Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 100158 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Danny Lukita Tanujaya
"Kajian mengenai tubuh sebagai fokus utama dari pembahasan bukan merupakan suatu hal yang baru dalam ilmu antropologi. Hal itu menjadikan berkembangnya studi-studi yang berkaitan dengan tubuh, terkhususnya terkait dengan kebudayaan suatu masyarakat. Salah satu kajian mengenai keterkaitan antara tubuh dengan kebudayaan, yaitu konsep perwujudan/embodiment. Tulisan ini membahas tentang sebuah konsepsi pemahaman dalam Komuniti Mahernim, yaitu "tindakan profetik". "Tindakan profetik" merupakan berbagai tindakan dan aktivitas yang dilakukan oleh Komuniti Mahernim yang tentunya berkaitan dengan dasar kultural komuniti tersebut. "Tindakan profetik" dalam tulisan ini dilihat sebagai sebuah bentuk perwujudan/embodiment tubuh yang berkaitan dengan dasar kultural komuniti tersebut.
Dengan menggunakan metode pengamatan dan wawancara mendalam yang diterapkan kepada beberapa informan yang merepresentasikan latar belakang yang berbeda dalam komuniti Mahernim, dapat diketahui dasar kultural mereka, dan berbagai aktivitas dan tindakan yang mereka lakukan yang tergolong sebagai "tindakan profetik". Tindakan profetik direpresentasikan dalam dua kasus, yaitu peperangan dan jubah. Peperangan terkait dengan relasi kekuasaan antara anggota dengan pemimpin Komuniti tersebut, sedangkan jubah terkait dengan konstruksi identitas self yang selalu terkait dengan others-nya.

A study concerning about body as a main focus of research is not a new thing in anthropology. This study, especially that has correlation to culture in a society, has been developed in a serious manner and significantly. One of these studies has attract me to the conception of embodiment. This research paper, therefore, is focus on understanding of the embodiment within the religious community Mahernim as a "prophetic action". Prophetic action which contains of various of actions and activities are done by Marhenim Community and are accomplished by relating it to the basic of the culture within the community. A "prophetic action" in this research paper is seen as an objectification of embodiment concept in correlation to the cultural aspects of that community.
The research has been done by using a method of observations and indepth interviews to some key informants who represents different backgrounds in Mahernim Community. The using of these methods has lead researcher to understand the basic of their culture and various activities and actions they did as a "prophetic action". Prophetic action is represented by two different cases, namely war and robe. War refers to the relations of power between members and the leader within the community, while robe refers to identity construction of self that has always been related to others.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2013
S53299
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Lingkaran Survei Indonesia (LSI Network),
300 LSI
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Levriana Yustriani
"ABSTRAK
Teknologi informasi dan komunikasi (TIK) baru, seperti Web 2.0 dan media sosial membuat perbedaan dalam praktik partisipasi politik di kalangan individu muda. Penelitian ini memperkenalkan Actor-Network Theory (ANT) sebagai sebuah kerangka untuk menganalisis hubungan antara TIK baru dan perubahan praktik pada partisipasi politik pemuda, secara khusus dalam fenomena adopsi Twitter. Peneliti beragumen bahwa ANT menawarkan sebuah perspektif baru dalam studi media dan politik serta praktik mediasi, sebab ANT menaruh fokus pada aktor heterogen, yakni manusia, konstruksi simbolis, dan elemen materi termasuk teknologi, setara dengan elemen penting lain sebagai bahan analisis. Penelitian ini menawarkan contoh empiris mengenai berbagai cara Twitter menjadi elemen spesifik pada aktor-jaringan. Argumen lain ialah, ketika melibatkan materialitas-teknologi-dalam analisis partisipasi politik, peneliti harus menghindari pengkhususan 'efek' Twitter. Teknolog Twitter harus diperlakukan secara analitis sebagai aktan dalam sebuah jaringan terintegrasi dengan aktan lain.

ABSTRACT
New information and communication technologies (ICTs) such as Web 2.0 and social media have altered the practices of political participation amongst youth. This article introduces Actor-Network Theory (ANT) as a framework for analyzing the relation between new ICTs and changing practices in youth political participation related with the adoption of Twitter in particular. It argues that ANT offers an exciting new perspective on 'holistic' studies of media and politics, and mediation practices, because it calls for a focus on heterogeneous actors: people, ideals, symbolic constructions, and material elements are seen as equally important elements to analyze. The article offers empirical examples of how ICTs have become elements of speci!c actor-networks, and argues that, at this point, the new aspect of them is their seamlessness. It is argued that while including materiality-technology-in analyses of journalism practices we should refrain from essentializing the 'effects' of ICT. Rather, technology should be treated analytically as an actant tightly integrated in networks with other actants, without being assigned particular forces or consequences."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"This paper considers the implication of Hannah Arendt's criticism of the relationship between violence and politics. For some political theorists and philosophers, it is taken for granted, that violence and politics are inextriacably intertwined. For Arendt, it is crucial to keep the two the two clearly and distinctly aapart. After arguing for a tripartite division between the human the human activities of labor, work and action, Arendt identifies the politics as the part of action and the violence as the part of labor and work. This is the way Arendt argues to keep the politics and the violence clearly apart."
300 RJES 14:1 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Miriam Budiardjo, 1923-2007
Jakarta: UI-Press, 1997
PGB 0514
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Andi Wirapratama
"ABSTRAK
Tiongkok merupakan salah satu negara yang merupakan Great Power. Tiongkok saat ini sedang mempopulerkan One Belt One Road, yang merupakan sebuah rencana pembangunan ambisius yang melibatkan banyak kawasan. Beberapa ilmuwan menjelaskan bahwa motif dari One Belt One Road ini adalah ekonomi. Akan tetapi, ada beberapa literatur yang menjelaskan bahwa Tiongkok ternyata pernah memiliki motif geopolitik lewat proyek infrastruktur yang pernah mereka canangkan. Apalagi, proyek ini dijalankan di saat sistem dunia semakin mengarah ke kondisi multipolar. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba untuk mengetahui secara lebih dalam, apakah yang menjadi motif utama Tiongkok dalam mencanangkan One Belt One Road. Dengan menggunakan teori commercial liberalism, offensive realism dan mode kekuasaan kapitalisme serta territorialisme, penelitian ini mencoba untuk menganalisis motif dari proyek OBOR. Salah satu yang menjadi bagian dari OBOR tersebut adalah proyek rel kereta api Kunming-Singapura. Proyek ini adalah proyek ambisius. Penelitian ini menjadikan proyek rel kereta api Kunming-Singapura sebagai studi kasus. Hasil dari penelitian ini membuktikan bahwa pembangunan rel kereta api Kunming-Singapura memiliki faktor ekonomi dan geopolitik yang melatarbelakanginya. Faktor ekonomi mendominasi keputusan Tiongkok untuk berinvestasi dalam proyek ini disebabkan karenaperubahan struktur ekonomi domestik dan internasional serta berupaya untuk memaksimalkan kekayaan agar dapat menjadi Great Power.

ABSTRACT
China is one of the Great Powers. Now, China is promoting One Belt One Road, which is a huge development initiative that spawns across many regional areas. In academic discourse, there is a debate of whether One Belt One Road, initiated by China, is mainly driven by economic motives or geopolitical motives. Moreover, the infrastructure project is being realized in the world system which is moving toward multipolar condition. This research will try to figure out the main motive of China`s One Belt One Road using commercial liberalism, offensive realism, and capitalism territoralism power mode as analytical tools. Kunming Singapore railway is an ambitious infrastructure development. It is part of OBOR`s project and it will be used as a study case for this paper. The result of this research is that both economic and geopolitical motive are the main causes of China`s decision to invest for the construction of Singapore Kunming railway. However, economic factor is the dominant cause of China`s decision citing her adaptation toward structural change in international and domestic economy and her aspiration to maximize her wealth for becoming Great Power. "
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Angga Natariandi
"Skripsi ini membahas tentang gerakan sosial yang terjadi di Bolivia khususnya yang berkembang dan membesar dari tahun 1985 sampai dengan 2006. Gerakan sosial yang terjadi semakin membesar seiring kebijakan pemerintah sebagai bentuk dari perubahan politik yang terjadi di Bolivia yang dianggap membawa dampak buruk bagi rakyat Bolivia. Pembasmian ladang koka dan kebijakan ekonomi baru melalui privatisasi (air dan hidrokarbon) menjadi faktor yang membuat perlawanan rakyat Bolivia tumbuh dan membesar. Bentuk perlawanan rakyat Bolivia menjadi unik ketika gerakan sosial dapat dikatakan berhasil menjatuhkan kekuasaan yang telah mapan (dalam skripsi mengacu pada neoliberalisme). Proses keberhasilan gerakan sosial akan menjadi tujuan akhir penulis untuk memaparkan sekaligus menjelaskan fenomena yang terjadi di Bolivia. Indikator akhir keberhasilan gerakan sosial tidak terlepas dari peran MAS dan Morales, yang mengambil perubahan politik bergeser ke "kiri" dengan menggunakan teori hegemoni Gramsci.

This thesis discusses about social movements in Bolivia especially that developed and expand from 1985 to 2006. The social movement that more expand along government policy that perform of political change in Bolivia that assumed bringing a negative impact for the Bolivian. Eradication coca and new economic policy with privatization (water and Hydrocarbon) became a factor that make the struggle of the Bolivian rise and expand. The struggle of people be unique when social movement can be said successfully makes the government power is fallen (in this thesis is focused to neoliberalism). The success of the social movements will be the objectives of the writers to flatten and explain the phenomenon in Bolivia. The success of the social movements indicators can not quit from MAS and Morales, they took political change to the left ideology and Gramscian?s Hegemony theory."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S5945
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Surakarta : FISIP Universitas Sebelas Maret, 2006,
361 DINA
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>