Ditemukan 65634 dokumen yang sesuai dengan query
Rudi Ruhimat
"Karya ilmiah ini membahas peran seorang tokoh yang bernama Ibnu Qayyim Al Jauziah dalam mengembangkan ilmu Tazkarya ilmiah ini membahas peran seorang tokoh yang bernama Ibnu Qayyim Al-Jauziah dalam mengembangkan ilmu Tazkiatun Nufuus. Ibnu Qayyim adalah seorang tokoh ulama Islam yang hidup pada abad kedelapan Hijriyah di Damaskus. Dia memiliki pengaruh dan andil yang besar dalam keilmuan Islam pada zamannya hingga saat ini. Karya-karya Ibnu Qayyim yang paling menonjol dan banyak diapresiasi oleh kaum muslimin adalah karyanya yang berkaitan dengan Ilmu Tazkiatun Nufuus. Ilmu tersebut merupakan sebuah cabang ilmu yang memiliki posisi sangat penting dalam agama Islam karena ilmu tersebut merupakan motor penggerak seseorang untuk memaknai Islam lebih mendalam. Ibnu Qayyim dikaruniai kecerdasan dan keluasan berpikir yang sangat hebat dalam mengembangkan ilmu tersebut. Dia memiliki kemampuan untuk merinci dan mensinergikan ilmu ini dengan berbagai sisi penting dalam kehidupan manusia. Kecerdasan dan kedalaman ilmu Ibnu Qayyim dalam hal ini, dapat kita ketahui ketika dia mengaitkan hubungan antara Tazkiatun Nufuus dengan kesehatan jasmani, keterkaitan Tazkiatun Nufuus dengan kebahagiaan hidup dan Tazkiatun Nufuus ketika seseorang mengalami jatuh cinta.
This paper discusses the role of a figure named Ibnu Qayyim Al-Jauziah in developing the science of Tazkiatun Nufuus. Ibnu Qayyim is a figureof Islamic scholar who lived in the eighth century Hijriah in Damascus. He has influence and a significant role in Islamic scholarship of his time to the present. The most prominent works of Ibnu Qayyim and much appreciated by the Muslims is related to his work of Tazkiatun Nufuus Sciences. This science is a branch of science that has a very important position in the Islamic religion because that science is the driving force of someone to interpret Islam more deeply. Ibn Qayyim blessed intelligence and breadth of thinking that is great at developing that science. He has the ability to specify and synergize this science with the various important sides in human life. We can know the Intelligence and depth of knowledge of Ibnu Qayyim in this case when he relates relationship between Tazkiatun Nufuus with physical health, connectedness Tazkiatun Nufuus with happiness and Tazkiatun Nufuus when a person has fallen in love."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library
Hikmatul Aini Maftukhah
"Skripsi ini bertujuan mendeskripsikan struktur tipografi, gaya bahasa, dan makna yang terkandung di dalam ketiga puisi Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis yang dipusatkan pada analisis struktural dan semiotik. Hasil analisis pada penelitian ini mengindikasikan setiap puisi memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Ketiga puisi ini memiliki pola bahr kaamil dengan modifikasi tertentu zihaf dan illat. Puisi “Fii Binaai al-Jannah” merupakan penggambaran material-material bangunan surga. Puisi “Fii Anhaari al-Jannah” menggambarkan keindahan sungai-sungai di surga. Puisi “Fii Ṭa’aami Ahli al-Jannah” menggambarkan makanan lezat yang beraneka ragam di dalam surga. Puisi “Fii Binaai al-Jannah”, “Fii Anhaari al-Jannah”, maupun “Fii Ṭa’aami Ahli al-Jannah” merupakan penggambaran dan representasi mengenai kenikmatan surga yang dianalasis menggunakan teori semiotik dengan sistem penandaan.
This research aims to describe the structure of typography, style, and meaning three poems written by Ibn Qayyim al-Jauziyyah.The method that is used is analytical description, focusing on structural and semiotic analysis. The results of the analysis in this study indicates that every poem has a unique and distinctive characteristics. All of the poems have bahr kaamil pattern with certain modifications in its zihaf and ‘illat. “Fii Binaai al-Jannah” (one of the poems) is a depiction of the materials used to build a heaven. “Fii Anhaari al-Jannah” (the other poem) describes the beautiful rivers of paradise. “Fii Ṭa'aami al-Jannah” (another poem) describes kind of delicious food available in heaven. All of the three poems, Fii Binaai al-Jannah, Fii Anhaari al-Jannah, and Fii Ṭa'aami al-Jannah are the depiction and representation of the pleasures of heaven which are analyzed using semiotic theory, and most of the poems used the kind of symbols."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S57619
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Izzuddin ibn Abdussalam
Jakarta: Zaman, 2013
297.382 IZZ bt
Buku Teks SO Universitas Indonesia Library
Syaraf al-Din, Abd al-Azim Abd al-Salam
"Ibn Qayyim al-Jauziyyah adalah seorang tokoh terkenal di Arab di bidang ilmu fiqih, aqidah, dan tasawuf. Ibn Qayyim berasal dari Damaskus dan hidup pada tahun 691-751 Hijriah dan berguru pada Ibn Taimiyyah. Karya-karyanya dalam bentuk kitab sangat banyak jumlahnya, kebanyakan tentang tafsir Al Qur'an dan fiqh as-Sunnah."
Kairo : Maktabah Nahdah Misr, 1956
ARA 297.6 SYA i
Buku Teks Universitas Indonesia Library
"This paper deals with the work of Abdullah Ibn al-Mutazz,Kitab al-Badi'While there wee the challenges againts the reputation of Ibn al-Mu'tazz over his role on developing'ilm al badi on Arabic letters,this work shows that Abdullah Ibn al-Mutazz was deemed as the person whose contribution to the Arabic letters like ilm al-badi was unquestionable with regard to the study of Rhetoric and discourse on Arabic language,two mainstreams were commonly recognized, Arab and philosophy of logic deriv ed from Greek,and Ibn al-Mutaz was among the pioneers of Arab linguisticts....."
Artikel Jurnal Universitas Indonesia Library
Ahmad Fadhil
"Ibn Sabin, sebagai seorang ulama yang tumbuh di Andalusia, telah mempelajari semua bidang ilmu tradisional dan rasional. Dia terpengaruh oleh aliran¬aliran filsafat dan tasawuf yang berkembang di Andalusia pada saat itu. Kedua bidang itu menjadi elemen utama dalam pemikiran lbn Sabin yang khas, sehingga dia dapat dikatakan sebagai filsuf, sufi, atau tilsuf sufi sekaligus. Meskipun demikian, lbn Sabin nampaknya tidak suka menyebut dirinya dengan semua julukan itu, sebab dia memandang dirinya telah melampaui ilmu dan kesempurnaan mereka dengan menguasai ilmu ketuhanan sejati yang disebutnya dengan al-tahgiq. Basis metafisika al-tuhgIq Ibn Sabin adalah konsep al-wandah alanuthlagalt (absolute oneness). Dengan konsep tersebut, lbn Sabin memaparkan kritik-kritik terhadap teori emanasi, yang dipandangnya masih membagi-bagi eksistensi yang pada hakikatnya satu menjadi eksistensi yang beragam dan berbeda-beda. Hakikat wujud bagi ibn Sabin hanya satu saja, yaitu Allah. Segala entitas selain Allah tidak memiliki eksistensi hakiki. Eksistensi mereka adalah semu. Mereka hanya memiliki eksistensi berkat eksistensi Allah. Konsep yang disebut Ibn Sabin dengan al-wandah al-muthlagah ini benar-benar menyatakan bahwa yang ada secara hakiki adalah curna Allah saja. Orang yang menguasai al-tahgiq dan mencapai al-walululr al nrutlrlugcrlr disebut oleh lbn Sabin sebagai al-rnuhaggiq, atau al-mugrib dan al-warns."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2003
T10889
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Mukhlash Muzaki
"Karya ilmiah ini mengkaji keragaman makna (polisemi) kata زكر /żakara/ yang terkandung di dalam ayat Al-Qur’an. Karya ilmiah ini ditulis untuk mengetahui makna kata زكر /żakara/ baik secara leksikal dan kontekstual. Dalam menyusun karya ilmiah ini, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Penulisan karya ilmiah ini diawali dengan pengumpulan data secara komprehensif. Sumber data yang digunakan adalah Al-Qur’an digital dengan terjemah versi Kementerian Agama Republik Indonesia dan kitab tafsir Ibnu Katsir untuk mendukung pemahaman kontekstual dan interpretasi ayat. Setelah pengumpulan data selesai, peneliti mengklasifikasikan kata زكر /żakara/ berdasarkan fungsinya dalam konteks ayat. Selanjutnya, analisis dilakukan untuk mengidentifikasi makna leksikal dan kontekstual kata tersebut dalam konteks ayat-ayat yang relevan. Hasil analisis menunjukkan bahwa kata زكر /żakara/ dalam Al-Qur’an setidaknya memiliki 13 makna berbeda namun makna-makna tersebut masih memiliki keterkaitan satu sama lain.
This scholarly paper examines the diversity of meanings (polysemy) of the word زكر /żakara/ found in the verses of the Qur'an. The aim of this study is to explore the meanings of the word زكر /żakara/ both lexically and contextually. In conducting this research, the researcher employs a qualitative method with a descriptive approach. The writing of this paper begins with comprehensive data collection. The data sources used include the digital Qur'an with the translation by the Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia and the tafsir book of Ibn Kathir to support contextual understanding and verse interpretation. After the data collection is complete, the researcher classifies the word żakara based on its function within the context of the verses. Subsequently, an analysis is carried out to identify the lexical and contextual meanings of the word in the relevant verses. The results of the analysis indicate that the word زكر /żakara/ in the Qur'an has at least 13 different meanings, yet these meanings remain interconnected."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir Universitas Indonesia Library
Muh Abd al Ghani Hasan
Kairo, Dar al Ma'arif
928.927 I 54 h
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Dessy Imelda
"Skripsi ini mencoba menjelaskan tentang keutamaan al-'ilmu khususnya bagi para Sufi dalam menjalankan tasawuf, agar dapat memperoleh hasil yang benar, yaitu mencapai tingkat makrifat.Pengertian aI-'ilmu memiliki makna khusus yaitu ilmu mengenai Allah, zat, dan af'al-Nya. Al'Ilmu ini disebut pules limo jalan ke akhirat, karena dengan al-'ilmu manusia beramal, dengan amal seorang hamba dapat mendekatkan diri kepada Allah, dan sampainya seorang hamba kepada Allah atau disebut makrifat adalah suatu kebahagiaan abadi yang merupakan akhir Bari suatu perjalanan. Menuntut al-'ilmu adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap muslim, sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah saw. Al-'Ilmu dapat menaikkan derajat dan menambah kemuliaan seseorang di dunia terlebih di akhirat."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1994
S-Pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Dian Mardiana
"Konstantinopel merupakan kota terbesar dan benteng terkuat di dunia saat itu, dikelilingi lautan dari tiga sisi sekaligus, yaitu selat Bosphorus, Laut Marmara dan Selat Tanduk Emas (Golden Horn Straits) yang dijaga dengan rantai yang sangat besar, hingga tidak memungkinkan untuk masuknya kapal musuh ke dalamnya. tembok konstantinopel mempunyai prestasi selama 1.123 tahun menahan 23 serangan yang dialamatkan kepadanya. hanya sekali saja tembok bagian lautnya pernah ditembus oleh pasukan salib pada tahun 1204. kondisi Konstantiopel yang istimewa ini digambarkan oleh Napoleon dengan kata-kata "kalaulah dunia ini sebuah negara, maka Konstantinopel inilah yang paling layak menjadi ibukota negaranya!", maka tidaklah heran jika kemudia kota ini menjadi incaran yang paling diinginkan oleh bangsa-bangsa lain tidak terkecuali kaum muslimin pada saat itu. Telah banyak
percobaan dilakukan untuk menaklukan kota tersebut, namun semua percobaan itu tidak pernah membawa hasil. Hingga 8 abad setelahnya, seorang pemimpin yang dikenal dengan Sultan Muhammad al Fatih berhasil menaklukan kota tersebut. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 29 Mei 1453.
Constantinople is the largest city and the strongest fortress in the world at the time, surrounded by sea from three sides at once, namely the Bosphorus, the Sea of Marmara and the Golden Horn straits is guarded by a very large chains, so it is impossible for enemy ships to enter. Walls of Constantinople has achievement for 1,123 years of withstand 23 attacks addressed to it. Only one happened, part of the sea wall was attacked by the Crusaders in 1204. This Constantinopel special condition is described by Napoleon with words "if the world is a state, then Constantinople is the most viable to become the capital of it!". It is no wonder that the city became the most desired target by other nations, include the Muslims at the time. There have been many experiments were carried out to conquer the city, but all the attempts were never brought results. Up to 8 centuries later, a leader known as Sultan Muhammad al Fatih succeeded to conquer the city. The incident occurred on May 29, 1453."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja Universitas Indonesia Library