Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 37835 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Putri Maharani Tristanita Marsubrin
"Latar belakang. Sindrom nefrotik (SN) merupakan penyakit ginjal yang sering ditemukan pada anak. Komplikasi SN terkait perjalanan penyakit, terapi, fisik dan psikososial yang memengaruhi kualitas hidup.
Tujuan. Mendapatkan gambaran tentang kualitas hidup anak SN yang berobat di Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA) Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan faktor yang berhubungan.
Metode. Studi deskriptif analitik dengan desain potong lintang di poliklinik nefrologi dan rawat inap Departemen IKA RSCM periode April 2012 - Desember 2013. Subjek berusia 2-18 tahun. Penilaian kualitas hidup menggunakan PedsQLTM 4.0 modul generik dan pola asuh menggunakan Kuesioner Pola Asuh Anak (KPAA).
Hasil. Seratus pasien SN mengikuti penelitian dan didapatkan gangguan kualitas hidup berdasarkan laporan orangtua dan laporan anak 19%. Usia 5-7 tahun, usia 13-18 tahun, status sosioekonomi rendah, dan kondisi relaps jarang pada SN sensitif steroid (SNSS) merupakan faktor risiko gangguan kualitas hidup pada laporan orangtua (p<0,05) dengan rasio prevalens secara berurutan 5,22, 7,5, 3,48, 10,33. Penggunaan steroid saat penelitian memiliki hubungan dengan kualitas hidup berdasarkan laporan orangtua (p<0,05). Tingkat pendidikan ayah yang semakin rendah merupakan faktor risiko gangguan kualitas hidup pada laporan anak (p<0,05) dengan rasio prevalens 5,22. Lama diagnosis memiliki hubungan dengan kualitas hidup pada laporan orangtua dan anak (p<0,05). Status sosioekonomi dan pola asuh merupakan faktor risiko gangguan kualitas hidup.
Simpulan. Usia prasekolah, remaja, kondisi relaps jarang, penggunaan steroid, lama diagnosis, tingkat pendidikan ayah semakin rendah, status sosioekonomi dan pola asuh akan memengaruhi kualitas hidup anak SN. Gangguan kualitas hidup pada pasien SN merupakan masalah yang perlu diperhatikan dalam tata laksana.

Background. Nephrotic syndrome (NS) is the most common kidney disease in children. Complication of NS is associated with course of disease, therapy, and psychosocial condition affecting the quality of life (QoL).
Aim. Describing the QoL in children with NS and its associated factors in pediatric outpatient clinic and ward in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital.
Method. Cross sectional study was performed in pediatric nephrology clinic and ward in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, from April 2012 to December 2013. Subjects were 2 to 18 years old. Quality of life was assessed using PedsQLTM 4.0 generic module and parenting style was assessed with Kuesioner Pola Asuh Anak.
Results. One hundred subjects participated in this study and QoL impairment was reported in 19% subjects based on report from parents and children. Factors associated with impairment QoL from parent's report were age group 5 - 7 years old, age group 13 - 18 years old, low socioeconomic status, and infrequent relapse condition in steroid sensitive NS (P<0.05), with prevalence ratio 5.22, 7.5, 3.48, 10.33, respectively. Steroid use was also associated with QoL according to parent’s report (P<0,05). Lower father's education was risk factor for QoL impairment according to patient's report (P<0,05) with prevalence ratio 5.22. Duration of diagnosis was associated with QoL according to parent’s and patient’s report (P<0,05). Socioeconomic status and parenting style were risk factors of QoL impairment in children with NS.
Conclusion. Preschool age, teen age, infrequent relapse, steroid use, duration of diagnosis, low father’s education, socioeconomic status, and parenting style are associated with QoL in children with NS. Quality of life impairment is important in management of children with NS.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Tri Harjaningrum
"ABSTRAK
Latar belakang:.Demam reumatik DR dan penyakit jantung reumatik PJR merupakan penyakit kronis yang berdampak terhadap fisik, psikososial, dan akademik. Penting menilai kualitas hidup anak DR dan PJR serta faktor-faktor yang memengaruhinya, untuk mengetahui prioritas masalah. Tujuan: Mengetahui gambaran kualitas hidup anak DR dan PJR serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Metode: Studi potong lintang pada April-Agustus 2017, dengan subyek anak berusia 5-18 tahun. Data didapatkan secara consecutive sampling menggunakan kuesioner PedsQL trade; 3.0 modul jantung dan rekam medis retrospektif. Hasil: Kualitas hidup baik ditemukan pada 53 laporan anak dan 52 laporan orangtua subyek. Skor median laporan anak 79,70 29,7-100 , dan laporan orangtua 77,31 45,03-99,40 . Kepatuhan berobat merupakan kunci penyebab membaiknya kualitas hidup. Tidak ada faktor sosiodemografi yang berhubungan dengan kualitas hidup. Faktor klinis yang berhubungan dengan kualitas hidup adalah rute antibiotik. Anak DR dan PJR yang mendapat antibiotik intramuskuler, 3,2 kali laporan anak memiliki kemungkinan kualitas hidup lebih baik dibandingkan yang mendapatkan antibiotik oral p ABSTRACT
Background Rheumatic fever RF and rheumatic heart disease RHD are chronic diseases that affect physical, psychosocial, and academic. Assessment of quality of life in children with RF and RHD and the factors affecting it, is important to identify problems. Objective To identify quality of life in children with RF and RHD and the factors influencing it. Method A cross sectional study on RF and RHD patients aged 5 18 years old, using PedsQLTM 3.0 Cardiac Module questionnaire and retrospective medical records from April 2017 until August 2017. Result High quality of life was found in 53 child report and 52 parent report of subjects. Median score from children rsquo s reports and parents rsquo reports are, 79,70 29,7 100 , and 77,31 45,03 99,40 respectively. Compliance was the key to cause quality of life to increase. Clinical factors affecting quality of life included the route of antibiotic administration, and there were no sociodemographic factors. By child report, children with RF and RHD who received intramuscular antibiotics were 3.2 times more likely to have higher quality of life than children who received oral antibiotics p "
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Rafli
"Latar belakang: Penyakit ginjal kronik PGK masih merupakan masalah kesehatan yang serius pada anak dengan morbiditas yang semakin meningkat dan memiliki dampak terutama pada kualitas hidup anak. Data Riskesdas 2013 menunjukkan prevalens PGK pada penderita ge; 15 tahun di Indonesia sebesar 0,2 . Penelitian di Kuwait melaporkan peningkatan prevalens PGK pada anak dari 188 1996 menjadi 329 per satu juta populasi anak pada tahun 2003.
Tujuan: Mengetahui kualitas hidup anak PGK serta hubungannya dengan derajat keparahan, lama diagnosis, dan faktor-faktor yang berhubungan demografi.
Metode: Penelitian potong lintang antara Juli 2016-Mei 2017. Subyek penelitian adalah anak berusia 2-18 tahun yang didapatkan secara consecutive sampling dan menggunakan kuesioner baku PedsQL trade; modul generik versi 4.0 yang diisi orangtua dan anak.
Hasil: Total subjek adalah 112 anak. Kualitas hidup terganggu didapatkan dari laporan orangtua 54,5 dan laporan anak 56,3 . Fungsi sekolah dilaporkan paling sering terganggu pada laporan anak dan fungsi fisis pada laporan orangtua. Faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup adalah lama diagnosis >60 bulan p=0,004 , jenis kelamin perempuan p=0,019 , dan jenjang pendidikan menengah p=0,003.
Simpulan: Lebih dari separuh anak PGK menurut orangtua 54,5 dan anak 56,3 memiliki gangguan kualitas hidup terutama pada fungsi sekolah dan fungsi emosi. Lama diagnosis >60 bulan, jenis kelamin perempuan, dan jenjang pendidikan menengah merupakan faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup anak PGK.

Background: Chronic kidney disease CKD is still serious health problem in children with increasing morbidity affect children's quality of life. From Riskesdas 2013, prevalence of patients CKD ge 15 years old in Indonesia is 0,2 . Research in Kuwait shows increasing prevalence children with CKD from 188 1996 to 329 per millions of the age related population in 2003.
Aim: To assess the quality of life children with CKD as well as relationship with duration of diagnosis, severity, and related factors demographic.
Methods: A cross sectional analytic study. Subjects were recruited from July 2016 May 2017 through consecutive sampling. CKD children aged 2 18 years were involved, patients and their parents were asked to fill out the PedsQL trade generic score scale version 4.0 questionnaire.
Result: A total of 112 children were recruited, quality of life was affected from parents's reports 54,5 and children's reports 56,3. The school and emotional have lowest score affected parameter studied. Factor related to quality of life children with CKD were duration of diagnosis 60 months p 0,004 , female p 0,019 , and middle school p 0,003.
Conclusion: More than half children with CKD have disturbance quality of life in general from parents's reports 54,5 and children's reports 56,3 . Duration of diagnosis 60 months, female, and middle school were related with quality of life children with CKD.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Setiorini
"ABSTRAK
Latar belakang: Talasemia merupakan penyakit kronis yang dapat menganggu kualitas hidup anak, baik karena keparahan penyakitnya maupun pengobatannya yang bersifat jangka panjang. Transfusi darah dan terapi kelasi besi yang diberikan seumur hidup pada anak dengan talasemia memberikan harapan hidup yang sama dengan anak sehat. Kualitas hidup menjadi hal yang penting dengan bertambahnya angka harapan hidup pasien talasemia. Tujuan: Mengetahui kualitas hidup anak dengan talasemia di Pusat Thalassemia departemen ilmu kesehatan anak FKUI-RSCM, Rumah Sakit Umum Daerah Tangerang, dan Rumah Sakit Ibu dan Anak Harapan Kita serta faktor-faktor yang berhubungan. Metode: Penelitian menggunakan rancangan deskriptif dengan analisis potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan secara konsekutif pada bulan Januari ndash; Maret 2017. Subyek penelitian adalah anak berusia 2-18 tahun yang datang selama periode penelitian. Penilaian kualitas hidup menggunakan kuesioner baku PedsQL trade; modul generik yang diisi oleh orangtua pasien. Analisis data dengan metode univariat dengan tingkat kemaknaan ?=0,05. Hasil: Terdapat 387 subyek yang mengikuti penelitian, sebaran subyek merata. Nilai rerata total kualitas hidup anak dengan talasemia adalah 76,88 12,92 dengan nilai total pada masing-masing rumah sakit berturut-turut adalah 77,54 RSCM, 81,3 RS Harapan Kita, dan 75,18 RSUD Tangerang. Faktor sosiodemografis dan faktor medis tidak memiliki hubungan bermakna dengan kualitas hidup. Tetapi, seiring bertambahnya usia, kualitas hidup anak semakin menurun, terutama pada domain fungsi sekolah. Simpulan: Lebih dari separuh anak dengan talasemia 72,8 memiliki kualitas hidup yang baik, namun pada domain fungsi sekolah masih memiliki nilai yang rendah.

ABSTRACT
Background Thalassemia is a chronic condition and affect patient's health related quality of life HRQoL , because of the disease and the effect of treatment. Blood transfusion and chelating agent given for thalassemia children in a lifetime could give a good quality of life compared to healthy children. Assesment is needed to determine and to improve the quality of life in thalassemic patient. Aim To assess the life quality of children with thalassemia in Cipto Mangunkusumo Hospital, Harapan Kita Hospital, and Tangerang Public Hospital as well as affecting factors contributing on it. Method We performed a cross sectional study from January ndash March 2017 in Cipto Mangunkusumo Hospital, Harapan Kita Hospital, and Tangerang Public Hospital. Thalassemia children aged 2 18 years were involved, parents were asked to fill out the PedsQL trade generic score scale version 4.0 questionnaire parent proxy report to assess their quality of life. Result Of the 387 thallasemia patients approached, the distribution of the subject was evenly distributed. The overall mean total score for quality of life in children with thalassemia were 76,88 12,92 each hospital was 77,54 Cipto Mangunkusumo Hospital, 81,3 Harapan Kita Hospital, and 76,88 Tangerang Public Hospital. While The sosiodemographic and medical factors were not significantly affect the HRQoL of the patients. The study reveal that thalassaemia has different impact at different ages especially in school function. Conclusion Thalassemic children have a good quality of life in general 72,8 but the school function still have a low score.Key words thalassemia, children, quality of life, PedsQL."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinta Prastiana Dewi
"Tujuan: Mengetahui kualitas hidup pasien anak dengan tumor otak yang telah
menjalani radioterapi di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto
Mangunkusumo berdasarkan PedsQL™ 4.0 skala generik serta mengetahui
kesintasannya serta faktor risiko yang berpengaruh terhadap mortalitas. Metode:
Dilakukan studi dengan desain potong lintang yang melibatkan 88 pasien dan sebanyak
26 diantaranya turut serta dalam penilaian kualitas hidup dengan menggunakan
instrumen Pediatric Quality of Life Infentory (PedsQL™) 4.0 skala generik. Hasil: Dari
88 pasien yang terlibat dalam penelitian ini, sebanyak 31 pasien loss to follow up, 28
pasien terkonfirmasi meninggal, dan 29 pasien terkonfirmasi hidup. Kesintasan (OS) 1
tahun, 3 tahun, dan 5 tahun beturut-turut sebesar 71,6 %, 43,2%, dan 5,7%. Lokasi
tumor infratentorial dan usia yang lebih muda pada saat diagnosis merupakan faktor
risiko yang dapat meningkatkan mortalitas pada pasien anak dengan tumor otak pasca
radioterapi dengan nilai p 0,044 dan 0,036. Nilai rerata kualitas berdasarkan laporan
anak dan laporan orang tua PedsQL™ 4.0 skala generik adalah sebesar 70,686 dan
70,152. Penghasilan keluarga ≥ Rp 4.200.000,00 merupakan faktor yang meningkatkan
kualitas hidup anak dengan tumor otak pasca radioterapi (p=0,008). Kesimpulan:
Kualitas hidup pada pasien anak dengan tumor otak pasca radioterapi dapat dipengaruhi
oleh faktor sosioekonomi yaitu penghasilan keluarga. Lokasi tumor dan usia yang lebih
muda saat didiagnosis dapat meningkatkan risiko mortalitas.

Aims: This study was aimed to show the quality of life in children with brain tumor
after radiotherapy in Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital based on
PedsQL™ 4.0 generic core scale. This study was also aimed to show the overall
survival and mortality risk factors. Methods: This cross-sectional study consisted of 88
children with brain tumor after radiotherapy. There were 26 of 88 children assessed by
PedsQL™ 4.0 generic core scale. Results: Of the 88 patients involved in this study, 31
patients lost to follow-up, 28 patients were confirmed dead, and 29 patients were
confirmed alive. One year, 3 years, and 5 years overall survival were respectively
71.6%, 43.2%, and 5.7%. Infratentorial tumor location and younger age at diagnosis
were risk factors that can increase the incidence of mortality (p= 0.044 and 0.036).
Children’s quality of life were 70.686 and 70.152 based on PedsQL ™ children and
parents' reports. Family income ≥ IDR 4,200,000.00 was a factor that improved the
quality of life in children with brain tumors after radiotherapy (p = 0.008). Conclusion:
Quality of life in pediatric patients with brain tumor after radiotherapy could be
influenced by family income. The location of the tumor and the younger age at diagnosis could increase the risk of mortality.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Rosariah Ayu
"Latar belakang: Perdarahan sendi berulang merupakan morbiditas utama pada pasien hemofilia karena dapat menimbulkan artropati hemofilik yang menyebabkan keterbatasan gerak dan disabilitas sehingga menurunkan kualitas hidup. Penelitian bertujuan mengetahui korelasi pemeriksaan klinis sendi, penilaian aktivitas fungsional dan kualitas hidup pada anak hemofilia.
Metode: Penelitian dengan desain potong lintang di RSCM pada Agustus−November 2022 pada anak 4−16 tahun, hemofilia A atau B derajat sedang atau berat yang mengalami perdarahan sendi berulang. Penelitian dilakukan dengan menilai HJHS, PedHALshort serta Haemo-QoL dan mencari korelasi skor HJHS dengan skor PedHALshort dan Haemo-QoL.
Hasil: Sebanyak 95 subyek hemofilia, dengan hemofilia A (77,3%) dan 70,1% hemofilia berat. Skor HJHS median 4 (1−9), skor PedHALshort median 74,5 (62,73-89,09), skor Haemo-QoL mean (SD) 74,51 (15,58). Skor HJHS berkorelasi negatif sedang dengan PedHALshort (r= -0,462, p< 0,0001), skor HJHS berkorelasi sedang dengan Haemo-QoL (r= 0,469, p< 0,001).
Simpulan: Semakin tinggi skor HJHS menunjukkan adanya kerusakan pada sendi maka semakin rendah skor PedHALshort dan semakin tinggi skor Haemo-QoL yang menunjukkan semakin terganggu aktivitas fungsional serta kualitas hidupnya.

Background: Recurrent joint bleeding is the major morbidity in patient with hemophilia that can cause hemophilic arthropathy causes limitation of daily activities, disability, and reducing quality of life. Research objective are to determine the relationship between the clinical evaluation of joints, the assessment of functional activity determined and assessment of the quality of life with HJHS, so we can diagnose arthropathy, prevent disability and better management.
Methods: Study with cross-sectional design at RSCM on August-November 2022, children aged 4-16, with moderate or severe hemophilia A and B with recurrent joint bleeding. The study was conducted by assessing HJHS, PedHALshort and Haemo-QoL, determine the relationship between HJHS with PedHALshort and Haemo-QoL score.
Result: A total of 95 hemophilia subjects, with hemophilia A (77.3%) and 70.1% severe hemophilia. HJHS median score 4 (1-9), PedHALshort median score 74.5 (62.73-89.09), Haemo-QoL mean (SD) 74.51 (15.58). The HJHS score had a moderate negative correlation with PedHALshort (r= -0.462, p<0.0001), the HJHS score had a moderate correlation with Haemo-QoL (r= 0.469, p<0.001).
Conclusion: The higher of HJHS score indicates a joint disorder, the lower of PedHALshort and the higher of Haemo-QoL indicates the more impaired functional activity and poorer quality of life.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ganda Ilmana
"Kualitas hidup merupakan aspek penting dalam tata laksana pasien anak dengan penyakit kronis, misalnya penyakit reumatik. Kualitas hidup pasien anak dengan penyakit reumatik dapat dinilai dengan kuesioner Pediatric Quality Of Life Inventory Rheumatology Module (PedsQL-RM) yang telah terbukti sahih dan andal. Akan tetapi, hingga saat ini belum terdapat kuesioner PedsQL-RM dalam bahasa Indonesia yang tervalidasi. Pada penelitian ini kuesioner asli diterjemahkan dan dilakukan adaptasi transkultural untuk menghasilkan kuesioner bahasa Indonesia. Kuesioner diujikan kepada 53 subyek berusia 2-18 tahun dengan diagnosis lupus eritematosus sistemik (LES) atau artritis reumatoid juvenil (AIJ) beserta orangtua. Berkaitan dengan jumlah subyek yang tidak terpenuhi, analisis data hanya dilakukan pada kelompok usia 8-18 tahun. Kesahihan kuesioner domain anak bervariasi dengan rentang korelasi cukup kuat hingga kuat (r 0,437-0,910), sedangkan domain orangtua bervariasi dengan rentang lemah hingga kuat (r 0,153-0,808). Kuesioner ini memiliki keandalan alpha cronbach 0,755-0,785. Kuesioner PedsQL-RM bahasa Indonesia terbukti sahih dan andal untuk menilai kualitas hidup pasien anak dengan penyakit reumatik usia 8-18 tahun. Perlu penelitian lebih lanjut untuk menilai kesahihan dan keandalan pada usia 2-7 tahun.

Quality of life is one important aspect in management of children with chronic condition, for example rheumatology disease. Quality of life of these children can be measured by Pediatric Quality Of Life Inventory Rheumatology Module (PedsQL-RM)questionnaire which was proven valid and reliable. A valid version of the questionnaire in Bahasa Indonesia has not yet available. We perform translation and transcultural adaptation to produce the Indonesian version. The questionnaire was answered by 53 children aged 2-18 years old with systemic lupus erythematosus (SLE) or juvenile idiopatic arthritis (JIA) and their respective parents. Due to lack of subject, analysis was only performed in age 8-18 years old group. The validity in children domain varied within range of good to strong (0,437-0,910), while the parents domain varied within range of weak to strong (0,153-0,808). The questionnaire is reliable with cronbach alpha of 0,755-0,785. In conclusion, the PedsQL-RM in Bahasa Indonesia is valid and reliable to assess the quality of life in children with rheumatology disease aged 8-18 years old. Further study needed to assess the validity and reliability for children aged 2-7 years old."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adam Rinaldi Devantara
"Penelitian ini membahas tentang gambaran kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan (Health Related Quality of Life) pada penderita autoimun jenis Sindrom Sjögren. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian eksploratif. Penderita Sindrom Sjögren memiliki gangguan gejala fisik seperti kekeringan pada mulut, sakit pada persendian, dan kelelahan. Gejala fisik tersebut berpengaruh terhadap kualitas hidup penderita dalam dimensi physical well-being, psychological well-being, dan social well-being. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita Sindrom Sjögren memiliki gangguan terhadap physical well-being dengan gejala fisik dan gejala kekeringan yang dimiliki dan berdampak terhadpa fungsi tubuh dan aktivitas serta partisipasi penderita. Dalam dimensi psychological well-being, penderita Sindrom Sjögren memiliki tingkat kecemasan dan stres yang tinggi, kepercayaan diri dan kurangnya pemahamanan terhadap penyakit berimplikasi terhadap depresi dan kemampuan kontrol diri yang kurang memadai. Selain itu, Sindrom Sjögren juga berdampak pada domain social well-being penderita yaitu pada gangguan kehidupan sosial, gangguan keberfungsian peran sosial dalam keluarga dan pekerjaan, beban finansial, dan permasalahan yang terjadi di rumah sakit yang menimbulkan stres bagi penderita. Penderita Sindrom Sjögren memiliki dukugan sosial melalui pasangan, sahabat, dan dokter jiwa yang berdampak positif terhadap social well-being.

This study discusses the description of Health Related Quality of Life in autoimmune patients with Sjögren's Syndrome. This study uses a qualitative approach with an exploratory research type. People with Sjögren's Syndrome have physical symptoms such as dryness of the mouth, joint pain, and fatigue. These physical symptoms affect the patient's quality of life in the dimensions of physical well-being, psychological well-being, and social well-being. The results showed that patients with Sjögren's Syndrome had disturbances in physical well-being with physical symptoms and dryness that had an impact on body functions, activities, and participation of patients. In the dimension of psychological well-being, patients with Sjögren's Syndrome have high levels of anxiety and stress, lack of self-confidence, and lack of understanding of the disease have implications for depression and inadequate self-control abilities. In addition, Sjögren's Syndrome also has an impact on the social well-being of the patients, social life disturbances, impaired functioning of social roles in family and work, financial burdens, and problems that occur in hospitals that cause stress for patients. Patients with Sjögren's Syndrome have social support through their partners, friends, and psychiatrists which have a positive impact on their social well-being."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Artanti
"ABSTRAK
Latar belakang: Penyakit refluks gastroesofagus PRGE pada remaja sulit didiagnosis, karena gejala klinis tidak spesifik dan menyebabkan penurunan kualitas hidup. Gastroesofageal reflux disease questionnaire GERD-Q dan pediatric gastroesophageal symptom and quality of life questionnaire PGSQ telah divalidasi dan dikembangkan untuk mengidentifikasi PRGE dan kualitas hidup. Penggunaan GERD-Q dan PGSQ pada populasi remaja sebagian besar tidak diketahui.Tujuan: Untuk memperoleh prevalens dugaan PRGE pada remaja menggunakan GERD-Q dan penilaian kualitas hidup pada remaja yang memiliki GERD-Q positif skor ge; 7 dengan menggunakan PGSQ.Metode: Remaja usia 12-18 tahun di evaluasi menggunakan kuesioner GERD-Q. Remaja yang memiliki skor GERD-Q positif dievaluasi kualitas hidupnya menggunakan PGSQ. Analisis mengenai faktor risiko dugaan PRGE juga dilakukan.Hasil: Pada 520 subjek, rasio laki-laki dan perempuan 1:1,3 dan usia median 13 tahun. Prevalens dugaan PRGE pada remaja menggunakan kuesioner GERD-Q adalah 32,9 . Mengkonsumsi minuman soda memiliki risiko 1,7 kali mengalami dugaan PRGE Interval kepercayaan 95 1,3-2,2, ABSTRACT
Background Gastroesophageal reflux disease in adolescent is difficult to diagnose due to nonspecific symptom and often lead to poor quality of life. Gastroesophageal reflux disease questionnaire GERD Q and pediatric gastroesophageal symptom and quality of life questionnaire PGSQ are validated questionnaire that was developed to help identify GERD patients and their quality of life respectively. The application of GERD Q and PGSQ in adolescent population is largely unknown.Aim To obtain suspected GERD prevalence in adolescent using GERD Q and quality of life score assessment in adolescent with GERD Q positive.Methods Adolescent age 12 18 years were evaluated using indonesian version of GERD Q. Adolescents with GERD Q positive were then evaluated their quality of life using Indonesian version of PGSQ. Suspected risk factors of having GERD, which would influence GERD Q result, were also analyzed.Result In 520 subjects, the male to female ratio was 1 1,3 and the median age was 13 years range 12 18 years . Prevalence of GERD in adolescent using GERD Q was 32,9 . Routine soda consumption was 1,7 times more likely to have GERD CI 95 1.3 2.2, p"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58964
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sawitri Dhewi
"Latar belakang: Rinitis alergi (RA) merupakan penyakit respiratori kronik utama dengan prevalens yang semakin meningkat di seluruh dunia. Pada anak, masalah health-related quality of life (HRQL) antara lain gangguan belajar, ketidakmampuan bergaul dengan teman sebaya, kecemasan, dan disfungsi keluarga. Penting untuk mengenali dan menatalaksana RA pada anak sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
Tujuan: (1) Mendapatkan karakteristik pasien RA di RSCM. (2) Mengetahui kualitas hidup dan faktor-faktor yang berhubungan pada pasien RA.
Metode: Penelitian potong lintang dilakukan pada 92 anak RA usia 6-17 tahun yang datang ke Klinik Alergi Imunologi Departemen IKA dan THT-KL RSCM, sejak bulan Mei hingga Agustus 2015. Penelitian menggunakan Pediatric Rhinoconjunctivitis Quality of Life Questionnaire (PRQLQ) dan Adolescent Rhinoconjunctivitis Quality of Life Questionnaire (ARQLQ) untuk menilai HRQL.
Hasil: Proporsi pasien rinitis alergi di RSCM pada anak (6-11 tahun) sebesar 45,7% dan remaja (12-17 tahun) sebesar 54,3% dengan jenis terbanyak pada kedua kelompok tersebut adalah rinitis alergi persisten sedang-berat (39,1%). Rerata skor total kualitas hidup RA anak 1,5 (SB 1,16) dan RA remaja 1,9 (SB 1,28). Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kualitas hidup adalah gejala klinis (p = 0,031 pada anak; dan 0,014 pada remaja) dan respons klinis (p = 0,000). Pada analisis multivariat, faktor yang paling berpengaruh terhadap kualitas hidup adalah respons klinis (p = 0,000).
Simpulan: Proporsi pasien rinitis alergi di RSCM pada anak lebih sedikit dibanding remaja, dengan jenis terbanyak adalah rinitis alergi persisten sedangberat. Kualitas hidup pada pasien rinitis alergi usia anak lebih baik dibanding remaja dan faktor yang paling berhubungan dengan kualitas hidup pasien adalah respons klinis.

Background: Allergic rhinitis is a major chronic respiratory disease in children, its prevalence is increasing in the world. In children, health-related quality of life (HRQL) issues include learning impairment, inability to integrate with peers, anxiety, and family dysfunction. It is important to recognize and treat AR in children to enhance quality of life.
Objectives: (1) To identify the characteristics of AR in children patients at Cipto Mangunkusumo Hospital. (2) To measure quality of life in children with AR and to assess the correlation of contributing factors.
Methods: A cross-sectional study was performed among 92 children with AR age 6-to-17-year-old visiting Allergy Immunology Outpatient Clinic Departement of Pediatric and ENT at Cipto Mangunkusumo Hospital from May to August 2015. The Pediatric Rhinoconjunctivitis Quality of Life Questionnaire (PRQLQ) and Adolescent Rhinoconjunctivitis Quality of Life Questionnaire (ARQLQ) was used to assess HRQL.
Results: The proportion of allergic rhinitis in CM Hospital in children (6-to-12-year-old) and 54.3% in adolescents (12-to-17-year-old) with the most type was the moderate-severe persistent group (39,1%). The mean quality of life score was 1.5 (SD 1.16) in children and 1.9 (SD 1.28) in adolescents. The correlated factors were clinical symptom (p = 0.031 in children; and 0.014 in adolescents) and clinical response (p = 0.000). A multivariate study, the most correlated factor was clinical response (p = 0.000).
Conclusions: The proportion of allergic rhinitis in CM Hospital in children was less than that in adolescents with the most type was the moderate-severe persistent group. Quality of life in children with allergic rhinitis was better than adolescents and the most correlated factors was clinical response.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>