Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 198421 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Duhita Mawar Cynantia
"Bakonka atau penundaan pernikahan merupakan masalah yang umum terjadi pada negara industri maju. Namun, bankonka yang terjadi di Jepang sangat signifikan karena sangat terbatasnya pembentukan keluarga selain melalui pernikahan. Maka, bankonka akan menyebabkan penundaan mempunyai anak atau bansanka yang menyebabkan penurunan angka kelahiran atau shoushika. Masalah shoushika akan mengundang berbagai macam efek, yang pada akhirnya menyebabkan kemunduran ekonomi Jepang. Penelitian di dalam skripsi ini bertujuan untuk mengungkapkan faktor-faktor penyebab terjadinya bankonka di Jepang, terutama karakteristik utama penyebab bankonka di Jepang.Ditemukan bahwa faktor-faktor penyebab bankonka adalah semakin tingginya pendidikan perempuan Jepang, partisipasi perempuan Jepang di sektor tenaga kerja, semakin meningkatnya pernikahan berdasarkan cinta dan semakin menurunnya pernikahan perjodohan, munculnya parasaito shinguru, dan lazimnya hubungan seksual pranikah. Seluruh faktor tersebut berujung pada pembagian peran jender yang tidak seimbang, sehingga dapat disimpulkan bahwa hal ini merupakan karakteristik bankonka di Jepang. Karakteristik ini dianalisa dengan teori Mackintosh yang menyatakan bahwa pembagian kerja berdasarkan jender menentukan posisi perempuan, yakni berhubungan dengan subordinasi perempuan, karena senantiasa menempatkan perempuan dalam wilayah domestik, serta menghalangi mereka untuk mencapai kemandirian individu dan finansial.Di Jepang, seorang perempuan yang telah menikah harus mengambil tanggung jawab penuh atas pekerjaan rumah tangga, pengasuhan anak dan perawatan lansia baikdalam kehidupan rumah tangga maupun dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Hal ini memasung kaki perempuan dalam wilayah domestik dan menghalangi perempuan untuk mandiri secara ekonomi. Oleh sebab itu, pembagian peran jender yang tidak seimbang merupakan faktor signifikan dalam keputusan perempuan untuk menikah. Disimpulkan bahwa perempuan-perempuan Jepang melakukan bankonka sebagai upaya untuk menolak kestatisan pembagian peran jender yang tidak seimbang yang sangat didukung oleh masyarakat dan ditunjang pemerintah."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2007
S13711
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Marti Maria Salea
"Stres kerja dapat memberikan dampak negatif, baik bagi individu maupun bagi perusahaan, sehingga perlu diminimalisasi. Untuk itu, perlu diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja sehingga dengan melakukan penanganan terhadap faktor-faktor tersebut diharapkan dapat mengurangi stres kerja. Penelitian difokuskan pada wanita karena jumlah tenaga kerja wanita semakin meningkat, sehingga memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap produktivitas perusahaan.
Responden penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu 100 perawat yang mewakili bidang kerja tradisional, dan 80 pekerja komputer yang mewakili bidang kerja non-tradisional. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari Job Stress Survey (Spielberger, 1991) untuk mengukur intensitas, frekuensi, dan tingkat sires kerja, Personal Attributes Questionnaire (Spence & Helmreich, 1974) untuk mengukur orientasi peran jender, dan The Coping Proactive Scale (Greenglass, dick., 1999) untuk mengukur kemampuan coping proaktif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bidang kerja, orientasi peran jender dan coping proaktif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap frekuensi stres kerja. Orientasi peran jender dan coping proaktif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap tingkat stres kerja. Sifat maskulinitas memberikan sumbangan terbesar dan bermakna, serta berkorelasi negatif dengan frekuensi dan tingkat stres kerja. Femininitas dan coping proaktif juga memberikan pengaruh yang positif dan bcnnakna terhadap frekuensi dan tingkat stres kerja. Bidang kerja tidak memberikan pengaruh yang bermakna terhadap frekuensi dan tingkat stres kerja. Wanita yang bekerja di bidang kerja tradisional menunjukkan tingkat stres yang sama dengan wanita yang bekerja di bidang kerja non-tradisional.
Stres kerja, baik pada wanita di bidang kerja tradisional maupun nontradisional, Iebih banyak berasal dari "lack of support" dibandingkan dengan "job pressure"."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
T17984
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Venty
"Studi ini bertujuan untuk menganalisis lama perjalanan suami dan istri dalam kerangka berpikir peran jender yang dilihat dari jumlah balita, ART usia produktif, lansia, dan dua penghasil pendapatan di dalam rumah tangga. Hasil regresi logistik multinomial menggunakan data Sakernas 2011 menunjukkan bahwa untuk suami dan istri, semakin banyak jumlah balita, semakin besar probabilitas untuk melakukan perjalanan lama sedangkan semakin banyak jumlah ART usia produktif semakin kecil probabilitas untuk melakukan perjalanan lama. Kehadiran lansia dan memiliki pasangan yang bekerja mengurangi probabilitas suami tetapi menambah probabilitas istri untuk melakukan perjalanan lama.

This study aims to analyze husbands? and wives? commuting time applying gender roles framework measured by number of under-five, productive age members, elderly, and dual earners within a household. By employing multinomial logistic regression on Sakernas 2011 data, it is found that more under-five children increase the probability to travel longer while more productive age members reduces the probability to travel longest for husbands and wives. The presence of elderly and having working spouse have different effect on husbands and wives. These variables lower the probability to commute longest for husbands but increase the probability of commute longest for wives.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S47141
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Hildayani, supervisor
"Sejak memasuki usia sekolah, keluarga tidak lagi menjadi satu-satunya
lingkungan yang berperan besar dalam kehidupan anak. Terlebih lagi pada
akhir masa usia sekolah, dimana anak mulai memasuki usia prapubertas- Pada masa ini, di samping orang tua, lingkungan pergaulan dengan teman
mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan anak.
Ada sejumlah kemajuan yang dibuat oleh anak selama masa usia
sekolah, yang menyebabkan hubungan pertemanan yang mereka bentuk
menjadi semakin kompleks dan berarti. Salah satunya adalah kemampuan yang lebih baik untuk memahami perspektif kebutuhan, dan perasaan orang lain.
Dengan kemampuan ini, anak mulai mengutamakan adanya rasa setia kawan,
pengertian, dan berbagi perhatian dalam berteman. Harapan tentang
persahabatan dalam cara yang lebih kompleks pun makin berkembang.
Memasuki masa remaja., khususnya pada masa remaja awal, kebutuhan
akan sahabat ini semakin bertambah. Sekalipun hubungan dengan keluarga
tetap dekat, sahabat menjadi penycedia dukungan pada masa remaja. Sejalan
dengan bertambahnya usia, remaja menginginkan hubungan yang lebih dekat, yang meliputi berbagi perasaan, pikiran, dan masalah-masalah pribadi.
Adanya rasa setia kawan, perhatian, dan keinginan untuk berbagi
merupakan beberapa kualitas yang ada dalam sebuah hubungan persahabatan.
Kualitas persahabatan sendiri mengacu pada ciri atau sifat yang esensial dari sebuah persahabatan. Parker dan Asher (1993) mengemukakan enam kualitas
persahabatan yang meliputi : validation and caring, conflict and betrayal,
compambnshy and recreation, help and guidance, intimate exchange, dan
conflict resolution.
Sejumlah faktor diperkirakan berpengaruh terhadap kualitas
persahabatan. Faktor-faktor tersebut meliputi attachment orangtua-anak, usia,dan jender. Adanya perbedaan kualitas attachment (secure dan insecure), usia
(usia sekolah dan remaja), dan jender (laki-laki dan perempuan) diasumsikan juga akan menghasilkan perbedaan dalam kualitas persahabatan tertentu.
Untuk menguji pemikiran di atas, penulis melakukan penelitian tentang
hal ini. Sepanjang yang penulis ketahui, penelitian tentang pengaruh kualitas attachment, usia, dan jender terhadap kualitas persahabatan belum banyak
dilakukan di Indonesia, terlebih lagi yang diukur pada masa usia sekolah dan remaja. Selain itu, kemungkinan adanya perubahan dalam kebutuhan akan sahabat dan perubahan dalam peran jender juga mendorong penulis untuk
melakukan penelitian ini. Dalam kaitannya dengan kualitas attachment, penulis membatasi pengukuran hanya terhadap attachment antara ibu - anak. Hal ini dipilih mengingat ibu hampir selalu menjadi figur attachment utama dalam kehidupan anak.
Penelitian yang dilakukan menggunakan metode kuantitatif dan
melibatkan sejumlah siswa SD dan SLTP yang memenuhi karakteristik
tertentu. Instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner yang menggali kualitas attachment ibu-anak dan kualitas persahabatan anak. Seluruh data diolah dengan menggunakan program SPSS.
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa faktor jender
mempunyai pengaruh yang cukup bermakna terhadap kualitas persahabatan
tertentu. Perbedaan yang bermakna antar kelompok juga ditemukan untuk
sejumlah kualitas persahabatan. Pertama, kelompok anak yang secure
ditemukan memiliki skor yang lebih tinggi secara bermakna untuk kualitas validation and caring, help and guidance, dan conflict resolution dibandingkan
dengan kelompok anak yang insecure. Kedua, kelompok anak usia sekolah
ditemukan memiliki skor yang lebih tinggi secara bermakna untuk kualitas companionship and recreation dan validation and caring dibandingkan dengan
kelompok anak remaja. Akhirnya, kelompok anak perempuan menunjukkan
skor yang lebih tinggi secara bermakna untuk kualitas companionship and
recreation, validation and caring, dan intimate disclosure dibandingkan dengan kelompok anak laki-laki. Sejumlah hal tampaknya mempengaruhi hasil yang diperoleh, seperti faktor instrumen penelitian dan jumlah sampel. Untuk
penelitian selanjutnya, beberapa saran diberikan berkaitan dengan hal itu.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
T38119
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yulianty
"Dikotomi area publik dan domestik teijadi sejak abad ke-19 dan menghasilkan karakteristik yang berbeda pada kedua area tersebut. Area domestik yang bersifat emosional, mengasuh berhubungan dengan keluarga, rumah, dan anak-anak, serta pekeijaan domestik rumah tangga diasosiasikan dengan dunia wanita sedangkan area publik yang kompetitif, berhubungan dengan dunia keija, politik, pendidikan serta mempunyai status dan otoritas yang lebih tinggi adalah area laki-laki. Akibatnya, laki-laki.dianggap tidak mampu mengurus anak dan mengerjakan pekeijaan rumah tangga dan wanita tidak mampu berada di dunia publik. Pada kenyataannya sekarang ini banyak wanita yang bisa sukses di area publik, namun kadang mereka tidak bisa menampilkan kemampuannya secara maksimal karena faktor yang disebut peran gender. Peran gender salah satunya membedakan laki-laki dan perempuan dalam peran sosial, misalnya, laki-laki berperan sebagai pencari nafkah sedangkan perempuan sebagai ibu rumah tangga.
Ideologi peran gender yang tradisional secara kaku membagi tugas-tugas berdasarkan jenis kelamin daripada kemampuan dan keinginan sedangkan yang modem/liberal memandang laki-laki dan perempuan sama pentingnya dan lebih mengarah pada prinsip persamaan dan keseimbangan serta tidak ada lagi pembagian tugas-tugas secara kaku. Salah satu bentuk praktis yang terkait dengan peran gender adalah pekeijaan rumah tangga, hal ini sesuai dengan definisinya yang diberikan oleh beberapa tokoh bahwa pekeijaan rumah tangga adalah pekeijaan wanita. Karena jenisnya yang banyak dan amat memakan waktu dalam pengeijaannya, sering muncul masalah bila seorang wanita juga bekeija di luar rumah. Karena itu betapa baiknya bila laki-laki sebagai pasangan wanita dalam kehidupan berumah tangga mau terlibat dalam pekeijaan ini. Namun ada laki-laki yang mau terlibat jauh dalam pekeijaan rumah tangga, ada yang hanya pada pekeijaan tertentu saja yang sepertinya memang pantas dilakukan laki-laki dan ada yang tidak mau sama sekali.
Penelitian mengemukakan semakian liberal suami maka kecenderungan untuk mengeijakan pekeijaan rumah tangga semakin besar atau penelitian lain yaitu ada hubungan antara kepercayaan peran gender yang egaliter dengan banyaknya pekeijaan rumah tangga yang dilakukan laki-laki. Kunci untuk memahami dan memprediksi apa yang dilakukan seseorang adalah dengan pemahaman akan sikapnya. Karena itu penelitian ini bertujuan menjawab pertanyaan: apakah ada hubungan antara sikap terhadap peran gender dengan keterlibatan dalam pekeijaan rumah tangga. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik non-probability sampling yakni secara incidental (tidak semua elemen dari populasi memiliki kesempatan yang sama besar untuk terpilih sebagai sampel) kepada mahasiswa Universitas Indonesia. Alat pengumpulan data berupa dua buah kuesioner yang bertujuan untuk mengukur sikap terhadap peran gender dengan keterlibatan dalam pekeijaan rumah tangga.
Dari penelitian ini hipotesa alternatif yang diajukan ternyata diterima, sehingga pada subyek penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap terhadap peran gender dengan keterlibatan dalam pekeijaan rumah tangga, makin modem sikap terhadap peran gender makin tinggi keterlibatan anak laki-laki yang berstatus mahasiswa dalam pekeijaan rumah tangga. Penelitian ini memang mendapatkan hasil uji hipotesa yang signifikan untuk masalah yang ingin dipertanyakan dan bisa menjawab pertanyaan penelitian. Namun, hasil yang diperoleh masih kurang banyak memberikan informasi, misalnya bagaimana gambaran sikap peran gender subyek apakah cenderung tradisional atau sudah modem yang untuk itu semua dibutuhkan norma yang tidak bisa dipenuhi dalam penelitian ini. Maka untuk penelitian selanjutnya mungkin bisa melakukan hal tersebut. Untuk saran praktis kiranya agar lebih diperhatikan pembentukan peran gender anak sedari dini dan penelitian-penelitian yang berhubungan dengan peran gender agar lebih banyak dilakukan."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3035
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agustina M. Indrawati
"Adanya kesesuaian peran suami isteri dalam perkawinan merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap kepuasan perkawinan. Secara uiaum, kepuasah perkawinan lebih bergantung pada kesesuaian antara harapan suami terhadap perilaku isterinya dibandingkan dengan kesesuaian antara harapan isteri terhadap perilaku suaminya. Hal ini disebabkan oleh pengertian budaya yang mengatakan bahwa wanita lebih toleran dan memiliki tingkat penyesuaian diri yang lebih tinggi daripada pria. Namun, pengertian ini kemungkinan tidak berlaku lagi seiring dengan adanya perubahan-perubahan peran wanita.
Fenomena isteri yang bekerja diduga akan membawa dampak bagi aspirasi dan harapan mereka, termasuk harapan terhadap peran suami isteri dalam kehidupan perkawinan yang dijalaninya. Penelitian ini hendak melihat apakah ada perbedaan harapan terhadap peran suami, perbedaan kesesuaian antara harapan dan perilaku peran suami, serta perbedaan kepuasan perkawinan antara isteri yang bekerja dan isteri yang tidak bekerja. Selain itu, hendak ditelaah bagaimanakah pengaruh kesesuaian antara harapan dan perilaku peran suami terhadap kepuasan perkawinan pada isteri yang bekerja dan isteri yang tidak bekerja. Subyek dari penelitian ini adalah 38 isteri yang bekerja dan 33 isteri yang tidak bekerja dengan usia perkawinan maksimal 2 tahun, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, dengan pengambilan sampel secara accidental sampling.
Dari penelitian ini ditemukan hubungan yang signifikan antara kepuasan perkawinan dengan kesesuaian antara harapan dan perilaku peran suami pada kelompok isteri. Masing-masing aspek kesesuaian antara harapan dan perilaku peran suami ternyata juga memiliki hubungan yang signifikan dengan kepuasan perkawinan. Aspek-aspek tersebut adalah aspek pengurus rumah tangga, pencari nafkah, hubungan seksual, hubungan kekerabatan, pelaksanaan rekreasi, diikungan emosional, pengambilan keputusan, hubungan interpersonal, komunikasi, dan partisipasi dalam bidang keagamaan.
Dari penelitian ini diketahui pula bahwa status pekerjaan, yaitu bekerja dan tidak bekerja, tidak berpengaruh terhadap kepuasan perkawinan, kesesuaian antara harapan dan perilaku peran suami, serta harapan terhadap peran suami. Hasil lain dari penelitian ini adalah bila ditinjau dari aspek-aspek kesesuaian antara harapan dan perilaku peran suami, aspek dukungan emosional merupakan faktor yang memberikan pengaruh terbesar bagi kepuasan perkawinem, baik pada isteri yang bekerja maupxin isteri yang tidak bekerja. Meski demikian, isteri yang bekerja juga beranggapan bahwa aspek pencari nafkah adalah juga faktor yang paling tinggi memberikan pengaruh terhadap kepuasan perkawinan dibandingkan aspek-aspek lainnya.
Untuk penelitian selanjutnya, sebaiknya metode kuesioner ditunjang dengan wawancara untuk mendapat hasil yang lebih kaya dan mendalam. Selain itu, disarankan pula untixk diadakan penelitian pada kelompok usia perkawinan dari beberapa tahapan daur kehidupan berkeluarga, serta melibatkan keloiapok isteri dengan posisi manajerial di pekerjaannya atau yang memiliki penghasilan lebih tinggi daripada suaminya- Untuk melengkapi hasil penelitian ini, dapat pula dilakukan penelitian mengenai pengaruh kesesuaian antara harapan dan perilaku peran isteri terhadap kelompok suami yang memiliki isteri yang bekerja dan kelompok suami yang memiliki isteri yang tidak bekerja."
Lengkap +
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1996
S2389
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indriastuti
"Studi ini meneliti tentang relasi gender di dunia domestik dalam teks media. Adapun tujuan dari studi ini secara khusus adalah berusaha mendeskripsikan bagaimana relasi gender yang terjadi di dunia domestik serta bagaimana media menggambarkan posisi perempuan di dunia domestik yang selama ini diidentikan sebagai dunia perempuan. Penelitian ini dilakukan terhadap artikel-artikel utama majalah Ayahbunda yang terbit pada bulan Desember dalam tahun 1994 - 2000. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah analisa wacana.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa relasi gender yang ada di dunia domestik masih cenderung timpang, hal ini terlihat dari posisi perempuan tidak dominan di dunia yang dianggap sebagai dunianya. Ketimpangan itu terlihat dari banyaknya kewajiban yang dibebankan dan kurangnya hak perempuan di wilayah ini, juga dari keberadaan perempuan yang selalu diletakkan setelah suami dan anaknya.
Pemakaian beberapa kosakata serta simbol-simbol tertentu oleh media cetak, menggambarkan keadaan ini. Politik bahasa, yaitu penggunaan simbol-simbol tertentu guna melegitimasi realitas hubungan kekuasaan sehingga hal itu kelihatannya berjalan secara alamiah dan masuk akal, juga terjadi di sini, misalnya kata anak, merawat, mengasuh, mendidik, melayani, rumah tangga, wilayah domestik dihubungkan dengan perempuan. Semuanya itu kemudian dianggap wajar oleh kita semua dalam arti bahwa memang sudah seharusnya perempuan melakukan hal tersebut.
Apa yang terdapat di dalam teks media adalah cerminan apa yang terjadi di masyarakat, karena media tidak dapat 'lari' dari lingkungannya dan pengaruh ideologi pada teks media cenderung tidak dapat diabaikan."
Lengkap +
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T3024
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mongkol, Irene Messalina
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S3129
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>