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rieke Cahyo Budi Utami
"Pelayanan pre operatif anestesi merupakan tahap pertama dari seluruh tindakan anestesi. Dikatakan bahwa 40% risiko kematian atau komplikasi akibat tindakan anestesi yang berkaitan dengan masalah gangguan jalan nafas dapat dicegah dengan pengkajian pre operatif anestesi. Namun hingga saat ini pelaksanaan pre operatif anestesi yang tidak pernah mencapai 100% menjadi masalah yang dihadapi hampir semua rumah sakit tidak terkecuali Rumah Sakit Myria Palembang. Sebuah kerangka berpikir keselamatan pasien “swiss cheese model” yang lebih mengutamakan pendekatan sistem digunakan untuk analisis pre operatif anestesi. Identifikasi celah dalam setiap proses pelayanan pre operatif anestesi digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis pelayanan pre operatif anestesi dengan pendekatan mixed method. Analisis deskriptif dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada 106 responden. Data kualitatif didapatkan melalui wawancara mendalam, fokus group discussion, telaah literatur dan dokumen terkait untuk mendapatkan analisis yang lebih komprehensif terhadap pengaruh organisasi, supervisi, teknologi, prekondisi dan perilaku individu pada pre operatif anestesi. Hasil analisis deskriptif didapatkan capaian pre operatif anestesi sebesar 61.3%; keseluruhan pre operatif anestesi dilakukan di hari yang sama dengan hari operasi; terdapat ketidaksesuaian regulasi yang ditetapkan manajemen rumah sakit; lemahnya supervisi pelaksanaan pre operatif anestesi; kurangnya pemanfaatan teknologi; sikap pasif pasien terhadap pelaksanaan pre operatif anestesi tergambar dari tanggapan responden terhadap variabel prekondisi termasuk dalam kategori rendah; operasi tetap berjalan meskipun tidak dilakukan pre operatif anestesi; budaya keselamatan pasien yang rendah pada perawat dan penata anestesi; proses admisi dan pelaporan pasien yang terlalu malam; perilaku individu tidak aman dokter spesialis anestesi dengan tidak melakukan pre operatif anestesi. Strategi rumah sakit sebagai pemecahan masalah rendahnya pelaksanaan pre operatif anestesi antara lain perbaikan regulasi; peningkatan supervisi; optimalisasi pemanfaatan sistem informasi rumah sakit; memperbaiki proses admisi pasien dan pelaporan pasien; meningkatkan kerja sama dengan operator bedah untuk kemudahan pelaksanaan pre operatif anestesi serta meningkatkan komitmen dokter spesialis anestesi untuk melakukan pre operatif anestesi.

Preoperative anesthesia is the first stage of any anesthetic procedure. It is said that the 40% risk of death or complications from anesthesia related to airway obstruction can be prevented by recovering from preoperative anesthesia. However, until now the implementation of preoperative anesthesia which has never reached 100% is a problem faced by almost all hospitals, Myria Palembang Hospital is no exception. A “Swiss cheese model” patient safety framework supporting the systems approach was used to analyze preoperative anesthesia. Identification of gaps in each process of preoperative anesthesia services is used as a basis for making improvements. This study aims to analyze preoperative anesthesia services using a mixed methods approach. Statistical tests were carried out using a questionnaire which was distributed to 106 respondents. Qualitative data were obtained through in-depth interviews, focus group discussions, literature review and related documents to obtain a more comprehensive analysis of the influence of organization, supervision, technology, conditions and individual behavior on preoperative anesthesia. The results showed that the preoperative anesthetic performance was 61.3%; Overall preoperative anesthesia was carried out on the same day as the day of surgery; there is a non-compliance with the regulations set by the hospital management; weak supervision of the implementation of preoperative anesthesia; lack of utilization of technology; the patient's passive attitude towards the implementation of preoperative anesthesia is reflected in the respondents' responses to the precondition variables included in the low category; the operation continues even though preoperative anesthesia is not performed; low patient safety culture among nurses and anesthesiologists; late admission process and patient reporting; Unsafe individual behavior of anesthesiologists by not performing preoperative anesthesia. The hospital's strategy as a solution to the problem of low implementation of preoperative anesthesia includes regulatory improvements; increased supervision; optimizing the utilization of hospital information systems; improve admission and patient reporting processes; increase cooperation with surgical operators to facilitate the implementation of preoperative anesthesia and increase the commitment of anesthesiologists to perform preoperative anesthesia."
Depok: 2023
TA-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ricky Pradita Rikardi
"Kecemasan pra operasi merupakan kondisi yang lazim dialami oleh pasien yang akan menjalani tindakan pembedahan. Tingkat kecemasan pra operasi yang tinggi dapat memberikan dampak negatif terhadap pasien. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan pra operasi pada pasien-pasien yang menjalani operasi di Instalasi Pelayanan Bedah Terpadu RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo. Penelitian ini menggunakan desain cross- sectional dengan 393 responden yang diseleksi melalui metode consecutive sampling. Skala kecemasan menggunakan The Amsterdam Preoperative and Anxiety Scale (APAIS). Data dianalisis dengan menggunakan analisis bivariat dan multivariat. Gambaran tingkat kecemasan pra operasi sebesar 54.2%. Tidak ada hubungan signifikan antara usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, pernikahan, jenis operasi, dan pembiusan terhadap tingkat kecemasan pra operasi (p > 0.05). Jenis operasi merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap tingkat kecemasan pra operasi (OR = 3.501;CI = 95%). Studi lebih lanjut dibutuhkan untuk mengidentifikasi faktor yang secara spesifik berpengaruh terhadap tingkat kecemasan pra operasi.

Preoperative anxiety is a common condition experienced by patients who will undergo a surgery. High levels of preoperative anxiety can cause negative impacts on patients. This study aims to analyze the factors that influence the level of preoperative anxiety in patients undergoing surgery at the Integrated Surgical Service of Cipto Mangunkusumo National Center Hospital. This study used a cross-sectional design with 393 respondents selected through consecutive sampling method. The anxiety scale are measured by The Amsterdam Preoperative and Anxiety Scale (APAIS). Data were analyzed using bivariate and multivariate analysis. The description of the level of preoperative anxiety was 54.2%. There was no significant relationship between age, gender, education level, employment status, marriage, type of surgery, and anesthesia on the level of preoperative anxiety (p > 0.05). Types of surgery is the variable that mostly influenced the level of preoperative anxiety (OR = 3.501; CI = 95%). Further studies are needed to identify factors that specifically influence the level of preoperative anxiety."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cahya Arbitera
"Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan sebagai penyelenggara JKN memperkirakan pada 2015 akan mengalami defisit lebih dari 6 triliun rupiah. Pada 2016, defisit diperkirakan menjadi 11 triliun rupiah. Penelitian ini menggunakan desain studi cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati dan Pasar Rebo yang berjumlah 800 orang dan sampel yang diteliti sebesar 100 orang. Variabel pendidikan (P=0,005); Dimensi Ketepatan waktu (P=0,000); kesopanan dan keramahan (P=0,08); tanggung jawab (P=0,004); kenyamanan mendapatkan pelayanan (P=0,000); pelayanan (p=0,232) dan kemudahan mendapat pelayanan (P=0,000). Variabel jenis kelamin dan pekerjaan tidak berpengaruh signifikan terhadap kepuasan pasien JKN Non PBI pada Puskesmas Kecamatan Jakarta Timur. Kesimpulannya variabel yang paling berpengaruh terhadap kepuasan pasien JKN Non PBI Pada Puskesmas Kecamatan Jakarta Timur adalah ketepatan waktu;kemudahan mendapat pelayanan dan kenyamanan mendapatkan pelayanan dengan p value = 0,000 < 0,05. Kesopanan dan keramahan petugas serta pelayanan dinyatakan tetap berpengaruh terhadap kepuasan dikarenakan dianggap merupakan faktor-faktor yang penting dalam kepuasan pelayanan.

Health development in the period 2015-2019 is Indonesia Sehat program with the goal to improve the health and nutritional status of the community through health and empowerment through community efforts are supported with financial protection and health care pemeratan. Social Security Agency (BPJS) Health as JKN organizers estimate in 2015 is a deficit of more than 6 trillion rupiahs. In 2016, the deficit is estimated to be 11 trillion rupiahs. This study uses a crosssectional study design. The population in this study were outpatients at the subdistrict Puskesmas Kramat Jati and Pasar Rebo totaling 800 people and studied sample of 100 people. Education variable (P=0,005); Dimension Timeliness (P=0,000); courtesy and friendliness (P=0,083); the responsibility (P=0,004); the comfort to get services (P=0,000); and easy to get services (P=0,000); services (P=0,232). Education variable; dimension of job and services are not significantly affects patient satisfaction JKN Non PBI at East Jakarta District Health Clinics. In conclusion Dimension Timeliness; comfort to get services and easy to get services most influence on patient satisfaction JKN Non PBI in East Jakarta District Health Clinics with p value = 0,000 < 0,05. Courtesy and friendliness with services is still influence on patient satisfaction bicause it was important factors on patient satisfaction."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baiq Nurlusi Alvina
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui upaya yang dilakukan puskesmas sehingga pasien  Program Rujuk Balik patuh dalam melakukan kontrol di Puskesmas Kec. Sawah Besar DKI Jakarta. Data Kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam, observasi, dan telaah dokumen untuk menganalisis upaya yang dilakukan Puskesmas Kec. Sawah Besar sehingga pasien PRB patuh kontrol. Adapun variabel yang digunakan adalah variabel input yang terdiri dari variabel Petugas Kesehatan, Fasilitas Kesehatan. Variabel proses terdiri dari Prosedur Program Rujuk Balik, Monitoring dan Evaluasi. Variabel output terdiri dari kepatuhan kontrol peserta PRB. Dari sisi input, Petugas Kesehatan, Fasilitas Kesehatan teridentifikasi sebagai peran dan upaya yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk bisa memberikan pelayanan yang baik kepada pasien PRB seperti memberikan sosialisasi kepada pasien PRB, sarana dan prasarana yang baik sedangkan dari sisi proses teridentifikasi bahwa Pasien Program Rujuk Balik sudah bisa memahami dengan baik mengenai tahapan dalam melakukan program rujuk balik. Dari kejadian tersebut, dapat diidentifikasikan bahwa upaya yang baik dilakukan oleh puskesmas kec. sawah besar sehingga pasien patuh kontrol.

This study aims to determine the efforts made by puskesmas so that patients of the Refer Back Program are obedient in carrying out control at the Puskesmas Kec. Sawah Besar DKI Jakarta. Qualitative data were obtained through in-depth interviews, observations, and document reviews to analyze the efforts made by the Puskesmas Kec. Sawah Besar so that Program R patients referred to Balik obeyed the control. The variables used are input variables consisting of variables of Health Workers, Health Facilities. Process variables consist of Refer-Back, Monitoring and Evaluation Program Procedures. The output variable consists of the control compliance of participants Program Rand Balik. In terms of inputs, Health Workers, Health Facilities are identified as roles and efforts made by health workers to be able to provide good services to Program Rujuk Balik patients such as providing socialization to patients Program Rujuk Balik, good facilities and infrastructure while in terms of the process it was identified that the Patients of the Referral Program can already understand well about the stages in conducting the referral program. From this incident, it can be identified that good efforts are made by the health center of the large rice field so that the patient complies with the control."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amalia Ramadhanti
"Peningkatan kebutuhan akan pelayanan kesehatan bagi masyarakat menyebabkan rumah sakit sebagai penyedia layanan berupaya memberikan pelayanan yang terbaik. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kualitas pelayanan dan kepuasan pasien antara rumah sakit swasta dan rumah sakit pemerintah di Provinsi Sumatera Selatan. Kualitas pelayanan dan kepuasan pasien diukur berdasarkan apa yang dirasakan pasien secara langsung yang dikembangkan mengikuti lima dimensi SERVQUAL. Analisis faktor konfirmatori digunakan untuk mendapatkan nilai tiap dimensi kualitas. Analisis independent t-test digunakan untuk membandingkan kualitas pelayanan dan kepuasan pasien antara RS Swasta dan RS Pemerintah. Data penelitian didapatkan dari hasil survei menggunakan kuesioner dengan sampel 351 pasien rumah sakit swasta atau pun pemerintah. Penelitian ini menunjukkan bahwa 4 dimensi kualitas pelayanan (tangibility, reliability, assurance, empathy) dan kepuasan pasien RS Pemerintah tidak berbeda secara signifikan  dibandingkan RS Swasta. Namun, dimensi responsiveness menunjukkan bahwa RS Swasta memiliki responsiveness lebih tinggi dibandingkan dengan RS Pemerintah.

The increasing need of health services for the society causes hospitals as health service providers to strive to provide the best service. This study aims to compare service quality and patient satisfaction between private hospitals and public hospitals in South Sumatera Province. Service quality and patient satisfaction were measured by patients' perceived experiences directly developed following the five dimensions of SERVQUAL. Confirmatory factor analysis was used to obtain the value of each quality dimension. Independent t-test analysis was used to compare service quality and patient satisfaction between private and public hospitals. The research data were obtained from the results of a survey using a questionnaire with a sample of 351 patients of private or public hospitals. This study shows that the 4 dimensions of service quality (tangibility, reliability, assurance, empathy) and patient satisfaction of government hospitals are not significantly different from those of private hospitals. However, the responsiveness dimension shows that private hospitals have higher responsiveness compared to public hospitals."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nisrina Mutiara Asri
"Latar Belakang Pelayanan berorientasi pasien dianggap memiliki lebih banyak manfaat yang ditandai dengan hasil kesehatan yang lebih baik, kepuasan pasien yang lebih besar, serta pengurangan biaya kesehatan. Walaupun memiliki manfaat yang sangat besar dengan berbagai alasan, pendekatan ini belum banyak diterapkan pada negara berkembang salah satunya di Indonesia. Oleh karena itu, perlu dilakukannya evaluasi pada fasilitas kesehatan di Indonesia untuk melihat apakah pelayanan berorientasi pasien telah diterapkan atau belum, salah satunya dengan melihat dari persepsi pasien. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan mengeksplorasi karakteristik pendekatan pelayanan berorientasi pasien pada sistem pelayanan kesehatan di Indonesia, terkhusus pada fasilitas kesehatan Universitas Indonesia. Metode Studi ini akan menggunakan data sekunder hasil kuesioner dengan desain penelitian cross-sectional pada pasien di Rumah Sakit dan Klinik Wahana Pendidikan Universitas Indonesia yang berkunjung periode Januari - Februari 2023 sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusinya. Lalu akan dilakukan uji chi square dan fisher (jika tidak memenuhi syarat) untuk melihat hubungan antara faktor pelayanan kesehatan dengan persepsi pasien mengenai pelayanan berorientasi pasien. Hasil Penelitian ini melibatkan 240 responden dengan pasien yang melakukan kunjungan ke Klinik Makara, merupakan kunjungan pertama, kunjungan pertama, pelayanan ke dokter umum, serta mengunjungi poli umum secara signifikan lebih merasa bahwa mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pelayanan berorientasi pasien atau merasa lebih terbantu dan mendapatkan pelayanan yang baik dari dokter. Kesimpulan Terdapat hubungan bermakna antara faktor pelayanan kesehatan terhadap persepsi pasien tentang pelayanan berorientasi pasien di rumah sakit dan klinik wahana pendidikan Universitas Indonesia.

Introduction Patient-oriented services are considered to have more benefits, characterized by better health outcomes, greater patient satisfaction, and reduced health costs. Even though it has enormous benefits for various reasons, this approach has not been widely applied in developing countries, one of which is Indonesia. Therefore, it is necessary to evaluate health facilities in Indonesia to see whether patient-oriented services have been implemented or not, one of which is by looking at patient perceptions. Therefore, this research will explore the characteristics of a patient-oriented service approach in the health service system in Indonesia, especially at the X University health facilities. Method This study will use secondary data from questionnaires with a cross-sectional research design on patients at the Wahana Pendidikan Hospital and Clinic, University of X who visited the period January - February 2023 in accordance with the inclusion and exclusion criteria. Then chi square and Fisher tests will be carried out (if they do not meet the requirements) to see the relationship between health service factors and patient perceptions regarding patient-oriented services. Results This research involved 240 respondents with patients who visited the clinic, namely the first visit, first visit, service to a general practitioner, and visited a general polyclinic who were significantly more likely to feel that they received services that were in line with patient-oriented services or felt more helped and received better services. good from the doctor. Conclusion There is a significant relationship between health service factors and patient perceptions of patient-oriented services at hospitals and educational clinics at University X."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>