Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 101129 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ahadiah Nur Maisaroh
"ABSTRAK
Perempuan, khususnya yang berkeluarga, memiliki tantangan lebih daripada lakilaki
dalam mencapai kedudukan tinggi di bank yang memiliki tuntutan kerja yang
tinggi. Tantangan tersebut adalah batasan kultural dimana istri harus mengikuti
keputusan suami dan bertanggung jawab penuh dalam urusan rumah tangga.
Maka menjadi menarik untuk mengetahui bagaimana perempuan berkeluarga
mampu berkarir di bank sambil menjaga relasi dengan suami. Dengan
menggunakan metode kualitatif, penelitian ini mewawancarai secara mendalam
tiga pasangan menikah yang istrinya menjadi senior manager di bank sehubungan
dengan fleksibilitas dan kohesivitas hubungan mereka. Secara umum perempuan
berkarir masih belum dapat terlepas dari internalisasi nilai kultur dan agama yang
mengedepankan pembagian peran dan tanggung jawab tradisional. Ketiga
pasangan itu memiliki pemaknaan yang berbeda tentang standar hubungan yang
fleksibel dan yang kohesif. Dalam manifestasinya, dinamika relasi terjadi karena
adanya adaptasi dari situasi karir istri. Pola relasi pasangan pertama berubah dari
chaotic connected menjadi flexible cohesive. Pada pasangan kedua perubahan
terjadi dari rigid connected menjadi structured connected, sementara pada
pasangan ketiga berubah dari chaotic disengaged menjadi flexible cohesive.

ABSTRACT
Women, particularly married women, have challenges more than men in
achieving a superior position in bank that has high demands to they employee.
The challenge is cultural limitation where the wife must follow husband’s
decision and fully responsible in household affairs. Then it become interesting to
see how a married women capable of doing her career in the bank while
maintaining her relation with husband. By using qualitative method, this research
interview three married couple whose wife being senior manager in a bank about
flexibility and cohesion of their relationships. In general, career women still can’t
detached from internalization of the cultural and religious value that assure the
division of traditional role and responsibility. All three couple have different
meaning about standards of flexible and cohesive relation. In their manifestations,
the dynamics of relation occur because adaptation of wives’s career situation.
Relation pattern of first pair has changed from chaotic connected to flexible
cohesive. On the second pair, change happened from rigid connected to structured
connected, while on the third couple the relation transform from chaotic
disengaged to flexibly cohesive."
2014
S53094
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ritzer, George
Yogyakarta : Universitas Atmajaya, 2006
301.01 RIT gt
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Evers, Hans-Dieter
Jakarta : LP3ES , 1986
307.76 EVE s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Saefudin
"Pada satu sisi orang Indonesia menganggap dirinya sebagai bangsa yang religius. Namun pada sisi yang Iain, pada tataran praksis, ada indikasi terjadinya degradasi moral dan juga meningkatnya sekularisme. Tindakan yang dapat dikategorikan non-religius atau indikasi rendahnya religiositas ini, ternyata tidak hanya terjadi di kalangan orang tua, tetapi juga di kalangan anak-anak/remaja. Keadaan ini menarik dan penting untuk diperhatikan mengingat remaja adalah generasi penerus bangsa. Di samping itu menurut Erik H. Erickson pada fase remaja seorang individu menghadapi krisis identitas, suatu fase perkembangan yang sangat penting, yang akan mempengaruhi fase-fase perkembangan selanjutnya. Pertanyaan yang muncul dan menjadi permasalahan penelitian adalah seberapa besar pengaruh agen-agen sosialisasi agama (yaitu: keluarga, gereja, sekolah dan teman sebaya) dalam membentuk religiositas remaja (usia 13-17 tahun) yang selama ini dilakukan?
Penelitian ini bertujuan, pertama, ingin mengetahui pengaruh sosialisasi agama dalam keluarga, gereja, sekolah dan teman sebaya terhadap religiositas remaja. Kedua, ingin mengetahui perbedaan pengaruh sosialisasi agama dalam keluarga, gereja, sekolah dan teman sebaya terhadap religiositas remaja dari sisi denominasi gereja, jenis kelamin dan jenis sekolah.
Variabel dependen yang diangkat dalam penelitian ini adalah religiositas remaja. Religiositas (religiosity atau religious commitment atau religious involvement atau religiousness) yang dimaksudkan di sini adalah kepercayaan dan tingkah laku individu dalam kaitannya dengan hal yang bersifat supernatural dan/atau nilai-nilai yang dijunjung tinggi. Pengukuran religiositas dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mengadopsi indikator-indikator yang dikembangkan oleh Joseph E. Faulkner dan Gordon F. DeJong, yang bersumber dari dimensi-dimensi religiositas yang dikembangkan oleh Charles Y. Glock dan Roodney Stark. Dalam penelitian ini diangkat empat dimensi religiositas yaitu: keyakinan (ideological/belief), praktek religius (ritualistic), pengalaman (experimental) dan pengetahuan (intellectual).

Indonesians view themselves as religious people. However, in reality, lndonesians are experiencing a period of moral degradation and increased secularism. These phenomena not only occur among adults, but also among teenagers, the future generation. As Erik H. Erickson suggests, during adolescence, an individual is undergoing identity crisis, a critical phase which will influence on later development. In such an impressionable state, teenagers are influenced by their families, churches, schools and peers groups. The questions, then, is how these groups shape teen religiosity (age 13 to 17).
This research has two goals. First, it investigates the influences of religious socialization in the family, church, school and peers groups in shaping teen religiosity. Secondly, it explores different kinds of influence of religious socialization in the family, church, school and peers groups in shaping teen religiosity with respect to church denomination, gender and school types.
The dependent variable in this research is teen religiosity. Religiosity (or religious commitment) in this research is understood as individual belief or behavior connected to moral and godly matters. The quantitative indicators adopted to measure religiosity was developed by Joseph E. Faulkner and Gordon F. DeJong as found in the religiosity dimensions cultivated by Charles Y. Glock and Roodney Stark. The four dimensions of religiosity are belief (ideological), religious practices (ritualistic), experience (experimental) and knowledge (intellectual)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T21164
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfa Defison
"ABSTRAK
Kebudayaan, khususnya komponen nilai, dapat dipelajari melalui proses
pendidikan. Pendidikan menjadi isu penting karena pendidikan memainkan peran
yang penting dalam sosialisasi pada diri anak-anak. Menjadi sesuatu yang
kontradiktif ketika budaya di sekolah bertentangan budaya di masyarakat,
khususnya budaya di sebagian kalangan pelajar. Misalnya, masyarakat tidak
membenarkan kenakalan pelajar seperti tawuran, pergaulan bebas dan penyalah
gunaan narkoba. Tetapi justru sebagian pelajar justru terlibat dalam kenakalan
pelajar tersebut.Sekolah sebagai lembaga pendidikan tentunya mempunyai peran
penting untuk membendung kenakalan pelajar. Sekolah pada umumnya memiliki
visi, misi, nilai, program dan tata tertib yang menentang kenakalan pelajar
tersebut. Visi, misi, nilai, program dan tata tertib sekolah dapat disebut sebagai
school culture. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan school culture di
SMA Islam Terpadu Nurul Fikri (SMAIT NF) Depok. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan strategi studi kasus.
Nilai SMART merupakan inti school culture SMAIT NF Depok. School culture
SMAIT NF Depok secara umum cukup berjalan cukup baik. Hal tersebut
didukung oleh pelaksanaan sosialisasi SMART sejak Masa Orientasi Sekolah
(MOS). SMART juga dimasukkan ke dalam buku pedoman tata tertib siswa dan
dievaluasi setiap bulan. SMART juga berlaku bagi guru dan karyawan tetapi
sosialisasi dan evaluasi belum optimal. Tetapi elemen school culture yang masih
lemah di SMAIT NF Depok adalah dokumentasi sejarah dan artefak simbolik.
Nilai SMART yang berlaku bagi semua warga SMAIT NF Depok baik siswa,
guru maupun karyawan seharusnya didukung oleh kebijakan, konsep dan berbagai
perangkat yang lebih tepat guna. Sehingga nilai SMART secara konkret dapat
bekerja sebagai inti shoool culture SMAIT NF Depok.

ABSTRACT
Culture, especially a value component can be learnt through a learning process.
Education becomes an important issue because education plays the crucial role in
socialization especially for children. Being a contradictive when culture in the school
is against the culture in society, especially the culture in students. For instance, the
society blames teenages delinquency for example riot and loothing, free sex, and
drug abuse. However a part of the students are involved in the teenages delinquency.
School as the education institution has the crucial role to prevent teenages
delinquency. Generally, school owns vision, missions, values, program and
regulations which are against the teenages delinquency. Vision, missions, values,
program and regulations are mentioned as a school culture. The research aims to
describe school culture in Nurul Fikri Depok Integrated Islamic Senior High School
(SMAIT NF). This research uses qualitative approach by case study strategy.
SMART value is the core of the school culture of SMAIT NF Depok. Generally, the
school culture of SMAIT NF Depok carries out well. It has been supported by an
implementation of SMART socialization since School Orientation Period
(SOP/MOS). SMART is included in a guidance book of students regulations and it
is evaluated every month. SMART is also intended for teachers and staff, however
the socialization and evaluation have not been optimal. The weak elements of school
culture in SMAIT NF Depok are historical documentation and symbolic artefact.
SMART value which is valid for all SMAIT NF Depok society both students,
teachers and staff must be supported by the exact and useable policy, concept and
various frames. Therefore SMART value can concretely work as the school culture
core of SMAIT NF Depok."
2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rochman Achwan
Jakarta : Ui-Press, 2013
306.3 ROC s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Rochman Achwan
Jakarta: UI Press, 2014
306.3 ROC s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta : Yayasan Air Mata, 2005
301 SEM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kevin Nobel kurniawan
"Kisah Sosiologi merupakan rangkuman teori-teori sosiologi klasik dan kontemporer yang diwakili oleh lima belas pemikir utama, yaitu Durkheim, Marx, Weber, Simmel, Parsons, Bauman, Giddens, Bourdieu, Foucault, Said, Spivak, Goffman, Habermas, Etzioni, dan Berger. Kisah Sosiologi merupakan rangkuman yang sangat baik dari pemikiran para perintis serta tokoh terkemuka sosiologi dan ilmu social yang dapat memicu rasa ingin tahu dan mendorong pembaca untuk mengkaji karya tulis para tokoh tersebut. Diawali dengan ilustrasi kehidupan nyata, pemaparan asumsi dasar, penjelasan teori, buku ini juga dilengkapi dengan refleksi dan pertanyaan yang menjadikannya istimewa agar para pembaca dapat merefleksikan realitas kehidupan dan mengembangkan keingintahuan lebih jauh. Dengan memuat ilustrasi wajah para tokoh serta pendekatan Bahasa sederhana dan reflektif, buku ini mengajak pembaca untuk memahami pemikiran-pemikiran sosiologi dan makna relasi dalam kehidupan personal."
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2021
301 KEV k
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Akhmad Bakhtiar Amin
"Peningkatan masyarakat dapat tercapai melalui community based development yang merupakan salah satu bentuk perwujudan dari corporate social responsibility bertujuan untuk mencapai kondisi masyarakat di mana transformasi sosial dapat berlangsung secara berkelanjutan. Hal-tersebut bisa terjadi bila masyarakat menyadari akan hak-hak dan kewajibannya serta mempunyai kapasitas untuk melaksanakan transformasi ekonomi teknologi dan sosial budaya.
Program community based development mensyaratkan adanya hubungan yang kondusif antara perusahaan dan masyarakat tanpa hares mengambil alih peran pemerintah untuk mencapai sustainable development dan tujuan pemerintah daerah (peningkatan PAD dan kesejahteraan umum) dapat tercapai.
Di Kabupaten Tanjung Jabung Timur berdiri sebuah perusahaan Tambang Minyak PertroChina International Jabung Ltd. yang menjadi sumber pemasukan utama bagi kas pemerintah setempat bahkan juga bagi lingkup yang lebih luas. Agar tujuan sustainable development dan pemerintah daerah tercapai maka diperlukan penelitian vane berusaha menjawab pertanyaan: "Bagaimana pola hubungan antara masyarakat Desa Pandan Jaya dengan Perusahaan PetroChina International Ltd.?" Hasil penelitian tersebut dilanjutkan dengan pertanyaan : Bagaimana model hubungan ideal masyarakat dan industri guild meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat yang bersinergi dengan industri?
Untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan di atas maka disusun sebuah penelitian dengan pendekatan kualitatif agar didapat gambaran yang jelas tentang pola-pola interaksi masyarakat yang hidup dan tinggal di sekitar wilayah kegiatan pertambangan dengan kegiatan pertambangan itu sendiri. Penelitian ini menggunakan data-data primer yang dikumpulkan dari hasil wawancara dengan para responden baik dari pihak perusahaan aparat. pemerintah atau masyarakat; hasil observasi terhadap pola hubungan masyarakat Pandan Jaya dengan PetroChina; dan data-data sekunder yang dikumpulkan dari dokumen-dokumen perusahaan data monografi desa artikel-artikel dan literatur yang berkaitan dengan terra penelitian.
Penelitian ini dimulai pada April 2004 hingga Juni 2004 mencakup survei pcndahuluan dan penelitian lapangan. Sedangkan subjek penelitian ini berasal dari berbagai latar belakang bidang profesi yaitu pemerintahan (aparat desa ketua dusun ketua RT) perusahaan (staf Comdev Staf personalia karyawan perusahaan dan Superintendent) dan masyarakat (petani peternak pedagang dokter guru perawat dan masyarakat sebagai individu).
Penelitian ini menyerap aspirasi yang berkembang dalam masyarakat Pandan Jaya aspirasi-aspirasi tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa bidang yaitu pemerintahan pendidikan keagamaan pertanian perekonomian kesehatan sarana dan prasarana umum serta dukungan operasional kegiatan masyarakat. Selanjutnya dari aspirasi-aspirasi yang terserap tersebut dilakukan pemilahan antara aspirasi yang ditujukan kepada pemerintah daerah dan yang ditujukan kepada manajemen PetroChina.
Hasil pemetaan pola hubungan antara masyarakat dengan perusahaan di Pandan Jaya dapat dikelompokkan menjadi empat pola yaitu: pertama pola hubungan yang ideal yaitu hubungan yang memiliki karakteristik saling memberi dukungan dan keuntungan bagi kedua belah pihak yang terbentuk karena komunikasi dan pola pikir yang sepaham antara pihak perusahaan dengan elemen masyarakat tertentu. Kedua pola hubungan sepihak yaitu pihak yang berusaha menjalin komunikasi hanya satu pihak baik yang dilakukan oleh PetroChina maupun oleh masyarakat Ketiga pola hubungan yang bertentangan yaitu pola yang timbul karena tidak adanya tranparansi dari pihak PetroChina dan salah satu elemen masyarakat tidak bisa menerima hal ini karena merasa telah ikut merasa memiliki hak tertentu atas hasil yang dieksploitasi oleh PetroChina. Dan terakhir pola hubungan tidak peduli yaitu pola hubungan akibat tidak adanya pendekatan (sosialisasi) dari pihak perusahaan sehingga tidak ada rasa memiliki dalam kelompok masyarakat dalam pola hubungan ini.
Dari pemetaan pola hubungan akan ditemukan solusi terbaik sebagai pegangan untuk menyusun program community development juga memberi gambaran pola antar stakeholder yang mengarah pada pola hubungan ideal."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13949
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>