Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 193719 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nurul Aisyah Qonita
"Jurnal ini membahas tentang keterkaitan simbol dan imajinasi Park Dujin pada puisi Hae dengan keadaan Korea pada masa pasca kemerdekaan. Puisi Hae ditulis pada tahun 1946 yaitu setahun setelah Korea merdeka dari Jepang. Park Dujin menggambarkan kondisi pasca kemerdekaan Korea dalam puisi Hae tetapi Park Dujin menggunakan simbol simbol alam yang cenderung lebih ringan dan tidak terkesan radikal. Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan jurnal ini adalah dengan studi pustaka. Dari data data yang diperoleh dapat diketahui bahwa simbol simbol dan imaji yang digunakan Park Dujin dalam puisi Hae menggambarkan kondisi Korea pasca kemerdekaan tepatnya pada tahun 1946.

This paper is aimed to explain correlation between symbol and imagination which is used in Park Dujin's poem with condition of Korea after independence. Park Dujin's characters in writing is usually use nature symbol. One of his popular poem is Hae which means Sun that had been wrote at 1946 one year after indepandence of Korea. The condition of Korea at that time still labil. Govermant condition still not good and we can said that Korea still in the bad condition. Park Dujin tried to explain that conditions in this poem but the way he write it not radical he used nature symbol so it becomes easy to read and calm. In this research authors use literatures analysis method. From analysis literatures we can get to know correlation between symbol and imagination which is used in Park Dujin's poem with condition of Korea after independence at 1946.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Yanuar Mahendra Raharjo
"Dalam sebuah puisi berjudul Indonesia Inminege Junen Si, yang ditulis oleh penyair Korea tahun 1940-an yang bernama Park In-Hwan, terlihat bahwa ia menyemangati Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan dari serangan penjajah. Akan tetapi, meskipun puisi tersebut membicarakan banyak tentang Indonesia, sasaran utama pembaca puisi tersebut adalah orang Korea. Jurnal ini akan menganalisis tentang bagaimana Park In-Hwan menggunakan Indonesia sebagai objek penyemangat masyarakat Korea dalam mempertahankan kemerdekaan pada puisi Indonesia Inminege Junen Si, serta alasan Park In-Hwan menggunakan negara Indonesia sebagai objek puisinya.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui bagaimana Park In-Hwan meggunakan Indonesia sebagai objek puisinya untuk penyemangat masyarakat Korea dan alasan Park In-Hwan menggunakan Indonesia sebagai objeknya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode studi pustaka. Temuan dari penelitian ini adalah terdapat sebuah pesan tersirat bahwa sebenarnya Korea masih harus berjuang kembali setelah kemerdekaan, seperti Indonesia, untuk mempertahankan kemerdekaannya dari para penjajah.

In a poem entitled Indonesia Inminege Junen Si, written by a Korean poet 1940s, Park In-Hwan, is seen that he supported Indonesia to maintaining the independence from imperialist’s invasion. Although the poem discusses about Indonesia, the target readers are Korean people. This journal analyzes how Park In-Hwan used Indonesia as the object of his poem to encourage Korean people in maintaining its independence and Park In-Hwan’s reason in using Indonesia as his object of his poem.
The purpose of this research is to know how Park In-Hwan used Indonesia as the object of his poem to encourage Korean people in maintaining its independence, and to know the reason of using Indonesia as the object of his poem. The method used is qualitative method by literature method. The result of this research is to found the conclusion that there is an implied message about actually after the independence, Korea still have to struggle, like Indonesia, to maintaining their independence from imperialists.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Resie Dwi Utami
"Jurnal ini membahas tentang duka seorang gisaeng yang tersirat dalam empat puisi karya gisaeng Yi Maechang yaitu 술취한 손님에게 (Sulcwihan Sonnimege, Untuk Tamu yang Mabuk), 스스로 박명을 한탄함 (Seuseuro Bangmyeongeul Hanthanham, Meratapi Kemalangan Sendiri), 새장의 학 (Saejangeui Hak, Bangau dalam Sangkar) dan 스스로 한스러워 (Seuseuro Hanseureowo, Bersedih Sendiri). Gisaeng merupakan wanita penghibur yang dilegalkan oleh pemerintah untuk bekerja menghibur raja atau para bangsawan. Meskipun memiliki beberapa privilege, namun sebenarnya gisaeng juga menyimpan kesedihan karena profesinya tersebut. Melalui metode kualitatif, penulis ingin mengetahui seperti apa duka gisaeng yang tersirat dalam keempat puisi Yi Maechang serta simbol dan imaji yang ia gunakan untuk menggambarkan kesedihannya.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa keempat puisi Yi Maechang menekankan pada imaji penglihatan dan perasaan. Ia juga menggunakan simbol seperti bangau yang terkurung dalam sangkar, batu permata berharga yang belum diketahui orang-orang, atasan hanbok sutera yang robek, dan air mata mutiara untuk menggambarkan dukanya sebagai gisaeng. Melalui analisis imaji dan simbol, dapat diketahui bahwa duka Yi Maechang sebagai gisaeng antara lain mengalami keterkungkungan akibat profesinya tersebut, harus melayani pria yang tidak ia cintai, serta kesepian dan kepedihan akibat ditinggal pergi oleh kekasih.

This journal discusses about the sorrow of gisaeng that knotted in four Yi Maechang‟s poems entitled 술취한 손님에게 (Sulcwihan Sonnimege, To The Drunken Guest), 스스로 박명을 한탄함 (Seuseuro Bangmyeongeul Hanthanham, Lamenting One‟s Misfortune), 새장의 학 (Saejangeui Hak, Crane in The Cage), and 스스로 한스러워 (Seuseuro Hanseureowo, Grieve by Herself). Gisaeng is female entertainers that legitimazed by the government to entertaining the king or the nobles. Eventhough gisaeng have some privilege but actually gisaeng also retain the sorrow because her profession. Through qualitative method, the writer want to know what kind of sorrow that knotted in four Yi Maechang‟s poems and symbol and image that she used to describe her sadness.
The result of this study is four Yi Maechang‟s poems emphasize the usage of view image and feeling image. She also used symbols like crane in the cage, jade whose genuine worth remains unknown, silken robe, and tear like pearl to describe her sadness. Through image and symbol analysis, it knowed that the grief of gisaeng Yi Maechang is she has been bounded due to her profession as gisaeng, she has to entertain someone whom she doesn't love, and feel lonely and sorrow because her lover left her.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nadyla Testiara
"Tulisan ini akan membahas isu kematian dalam puisi berjudul Geomeun Siniyeo yang diakibatkan oleh Perang Korea. Isu kematian akibat depresi dalam puisi Geomeun Siniyeo berbeda dengan keinginan mati secara umum, yaitu seperti bunuh diri. Penyair justru meminta bantuan Dewa untuk mencabut nyawanya. Dari puisi Geomeun Siniyeo, penulis berargumen bahwa isu kematian yang berbeda itu disebabkan oleh jiwa penyair yang telah mati. Sedangkan studi terdahulu mengatakan bahwa penyair menjadi saksi atas kematian orang lain akibat perang sehingga timbul keinginan untuk mati.
Metode yang digunakan dalam tulisan ini adalah dengan membaca teliti setiap bait pada puisi, memaknai simbol, membaca studi terdahulu yang membahas puisi Geomeun Siniyeo, dan mencari informasi terkait kesehatan mental rakyat Korea pada masa Perang Korea. Selain itu, penulis juga mencari informasi terkait wishes to die, mencari informasi mengenai depresi, dan kemudian mengaitkan isu kematian dengan depresi. Dengan menggunakan teori fenomenologis penulis berusaha menemukan deskripsi sistematis dan faktual terhadap puisi tersebut.

This paper will discuss the issue of death in a poem titled Geomeun Siniyeo caused by the Korean War. The issue of death due to depression in Geomeun Siniyeo is different from the general death wish, which is suicide. The poet actually asks God 39;s help to take his life. The author argues that this kind of death issue is caused by the soul of a dead poet. While previous study says that poet witnessed the deaths of others due to war that arises the desire to die.
The method used in this paper is by perusing each verse on poetry, interpreting symbols, reading previous studies that discuss Geomeun Siniyeo poem, and seeking information related to the mental health of Korean people during the Korean War. The author also looking for information related to wishes to die, looking for information about depression, and then linking the issue of death with depression. By using phenomenological theory the author tries to find a systematic and factual description of the poem.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Nyoman Yudiarta Swadanta Eman
"Jurnal ini membahas tentang introspeksi diri sebagai upaya perlawanan terhadap Jepang yang tersirat dalam tiga puisi karya Yun Dong Ju yaitu 자화상 (jahwasang , Potret Diri), 참회록 (chamhoerok, Pengakuan), dan 소시 (sosi, Prolog). Seperti kita ketahui, Korea merupakan negara yang pernah mengalami penjajahan Jepang dan sastra di zaman tersebut merupakan salah satu sarana untuk memahami lebih dalam mengenai situasi dan kondisi Korea dalam penjajahan Jepang.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui imaji dan simbol apa yang digunakan dalam tiga puisi karya Yun Dong Ju dan bentuk perlawanan Jepang seperti apa yang tersirat dalam karya tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan intrinsik dan ekstrinsik puisi.
Hasil dari penelitian ini adalah ketiga puisi karya Yun Dong Ju menekankan pada penggunaan imaji pengelihatan dan perasaan dengan fokus dari imaji pengelihatan adalah kepada diri sendiri. Selain itu, dengan analisis simbol dapat diketahui bahwa Yun Dong Ju menekankan pada introspeksi dan menjaga kesucian diri dengan tidak melupakan identitas dan harga diri sebagai rakyat Korea sebagai bentuk perlawanan terhadap Jepang.

This journal is about self introspection as a form of resistance against Japan that knotted in three Yun Dong Ju`s poems entitled 자화상 (jahwasang, Self Potrait), 참회록 (chamhoerok, Confession), and 소시 (sosi, Prologue). As we know, Korea is one of the nation that had ruled under Japan Colonialization and literature in that era is a good tools to understand more deeply about situation in Korea at that period.
This research aimed to know image and symbol that used ini three Yun Dong Ju?s poems and what kind of resistance that knotted in these poems. This research applied a qualitative method.
The result of this study are three Yun Dong Ju?s poems emphasize the usage of view and feeling image with the main focus in the view image is the main character itself. Beside that, with symbol analysis knowed that Yun Dong Ju emphasized about self introspection and purity as a people of a nation as a form of resistance against Japan.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2014
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bangun, Charina Pratenta Br
"Jurnal ini membahas mengenai makna kebebasan pada puisi karya Shin Dong Yup yang berjudul 껍데기는 가라 (Kkeobdegineun Gara, Wahai Kulit, Pergilah) yang dipublikasikan tahun 1967. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginterpretasikan makna kebebasan yang terkandung pada puisi tersebut melalui analisis simbol dan imaji. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif berupa penjelasan secara deskriptif terhadap data penelitian berdasarkan studi pustaka. Dari data yang diperoleh, hasil penelitian menunjukkan bahwa simbol dan imaji yang di tuangkan ke dalam puisi ini menyiratkan dengan kuat makna kebebasan hidup yang diinginkan oleh Shin Dong Yup sebagai representasi penggambaran peristiwa yang terjadi pada tahun 1960-an dan sebagai tanda kebangkitan kembali kesusastraan Korea setelah sebelumnya mengalami keterpurukan pada tahun 1950-an.

The focus of this study is the meaning of freedom in the poetry by Shin Dong Yup, entitled 껍데기는 가라 (Kkeobdegineun Gara, Skin, Go Away ) published in 1967. The purpose of this study is to interpret the meaning of freedom contained in the poetry mentioned above through the analysis of symbols and images. This study uses qualitative methods such as descriptive explanation of data research based on literature. From the data obtained, the results shows that the symbols and images contained in this poetry strongly implies the meaning of life and believes that freedom desired by Shin Dong Yup is a sign of the revival of Korean literature after crash in 1950."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Faradilla Ichmawati
"ABSTRAK
Penjajahan Jepang di Korea membuat masyarakat Korea kehilangan kebebasan untuk berkarya sehingga muncul kelompok penyair yang hanya menulis puisi dengan tema kehidupan. Kelompok yang muncul sejak tahun 1930 ini dikenal dengan nama Saengmyeongpa. Yoo Chi-Hwan merupakan salah satu penyair representatif dari kelompok ini. Penelitian ini membahas perbedaan karakteristik kehidupan masyarakat Korea masa pra dan pasca kemerdekaan melalui tanda-tanda verbal pada puisi Saengmyeongeui Seo yang ditulis oleh Yoo Chi-Hwan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan perbedaan kehidupan masyarakat Korea pada masa pra dan pasca kemerdekaan Korea melalui tanda verbal yang digunakan penyair. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan semiotik untuk mencari makna dari suatu tanda yang merepresentasikan realitas keadaan masyarakat. Analisis menunjukkan bahwa dalam puisinya, Yoo Chi-Hwan menggambarkan keadaan masyarakat Korea melalui tanda-tanda yang berhubungan kehidupan dan alam. Kata yang dominan pada masa pra kemerdekaan adalah kata yang berhubungan dengan kehidupan, sedangkan pada masa pasca kemerdekaan adalah kata yang berhubungan dengan alam. Hal ini menunjukkan bahwa ada perkembangan di kehidupan masyarakat Korea saat itu meskipun secara garis besar tetap diliputi kesedihan dan perbedaan. Banyaknya penggunaan simbol alam daripada simbol kehidupan pada masa pasca kemerdekaan menunjukkan bahwa masyarakat sudah bisa melihat keindahan alam dan tidak fokus hanya pada masalah kehidupan.
ABSTRACT
Japanese colonization in Korea made the Korean people lose their freedom to create a work that leads the group of poets can only write life theme poetry. The group that emerged since 1930 is known as Saengmyeongpa. Yoo Chi-Hwan is one of the representative poets of this group. This study discusses differences in the characteristics of pre and post-independence Korean society life through verbal signs on Saengmyeongeui Seo 39;s poetry written by Yoo Chi-Hwan. The purpose of this study is to explain the differences of Korean society life in pre and post-independence Korea through the verbal signs used by poets. This research uses qualitative method with semiotic approach to find meaning from a sign representing reality of society condition. Analysis shows that in his poetry, Yoo Chi-Hwan describes the state of Korean society through life-related signs and nature. The dominant words in the pre-independence period are related to life, while in the post-independence period the words are related to nature. This shows that there are developments in the life of Korean society at that time even though the broad outline remains filled with sadness and difference. The many uses of natural symbols rather than the symbols of life in the post-independence period indicate that people can see the beauty of nature and do not focus only on the issues of life. "
Lengkap +
2018
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Silmia Fuqoha
"[ ABSTRAK
Kong Yi Ji (孔乙己) merupakan salah satu cerita pendek yang ditulis oleh penulis Cina bernama Lu Xun. Karya ini menceritakan tentang kehidupan seseorang tokoh bernama Kong Yi Ji yang tidak pernah lulus ujian negara sehingga dikucilkan dari masyarakat. Dalam cerita ini, Lu Xun menceritakan kondisi masyarakat Cina pada masa itu. Dengan penggambaran tokoh utama yang sangat singkat, Lu Xun dapat menyampaikan maksud dari cerita ini yaitu mengkritik Konfusianisme. Makalah ini membahas tentang perubahn situasi sosial Cina pada masa itu dalam cerita Kong Yi Ji melalui kajian tokoh dan kondisi sosial.
ABSTRACT Kong Yi Ji (孔乙己) is one of short stories that written by Chinese authors named Lu Xun. The story is about the life of a character named Kong Yi Ji who he never passed the Imperial Examination so ostracized from society. In this story, Lu Xun tells about the situation of Chinese society at that time. With a brief depiction about main character, Lu Xun can convey the intention of this story, criticize Konfusianism. This paper discusses alteration Chinese society at that time in Kong Yi Ji through character and social conditions., Kong Yi Ji (孔乙己) is one of short stories that written by Chinese authors named Lu Xun. The story is about the life of a character named Kong Yi Ji who he never passed the Imperial Examination so ostracized from society. In this story, Lu Xun tells about the situation of Chinese society at that time. With a brief depiction about main character, Lu Xun can convey the intention of this story, criticize Konfusianism. This paper discusses alteration Chinese society at that time in Kong Yi Ji through character and social conditions.]"
Lengkap +
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
MK-PDF
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Bintang Fajaratri Mentari
"ABSTRAK
Jurnal ini membahas tentang isu industrialisasi dan pembangunan Korea Selatan yang terdapat dalam puisi ekologi karya Choi Seung Ho era 1990-2000-an. Penelitian ini menggunakan tiga puisi Choi Seung Ho yang masing-masing berjudul ldquo;Gongjang Jingdae rdquo;, ldquo;Mul Wie Mul Arae rdquo; dan ldquo;Nabi rdquo; sebagai bahan analisis. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan isu-isu yang terdapat pada masyarakat Korea Selatan terkait industrialisasi dan pembangunan. Penulis menggunakan metode kualitatif dalam menganalisis teks puisi. Dalam penelitian ini penulis menemukan kesimpulan bahwa dalam kegiatan puisi ekologinya, Choi Seung Ho berusaha menggambarkan isu-isu terkait industrialisasi dan pembangunan melalui simbol-simbol fisik berupa lingkungan alam yang tercemar. Simbol-simbol alam yang rusak inilah yang nantinya akan dikaitkan oleh realita sosial masyarakat Korea.

ABSTRACT
This journal described about South Korea rsquo s industrialization and development issue which is written in ecological poems written by Choi Seung Ho in 1990 2000 rsquo s era. This research focused on three of Choi Seung Ho rsquo s poems which are ldquo Gongjang Jingdae rdquo , ldquo Mul Wie Mul Arae rdquo and ldquo Nabi rdquo as a material analysis. The purpose of this research was to describe industrialization and development issues in South Korea. The researcher used qualitative method to analyze the poems. In this research, the researcher found a conclusion that in his ecological poem rsquo s activity, Choi Seung Ho tried to describe industrialization and development issues through the physical symbols of the polluted natural environment. Later on, this polluted natural rsquo s symbols will be connected to korean social reality."
Lengkap +
2017
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Vindah Ratna Sania
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S6036
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>