Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5931 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Deddi Nordiawan
Jakarta: Salemba Empat, 2009
657.1 DED a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bahtiar Arif
Jakarta: Salemba Empat, 2002
657 BAH a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Gade
Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 1993
657.835 MUH a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Nunuy Nur Afiah
Jakarta: Kencana Prenada Media, 2010
336.014 NUN a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lalu Hendry Yujana
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1992
657.835 LAL a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Arifin Sabeni
Yogyakarta: BPFE, 1993
657.61 ARI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Krisis ekonomi yang menghantam Indonesia pada tahun 1997 bagaikan bencana Tsunami
yang meluluh-lantakkan sebagian sendi-sendi perekonomian di Indonesia dengan riakriaknya
yang masih terasa hingga sekarang. Krisis ekonomi tersebut seakan
membangunkan bangsa Indonesia yang selama tiga puluh tahun telah dininabobokkan
dengan kestabilan yang semu serta pertumbuhan ekonomi yang ternyata sangat rapuh
menghadapi terjangan fluktuasi perubahan mata uang rupiah terhadap mata uang asing.
Sebagai dampaknya, pada bulan Mei 1998, pemerintahan Orde Baru yang telah berkuasa
selama 32 tahun akhirnya tumbang oleh kehendak rakyat yang sudah lama menginginkan
adanya perubahan. Reformasi, itulah kosa kata yang menjadi mantra perubahan yang
mencairkan kemapanan yang selama ini sudah mengkristal di seluruh sendi-sendi
kehidupan bermasyarakat di Indonesia termasuk di lingkungan birokrasi pemerintah.
Berbarengan dengan teriakan REFORMASI, maka perlahan-lahan tetapi pasti perubahan
yang diteriakkan oleh rakyat menjadi kenyataan. Beberapa perubahan yang terlihat nyata
adalah kehidupan berpolitik. Kalau selama 32 tahun DPR dan MPR merupakan lembaga
perwakilan rakyat yang sering dijuluki sebagai rubber stamp dari pihak eksekutif,
maka saat ekarang, para wakil rakyat lebih berani untuk menyuarakan pendapatnya.
Namun, perubahan sikap wakil rakyat tersebut masih belum sepenuhnya optimal karena
terkadang muncul perilaku yang kurang terpuji dari sebagian wakil rakyat tersebut
sehingga terkadang muncul pertanyaan di hati rakyat apakah para wakil rakyat tersebut
benar-benar mewakili kepentingan rakyat pada saat menjalankan perannya sebagai wakil
rakyat atau mewakili kepentingan pihak lain. "
657 JAP 1:1 (2005)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rusdiyanto
"Dalam usahanya untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas publik, Pemerintah Indonesia telah melakukan reformasi dalam pengelolaan keuangan negara dengan mengeluarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Undang-Undang tersebut mengharuskan pemerintah pusat/daerah untuk menyampaikan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD kepada DPR/DPRD berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dari Catatan atas Laporan Keuangan. Pertanggungjawaban tersebut harus disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintah (SAP) yang disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintah (KSAP) dan sudah diterapkan paling lambat akhir tahun 2008. KSAP telah menyusun dan menerbitkan Draft SAP yang sebentar lagi akan menjadi Peraturan Pemerintah (PP).
Perubahan akuntansi pemerintahan dari berbasis kas menjadi berbasis akrual (cash towards accrual) tersebut mengharuskan pemerintah pusat maupun daerah mengakui semua aset dan kewajibannya yang memenuhi kriteria definisi dan kriteria pengakuan dalam neraca. Seiring dengan penerapan akuntansi berbasis akrual oleh organisasi sektor publik (termasuk pemerintahan), pelaporan keuangan heritage assets telah menjadi salah satu isu utama dalam akuntansi sektor publik. Perdebatan terjadi apakah heritage assets harus disajikan sebagai kewajiban atau aset dalam neraca pemerintah, atau cukup diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Draft SAP PSAP No. 07 pare 64-71 menyatakan bahwa Aset Bersejarah (sebagai pengganti istilah heritage assets) yang juga memberikan potensi manfaat kepada Pemerintah selain nilai sejarahnya (operational heritage assets) diakui dan dinilai dalam neraca sama seperti aset tetap lainnya. Sedangkan Aset Bersejarah yang potensi manfaatnya terbatas pada karakteristik nilai sejarahnya (non-operational heritage assets) harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan dalam unit fisik dan tanpa nilai.
Studi ini akan mengevaluasi Draft PSAP No. 07 para. 64-71 tentang Aset Bersejarah dengan melakukan studi banding praktik-praktik pelaporan heritage assets di beberapa negara yang telah menerapkan akuntansi akrual dan dianggap mewakili arus utama (mainstream) praktisi akuntansi dunia seperti Australia, New Zealand, Inggris, Amerika, Kanada, dan Swedia. Sebelumnya, studi akan mengkaji justifikasi teoritis terhadap pengakuan dan penilaian heritage assets dengan menggunakan kerangka konseptual. Penggunaan istilah Aset Bersejarah juga dievaluasi, apakah tidak akan membatasi pengklasifikasian suatu aset dalam kategori heritage assets.
Studi dilakukan dengan metode literatur. Justifikasi teoritis terhadap pengakuan dan penilaian heritage assets dikaji dengan mendasarkan pada telaah literatur-literatur (jurnal, artikel, buku, dan sebagainya) mengenai teori dan praktik akuntansi heritage assets di sektor publik.. Draft PSAP No. 07 dievaluasi dengan mendasarkan pada analisis studi banding praktik akuntansi heritage assets di beberapa negara.
Arus utama praktik akuntansi dunia menunjukkan adanya konsensus untuk mengakui operational heritage assets dalam neraca dan menilainya pada nilai wajar dengan menggunakan depreciated replacement cost atau reproduction cost. Namun, konsensus tidak terjadi untuk non-operational heritage assets. Ada beberapa negara yang mengakui non-operational heritage assets, baik yang diperoleh pada periode sebelumnya maupun yang diperoleh periode berjalan, yaitu Australia, Inggris, dan New Zealand. Amerika dan Kanada tidak mengakui non-operational heritage assets, sedangkan Swedia hanya mengakui heritage assets yang diperoleh pada periode berjalan. Penyusutan harus dilakukan atas heritage assets yang memiliki masa manfaat terbatas dan nilai penyusutannya material.
Draft Standar Akuntansi Pemerintahan RI (PSAP No. 07) telah mengikuti arus utama praktik akuntansi dunia untuk aset bersejarah yaitu bahwa operational heritage assets harus diakui dalam neraca dan disusutkan (para. 70). Namun, Draft SAP tersebut tidak mensyaratkan adanya pengakuan non-operational heritage assets, baik yang sudah dimiliki maupun yang diperoleh pada periode berjalan, seperti yang diterapkan di Australia, Inggris dan New Zealand. Non-operational heritage assets tersebut; hanya disyaratkan untuk diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Keterbatasan studi ini terletak pada metode yang digunakan yaitu studi literatur. Metode ini tidak memungkinkan untuk mengevaluasi secara mendalam aplikasi kebijakan akuntansi bagi heritage assets yang ditetapkan oleh otoritas akuntansi masing-masing negara dalam praktik pelaporan keuangan pemerintah."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T15686
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lalu Hendry Yujana
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1992
657.835 LAL a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Soemarso S.R.
Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1986
657 Soe a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>