Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20162 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Waliyadin
"ABSTRAK
Keberadaan unit bimbingan keija dalam struktur lembaga
pemasyarakatan memegang peranan yang cukup signifikan dalam membina
narapidana menjadi manusia seutuhnya yang sadar dan ingin hidup secara
berdampingan dalam tatanan hidup masyarakat yang beradab. Peningkatan kreativitas petugas bimbingan keija lembaga
pemasyarakatan merupakan wahana yang cukup menjanjikan dalam
meningkatkan produktivitas dan budaya keija serta pembinaan narapidana
secara berdaya guna dan berhasil guna ditengah keterbatasan institusi
memenuhi tuntutan anggaran operasional dan tingkat kesejahteraan yang
memadai. Kreativitas merupakan kemampuan mengidentifikasi banyak
kemungkinan solusi pada persoalan tertentu. Kreativitas bukanlah ciri
kepribadian tetapi keterampilan atau proses yang menghasilkan produk yang
kreatif. Setiap orang memiliki potensi kreatif dan dapat dipelajari serta
dikembangkan melalui suatu pelatihan yang bersifat apiiude dan nonapitude. Penulis mengajukan program ini sebagai alternatif penyelesaian
masalah dalam mengembangkan kemampuan menciptakan program pembinaan
narapidana yang berkualitas dan efektif melalui pelatihan peningkatan
kreativitas petugas bimbingan kerja lembaga pemasyarakatan."
2007
T37642
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Waliyadin
"ABSTRAK
Keberadaan unit bimbingan kerja dalam struktur lembaga pemasyarakatan memegang peranan yang cukup signifikan dalam membina narapidana menjadi manusia seutuhnya yang sadar dan ingin hidup secara berdampingan dalam tatanan hidup masyarakat yang beradab.
Peningkatan kreativitas petugas bimbingan kerja lembaga pemasyarakatan merupakan wahana yang cukup menjanjikan dalam meningkatkan produktivitas dan budaya kerja serta pembinaan narapidana secara berdaya guna dan berhasil guna ditengah keterbatasan institusi memenuhi tuntutan anggaran operasional dan tingkat kesejahteraan yang memadai. Kreativitas merupakan kemampuan mengidentifikasi banyak kemungkinan solusi pada persoalan tertentu. Kreativitas bukanlah ciri kepribadian tetapi keterampilan atau proses yang menghasilkan produk yang kreatif. Setiap orang memiliki potensi kreatif dan dapat dipelajari serta dikembangkan melalui suatu pelatihan yang bersifat apitude dan nonapitude.
Penulis mengajukan program ini sebagai altematif penyelesaian masalah dalam mengembangkan kemampuan menciptakan program pembinaan narapidana yang berkualitas dan efektif melalui pelatihan peningkatan kreativitas petugas bimbingan kerja lembaga pemasyarakatan.

"
2007
T17803
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R. Harry Wibowo
"Konsep perlakuan terhadap narapidana dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan sebagai konsekuensi logis dari dinamika perkembangan jaman. Perlakuan terhadap terpidana dari sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan juga mengalami perubahan Pemasyarakatan sebagai suatu sistem pembinaan narapidana yang memandang narapidana sesuai dengan fitrahnya baik selaku pribadi, anggota masyarakat maupun mahluk Tuhan menempatkan narapidana bukan semata-mata sebagai alat produksi.
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana sistem pemasyarakatan dalam memberikan pembinan terhadap narapidana memandang pekerjaan bagi narapidana bukan semata-mata dimaksudkan untuk tujuan komersial yang bersifat profit oriented namun lebih dimaksudkan sebagai media bagi narapidana untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai pribadi, anggota keluarga dan anggota masyarakat melalui kegiatan-kegiatan bimbingan kerja yang bermanfaat sehingga baik selama maupun setelah menjalani pidana dapat berperan utuh sebagaimana layaknya anggota masyarakat lainnya.
Sistem Pemasyarakatan sebagai bagian dari pembangunan di bidang Hukum khususnya dan Pembangunan Nasional bangsa Indonesia pada umumnya memiliki arti yang sangat penting, terlebih dengan perubahan lingkungan yang strategis dari waktu ke waktu baik dalam skala Nasional, Regional maupun Internasional. Arti penting Lembaga Pemasyarakatan tersebut belum dapat diimbangi dengan kinerja Lembaga Pemasyarakatan secara optimal, hal itu terlihat dengan masih banyaknya narapidana sebagai penghuni Lembaga Pemasyarakatan yang tidak bekerja dan masih banyak pula narapidana yang sama sekali tidak memiliki ketrampilan kerja, atau dengan kata lain masih banyak di jumpai narapidana yang menganggur dan menjadi pengangguran.
Sejalan dengan pemberdayaan sumber daya manusia di Lembaga Pemasyarakatan sebagai usaha rasional untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Maka upaya peningkatan kualitas profesionalisme/ketrampilan merupakan suatu media dalam rangka mewujudkan reintegrasi sosial narapidana yaitu pulihnya kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan narapidana baik sebagai pribadi, anggota masyarakat maupun mahluk Tuhan.
Metode yang digunakan adalah diskriptif dengan melakukan wawancara terhadap petugas lembaga dan narapidana yang bekerja di bidang kegiatan kerja lembaga pemasyarakatan klas I Sukamiskin.
Dari hasil temuan, ternyata bahwa di lembaga pemasyarakatan klas I Sukamiskin bimbingan kerja yang diberikan masih belum berjalan secara maksimal, yang disebabkan antara lain kesulitan mencari tenaga kerja yang handal dan dapat membantu petugas dalam memberikan bimbingan kerja bagi narapidana-narapidana lainnya, demikian pula halnya dengan petugas bimbingan kerja yang tidak sepenuhnya memberikan bimbingan serta peralatan yang sudah tua dan banyak yang sudah rusak serta ketidaktersediaan dana anggaran sebagai salah satu penyebab mengapa bimbingan kerja bagi narapidana di lembaga pemasyarakatan klas I Sukamiskin belum optimal.

Behavior concept of prisoners form time to time continuously experience of changes as a logic consequence from the dynamic growth of the age. Treatment to the punisher from prison system becoming correctional system have experienced of changed as a treatment system of prisoners construction that approaching prisoners as it self, society member and also God being place prisoners as a means of produce.
The formulation of this research on this internal issues is how is correctional system in giving construction to the prisoners that looks into their work, meanwhile prisoners not solely for commercial purpose which have the characters as profit oriented, but it is more such as a media for prisoners in applying them selves as a person. Family member and also society member through out good worthwhile work tuition activities so that during and after experiencing a period of their crime, they can run their life as good as the other society members. Correctional system as a part of law foundation especially and National foundation of Republic Indonesia generally has very important meaning, particularly with a good strategic environment change from time to time in national scale, regional and also international. The importance mean of correctional institution has not been balanced by performance work, it seen on the number of prisoners that settled on correctional institution. Prisoners had not had a job and skills; it can say that so many prisoners becoming unemployment.
In the line of human resource enableness in correctional institution as rational effort to increase the quality of human resource. Then the effort to make up the quality of professionalism skill represent a media in order to realize social reintegration prisoners that is convalesce unity of life relation, and life subsistence becomes good prisoners as persons, society member and also God being.
The method that used is descriptive by .doing an interview to the institution officer and prisoners whose work in the activity area of the first class Sukamiskin correctional institution.
From the result of observation, it seems that in first class Sukamiskin correctional institution on a sub work tuition division, it does not works maximal yet, which caused difficulty finding the reliable labor that could assist the officer in giving work tuition to the other prisoners, that way also of work tuition officers which not fully give tuition and equipments are old and a lot of them has been broken, there is- unavailable budget as the one of causing work tuition to the prisoners in first class Sukamiskin correctional institution does not optimal yet.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15198
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Muhammad
"ABSTRAK
Petugas pengamanan LAPAS Kls. I Sukamiskin Bandung sebagai pelaksana teknis lapangan mempunyai tugas mencegah terjadinya pelarian, gangguan kamtib seperti perkelahian,kericuhan, pemberontakan warga binaan. Selain itu juga bertanggung jawab atas terwujudnya tertib kehidupan penghuni LAPAS dan keamanan gedung serta seisinya terutama setelah kantor di tutup. Petugas pengamanan pads umumnya masih memiliki motivasi kerja yang rendah dalam melaksanakan tugas dan fimgsinya. Hal ini antara lain karena banyak petugas yang tidak memahami TUPOKSI pengamanan.
Program intervensi bagi Petugas pengamanan dilakukan melalui Program Pelatihan Peningkatan Motivasi Kerja yaitu program yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan petugas pengamanan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, sebagai upaya meningkatkan motivasi dan sikap kerja petugas pengamanan terhadap tugas dan fungsinya. Pelatihan dirancang mulai dari tahap persiapan,pelaksanaan dan evaluasi. Materi dan metode pelatihan menggunakan konsep metode belajar untuk orang dewasa dan mempergunakan teori motivasi dua faktor dari Frederick Herzberg.
Melalui pelatihan peningkatan motivasi kerja diharapkan petugas regu pengamanan dapat meningkat motivasi kerjanya dan semakin menguasai TUPOKSI-nya. Agar pelatihan dan hasilnya lebih efektif maka perlu dibuat tata tertib untuk WBP dan petugas, mengadakan pembinaan dan bimbingan, penempatan petugas sesuai dengan kemampuan serta lcoordinasi pasca pelatihan."
2007
T17793
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Muhammad
"Petugas pengamanan LAPAS Kls. I Sukamiskin Bandung sebagai pelaksana teknis lapangan mempunyai tugas mencegah terjadinya pelarian, gangguan kamtib seperti perkelarian, kericuhan, pemberontakan warga binaan. Selain itu juga bertanggung jawab atas terwujudnya tertib kehidupan penghuni LAPAS dan kcamanan gedung serta seisinya temtama setelah kantor di tutup. Petugas pengamanan pada umumnya masih memiliki motivasi kerja yang rendah dalam melaksanakan mgas dan fungsinya. Hal ini antara lain karena banyak petugas yang tidak memahami TUPOKSI pengamanan.
Program intervensi bagi Petugas pengamanan dilakukan melalui Program Pelatihan Peningkatan MotivasiKe1ja yaitu program yang bertujuan untuk mengembangkan kemampuan petugas pengamanan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, sebagai upaya meningkatkan motivasi dan sikap kerja petugas pengamanan terhadap tugas dan fungsinya. Pelatihan dirancang mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi. Materi dan metode pelatihan menggunakan konscp metode belajar untuk orang dewasa dan mempergunakan teori motivasi dua faktor dari Frederick Herzberg.
Melalui pelatihan peningkatan motivasi kelja diharapkan petugas regu pengamanan dapat meningkat motivasi kerjanya dan semakin menguasai TUPOKSI-nya. Agar pelatihan dan hasilnya lebih efektif maka perlu dibuat tata terlib untuk WBP dan petugas, mengadakan pembinaan dan bimbingan, penempatan petugas sesuai dengan kemampuau Sena koordinasi pasca pelatihan."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
TA34142
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurul Khair
"Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan intervensi untuk mengatasi permasalahan mengenai komitmen pengajar di lembaga bimbingan belajar X. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan observasi dan wawancara dalam pengumpulan data. Hasil penelitian menujukkan bahwa sebagian besar pengajar memiliki komitmen kontinuan. Berdasarkan hal tersebut, maka dirancang sejumlah program intervensi yang fokus pada peningkatan komitmen kontinuan menjadi komitmen afektif, mempertahankan komitmen afektif, dan memperbaiki kinerja pengajar saat ini. Intervensi yang dilakukan berupa perbaikan struktur kompensasi dan peningkatan hubungan positif di lingkungan kerja.

The purpose of this study was to develop an intervention program to solve the problem of teacher commitment in X learning tutoring organization. This study used a qualitative method by using observation and interviews in data collection. The results showed that most teachers have a continuance commitment. Based on this, then an intervention program was designed that focus on transforming the continuance commitment to affective commitment, to maintain affective commitment, and to improve teacher's performance. The interventions are improving the compensation structure and enhancing positive relationship in the work environment."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2012
T30347
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erfin Kurniawan
"Konsep perlakuan terhadap narapidana dari waktu ke waktu terus mengalami perubahan sebagai konsekuensi logis dari dinamika perkembangan jaman. Perlakuan terhadap terpidana dari sistim kepenjaraan menjadi sistim pemasyarakatan juga mengalami perubahan Pemasyarakatan sebagai suatu sistem pembinaan narapidana yang memandang narapidana sesuai dengan fitrahnya baik selaku pribadi, anggota masyarakat maupun mahluk Tuhan menempatkan narapidana bukan semata-mata sebagai alat produksi. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana sistem pemasyarakatan dalam memberikan pembinan terhadap narapidana memandang pekerjaan bagi narapidana bukan semata-mata dimaksudkan untuk tujuan komersial yang bersifat profit oriented namun lebih dimaksudkan sebagai media bagi narapidana untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai pribadi, anggota keluarga dan anggota masyarakat melalui kegiatan-kegiatan bimbingan kerja yang bermanfaat sehingga baik selama maupun setelah menjalani pidana dapat berperan utuh sebagaimana layaknya anggota masyarakat lainnya. Sejalan dengan pemberdayaan sumber daya manusia di Lembaga Pemasyarakatan sebagai usaha rasional untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Maka upaya peningkatan kualitas profesionalisme, ketrampilan merupakan suatu media dalam rangka mewujudkan reintegrasi sosial narapidana yaitu pulihnya kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan narapidana baik sebagai pribadi, anggota masyarakat maupun mahluk Tuhan. Metode yang digunakan adalah diskriptif dengan melakukan wawancara terhadap petugas lembaga dan narapidana yang bekerja di sub seksi kegiatan kerja lemba pemasyarakatan klas IIB Purwakarta. Dari hasil temuan, ternyata bahwa di lembaga pemasyarakatan klas IIB Purwakarta bimbingan kerja yang diberikan masih belum berjalan secara maksimal, yang disebabkan antara lain kesulitan mencari tenaga kerja yang handal dan dapat membantu petugas dalam memberikan bimbingan kerja bagi narapidana-narapidana lainnya, demikian pula halnya dengan petugas bimbingan kerja yang tidak sepenuhnya memberikan bimbingan serta peralatan yang sudah tua dan banyak yang sudah rusak serta ketidak tersediaan dana anggaran sebagai salah satu penyebab mengapa bimbingan kerja bagi narapidana di lembaga pemasyarakatan Klas IIB Purwakarta belum optimal."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T26952
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Wahiddin
"Misi utama pelaksanaan pembinaan terhadap warga binaan pemasyarakatan yang dilakukan Petugas Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) Kelas I Tangerang adalah mengantarkan kembalinya warga binaan tersebut setelah menjalani masa pidananya ke lingkungan masyarakat secara wajar, menjadi warga masyarakat yang baik, tidak mengulangi pelanggaran hukum lagi, dan dapat berperan serta dalam pembangunan serta berguna bagi diri, keluarga dan masyarakat lingkungannya.
Misi diatas, merupakan hal yang sangat mulia namun bukan pekerjaan yang mudah untuk merealisasikannya, apalagi akhir-akhir ini kejahatan baik secara kuantitas maupun kualitas meningkat dengan tajam, tingkat hunian secara umum melebihi daya tampung, disisi lain penambahan petugas hampir tidak ada; Oleh sebab itu untuk mengatasi sekaligus merealisasikan misi diatas dibutuhkan petugas LAPAS Kelas I Tangerang yang handal, professional dan berdedikasi tinggi.
Salah satu upaya untuk mewujudkan petugas LAPAS Kelas I Tangerang yang handal, professional dan berdedikasi tinggi adalah dengan pemenuhan kepuasan kerja. Adapun yang menjadi masalah pokok dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara Iklim Organisasi, Motivasi dan Kompensasi dengan Kepuasan Kerja petugas LAPAS Kelas I Tangerang.
Tinjauan pustaka mengindikasikan bahwa kepuasan kerja dapat dipenuhi dengan penciptaan iklim organisasi yang kondusif, pemberian motivasi yang tinggi dan pemenuhan kompensasi yang memadai, mengacu pendapat Litwin dan Stringer dalam Gibson (1984: 322 ) ... 10 dimensi iklim organisasi untuk mewujudkan kepuasan kerja meliputi struktur tugas, tantangan dan tanggung jawab, dukungan dan interaksi, hubungan imbalan dan sanksi, konflik, resiko, status dan semangat serta kompetensi dan keluwesan; berkaitan dengan motivasi yang mewujudkan kepuasan kerja meliputi pola motivasi prestasi, motivasi afiliasi, dan motivasi kekuasaan, sedangkan berkaitan antara kompensasi yang berhubungan dengan kepuasan kerja menurut Ivancevich (1995 = 304 ) meliputi kompensasi finansial langsung, kompensasi finansial tidak langsur dan kompensasi non finansial.
Populasi penelitian ini adalah petugas LAPAS Kelas I Tangerang yang berjumlah 190 orang, berdasarkan tabel KREJCLE yang dijadikan sampel sebanyak 127 orang dengan data baik primer maupun sekunder. Data diperoleh dengan menggmakan tehnik purposive sampling artinya penentuan sampel dilakukan secara sengaja untuk tujuan yang telah ditetapkan, adapun instrumen penelitiannya berbentuk kuesioner yang dibangun atas penjabaran dari indikator-indikator tiap variabel dengan alat ukur skala Likert; Sebelum dilakukan analisis, instrumen diuji validitas dan reliabilitasnya, kemudian data dianalisis berdasarkan frekwensi, median, modus dan kategori selanjutnya dilakukan analisis hubungan antar variabel penelitian dengan metode korelasi non parametric Spearman 'S rho.
Hasil penelitian ini ternyata dengan tingkat kepercayaan 99% terdapat hubungan yang sedang antara variabel iklim organisasi dengan kepuasan kerja sebesar 0.491, dan hubungan antara variabel motivasi dengan kepuasan kerja mempunyai hubungan yang kuat yaitu sebesar 0.655, sedangkan hubungan antara variabel kompensasi dengan kepuasan kerja mempunyai hubungan yang sedang yaitu sebesar 4.468.
Implikasi dari temuan penelitian ini, yaitu perlu pengakuan yang wajar sehubungan amanat Pasal 8 ayat (I) Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan : "bahwa petugas pemasyarakatan adalah pejabat fungsional penegak hukum yang tentunya diharapkan perlakuannya juga setara dengan penegak hukum lainnya. Bila hal ini direalisasikan berarti dapat menciptakan iklim organisasi yang kondusif, memberikan motivasi yang tinggi dan pemenuhan kompensasi yang adil serta memadai, maka kepuasan kerja akan terpenuhi, dimana pada akhirnya diharapkan mewujudkan petugas LAPAS Kelas I Tangerang yang handal, professional dan mempunyai dedikasi yang tinggi.

The Relation of Organization Climate/ Atmosphere, Motivation, Compensation and Work Satisfaction of Correctional Officers Class I TangerangCorrectional has the main mission to establish prisoners to be good human beings. The duty is done by Correctional officers Class I Tangerang, which has the function to assist and establish the prisoners capability to live in the society after their punishment is over. They were built to be involved and participated in the progress of the society.
However, it was difficult to be implemented since the quality and quantity of crime is still increased. This condition can be seen through the over capacity of detainees in Correctional , while officers to keep the programs in Correctional is lack in numbers. Therefore, in realizing this mission Correctional Class I Tangerang needs professionals competence, and high dedication officers.
To create good officers in Correctional Class I Tangerang is by fulfilled work satisfaction for the officers. The major problem in this study is to find out the relationship of organization climate, motivation and compensation with work satisfaction of officers in Correctional officers Class I Tangerang.
Library research indicated that work satisfaction can be fulfilled by creating conducive atmosphere/ climate, high motivated officers, sufficient compensation, refer to Litwin and Stringer in Gibson (1984;322) 10 dimension organization climate to create work satisfaction includes work structure, challenge and responsibility, support , competence and flexibility; related with motivation which constructs work satisfaction includes the motivation pattern award, affiliate motivation, while the relation between work satisfaction according to Ivancevich (1995:304) includes direct financial compensation, indirect financial compensation and non-financial compensation.
The population of this study is 190 officers in Correctional Class I Tangerang, based on KREJCLE table. The sample is taken for 127 persons. Data is secondary and primer. Data is taken by purposive sampling. The sample is taken for a purpose and the research instruments use questioners which form with explanation from indicators of variables which measured by Likert Scale; Before analizing, validity and reliability of instruments are examined, then data is analyzed based on frequency, median, modus and category. Later analyze the relation between research variable and correlation method Non Parametric Spreaman's rho.
The study result 99 % means median correlation between variable organization climate with work satisfaction 0.491, and relation between motivation variable with work satisfaction has high relation 0.655, while relation of compensation variable with work satisfaction has median high 0.468.
The implication of this research is the important existence of recommendation of Chapter 8 subsection 1 UU Number 12 years/1995 about Correctional : "that correctional officer is law functional officer." If this intention can be realized, it can create conducive organization climate which gives high motivation, fair and sufficient compensation fulfillment. Therefore, work satisfaction can be fulfilled and finally the professionals, competence and high motivated officers in Correctional Class I Tangerang would be performed properly."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13901
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Kartina
"Stres mempunyai dampak yang berbeda pada setiap individu. Stres dapat menjadi Eustres atau stres yang positii dapat juga rnenjadi Distres atau sires yang mengganggu kehidupan individu yang mengalaminya. Pada lingkungan yang mungkin menirnbulkan Distres, yaitu teljadi pada jenis pekerjaan yang monoton, menuntut kewaspadaan, serta yang memiliki disiplin dan resiko tinggi, membuat beban petugas sangat berat , Seperti misalnya bertugas pada shift malam atau apabila ada konflik antar WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan), adanya WBP yang menderita sakit yang serius dan perilaku WBP yang tidak taat pada peraturan.
Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa petugas wanita mengalami stres 57,7 % yang rnengarah gejala sakit kepala, mudah tersinggung, lebih agresif, sehingga mempengaruhi pada kondisi kerja. Selain itu permasalahan yang ada di Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) yaitu kurang berjalannya sistem rolling yang menimbulkan kejenuhan bagi petugas wanita karena rata-rata bekerja di bagian pengamanan lebih dari 11 tahun. Disamping itu juga kurang terbukanya peluang untuk penjenjangan karir dan tidak ada kriteria penilaian yang jelas untuk meningkatkan karir. Maka penulis membuat program pelatihan penanggulangan stres kerja dengan strategi coping untuk rnengurangi tingkat stres petugas wanita, sehingga dapat menjaga ketertiban dan keamanan demi terciptanya kondisi Lapas yang kondusif."
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T17808
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endah Kartina
"ABSTRAK
Stres mempunyai dampak yang berbeda pada setiap individu. Stres dapat
menjadi Eustres atau stres yang positifl dapat juga menjadi Distres atau sires yang
mengganggu kehidupan individu yang mcngalaminya. Pada lingkungan yang
mungkin menimbulkan Distres, yaitu teljadi pada jenis pekerjaan yang monoton,
menuntut kewaspadaan, serta yang memiliki disiplin dan resiko tinggi, membuat
beban petugas sangat berat . Seperti misalnya bertugas pada shM malam atau
apabila ada konflik antar WBP (Warga Binaan Pemasyarakatan), adanya WBP
yang menderita sakit yang serius dan perilaku WBP yang tidak taat pada
peraturan.
Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa pctugas wanita mengalami
stres 57,7 % yang mengarah gcjala sakit kepala, mudah tersinggung, Iebih agresitl
schingga mempengaruhi pada kondisi kerja. Selain itu permasalahan yang ada di
Lapas (Lembaga Pemasyarakatan) yaitu kurang berjalarmya sistem rolling yang
menimbulkan kejenuhan bagi petugas wanita karena rata-rata bekerja di bagian
pngamanan lebih dari ll tahun. Disamping im juga kurang terbukanya pcluang
untuk penjenjangan karir dan tidak ada kriteria penilaian yang jelas untuk
meningkatkan karir. Maka penulis membuat program pelatihan penzmggulangan
stres kcrja dcngan strategi coping untuk mengurangi tingkat strcs pctugas wanita,
sehingga dapat menjaga ketertiban dan keamanan demi terciptanya kondisi Lapas
yang kondusif.
"
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T34148
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>