Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 188849 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizky Ifandriani Putri
"Latar belakang: Liposarkoma berdiferensiasi baik (LPSBB) merupakan subtipe liposarkoma yang paling sering ditemui dan kadang sulit dibedakan dengan lipoma karena kemiripan gambaran morfologik. Pada penelitian ini akan dilihat overekspresi dan amplifikasi gen murine double minute 2 (MDM2) sebagai alat bantu diagnostik untuk membedakan kedua entitas tersebut serta hubungannya dengan indeks proliferasi Ki67.
Bahan dan cara: Dilakukan pulasan imunohistokimia MDM2 dan Ki67 pada 37 tumor lipomatosa, yang terdiri atas 18 LPSBB dan 19 lipoma, dilanjutkan dengan hibridisasi in situ pada 12 kasus terpilih.
Hasil: Overekspresi MDM2 ditemukan pada seluruh LPSBB dan pada 3 (16%) lipoma (p=0,000). Amplifikasi MDM2 ditemukan pada seluruh kasus LPSBB yang diperiksa namun terdapat pula pada 1 lipoma (p=0,200). Terdapat korelasi yang kuat antara overekspresi MDM2 dengan indeks proliferasi Ki67 yang lebih tinggi (r=0,645, p=0,000).
Kesimpulan: Overekspresi MDM2 dapat digunakan sebagai alat bantu diagnostik dalam membedakan LPSBB dengan lipoma, serta berhubungan dengan indeks proliferasi sel tumor.

Background: Well differentiated liposarcoma (WDLPS) is the most common type of liposarcoma and sometimes can be difficult to distinguish from lipoma because of the similar morphology. This study propose to evaluate the expression and amplification of murine double minute 2 (MDM2) and determine its correlation with Ki67 proliferation index.
Methods: This study enrolled 37 cases of lipomatous tumors. Eighteen cases of WDLPS and 19 cases of lipoma were stained for MDM2 and Ki67 immunohistochemistry. As an addition, in situ hybridization were done in 12 selected cases.
Results: Overexpression of MDM2 overexpression was detected in all WDLPS cases and in 3 (16%) of lipoma cases with significance difference (p=0,000), whereas MDM2 amplification was found in all WDLPS and in 1 of lipoma cases (p=0,200). There is a strong correlation between MDM2 overexpression and higher proliferation index (r=0,645, p=0,000).
Conclusion: Evaluation of MDM2 overexpression may be used as a useful adjunct to differentiate WDLPS from lipoma and seem to be related with proliferation index."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T58663
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iwan Djuanda
"ABSTRAK
Ruang lingkup, bahan dan cara penelitian : Telah dilakukan penelitian retrospektif di Departemen Patologi Anatomik FKUI RRSUPN CM. Sampel diambil dari Arsip Departemen PatoIogi Anatomik dari tahun 1995 sampai dengan tahun 2003. Gambaran histologik melanoma malignum dinilai uang, yaitu tipe Nodular Melanoma, tipe Superficial Spreading Melanoma dan tipe Acral Lenligineous Melanoma.
Dilakukan pewarnaan ulang HE dan imunoperoksidase dengan menggunakan antibodi Ki67. Penghitungan jumlah mitosis dilakukan dengan menghitung jumlah mitosis/kuadrat milimeter pada 10 LPB secara acak. Penilaian ketebalan tumor dilakukan menurut Breslow. Perkalian antara ketebalan tumor dan jumlah mitosis dilakukan untuk penentuan indeks prognosis. Penghitungan positifitas Ki67 pada inti sel yang berwarna coklat tua dilakukan pada 500 sel secara acak. Untuk mengetahui hubungan berbanding terbalik antara ekspresi Ki67 dengan indeks prognosis dilakukan uji korelasi non parametrik 2x2 dengan uji Pearson. Uji korelasi parametrik dilakukan dengan uji Tukey dan Duncan.
Hasil dan kesimpulan: Dan 20 kasus MM (11 kasus NM, 5 kasus ALM dan 4 kasus SSM), didapatkan 17 kasus MM (10 kasus NM, 4 kasus ALM dan 3 kasus SSM) yang positif mengekspresikan Ki67, 3 kasus yang tidak mengekspresikan Ki67 terdiri atas 1 kasus NM, 1 kasus ALM dan I kasus SSM. Dua puluh kasus MM menunjukkan 12 kasus dengan Breslow > 4 mm (8 kasus NM dan 4 kasus ALM), sedangkan 8 kasus dengan Breslow < 4 mm (3 kasus NM , 1 kasus ALM dan 4 kasus SSM).
Pada 4 kasus SSM 3 kasus mengekspresikan Ki67 positif 1 dan 1 kasus tidak mengekspresikan Ki67. Hasil uji korelasi menunjukkan adanya hubungan bermakna antara ketebalan tumor Breslow dengan indeks proliferasi Ki67. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa antibodi monoklonal Ki67 sebagai petanda proliferasi dapat digunakan sebagai indikator dalam memprediksi prognosis dan kemungkinan terjadinya early metastasis pada penderita MM yang mempunyai nilai ketebalan Breslow rendah, seperti pada jenis SSM."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Christin Wigin Hia
"Latar Belakang: Kanker ovarium menduduki peringkat ke-3 sebagai kanker tersering pada perempuan di Indonesia. Keganasan ovarium dianggap sebagai silent killer karena tidak memiliki gejala yang signifikan pada stadium awal sehingga hampir 50% pasien datang sudah pada stadium lanjut. Oleh karena itu, diperlukan alat skrining di pelayanan primer untuk mendeteksi keganasan ovarium dan salah satu modalitas pemeriksaan adalah ultrasonografi sederhana.
Tujuan: Mengetahui nilai diagnostik pemeriksaan ultrasonografi sederhana dalam menilai keganasan tumor ovarium dibandingkan hasil histopatologi pascaoperasi.
Metode: Penelitian ini merupakan studi potong lintang pada pasien tumor ovarium di polikinik Ginekologi RSCM Jakarta yang dilakukan operasi pada bulan Maret hingga Juli 2015. Sampel penelitian diambil dengan metode consecutive sampling. Analisis menggunakan uji Chi-square dan regresi logistik untuk mencari hubungan antara pola morfologi ultrasonografi dengan hasil histopatologi dimana terdapat hubungan bermakna apabila nilai p<0,05. Selain itu, dibuat model persamaan dari regresi logistik untuk menghitung probabilitas
Hasil: Terdapat 80 subjek penelitian dimana 58 subjek (72,5%) dengan tumor jinak dan 22 subjek (27,5%) dengan tumor ganas. Hasil ultrasonografi dengan pola morfologi ≥2 menunjukkan hasil ganas pada 53,8% subjek dengan nilai diagnostik sensitivitas 100%, spesifisitas 82,8%, nilai duga positif 68,8%, dan nilai duga negatif 100%. Pola morfologi yang paling berpengaruh terhadap keganasan tumor ovarium adalah permukaan dalam dinding kista ireguler, multilokular, terdapat penonjolan papiler, dan ada bagian padat dalam tumor. Probabilitas subjek mendapat tumor ganas apabila memiliki pola morfologi ≥3 adalah lebih dari 88,9%,
Kesimpulan: Pemeriksaan ultrasonografi sederhana dapat digunakan untuk mendeteksi keganasan tumor ovarium.

Background: Ovarian cancer ranked 3rd most common cancer in Indonesian women. Ovarian malignancy is considered as silent killer because there is no significant symptom in early stage therefore almost 50% patients came in late stage. Thus, screening tool is needed in primary health care to detect ovarian malignancy and one of recommended modality is simple ultrasound examination.
Aim: To know diagnostic values of simple ultrasound examination to detect ovarian malignancy compared with post operative histopathologic findings.
Method: This study used cross-sectional design in Cipto Mangunkusumo Hospital gynecologic outpatients with ovarian tumor undergone operation between March to July 2015. Samples were taken using consecutive sampling. Analysis was done using Chi-square test and logistic regression to find the relationship between ultrasound morphologic patterns with histopathologic findings where there is a significant relationship when p value < 0.05. Furthermore, a model derived from logistic regression was made to calculate the probability having ovarian malignancy.
Result: There were 80 subjects which 58 subjects (72.5%) have benign tumor and 22 subjects (27.5%) have malignant tumor. Ultrasound examination result using ≥2 morphologic patterns gave malignant result in 53.8% subjects with diagnostic values of sensitivity of 100%, specificity 82.8%, positive predictive value of 68.8%, and negative predictive value of 100%. The most important patterns were irreguler internal cyst wall, multilocular, presence of pappilary projection, and presence of solid component. The probability of subject having ovarian malignancy if there were ≥3 morphologic patterns was more than 88.9%.
Conclusion: Simple ultrasound examination can be used to detect ovarian malignancy.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Syarifuddin
"Latar belakang: Respon terapi diffuse large B-cell lymphoma (DLBCL) sangat heterogen. Skor IPI dan subtype DLBCL berdasarkan algoritma Hans masih banyak dipakai untuk menentukan prognosis. Jumlah monosit absolut (AMC) dan Tumor microenviroment (TME)  memiliki peranan penting dalam memprediksi  terjadinya event pada DLBCL. Beberapa TME yang telah dikaji adalah tumor associated macrophage (TAM), dan tumor infiltrating lymphocytes (TIL), namun masih terdapat hasil yang kontradiktif terhadap tingkat survival pasien DLBCL yang mendapatkan regimen terapi RCHOP dalam dua tahun.
Tujuan penelitian: Mengetahui hubungan antara AMC,  TAM dan TIL terhadap event free survival 2 Tahun  pada  DLBCL yang mendapatkan terapi RCHOP.
Metode penelitian: Penelitian ini adalah studi kohort retrospektif dengan mengambil data rekam medis pasien dari Rumah Sakit dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang terdaftar sejak Januari 2014-Maret 2021. Kami mengumpulkan data demografis, hasil pemeriksaan klinis,  laboratorium, termasuk AMC, pemeriksaan radiologi dan event selama 2 tahun. Pemeriksaan CD163 dan CD8 menggunakan pewarnaan imunohistokimia antibodi dari parafin blok biopsi jaringan. Kami menganalisis nilai cut off terbaik dari AMC, CD163, dan CD8 dalam menentukan survival dua tahun dan korelasi AMC terhadap CD163 dan CD8.
Hasil: Kami menganalisis sebanyak 108 pasien (52% laki-laki, 33,3% usia lebih dari enam puluh tahun). Ditemukan nilai cut off terbaik AMC, CD163, dan CD8 berturut-turut adalah 631, 23, dan 27,5%. Terdapat hubungan yang bermakna berturut-turut antara AMC dan CD163 serta CD8 (r=0,577, p<0,001; r=-0,599, p<0,001). Kesimpulan dari penelitian ini ditemukan AMC, TAM M2 (CD163) dan TIL CD8 secara kuantitatif berhubungan dengan event free survival 2 tahun pada pasien DLBCL yang mendapatkan terapi RCHOP. Terdapat hubungan korelasi positif sedang antara AMC dengan TAM M2 (CD163),  dan hubungan korelasi negatif sedang antara AMC dengan  TIL CD8.

Background: Response to therapy of diffuse large B-cell lymphoma (DLBCL) is very heterogeneous. IPI scores and DLBCL subtypes based on Hans' algorithm are still widely used to determine prognosis. Absolute monocyte count (AMC) and tumor microenvironment (TME) are important in predicting events in DLBCL. Several TMEs studied are tumor-associated macrophages (TAM) and tumor-infiltrating lymphocytes (TIL). However, there are still contradictory results regarding the survival rate of DLBCL patients who receive RCHOP therapy regimens within two years.
Objective: This study aimed to determine the correlation between AMC, TAM, and TIL on 2-year event-free survival in DLBCL receiving RCHOP therapy.
Methods: This research is a retrospective cohort study by taking patient medical record data from Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital (RSCM) registered from January 2014-March 2021. We collected demographic data, clinical and laboratory examinations, including AMC, radiological examinations, and events for 2 years. Examine CD163 and CD8 using antibody immunohistochemical staining of paraffin tissue biopsy blocks. We analyzed the best cut-off values ​​of AMC, CD163, and CD8 in determining two-year survival and the correlation of AMC to CD163 and CD8.
Results: We analyzed 108 patients (52% male, 33.3% over sixty). It was found that the best cut-off values ​​for AMC, CD163, and CD8 were 631, 23, and 27.5%, respectively. There was a significant relationship between AMC and CD163 and CD8, respectively (r=0.577, p<0.001; r=-0.599, p<0.001). This study concluded that AMC, TAM M2 (CD163), and TIL CD8 were quantitatively associated with 2-year event-free survival in DLBCL patients receiving RCHOP therapy. A moderate positive correlation exists between AMC and TAM M2 (CD163) and a moderate negative correlation between AMC and TIL CD8.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yuri Feharsal
"Penelitian ini membahas perbandingan performa diagnostik sistem skoring International Ovarian Tumor Analysis (IOTA) dengan Risk of Malignancy Index-4 (RMI-4) dan indeks morfologi Sassone dalam memprediksi keganasan ovarium prabedah. Dilakukan uji diagnostik potong-lintang secara retrospektif dengan pasien neoplasma ovarium di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dari Januari hingga Desember 2013. Nilai diagnostik dari keempat metode skoring dihitung dengan luaran: sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, nilai prediksi negatif, akurasi dan nilai AUC. Penelitian ini menyimpulkan IOTA simple-rules memiliki performa diagnostik lebih baik dibandingkan IOTA subgroup, RMI-4 dan indeks morfologi Sassone.

This study compared diagnostic performance of scoring system of International Ovarian Tumor Analysis (IOTA) with Risk of Malignancy Index-4 (RMI-4) and Sassone morphology index to predict ovarian malignancy preoperatively. A retrospective study was done involving subject with ovarian neoplasm at National General Hospital Dr. Cipto Mangunkusumo on January to December 2013. Sensitivity, specificity, positive predictive value, negative predictive value, accuracy and AUC value were calculated. This study concluded that diagnostic performance of IOTA simple-rules were significantly better than IOTA subgroup, RMI-4 and Sassone morphology index."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayijati Khairina
"ABSTRACT
Latar belakang. Anak berusia 2 bulan - 2 tahun yang menderita infeksi saluran
kemih (ISK) dengan gejala demam perlu mendapat perhatian karena memiliki
risiko kerusakan ginjal, gejala klinis yang tidak spesifik pada traktus urinarius,
serta pengambilan sampel urin yang sulit. Urinalisis merupakan pemeriksaan
penunjang utama pada ISK karena cepat dan tersedia secara luas.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan menilai sensitivitas, spesifisitas, nilai duga
positif (NDP), nilai duga negatif (NDN), pretest odds, rasio kemungkinan positif
(RKP), rasio kemungkinan negatif (RKN), post-test odds, dan post-test
probability dari masing-masing komponen urinalisis, yaitu nitrit, esterase leukosit
(EL), leukosituria, bakteriuria beserta gabungannya untuk memprediksi ISK pada
anak berusia 2 bulan hingga 2 tahun dengan gejala demam.
Metode. Penelitian ini merupakan uji diagnostik yang dilakukan di RSCM, RSUD
Tangerang, RSUP Fatmawati, dan RSUD Budhi Asih pada anak berusia 2 bulan -
2 tahun. Kriteria inklusi meliputi pasien dengan kecurigaan ISK, yaitu demam
dengan suhu lebih dari, atau sama dengan 390C, demam lebih dari 2 hari, dan
tidak ditemukan penyebab lain (infeksi saluran pernapasan akut, otitis media akut,
infeksi sistem saraf pusat, dan campak), serta belum mendapat antibiotik dalam 1
minggu terakhir. Kriteria eksklusi meliputi pasien immunocompromise dan
kelainan anatomis pada traktus urinarius. Pengumpulan sampel urin untuk
pemeriksaan urinalisis dan kultur urin menggunakan urine collector.
Hasil. Tujuh puluh lima anak ISK dengan gejala demam memenuhi kriteria
penelitian. Prevalens ISK pada penelitian ini adalah 33%. Hasil positif pada nitrit,
EL, leukosituria, bakteria, dan gabungannya memiliki nilai sensitivitas berturutturut
24%, 68%, 56%, 52%, dan 54%. Nilai spesifisitas nitrit, EL, leukosituria,
bakteria, dan gabungannya berturut-turut 94%, 80%, 86%, 90%, dan 95%. Nilai
NDP nitrit, EL, leukosituria, bakteria, dan gabungannya berturut-turut 66%, 63%,
66%, 72%, dan 75%. Nilai NDN nitrit, EL, leukosituria, bakteria, dan
gabungannya berturut-turut 71%, 83%, 79%, 79%, dan 88%. Nilai RKP nitrit, EL,
leukosituria, bakteria, dan gabungannya berturut-turut 4; 3,4; 4; 5,2; dan 10,3.
Nilai RKN nitrit, EL, leukosituria, bakteria, dan gabungannya berturut-turut 0,8;
0,4; 0,5; 0,5; 0,5; dan 0,5.
Simpulan. Hasil gabungan komponen urinalisis (nitrit, EL, leukosituria, dan
bakteriuria) dapat digunakan untuk menyingkirkan ISK karena mempunyai
spesifisitas dan NDN tinggi, sehingga tidak diperlukan pemeriksaan kultur urin.

ABSTRACT
Background. Children aged 2 months to 2 years old with febrile urinary tract
infection (UTI) need special attention considering kidney complications,
unspecified symptoms, and difficult urine sample collection. Urinalysis was the
main supportive examination for UTI because of its immediate result and
widespread availability.
Objective. To estimate sensitivity, specificity, positive predictive value (PPV),
negative predictive value (NPV), pretest odds, positive likelihood ratio (LR+),
negative likelihood ratio (LR-), post-test odds, and post-test probability on each
urinalysis component, which are nitrite, leukocyte esterase (LE), leukocyturia, and
bacteriuria, and also combination of all four components in predicting UTI among
children aged 2 months to 2 years old with febrile as the main manifestations.
Methods. This is a diagnostic study held in Cipto Mangunkusumo Hospital,
Tangerang Hospital, Fatmawati Hospital, and Budhi Asih Hospital, involving
children aged 2 months to 2 years old. Inclusion criteria are fever with unknown
source (more than or 39⁰C), fever more than 2 days (without acute respiratory
infection, acute otitis media, central nervous system infection, or measles), and no
history of antimicrobial consumption in the past week. Exclusion criteria are
immunocompromised state and urinary tract abnormalities. Urine samples for
urinalysis and urine culture were collected using urine collector for all subjects.
Results. Seventy five children were participating in this study. We found 33%
prevalence of febrile UTI in this study. Sensitivity of nitrite, LE, bacteriuria,
leucocyturia, and all four components were 24%, 68%, 56%, 52%, and 54%. The
specificity of nitrite, LE, bacteriuria, leucocyturia, and all four components were
94%, 80%, 86%, 90%, and 95%. The PPV of nitrite, LE, bacteriuria, leucocyturia,
and all four components were 66%, 63%, 66%, 72%, and 75%. The NPV of
nitrite, LE, bacteriuria, leucocyturia, and all four components were 71%, 83%,
79%, 79%, and 88%. The LR+ of nitrite, LE, bacteriuria, leucocyturia, and all
four components were 4; 3,4; 4; 5,2; and 10,3. The LR- of nitrite, LE, bacteriuria,
leucocyturia, and all four components were 0,8; 0,4; 0,5; 0,5; and 0,5.
Summary. All four components of urinalysis (nitrite, LE, leucocyturia, and
bacteriuria) can be used to exclude UTI because of their high specificity and NPV,
so urinary culture is not needed."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Latifah Anandari
"Kanker kolorektal adalah salah satu kanker dengan prevalensi yang cukup tinggi di dunia. Protein KRAS adalah salah satu protein yang berada di jalur persinyalan epithelial growth factor receptor EGFR dan status mutasinya disarankan untuk diperiksa pada pasien karsinoma kolorektal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi mutasi KRAS dari sampel feses pasien tersangka keganasan kolorektal menggunakan nested-allele specific primer dan amplifikasi COLD-PCR, dan mengetahui peran diagnostik status mutasi tersebut dibandingkan dengan gambaran histopatologik sebagai baku emas. Proporsi mutasi KRAS fekal dengan protokol yang sudah ditetapkan sebesar 45. Tidak terdapat hubungan bermakna antara status mutasi KRAS dengan gambaran histopatologik p > 0,05. Dari uji diagnostik didapatkan sensitivitas, spesifisitas, nilai prediksi positif, dan nilai prediksi negatif adalah 46,9, 55,9, 33,3, dan 69,1 sehingga tidak disarankan untuk menggunakan status mutasi KRAS fekal secara tunggal sebagai uji penapisan maupun konfirmasi.

Colorectal cancer has high prevalence worldwide. KRAS is one protein involved in epithelial growth factor receptor EGFR and its mutational status recommended to be determined on colorectal cancer patients. This study aims to find out proportion of fecal KRAS mutation on suspected colorectal cancer patients with nested allele specific primer and COLD PCR amplification, and to establish its diagnostic role with histopathologic findings as a gold standard. Proportion of fecal KRAS mutation with the assigned protocol was 45. There is no significant correlation between mutation status and histopathologic findings p 0,05. Sensitivity, specificity, positive prediction value, and negative prediction value results were 46,9, 55,9, 33,3, and 69,1 respectively. It is not recommended to use fecal KRAS mutation status as a single parameter in screening or confirmatory test."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T55611
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teinny Suryadi
"Latar Belakang. Perbaikan fungsi berjalan adalah target fungsional yang paling relevan pasca-stroke. Oleh karena itu diperlukan alat ukur yang dapat menilai kemampuan fungsional pasca-stroke yang aman dan tidak menimbulkan kelelahan. Tujuan dari penelitian ini untuk menilai korelasi antara Fatigue Severity Scale dan Skala Borg dengan uji jalan 2 menit pada penderita stroke.Metode. Studi potong lintang pada 35 subjek stroke subakut dan kronik di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Dilakukan uji korelasi Pearson antara Fatigue Severity Scale dan Skala Borg dengan hasil pengukuran uji jalan 2 menit.Hasil. Pada pasien stroke terdapat korelasi sedang yang signifikan pada Skala Borg kaki lelah ge;3 dengan uji jalan 2 menit baik pada jarak tempuh r=-0,505, p=0,046 maupun kecepatan r=-0,498, p=0,050 namun tidak terdapat korelasi antara FSS dengan hasil pengukuran uji jalan 2 menit. Tidak terdapat korelasi antara Skala Borg usaha dan sesak dengan jarak tempuh uji jalan 2 menit.Kesimpulan. Terdapat korelasi sedang yang bermakna secara statistik antara Skala Borg kaki lelah dengan hasil pengukuran uji jalan 2 menit.Tidak terdapat korelasi antara FSS dengan uji jalan 2 menit.
Background. Improvement of walking function is the most relevant functional target post stroke Therefore we need a measuring tool that can assess the functional ability of post stroke that is safe and does not cause fatigue. Aim of this study to assess the correlation between Fatigue Severity Scale and Borg Scale with 2 minute walking test in stroke patient.Method. Cross sectional study on 35 subacute and chronic stroke subjects at RSUPN Cipto Mangunkusumo. A Pearson correlation test was conducted between FSS and Borg Scale with 2 minute walking test.Result. In stroke patients there was a significant moderate correlation between Borg Scale leg fatigue ge 3 with 2 minute walking test on distance r 0,505, p 0.046 and walking speed r 0,498, p 0,050 but there was no correlation between FSS and 2 minute walking test. There was no correlation between the Borg Scale dypsnea and leg fatigue with 2 minute walking test.Conclusion. There was a statistically significant correlation between Borg Scale leg fatigue with 2 minute walking test. There was no correlation between FSS with 2 minute walking test."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wella Angelia
"Tumor sistem saraf pusat (SSP) dapat menurunkan massa otot dan massa bebas lemak akibat defisit neurologis yang terjadi serta efek sistemik karena keganasan. Penurunan massa bebas lemak dan massa otot dengan inflamasi saling memengaruhi serta dikaitkan dengan prognosis yang buruk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi indeks massa bebas lemak (FFMI) dengan indeks inflamasi imun sistemik (SII) pada pasien tumor SSP. Studi ini merupakan studi potong lintang pada pasien dewasa dengan diagnosis tumor SSP di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Pengukuran FFMI menggunakan bio impedance analysis (BIA). Nilai SII didapatkan dari hasil pemeriksaan laboratorium darah perifer lengkap. Terdapat 74 pasien tumor SSP dengan mayoritas perempuan (59,5%) dan lokasi tersering adalah tumor di otak (79,7%). Proporsi jenis tumor primer maupun sekunder adalah sama (50%). Median indeks massa tubuh (IMT) yaitu 22,85 kg/m2 (11,99–37,60 kg/m2) dengan kategori IMT terbanyak adalah berat badan normal (33,8%). Rerata FFMI yaitu 16,05±3,12 kg/m2 dengan 51,4% pasien memiliki FFMI yang rendah. Median SII sebesar 1140,9 (103,6–8745,6). Tidak didapatkan korelasi antara FFMI dengan SII pada pasien tumor SSP. Pada analisis tambahan didapatkan korelasi negatif bermakna antara FFMI dengan SII pada wanita (r=- 0,351; p=0,019), sebaliknya pada pria tidak ditemukan adanya korelasi (r=-0,096; p=0,613).

Central nervous system (CNS) tumors can reduce muscle mass and fat-free mass due to neurological deficits and systemic effects of malignancy. Decreased fat-free mass and muscle mass with inflammation are mutually influential and associated with poor prognosis. This study aimed to determine the correlation between fat-free mass index (FFMI) and systemic immune inflammation index (SII) in patients with CNS tumors. This is a cross-sectional study of CNS tumors adult patients at Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital. FFMI measurements were obtained using bioimpedance analysis (BIA). SII values obtained from complete peripheral blood laboratory examination results. There were 74 patients with CNS tumors, with the majority being female (59.5%), and the most common location was brain tumors (79.7%). The proportion of primary and secondary tumor types was equal (50%). The median body mass index (BMI) was 22.85 kg/m2 (11.99– 37.60 kg/m2), with the majority falling under the normal weight category (33.8%). The mean FFMI was 16.05±3.12 kg/m2, with 51.4% of patients having a low FFMI. The median SII was 1140.9 (103.6–8745.6). There was no correlation between FFMI and SII in patients with CNS tumors. In additional analysis, a significant negative correlation was found between FFMI and SII in women (r=-0.351; p=0.019), whereas in men, no correlation was found (r=-0.096; p=0.613)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Renindra Ananda Aman
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2008
D1744
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>