Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 377 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Adani Nur Imanina
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian obat kumur kombinasi IgY anti-comD S. mutans + kitosan terhadap jumlah S. mutans isolat saliva. Masing-masing kelompok subjek diberikan obat kumur yang mengandung IgY anti-comD S. mutans dan obat kumur kombinasi IgY anti-comD S. mutans + kitosan. Obat kumur digunakan 2 kali sehari selama 6 hari. S. mutans isolat saliva subjek sebelum dan sesudah perlakuan dibiakkan di medium agar TYS20B. Jumlah koloni S. mutans dihitung secara manual. Penelitian ini menunjukkan obat kumur kombinasi IgY anti-comD S. mutans + kitosan dapat menurunkan jumlah S. mutans dalam saliva namun tidak signifikan.

This study aims to evaluate the effect of mouthrinse containing IgY anti-comD S. mutans + chitosan on the quantity of salivary S. mutans in caries and caries free subjects. Each subject group was given IgY anti-comD S. mutans mouthrinse and IgY anti-comD S. mutans + chitosan mouthrinse. Mouthrinse was used twice a day for 6 days. Salivary S. mutans was cultured in TYS20B agar before and after treatment. Quantity of salivary S. mutans colonies were counted manually. This study showed that mouthrinse containing IgY anti-comD S. mutans + chitosan decreased the quantity of salivary S. mutans although insignificantly."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifa
"Gel IgY anti-ComD S.mutans bekerja dengan inaktivasi gen comD sehingga menurunkan kemampuan komunikasi S.mutans yang berakibat terhambatnya pembentukan plak. Kitosan memiliki sifat antibakteri dan pengawet.
Tujuan: Mengetahui pengaruh penggunaan gel IgY anti ComD S.mutans dan kitosan terhadap jumlah S.mutans dalam saliva subjek karies dan bebas karies.
Metode: 40 subjek diaplikasikan gel selama tujuh hari. Sebelum dan sesudah perlakuan, saliva subjek diisolasi dan dibiakkan di TYS20B. Jumlah koloni S.mutans dihitung.
Hasil: Penurunan rerata jumlah S.mutans terjadi pada kelompok subjek yang diaplikasikan gel IgY anti ComD S.mutans.
Kesimpulan: Gel IgY anti ComD S.mutans dan kitosan tidak dapat menurunkan jumlah S.mutans dalam saliva.

Gel IgY anti-ComD S.mutans decreasing the ability of S.mutans to start the plaque formation. Chitosan has antibacterial and preservative properties.
Objective: Evaluate the effect of gel containing IgY anti ComD S.mutans and chitosan on numbers of Salivary S.mutans in Subjects.
Method: 40 subjects used this gel for seven days. Before and after treatment, subjects’ saliva was isolated and cultured in TYS20B. The number of salivary S.mutans were counted.
Result: Reduction happen in groups that were given gel containing IgY anti ComD S.mutans
Conclusion: Gel containing IgY anti ComD S.mutans and chitosan is unable to decrease the number of salivary S.mutans.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Althaf Arifah
"IgY Anti ComD S.mutans dan kitosan dapat menghambat pembentukan biofilm.
Tujuan: Menganalisis pengaruh gel IgY Anti ComD S.mutans dan gel kombinasi IgY Anti ComD S.mutans dan kitosan terhadap kemampuan S.mutans dalam membentuk biofilm.
Metode: Sampel plak 40 orang dalam 4 kelompok diambil sebelum dan sesudah perlakuan. Aplikasi gel dilakukan 7 hari, dilanjutkan prosedur uji biofilm crystal violet.
Hasil: Perbandingan nilai OD biofilm (pre -post) kelompok IgY Bebas Karies (0,030-0,038), IgY Karies (0,027-0,027), IgY+K Bebas Karies (0,033-0,032), IgY+K Karies (0,033-0,069).
Kesimpulan: Gel IgY anti ComD S.mutans maupun gel kombinasi IgY anti ComD S.mutans dan kitosan meningkatkan kemampuan S.mutans dalam membentuk biofilm.

IgY Anti ComD S.mutans and chitosan can inhibit biofilm formation.
Objective: To analyze the effect of IgY Anti ComD S.mutans gel and IgY Anti ComD S.mutans+chitosan gel towards the ability of S.mutans to form biofilm.
Methods: Plaque samples from 40 people in 4 groups were taken before and after gel treatment for 7 days. Then crystal violet biofilm test procedure was performed.
Results: Biofilm OD values (pre ? post), IgY free caries (0,030-0,038), IgY caries (0,027-0,027), IgY+K free caries (0,033-0,032), IgY+K caries (0,033-0,069).
Conclusion: IgY anti ComD S. mutans gel and IgY anti ComD S.mutans+chitosan gel increase the ability of S. mutans to form biofilm."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S54380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deta Apritantia
"IgY sebagai vaksin pencegah karies gigi perlu ditingkatkan efektivitasnya dengan menciptakan IgY yang spesifik terhadap molekul ComD yang berperan dalam mekanisme quorum sensing. IgY anti-ComD S.mutans dapat dikombinasikan dengan kitosan dalam bentuk sediaan obat kumur.
Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh obat kumur kombinasi IgY anti-ComD S.mutans dan kitosan terhadap kemampuan S.mutans yang diisolasi dari subjek karies dan bebas karies dalam membentuk biofilm.
Metode: Subjek penelitian 24 orang dibagi dalam 4 kelompok yaitu kelompok karies dan bebas karies dengan perlakuan obat kumur kombinasi IgY anti-ComD S.mutans dengan dan tanpa kitosan. Obat kumur digunakan 2 kali sehari sebanyak 15-20 ml setiap kali berkumur selama 6 hari dengan durasi 30 detik. Kuantitas biofilm diukur dengan menggunakan metode crystal violet berdasarkan nilai optical density pada Elisa Reader.
Hasil: Nilai OD biofilm sebelum diberi perlakuan pada kelompok 1 adalah 0,153; kelompok 2 adalah 0,163; kelompok 3 adalah 0,132 dan kelompok 4 adalah 0,135. Nilai OD biofilm setelah diberi perlakuan pada kelompok 1 adalah 0,136; kelompok 2 adalah 0,141; kelompok 3 adalah 0,164 dan kelompok 4 adalah 0,192. Analisa statistik uji t berpasangan antara sebelum dan sesudah perlakuan menunjukkan perbedaan bermakna untuk kelompok 3 (p=0,035) dan kelompok 4 (p=0,046).
Kesimpulan: Obat kumur kombinasi IgY anti-ComD S.mutans dan kitosan meningkatkan kemampuan S.mutans yang diisolasi dari subjek karies dan bebas karies dalam membentuk biofilm.

The effectiveness of IgY as a dental caries vaccine should be improved by creating IgY specific to ComD that has a role in the mechanism of quorum sensing. IgY anti-ComD S.mutans can be combined with chitosan in the form of mouth rinse.
Objective: To determine the effects of mouth rinse containing IgY anti-ComD S.mutans and chitosan on biofilm-forming isolates of S.mutans from caries subjects and caries-free subjects.
Methods: Subjects were divided into 4 groups: caries and caries-free subjects with mouth rinse containing IgY anti-ComD S.mutans with and without chitosan. Subjects were assigned to rinsing twice daily (for 6 days) with 15-20 ml solution of mouth rinse for 30 seconds. Biofilm formation were measured using crystal violet method based on ELISA optical density value.
Results: Optical density of biofilm before treatment on group 1 is 0,153; group 2 is 0,163; group 3 is 0,132 and group 4 is 0,135. Optical density of biofilm after treatment on group 1 is 0,136; group 2 is 0,141; group 3 is 0,164 and group 4 is 0,192. Statistical analysis showed significant difference for group 3 (p=0,035) and group 4 (p=0,046).
Conclusion: Mouth rinse containing IgY anti-ComD S.mutans and chitosan could increase biofilm forming isolates of S.mutans from caries subjects and caries-free subjects.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wulandani Liza Putri
"Latar belakang: Kolonisasi bakteri Streptococcus mutans di sekitar braket ortodonti sering terjadi dan menjadi penyebab terjadinya lesi white spot.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan efektivitas antibakteri nanopartikel titanium dioksida dan nanopartikel kitosan dalam adesif resin ortodonti terhadap jumlah koloni Streptococcus mutans.
Metode: Desain penelitian ini adalah eksperimental laboratorik. Penelitian ini dilakukan di di Laboratorium Oral Biologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia pada bulan Agustus 2019. Penelitian ini melibatkan 30 sampel gigi yang terbagi atas tiga kelompok uji. Setiap kelompok dipasangkan bracket menggunakan adesif resin ortodonti/ adesif resin ortodonti yang dicampur nanopartikel titanium dioksida/ adesif resin ortodonti yang dicampur nanopartikel titanium dioksida. Sampel dimasukkan ke dalam suspensi bakteri dan setelah 24 jam dilakukan penghitungan jumlah koloni Streptococcus mutans di sekitar braket ortodonti menggunakan metode Total Plate Count. Kemudian data diolah dan dianalisis secara statistik.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna jumlah koloni Streptococcus mutans di sekitar braket yang direkatkan menggunakan adesif resin ortodonti, adesif resin ortodonti yang dicampur nanopartikel titanium dioksida, dan adesif resin ortodonti yng dicampur nanopartikel kitosan.
Kesimpulan: Tidak terlihat efektivitas antibakteri nanopartikel titanium dioksida dan nanopartikel kitosan dalam adesif resin ortodonti terhadap jumlah koloni Streptococcus mutans di sekitar braket ortodonti.

Background: Strepococcus mutans colonization around orthodontic bracket is the common thing and become white spot lesion.
Objective: The ojective of this researh is to analyse antibacterial effect of titanium dioxide nanoparticles and chitosan nanoparticles in orthodontic resin adhesive toward Streptococcus mutans colony.
Methods: This research was conducted in RSKGM University of Indonesia on August 2019. Thirty extracted premolars were randomly divided by three groups. Teeth bonded with orthodontic adhesive resin (Transbond XT), Titanium dioxide nanoparticles/ chitosan nanoparticles incorporated into orthodontic adhesive resin (Transbond XT). Each sample was submerged in bacterial suspension and was incubated for 24 hours. Streptococcus mutans colony around orthodontic bracket was counted with Total Plate Count methode and then analysed by statistical analysis.
Result: There is no difference in Streptococcus mutans colony around orthodontic brackets among three groups.
Conclusion: Titanium dioxide nanoparticles and chitosan nanoparticles incorporated into orthodontic adhesive resin are not effective in reduce colony Streptococcus mutans around orhodontic bracket.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2019
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Erlina Hasriati
"

Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis efektivitas antibakteri obat kumur klorheksidin dan larutan kitosan terhadap total bakteri dan bakteri Red-Complex pada daerah leher Mini Implan Ortodontik (MIO) yang digunakan oleh pasien yang sedang menjalani perawatan ortodontik.

Metode: Desain penelitian ini adalah eksperimental klinis dan laboratorik. Penelitian dilakukan di Klinik Ortodonti RSKGM FKG UI dan laboratorium Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia pada bulan Februari 2019 – Juli 2019. Penelitian ini merupakan double blinded test yang melibatkan 30 subjek penelitian yang terbagi menjadi tiga kelompok uji. Setiap kelompok berkumur dengan larutan kumur kitosan/ obat kumur klorheksidin/ aquadest steril (kontrol) yang disamarkan, sebanyak 10 ml dua kali sehari selama empat hari. Jumlah koloni bakteri Red-complex (terdiri dari Porphyromonas gingivalis, Tannerella forsythia, dan Treponema denticola) yang didapat dari sampel plak di leher MIO, baik sebelum dan sesudah menggunakan obat kumur, dianalisis di laboratorium menggunakan Real-time Polymerase Chain Reaction. Kemudian data diolah dan dianalisis secara statistik.

Hasil: Obat kumur klorheksidin dan larutan kitosan efektif secara signifikan menurunkan total bakteri peri-MIO (P<0,05). Penurunan total bakteri peri-MIO setelah berkumur selama empat hari dengan larutan kitosan 1% tidak berbeda bermakna dengan berkumur menggunakan obat kumur klorheksidin 0,2% (P≥0,05). Efektivitas antibakteri larutan kitosan terhadap bakteri red-complex menunjukkan hasil yang terbaik pada bakteri T.denticola yaitu penurunan sebesar 58% jumlah bakteri.

Kesimpulan: Kitosan memiliki efektivitas antibakteri yang sebanding dengan klorheksidin untuk digunakan dalam larutan kumur untuk mencegah infeksi peri-MIO.

 

Kata Kunci: Mini Implan Ortodontik; kitosan, klorheksidin; bakteri red-complex; obat kumur.

 

 


Introduction: Inflammation is one of the most common complication occurred when using orthodontic miniscrew. Chlorhexidine mouthwash can be used to prevent and reduce the inflammation, but long-term use of chlorhexidine mouthwash may exhibit some side effects. Chitosan is a biomaterial that has antibacterial properties which may beneficial in maintaining peri-miniscrew hygiene and preventing inflammation.

Objectives: The aim of the study is to evaluate the antibacterial effect of 1% chitosan compare to 0.2% chlorhexidine mouthwash on bacterial level around orthodontic miniscrew.

Materials and Methods: Randomized double-blind clinical trial was conducted in RSKGM University of Indonesia from February to July 2019. Thirty subjects, 25 female and 5 male, were randomly assigned to rinse with 1 % chitosan (n=10), 0.2% chlorhexidine digluconate (n=10), and aquadest (n=10) in addition to their usual oral hygiene procedure for four days. Peri-miniscrew clinical inflammation signs were recorded and peri-miniscrew plaque were collected before and after four days rinsing. The total bacterial and red-complex bacteria count in plaque samples were evaluated by real-time PCR.

Results: Chitosan and Chlorhexidine has antibacterial activity to reduce total bacterial count in peri-miniscrew (P < 0,05). Antibacterial activity of chitosan on total bacteria is not different significantly with chlorhexidine (P ≥ 0,05). Antibacterial activity of chitosan on red-complex bacteria shows best result on T.denticola with 58% bacteria count reduction.

Conclusion: Chitosan has potential antibacterial activity to be used in mouthwash to maintain the peri-miniscrew hygiene.

Keywords: orthodontic miniscrew; chitosan; chlorhexidine; red-complex bacteria; mouthwash

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindya Larasati Diva Putri
"

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formula matriks terapung kitosan-alginat-Aloe vera yang mengandung kurkumin (KUR) dan Moringa oleifera (MO) dengan sifat fisikokimia dan profil rilis obat yang baik di dalam lambung untuk dimantfaatkan dalam pengobatan Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). Matriks kitosan-alginat-Aloe vera yang mengandung KUR dan MO dibuat menggunakan metode freeze-drying. Solubilitas KUR dan MO ditingkatkan dengan penambahan hydroxypropyl-β-cyclodextrin (HPβCD) pada ekstrak. Komposisi Aloe vera serta rasio polimer kitosan dan alginat divariasikan untuk mengetahui formulasi matriks terapung yang paling baik. Didapatkan formulasi matriks terbaik adalah KA2, dengan rasio kitosan:alginat sebesar 3:1, kandungan Aloe vera sebesar 16,6% (per total polimer, w), kandungan dispersi padat KUR-MO sebesar 20% (per total polimer, w), yield 74%, loading capacity 5,72 mg GAE/g matriks, persentase rilis kumulatif fenolik 65% pada jam keempat, dan persentase kapasitas mengapung 12% setelah empat jam. Matriks juga dimasukkan ke dalam kapsul HPMC sebagai alternatif bentuk sediaan obat oral, di mana kapsul mampu mengapung lebih dari empat jam dalam media Simulated Gastric Fluid (SGF) dan memiliki persentase rilis kumulatif fenolik tertinggi 43% pada jam keempat. Evaluasi karakteristik fisikokimia lainnya meliputi Scanning Electron Microscopy (SEM) serta Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR).


This study aims to obtain a formulation of a floating matrix of chitosan-alginate-Aloe vera containing curcumin (CUR) and Moringa oleifera (MO) with good physicochemical properties and drug release profiles in the stomach for the treatment of Gastroesophageal Reflux Disease (GERD). The chitosan-alginate-Aloe vera matrix containing CUR and MO was prepared using the freeze-drying method. The solubility of CUR and MO was enhanced by adding hydroxypropyl-β-cyclodextrin (HPβCD) to the extract. The composition of Aloe vera and the ratio of chitosan to alginate polymer were varied to determine the optimal floating matrix formulation. The best matrix formulation obtained was KA2, with a chitosan:alginate ratio of 3:1, Aloe vera content of 16.6% (based on total polymer, w), solid dispersion content of CUR-MO of 20% (based on total polymer, w), yield of 74%, loading capacity of 5.72 mg GAE/g matrix, cumulative phenolic release percentage of 65% at the fourth hour, and floating capacity percentage of 12% after four hours. The matrix was also encapsulated in HPMC capsules as an alternative oral dosage form, where the capsules were able to float for more than four hours in Simulated Gastric Fluid (SGF) and exhibited the highest cumulative phenolic release percentage of 43% at the fourth hour. Other physicochemical characterizations included Scanning Electron Microscopy (SEM) and Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) evaluations

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Della Aprilia
"Stomatitis aphthous rekuren (SAR) adalah lesi yang umum terjadi pada mukosa mulut yang ditandai dengan gejala inflamasi dan ulkus berwarna putih kekuningan dengan bentuk bulat atau oval. Banyak obat antiseptik, anestesi lokal, dan kortikosteroid telah digunakan sebagai terapi SAR. Namun, penggunaan yang berulang dapat menyebabkan efek samping dan resistensi obat. Berdasarkan penelitian sebelumnya, kurkumin dan brazilin memiliki efek sebagai antiinflamasi dan antioksidan, tetapi belum ada penelitian terkait kombinasi keduanya sebagai terapi SAR. Film hidrogel dirancang sebagai pembalut untuk memisahkan lesi mukosa dari lingkungan mulut, sehingga dapat meningkatkan efektivitas terapi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan film hidrogel berbasis alginate-kitosan dengan zat aktif kurkumin dan ekstrak kayu secang untuk SAR. Film hidrogel dibuat menjadi 3 formulasi, dengan perbedaan konsentrasi CaCl2 0,3%(F1); 0,4%(F2); dan 0,5%(F3). Film yang dihasilkan dievaluasi pH permukaan, ketahanan pelipatan, kekuatan tarik, indeks mengembang, profil pelepasan obat, kekuatan dan durasi mukoadhesif. Film memiliki ketebalan 0,01 mm, dengan pH permukaan berada pada rentang 6,9. Indeks mengembang film F1 merupakan yang tertinggi. Kekuatan mukoadhesif film berada pada rentang 4,72 N/cm2 (F3) hingga 4,88 N/cm2 (F1) serta memiliki waktu mukoadhesif tertinggi 11 menit (F1). Pelepasan kurkumin dari film antara 67-70% dan brazilin mencapai 100% selama 2 jam. Film F1 dengan konsentrasi CaCl2 0,3% menunjukkan karakteristik fisik yang paling baik

Recurrent aphthous stomatitis (RAS) is a common lesion of the oral mucosa characterized by inflammatory symptoms and yellowish-white ulcers with a round or oval shape. Many antiseptic drugs, local anaesthetics, and corticosteroids have been used as RAS therapies. However, repeated use can cause side effects and drug resistance. In previous studies, curcumin and brazilin exhibit anti-inflammatory and antioxidant action, but there have been no study regarding the combination of them as RAS therapies. The hydrogel film is designed as a dressing to separate the mucosal lesions from the oral environment, thereby increasing the effectiveness of therapy. The purpose of this study is to develop an alginate-chitosan-based hydrogel film with the active substances curcumin and sampan wood extract for RAS. The hydrogel film was made into 3 formulations, with different concentrations of CaCl2 0.3%(F1); 0.4%(F2); and 0.5%(F3). The resulting film was evaluated for folding resistance, tensile strength, swelling index, drug release profile, mucoadhesive strength and duration. The film had a thickness of 0.01 mm, with a surface pH in the range of 6.9. The F1 film swelling index was the highest. The mucoadhesive strength of the film was in the range of 4.72 N/cm2 (F3) to 4.88 N/cm2 (F1) and had the highest mucoadhesive time of 11 minutes (F1). The release of curcumin from the film was between 67-70% and brazilin reached 100% for 2 hours. F1 film with 0,3% CaCl2 concentration exhibited the best physical characteristics"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sidik Pamungkas
"Memiliki waktu tinggal yang singkat yang disebabkan oleh pengaruh pengosongan lambung menjadi keterbatasan amoksisilin dalam menangani bakteri Helicobacter pylori sebagai penyebab utama penyakit radang pada lapisan lambung. Sediaan pembawa obat sistem mengapung telah disintesis untuk menangani keterbatasan tersebut menggunakan matriks hidrogel semi-IPN kitosan-metil selulosa mengandung agen pembentuk pori APP KHCO3 dan K2CO3 dengan komposisi kitosan:metil selulosa 60:40 b/b , agen pengikat silang glutaraldehid 0,1 M 2 b/b terhadap kitosan , amoksisilin trihidrat digunakan sebagai model obat, konsentrasi agen pembentuk pori KHCO3 dan K2CO3 yang digunakan divariasikan, yaitu 1; 5; 10; 15; 20 terhadap massa total reagen. Pengaruh jenis variasi konsentrasi APP yang berbeda KHCO3 dan K2CO3 pada hidrogel telah diselidiki dan dibandingkan menggunakan parameter uji kemampuan mengapung dan persen porisitas. Pengaruh proses loading obat yang berbeda in situ post loading juga telah diselidiki dan dibandingkan menggunakan parameter persen efisiensi penjeratan dan persen disolusi. Karakterisasi terhadap sifat hidrogel dilakukan menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy FTIR, spektrofotometri UV-Vis, dan mikroskop stereo optik. Secara keseluruhan APP KHCO3 memiliki waktu awal mengapung lebih cepat dibanding K2CO3 dan memiliki kemampuan mengapung >3jam, kecuali pada komposisi 1 untuk kedua jenis APP. Berdasarkan evaluasi kemampuan mengapung, matriks hidrogel semi-IPN yang optimum terdapat pada penambahan komposisi agen pembentuk pori KHCO3 20. Hasil perbandingan sediaan optimum pada penelitian ini dengan sediaan optimum pada peneliti sebelumnya yang menggunakan APP CaCO3 15 dengan proses loading obat yang sama in situ loading , yaitu sediaan optimum yang menggunakan KHCO3 20 memiliki efisiensi penjeratan obat lebih tinggi dan persen disolusi yang lebih terkontrol dibanding sediaan menggunakan CaCO3 15 , 79 72 untuk efisiensi penjeratan KHCO3 dan CaCO3 berturut-turut. Proses loading obat in situ loading memberikan hasil efisiensi penjeratan lebih tinggi serta memiliki persen disolusi yang lebih terkontrol dibanding proses post loading pada sediaan dengan APP yang sama.

Amoxicilin have shorter of a recidence time which are caused by influence gastric emptying. Floating drug delivery system as a resolve restriction of amoxcicilin in combating bacterial Helicobacter pylory had been synthesized by based on semi IPN hydrogel chitosan methyl cellulose containing pore forming agent PFA KHCO3 and K2CO3 with the composition of chitosan methyl cellulose 60 40 w w , glutaraldehyde as a crosslingking agent 0.1 M 2 w w to chitosan , amoxcicilin trihydrate as a drug model, and pore forming agent KHCO3 and K2CO3 with varied concentrations were 1 5 10 15 20 to the total mass of reagents. The effect of kind and varied concentrations of PFA on hydrogel characterizations had been investigated and compared by using floating ability and percent porosity parameters. The effect of kind drug loading process in situ and post loading also had been investigated and compared by using encapsulation efficiency and percent drug dissolution parameters. Characterizations of the hydrogel were carried out by using Fourier Transform Infrared Spectroscopy FTIR , UV Vis spectrophotometry, and stereo optical microscope. Overall, KHCO3 incorporated hydrogels showed faster floating lag time than K2CO3 and both had a floating time more than 3 hours, except on 1 composition of both PFA. Based on floating ability evaluation, optimum composition of PFA incorporated hydrogel was KHCO3 20 . The results of compared between optimum composition for this research and optimum composition for previous research used PFA CaCO3 15 with the same drug loading prosess in situ showed that KHCO3 incorporates hydrogel had the higher encapsulation efficiency and more controlled drug release profile than CaCO3 incorporated hydrogel, 79 72 for encapsulation efficiency KHCO3 20 and CaCO3 15 , respectively. The results of compared loading drug process with the same PFA, in situ loading drug process showed higher encapsulation efficiency and drug release profile more controlled than post loading drug process."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
S66411
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wafa Nur Syahidah
"Sifat busa poliuretan yang ringan, fleksibel, serta memiliki perambatan suara dan panas yang rendah membuatnya menjadi salah satu material yang digunakan dalam berbagai industri, salah satunya adalah otomotif. Dalam pembuatan salah satu bagian mobil, yaitu headliner, diperlukan busa poliuretan dengan kekuatan mekanis yang baik. Hal tersebut dapat dicapai melalui modifikasi yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu pelapisan dengan larutan kitosan. Penelitian yang dilakukan berfokus pada pengaruh konsentrasi kitosan terhadap sifat mekanis dan termal busa poliuretan. Pelapisan dilakukan dengan cara mencelupkan busa poliuretan ke dalam larutan kitosan dengan konsentrasi 1-6% (b/v). Kemudian busa dikeringkan dalam oven vakum pada temperatur 60 oC selama 30 menit yang dilanjutkan dengan curing pada 120 oC selama 90 menit. Karakterisasi sampel yang dilakukan adalah uji mekanis, uji termal, FTIR, dan FE-SEM. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa konsentrasi larutan kitosan pelapis yang optimal adalah 4%.

The properties of polyurethane foam which are lightweight, flexible, and have low propagation of sound and heat, make it possible to be used in various industries, one of which is automotive. In making one part of a car, the headliner, polyurethane foam with good mechanical strength is needed. This can be achieved through modifications made in this study, which is coating with chitosan solution. The research conducted focuses on the effect of chitosan concentration on the mechanical and thermal properties of polyurethane foam. Coating is done by dipping polyurethane foam into chitosan solution with a concentration of 1-6% (b/v). Then the foam was dried in a vacuum oven at a temperature of 60 oC for 30 minutes followed by curing at 120 oC for 90 minutes. The sample characterization carried out was mechanical testing, thermal test, FTIR, and FE-SEM. The results obtained showed that the optimal concentration of chitosan coating solution was 4%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>