Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 182646 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Resty Khusna Sifa Azizah
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui estimasi lama hari rawat dan total tagihan rawat inap pasien
stroke hemoragik di Unit Stroke Rumah Sakit “X” Yogyakarta tahun 2011-2012.
Desain penelitian yang digunakan yaitu cross sectional. Sampel dalam penelitian
ini yaitu seluruh pasien di unit stroke dengan diagnosis utama stroke hemoragik
yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian mendapatkan persamaan regresi
untuk estimasi lama hari rawat pada pasien keluar hidup yaitu; Lama Hari Rawat
= 7,046 + 0,023 (umur) + 0,935 (jenis kelamin) + 0,118 (diagnosis sekunder) +
8,024 (riwayat ICU) + 1,744 (hari keluar). Persamaan regresi untuk mengestimasi
total tagihan rawat inap yaitu; Total Tagihan Rawat Inap = Rp 2.854.882 + Rp
7.810 (umur) + Rp 162.803 (diagnosis sekunder) + Rp 3.738.001 (ICU) + Rp
364.164 (lama hari rawat) – Rp 384.543 (hari masuk) + Rp 854.197 (kelas I) Rp
1.971.282 (VIP). Diharapkan hasil penelitian ini berguna bagi penderita stroke
dan keluarga, manajemen rumah sakit, pihak pembayar dan para pembuat
kebijakan dalam mengantisipasi dampak ekonomi dari meningkatnya kasus
stroke.Beban ekonomi akibat stroke terutama karena biaya perawatan di rumah sakit
semakin meningkat seiring meningkatnya kejadian stroke. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui estimasi lama hari rawat dan total tagihan rawat inap pasien
stroke hemoragik di Unit Stroke Rumah Sakit “X” Yogyakarta tahun 2011-2012.
Desain penelitian yang digunakan yaitu cross sectional. Sampel dalam penelitian
ini yaitu seluruh pasien di unit stroke dengan diagnosis utama stroke hemoragik
yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil penelitian mendapatkan persamaan regresi
untuk estimasi lama hari rawat pada pasien keluar hidup yaitu; Lama Hari Rawat
= 7,046 + 0,023 (umur) + 0,935 (jenis kelamin) + 0,118 (diagnosis sekunder) +
8,024 (riwayat ICU) + 1,744 (hari keluar). Persamaan regresi untuk mengestimasi
total tagihan rawat inap yaitu; Total Tagihan Rawat Inap = Rp 2.854.882 + Rp
7.810 (umur) + Rp 162.803 (diagnosis sekunder) + Rp 3.738.001 (ICU) + Rp
364.164 (lama hari rawat) – Rp 384.543 (hari masuk) + Rp 854.197 (kelas I) Rp
1.971.282 (VIP). Diharapkan hasil penelitian ini berguna bagi penderita stroke
dan keluarga, manajemen rumah sakit, pihak pembayar dan para pembuat
kebijakan dalam mengantisipasi dampak ekonomi dari meningkatnya kasus
stroke.

ABSTRACT
The economic burden of stroke due primarily because of the cost of hospital care
are increasing with the increasing incidence of stroke. This study aims to
determine the estimated length of stay of hospitalization and the total
hospitalization billings of hemorrhagic stroke patients in Stroke Unit "X"
Hospital, Yogyakarta, 2011-2012. The research design used was cross-sectional.
The sample in this study were all patients at the Stroke Unit with a primary
diagnosis of hemorrhagic stroke who meet the inclusion criteria. The results got
the regression equation for estimating length of stay is; Length of Stay = 7,046 +
0,023 (age) + 0,935 (sex) + 0,118 (secondary diagnose) + 8,024 (history in ICU) +
1,744 (day of discharge). The regression equation for estimating Inpatient Total
Billings = Rp 2.854.882 + Rp 7.810 (age) + Rp 162.803 (secondary diagnose) +
Rp 3.738.001 (history in ICU) + Rp 364.164 (length of stay) – Rp 384.543 (day of
admission) + Rp 854.197 (class I) Rp 1.971.282 (VIP)."
2014
S57420
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Imelda
"Latar Belakang: Stroke iskemik merupakan penyebab kecacatan no 1 didunia yang membutuhkan perawatan jangka panjang sehingga akan mempengaruhi lama hari rawat di rumah sakit. Berdasarkan data statistik tahun 2012 rumah sakit PMI Bogor terjadi peningkatan kasus stroke iskemik yang cukup tinggi. Namun belum ada gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan yang berhubungan dengan lama hari rawat pasien stroke iskemik.
Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan lama hari rawat inap pasien stroke iskemik baik faktor karakteristik rumah sakit (Kelas Perawatan, Pemakaian ruangan intensive, Hari masuk, Hari keluar) maupun faktor karakteristik pasien (Umur, Jenis kelamin, Komplikasi, Penyakit Penyerta, Cara Bayar Dan Cara Keluar).
Metode: Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain cross sectional, jumlah sampel 112 pasien dengan data sekunder dari sistem informasi rekam medis rumah sakit. Data dianalisis secara univariat dan bivariat.
Hasil dan kesimpulan: Penelitian menunjukkan bahwa rata–rata lama hari rawat inap pasien stroke iskemik di rumah sakit PMI Bogor tahun 2012 adalah 5,88 hari, dan hasil uji bivariat yang berhubungan adalah yang memiliki nilai (p<0,005). Faktor yang mempengaruhi lama hari rawat yang panjang adalah pasien diruangan intesive (p=0,006), memiliki komplikasi (p=0,001) dan penyakit jumlah penyerta (p=0,035). Sedangkan faktor yang mempengaruhi lama hari rawat lebih singkat adalah cara keluar pasien yang keluar atas permintaan sendiri (p=0,003). Variabel kelas perawatan, hari masuk, hari keluar, umur, jenis kelamin, cara bayar tidak menunjukkan adanya hubungan yang bermakna.
Saran: segera menetapkan standar lama hari rawat pasien stroke iskemik dan mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhi lama hari rawat yaitu pada variabel pemakaian ruangan intesive, komplikasi, penyakit penyerta, dan cara keluar.

Background: Stroke Ischemic is the no.1 cause of disability in the world and long-term care that will affect the long days hospitalized. Based on the statistical data of 2012 PMI Bogor hospital increased cases of ischemic stroke is high enough. But there is no picture and the factors related with lenght of stay inpatient for stroke ischemic.
Objective: This study was to describe and factors related to the old days of hospitalization for ischemic stroke patients both hospital characteristic factors (Class Care, Intensive Care Use, Day In, Day Out) and factors of patient characteristics (Age, Sex, Complications, Infectious Host, How To Pay And How To Get Out).
Methode: This study is a quantitative cross-sectional design, the sample size of 112 patients with secondary data from the medical record information system hospital. Data were analyzed using univariate and bivariate.
Results and conclusions: The study showed that the average length of stay inpatient of for stroke ischemic patients in the hospital PMI Bogor in 2012 was 5.88 days, and the test results are related bivariate who has value (p<0.005). Factors affecting long long day care is patient room of intesive (p=0.006), had a complication (p=0.001) and the number of comorbid diseases (p=0.035). While the factors that affect the long days shorter hospitalization is the way out the exit at the request of the patient 's own (p=0.003). Variable-class care, day in, day out, age, gender, how to pay did not show any significant relationship.
Suggestion: immediately set the standard lenght of stay inpatient ischemic stroke ischemic and control the factors that affect the day care is the use of variable intesive room, complications, comorbidities, and the way out.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54007
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pane, Taruli Tua
"Stroke merupakan penyakit nomor 3 terbesar dan paling sering menyebabkan kematian di Indonesia. Prevalensi kejadian stroke di Indonesia menurut riskesdas 2007 adalah sebesar 8,3 per 1000 penduduk. Di Jakarta sendiri prevalensi kejadian stroke masih berada di atas prevalensi nasional yaitu 12,5 per 1000 penduduk dan menimbulkan banyak problem baik dari sisi sosial maupun ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan faktor risiko kejadian stroke iskemik dan stroke hemoragik pada pasien stroke di RS Harapan Kita Tahun 2012. Penelitian dilakukan dengan menganalisis data sekunder berupa status rekam medis pasien menggunakan desain studi cross sectional. Hasil menunjukkan terdapat pasien penderita stroke iskemik (10,4%) dan hemoragik (89,6%) dengan karakteristik umur ≥62 tahun (51,5%), berjenis kelamin laki-laki (62%), pendidikan rendah (17,8%), memiliki perilaku merokok (37,4%), mengidap hipertensi (81,6%) dan DM (50,3%). Berdasarkan analisis bivariat tidak ditemukan adanya perbedaan yang secara statistik bermakna antara faktor risiko dengan kejadian stroke, namun perbedaan proporsi faktor risiko pada stroke iskemik selalu lebih besar dibandingkan stroke hemoragik.

Stroke is the third disease which often cause death in Indonesia. Prevalence of stroke in Indonesia from Riskesdas 2007 is 8,3 per 1000 person. Prevalence of stroke in Jakarta is still higher then national prevalence that is 12,5 per 1000 person and cause a lot of problems both in terms of social and economic. This research aims to identify different risk factors of ischemic and hemorragic stroke in inpatient of stroke at National Cardiovascular Center Harapan Kita 2012. The study was conducted by analyzing secondary data from patient medical record by using cross sectional study. Results showed that there were patients with ischemic stroke (10,4%) and hemorrhagic (89,6) with a characteristic age ≥62 years (51,5%), male (62%), low education (17,8%), smoking behaviour (37,4%), hypertension (81,6%) and diabetes (50,3%). Based on bivariate analysis, result shows that there is no statistical difference between risk factors and incidence of stroke, but the difference proportion of risk factors in ischemic stroke always greater than hemorrhagic stroke."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S52571
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anis Kurniawati
"Stroke menjadi salah satu penyebab kematian utama di dunia sebesar 17,9 juta kematian dan prevalensi stroke secara global mencapai 101 juta kasus. Stroke hemoragik sendiri menyumbang angka 13% dari stroke keseluruhan dan di Indonesia tahun 2001 mencapai 18,5% dan perdarahan subarachnoid sebesar 1,4%. Namun, pasien stroke hemoragik memiliki kondisi lebih parah dengan risiko kematian yang lebih tinggi hingga 4 kali. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara hipertensi dengan stroke hemoragik pada pasien rawat inap di RS Pusat Otak Nasional tahun 2022 setelah dikontrol variabel confounding. Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional dengan sampel yang diperoleh sebesar 1010 sampel. Variabel confounding yang dipakai dalam penelitian ini adalah obesitas, kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, status pernikahan, jenjang pendidikan, pekerjaan, usia, dan jenis kelamin. Hasil penelitian ini menunjukkan jika terdapat hubungan signifikan antara hipertensi dengan stroke hemoragik (p=0,044) hingga 2,37 kali lebih tinggi dibandingkan pasien stroke yang tidak hipertensi setelah dikontrol variabel confounding. Pentingnya peningkatan kesadaran dengan melibatkan anak muda mengenai hipertensi dan stroke hemoragik perlu dilakukan. Selain itu, masyarakat diharapkan tetap menerapkan pola hidup sehat dan cek kesehatan berkala di Posbindu setempat terutama masyarakat yang memiliki hipertensi.

Stroke is one of the main causes of death in the world with 17.9 million deaths and the prevalence of stroke globally reaches 101 million cases. Hemorrhagic stroke itself accounts for 13% of all strokes and in Indonesia in 2001 it reached 18.5% and subarachnoid hemorrhage was 1.4%. However, hemorrhagic stroke patients have a more severe condition with a higher risk of death up to 4 times. This study aims to determine the relationship between hypertension and hemorrhagic stroke in inpatients at the National Brain Center Hospital in 2022 after controlling for confounding variables. The research method used was cross sectional with a sample of 1010 samples. The confounding variables used in this study were obesity, smoking habits, alcohol consumption, marital status, level of education, occupation, age and gender. The results of this study indicate that there is a significant relationship between hypertension and hemorrhagic stroke (p=0.044) up to 2.37 times higher than stroke patients who are not hypertensive after controlling for confounding variables. The importance of raising awareness by involving young people regarding hypertension and hemorrhagic stroke needs to be done. In addition, the community is expected to continue to adopt a healthy lifestyle and periodic health checks at the local Posbindu, especially people who have hypertension."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Nastiti
"Stroke termasuk ke dalam penyakit pembuluh darah, yang bersifat multikausal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor risiko yang berperan dalam kejadian stroke pada pasien stroke rawat inap di RS Krakatau Medika pada tahun 2011.
Disain penelitian ini adalah case series dan dianalisis secara univariat. Sampel dalam penelitian ini adalah semua kasus stroke serangan pertama yang menjalani pelayanan rawat inap dan memiliki catatan rekam medik yang lengkap.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi jenis stroke yang terbanyak adalah stroke iskemik (85 %) dengan proporsi lama perawatan terbanyak selama 5-10 hari (54 %), dan pasien pulang hidup (94 %). Persentase terbanyak pasien stroke berada pada golongan umur 51-65 tahun (49 %), berjenis kelamin laki-laki (67 %), tidak memiliki riwayat penyakit keluarga (76 %), katagori hipertensi stage 2 (46 %), memiliki nilai kadar gula darah 2 jam postprandial (PP) dan sewaktu sebesar 100-199 mg/dl, memiliki kadar kolesterol total yang rendah (49 %), kadar LDL mendekati optimal (32 %), kadar HDL rendah (54 %), tidak memiliki penyakit jantung (84 %), tidak memiliki penyakit DM (74 %), tingkat pendidikan SMA (81 %), bekerja (61 %), dan memiliki status telah menikah (93 %). Diharapkan penelitian ini dapat berguna bagi perumusan program pencegahan dan tatalaksana stroke di masa yang akan datang.

Stroke included into the blood vessel diseases, which are multicausal. This study aims to know the description of incidence stroke risk factors in stroke patients hospitalized at Krakatau Medika Hospital in 2011.
The design of this study is case series and were analyzed by univariate. The sample in this study were all cases of first attack stroke who patients who are hospitalized and have a complete medical records.
The results showed that the largest proportion of strokes are ischemic strokes (85%) with the highest proportion of long treatment for 5-10 days (54%), and the patient's home life (94%). Highest percentage of stroke patients at 51-65 year age group (49%), male (67%), had no family history of disease (76%), stage 2 hypertension category (46%), have blood sugar 2 hours post-prandial and blood sugar levels 100-199 mg/dl, has a low total cholesterol levels (49%), near optimal levels of LDL (32%), low HDL levels (54%), did not have heart disease (84%), does not have DM disease (74%), high school education (81%), work (61%), and have been married status (93%). Hope this study can be useful for the formulation of prevention programs and management of stroke in the future.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sumiarsih Pujilaksani
"Peningkatan biaya pelayanan kesehatan merupakan permasalaban yang dihadapi oleh banyak negrua di belaban dunia. Di Indonesia, pada kurun waktu antara tahun 1995 1arnpai dengan tahun 2002, teloh teljadi kenaikan biaya pelayanan kesehatan yang !rastis. Biaya pelayanan kesehatan indonesia tahun 1995 tercatat 5.8 trilyun dan neningkat menjadi 41 ,8 tri1yun pada tahun 2002. Pengeluaran biaya pelayanan kesehatan li Amerika Serikat pada tahun 2011 nanti diperkirakan meneapai 2.8 trilyun usd, yang berarti naik dari 1.3 trilyun di tahun 2000.
Sehagai respons terhadap biaya pelayanan kesebatan yang terus meningkat, baik pemerintah ataupun perusahaan asuransi besar di berhagai negara mengembangkan berbagai upaya pengendalian biaya. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan nengembangkan sistem pembayaran prospektif sebagni altematif sistem pembayaran jasa per pelayanan (JPP).
Di Indonesia sistem pembayaran prospektif telah direrapkan oleh beberapa pihak penyelenggara jaminan pemeliharaan kesehatan seperti PT. Jamsostek (persero) yang nenerapkan sistem pembayaran paket per hari (PPH) untuk kasus rawat inap, dan Dinas Cesehatan DKI Jakarta yang menerapkan sistem pemhayaran paket per diagnosis yang lisebut sebagai paket pelayanan kesebatan esensial (PPE).
Hasil yang diharapkan dari penerapan sistem pembayaran di atas adaloh biaya kasebatan menjadi lehih efisien ibandingkan dengan sistem JPP. Apakah sistem pembayaran tersebut efektif dalam 1engendalikan biaya rawat inap dibandingkan dengan sistem JPP l belum diketahui.
Penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan di atas. Rancangan penelitian ini ada.iah penelitian survey yang analisisnya dilakukan ecara kuantitatif. Data yang digunakan adalah data primer berupa basil penelusuran okurnen rumah sakil. Ruang lingkup penelitian dibatasi hanya illltuk kasus demam tphoid (tilus) dan demam berdarah denue (DBD) di kelas Ill RS X tahun 2005. Sampel enelitian adalah semua kasus tifus dan DBD yang dirawat di ke!as Ill yang tidak 1empunyai penyulit atau penyakit penyerta.
Penelitian ini melibatkan 437 kasus, yang terdiri dari 379 kasus DBD dan 54 asus tifus. Dari 437 kasus, ada sejumlah 298 merupakan jaminan Dinkes DKI, 92 kasus uninan PT. Jamsostek dan sisanya merupakan jaminan asuransi kesehatan atau erusahaan lain yang menerapkan sistem pembayaran JPP. Berdasarkan basil analisis cara univariat dan bivariat, didapatkan bahwa secara statistik ditemukan perbedaan ang signifikan antara lain hari rawat kasus DBD, pada kelompuk kasus yang dijumlah dengan sistem paket per hari dengan JPP. Berdasarkan hasil uji t independen antara kelompok sistem paket per diagnosis (PPE) dengan JPP, diperoleh basil adanya erbedaan yang signi:fikan antara rata-rata biaya rawat inap kelompok sistem PPE dengan PP. Hal ini berarti bahwa secara statistik terbukti sistem PPE yang diterapkan oleh tinkes DKI efektif untuk mengendalikan biaya rawat inap pada kasus tifus
Disarankan bagi universitas untuk beketjasama dengan organisasi profesi asuransi kesehatan, untuk melakukan penelitian serupa dengan ruang lingkup penelitian yang iperluas~ sebagai dasar pengembangan sistem pembayaran prospektif di Indonesia. Kepada Dinkes DKI Jakarta, disarankan agar seluruh tagihan rumah sakit dapat didokumentasikan secara lengkap dalam sistem data base sehingga dapat dimanfaatkan ntuk evaluas dan merubuat standar obat seperti yang dilaknkan oleh PT. Jamsostek sebagai tambahan usaha pengendalian biaya selain penerapan sistem pembayaran paket or diagnosis. Kepeda PT Iamsostek disarankan dapat meruperluas cakupan pelayanan kehatan dalam paket per hari, sehingga dapat lebih efektif. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T32463
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fatma Silviani
"Lama rawat inap diduga dipengaruhi oleh berbagai fakor kompleks diantaranya sosio-demografis, gizi, dan kondisi klinis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor sosio-demografi (usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, status pekerjaan, status pernikahan, kelas rawat inap), gizi (asupan energi, asupan protein, status gizi, dan risiko malnutrisi), dan kondisi klinis (tingkat keparahan, komorbiditas, riwayat rawat inap stroke) terhadap lama rawat inap pasien stroke iskemik. Desain penelitian ini adalah cross-sectional melibatkan 150 pasien stroke iskemik usia 18-59 tahun di RSPON Prof.Dr.dr. Mahar Mardjono melalui metode purposive sampling. Analisis statistik menggunakan chi-squarepada bivariat dan regresi logistik pada multivariat. Hasil menunjukkan mayoritas pasien memiliki lama rawat inap pendek (78%). Tidak ada perbedaan proporsi antara usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir, status pekerjaan, status pernikahan, kelas rawat inap, risiko malnutrisi, tingkat keparahan, komorbiditas, atau riwayat rawat inap stroke terhadap lama rawat inap bagi pasien stroke iskemik (p>0,05). Melalui analisis bivariat ada perbedan proporsi status gizi terhadap lama rawat inap (p=0,026), namun ketika dikontrol dengan variabel lain keduanya tidak signifikan (p=0,888). Ada perbedaan proporsi antara asupan energi (p=0,001) dan protein (p=0,001) terhadap lama rawat inap pasien stroke iskemik. Pada permodelan akhir asupan energi (OR=165,4; CI:4,27-6404,3) dan protein (OR=547,94; CI: 19,86-15116,4) defisit berhubungan signifikan dan berisiko meningkatkan lama rawat inap panjang pasien stroke iskemik. Asupan protein menjadi faktor dominan terhadap lama rawat inap.

Multifactorial aspects such as sociodemographic, nutrition, and clinical condition were related to length of stay among ischaemic stroke patients. The aim of the study was to explore the association between sociodemographic (age, gender, education, occupation, marital status, and type of class), nutrition (energy intake, protein intake, nutritional status, and risk of malnutrition) and clinical condition (severity, comorbidity, and previous history of stroke) with length of stay in ischaemic stroke patients. Design of the study was cross-sectional. The study recruited 150 ischaemic stroke patients aged from 18 to 59 years old at National Brain Center Hospital Prof.Dr.dr. Mahar Mardjono Jakarta. Data was analysed by using chi-square test for bivariate and logistic regression for multivariate. Most of of ischaemic stroke patients had shorted length-of-stay (78%). There was no difference proportion between age, gender, education, occupation, marital status, type of class, risk of malnutrition, severity, comorbidity, or previous history of stroke and length of stay in ischaemic stroke patients (all p>0.05). Based on bivariate analysis, there was a difference proportion between nutritional status and length of stay (p=0.026), but not significant when controlled with other variables (p=0.888). There was a difference proportion between energy intake (p=0.001) or protein intake (p=0.001) and length of stay. Patients who had inadequate energy intake (OR=165.4; CI:4,27-6404.3) and protein intake (OR=547.94; CI: 19.86-15116.4) significantly related and increased the risk of prolonged hospital length of stay in ischaemic stroke patients. Protein intake was dominant determinant factor of length of stay in ischaemic stroke patients."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Della Desvina
"Tujuan Penelitian Stroke merupakan penyebab kedua kematian secara global dan masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesintasan pasien stroke berdasarkan tipe stroke hemoragik dan iskemik di RSPON Jakarta. Metode Desain penelitian menggunakan kohort retrospektif. Pasien rawat inap dengan diagnosis stroke pertama dimasukkan ke dalam penelitian. Sampel terdiri dari 134 pasien stroke hemoragik dan 134 pasien stroke iskemik yang dicatat dalam rekam medis pada periode waktu 1 Januari-30 November 2018. Pasien diamati dari waktu diagnosis hingga event (meninggal) dalam kurun waktu 30 hari. Hasil Analisis Kaplan Meier menunjukkan probabilitas 30 hari kesintasan pasien stroke iskemik (91,8%) lebih tinggi dibandingkan dengan pasien stroke hemoragik (78,3%)(p<0,05). Rata-rata kesintasan pasien stroke iskemik, yaitu selama 27 hari, sedangkan pasien stroke hemoragik selama 23 hari. Hasil analisis cox regression didapatkan, risiko kematian pasien stroke hemoragik 4,05 kali lebih besar dibandingkan pasien stroke iskemik setelah dikontrol oleh umur dan diabetes melitus di RSPON Jakarta (p<0,05) dalam kurun waktu 30 hari. Kesimpulan Probabilitas kesintasan pasien stroke iskemik lebih tinggi dibandingkan pasien stroke hemoragik di RSPON Jakarta tahun 2018.

Stroke is the second leading cause of death in the world and still a major health problem in Indonesia. The aim of this study was to identify survival of stroke patients according to hemorrhagic (HS) and ischemic (IS) stroke type in National Brain Center Hospital Jakarta. Methods A cohort retrospective study. Acute first-ever stroke inpatients were included in this study. The sample consists of 134 HS and 134 IS and recorded in medical record from January 1 to November 30, 2018. All study patients were followed-up from diagnosis time to event (death) in 30 days. Results Kaplan-Meier analysis showed that survival probability at 30 days was higher for IS (91,8%) than HS (78,3%) (p < 0,05). Mean survival time of IS (27 days) was longer than HS (23 days). Cox Regression analysis found the risk of death for HS was 4,05 times greater than the risk of death for IS after adjusted by age and diabetes mellitus in National Brain Center Hospital Jakarta (p < 0,05) at 30 days. Conclusions Survival probability IS was higher than HS within 30 days of the first-ever stroke in National Brain Center Hospital Jakarta"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T53643
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kristoforus Hendra
"ABSTRAK
Latar Belakang: Gagal jantung telah menjadi masalah kesehatan di seluruh dunia dan seringkali diasosiasikan dengan tingginya frekuensi perawatan di rumah sakit dan lama rawat yang panjang. Sayangnya, hingga saat ini belum ada satupun penelitian yang menggambarkan lama rawat serta profil pasien gagal jantung di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran lama rawat dan mendeskripsikan karakteristik demografis serta karakteristik klinis dari pasien-pasien gagal jantung yang dirawat di RSUPN-CM pada tahun 2012
Metode: Dilakukan suatu studi dengan desain potong lintang dengan menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien-pasien gagal jantung di RSUPN-CM selama tahun 2012. Selanjutnya dilakukan pengolahan data secara deskriptif untuk kemudian ditampilkan.
Hasil: Terkumpul data 331 pasien gagal jantung yang dirawat selama tahun 2012. Median usia adalah 58 tahun, 62,2% di antaranya adalah pria, dan 42,9% menggunakan jaminan sosial Askes/In-Health. Tingkat pendidikan yang terbanyak adalah pendidikan SMU dan sederajat sebanyak 23,9%. Median lama rawat 8 hari didapat dari perhitungan yang dilakukan terhadap semua pasien (NYHA I – IV), namun pada mereka yang dirawat dengan kelas fungsional NYHA III – IV saja, median lama rawatnya 9 hari. Pada awal perawatan, median tekanan darah sistolik 124 mmHg, denyut nadi 90 kali permenit, edema perifer terdapat pada 36,9% pasien, hipertensi 57,1%, diabetes mellitus 33,2%, penyakit jantung iskemik 74,9%, gangguan fungsi ginjal pada 46,2%, penyakit saluran pernafasan akut pada 45,9%, dan skor CCI terbanyak adalah 3.
Kesimpulan: Median lama rawat pasien gagal jantung di RSUPN-CM adalah 8 – 9 hari. Sebagian besar pasien adalah pria, berpendidikan SMU, dan menggunakan jaminan Askes/In-Health dengan median usia 58 tahun.

ABSTRACT
Introduction: Heart failure has become global health issue worldwide, as it has been associated with high rate of readmissions and prolonged hospitalizations. Indonesia has never had any publication describing the profile and length of hospital stay of their heart failure patients. Hence, the aim of this study is to obtain the length of hospital stay and describe the demographic characteristic as well as clinical characteristic of heart failure patients in Cipto Mangunkusumo General Hospital hospitalized in the year of 2012.
Methods: A cross sectional study was designed using secondary data from heart failure patients’ medical records in Cipto Mangunkusumo General Hospital admitted during 2012. Furthermore, data were calculated and presented thereafter.
Results: Based on the medical records of the year 2012, 331 heart failure patients were included in the study. Median age was 58 years old, 62,2% were men, 42,9% used Askes/In-Health as their social insurance payor, and as many as 23,9% had graduated from senior high school level. Median length of stay was 8 days for all patients, while for patients admitted with NYHA functional class III – IV, the median length of stay was 9 days. When patients were admitted to hospital, median systolic blood pressure was 124 mmHg, pulse 90 beats per minute, peripheral edema was shown in 36,9% of patients, hypertension in 57,1%, diabetes mellitus in 33,2%, ischemic heart disease in 74,9%, renal impairment in 46,2%, acute respiratory conditions in 45,9% of patients, and the most frequent CCI score was 3.
Conclusions: Median length of stay for heart failure patients in Cipto Mangunkusumo GH is 8 – 9 days. Most patients were men, senior high school graduate, and used Askes/In-Health as their social insurance, with median age 58 years old.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dede Sri Mulyana
"Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi: assesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, dan seterusnya. Sejak dideklarasikannya pelaksanaan Patient Safety di Rumah Sakit X pada tahun 2009 hingga tahun 2011, tercatat Insiden Keselamatan Pasien (IKP) sebanyak 171 kasus, dimana IKP paling banyak yaitu sekitar 60% terjadi di pelayanan rawat inap. Melalui penelitian ini, dianalisis penyebab terjadinya IKP di ruang perawatan Rumah Sakit X. Studi dilakukan terhadap 100 perawat pelaksana dengan menggunakan desain cross sectional untuk melihat bentuk hubungan antara variabel individu, kompleksitas pengobatan, kerjama, gangguan/ interupsi, komunikasi, Standar Prosedur Operasional, dan kenyamanan tempat kerja terhadap kejadian IKP.
Hasil penelitian menunjukkan variabel karakteristik individu, yang terdiri dari usia, masa kerja, dan kompetensi; dan variabel kerja sama yang memiliki hubungan yang signifikan terhadap kejadian IKP dengan nilai P value masing-masing sebesar 0.028, 0.010, 0.028, dan 0.012. Dengan kata lain variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian IKP adalah variabel karakteristik individu sehingga hasil studi ini bisa menjadi pertimbangan bagi Bagian SDM, Komite Keperawatan dan Bagian Keperawatan Rumah Sakit X dalam melakukan seleksi dan pengembangan SDM Keperawatan dalam upaya meningkatkan keselamatan pasien.

Patient safety is a system to make patient care become safer. The systems include risk assessment, identifying and managing the risks associated with patient, and so on. Since the patient safety program has been declared in "X" Hospital in 2009 until 2011, there are 171 cases recorded as a number of the patient safety incident (PSI), most cases about 60% occur in inpatient unit. Through this study, determinants of PSI in inpatient unit X Hospital are analyzed. Study is applied to 100 nursing staffs by cross sectional study design in order to observe the correlation between variable of individual characteristic, medication complexity, teamwork, interruption, communication, standard of procedure operational, and work place comfortable to PSI.
Result shows that there is a significant correlation between variable of individual characteristic (include age, working time, and levels of competence) and teamwork to PSI, with the P value: 0.028, 0.010, 0.028, and 0.012. In other word, the most significant variable to PSI is individual characteristic variable so it could be a consideration to recruit and do improvement based on patient safety by Human Resources, Nursing Committee and Nursing Unit of X Hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T32578
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>