Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 205186 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Marella, Aenea
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana pemberian intervensi Cognitive Behavior
Therapy (CBT) dapat mengurangi simtom-simtom depresi pada mahasiswa UI tahun pertama
penerima Bidikmisi. Penelitian ini menggunakan desain one group before and after study
design, dengan jumlah partisipan sebanyak tiga orang. Masing-masing partisipan mengikuti
sesi CBT sebanyak enam kali, disertai satu kali sesi follow up (2 - 3 minggu setelah sesi
terminasi). Proses screening awal dilakukan dengan memberikan Beck Depression Inventory
(BDI) kepada mahasiswa UI tahun pertama penerima Bidikmisi. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa CBT efektif dalam mengurangi simtom-simtom depresi mahasiswa UI
tahun pertama penerima Bidikmisi. Didapati penurunan skor BDI yang signifikan dan level
depresi partisipan berubah dari "berat" menjadi "tidak ada tanda-tanda depresi" dan "ringansedang".
Selain itu, perubahan kualitatif juga dilaporkan dalam penelitian ini.

ABSTRACT
This study evaluated the efficacy of Cognitive Behavior Therapy (CBT) in reducing
depressive symptoms among Bidikmisi Freshmen in Universitas Indonesia (UI). Design of
the study is one group before and after study design, with three scholars as participants. Each
participant attended six sessions of CBT, followed by a follow up session (2 - 3 weeks after
termination). Beck Depression Inventory (BDI) was used in the screening process. Results
suggest that CBT reduced depressive symptoms among Bidikmisi freshmen in UI.
Participants' BDI scores reduced significantly, and their level of depression changed from
"severe" to "no symptoms of depression" and "mild - moderate". Qualitative changes were
also found and discussed."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35073
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amindari Nadia Fitriyanti
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat peranan keberfungsian keluarga dalam memprediksi delinkuen pada remaja di Jakarta. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk melihat kontribusi tiap-tiap dimensi keberfungsian keluarga terhadap perilaku delinkuen. Pengukuran keberfungsian keluarga dilakukan menggunakan adaptasi alat ukur Family Assessment Device FAD yang disusun oleh Epstein, Baldwin dan Bishop 1983 . FAD memiliki 7 dimensi yaitu 6 dimensi kerfungsian keluarga mengacu ke McMaster Model of Family Functioning dan 1 dimensi keberfungsian keluarga secara umum. Nilai koefisien reliabilitas untuk dimensi problem solving adalah sebesar 0.807, dimensi komunikasi sebesar 0.544, dimensi role functioning sebesar 0.630, dimensi respon afektif sebesar 0.707, dimensi keterlibatan afektif sebesar 0.678, dimensi kontrol perilaku sebesar 0.696, dan general functioning sebesar 0.830. Pengukuran perilaku delinkuen dilakukan dengan alat ukur perilaku delinkuen yang dikembangkan oleh Nurwianti 2015. Nilai koefisien reliabilitas untuk alat ukur perilaku delinkuen adalah sebesar 0.711. Partisipan pada penelitian ini berjumlah 289 responden dengan karakteristik berusia 12-17 tahun dan belum menikah, tinggal di Jakarta atau bersekolah di Jakarta, dan mampu membaca dan menulis. Melalui teknik simple regression, diperoleh hasil bahwa persepsi mengenai keberfungsian keluarga dapat memprediksi perilaku delinkuen R=.382.

This research is conducted to examine whether family functioning could predict delinquent behavior among adolescence in Jakarta. Contribution of each family functioning dimensions is also examined. Family functioning is measured with an adaptation of Family Assessment Device FAD which was created by Epstein, Baldwin and Bishop 1983. FAD has 7 measuring dimensions, 6 of which are family functioning in accordance to McMaster Model of Family Functioning and 1 dimension of general functioning scale. Reliability coefficient for problem solving is 0.807, 0.544 for communication, 0.630 for role functioning, 0.707 for affective response, 0.678 for affective involvement, 0.696 for behavior control, and 0.830 for general functioning. Delinquency is measured with delinquency scale created by Nurwianti 2015 with a reliability coefficient of 0.711. Participants of this study consist of 289 adolescence in Jakarta with following characteristics aged 12 ndash 17 and not married, currently living in Jakarta or undergoing a study in Jakarta, and capable of reading and writing. Using simple regression analysis, the result pointed out that perceived family functioning could predict delinquent behavior R .382."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
S66843
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Utari Hanum Ayuningtyas
"ABSTRAK
Penurunan jumlah aktivitas pada lansia biasa dikaitkan dengan pengalaman tidak menyenangkan seperti tidak memiliki teman, perasaan hampa dan kesepian. Pengalaman tersebut didefinisikan sebagai loneliness yang sifatnya subjektif dan mempengaruhi kualitas hidup serta kesehatan individu. Loneliness ditemukan dapat mempengaruhi tekanan darah sistolik pada lansia yang mengarahkan lansia pada gangguan hipertensi.
Fenomena terkait loneliness dapat ditemukan pada para lansia di Depok. Peneliti memberikan Cognitive Behavior Therapy (CBT) pada 3 (tiga) orang lansia untuk menurunkan tingkat loneliness yang dialaminya. Jika loneliness telah menurun, maka peneliti juga mengharapkan tekanan darah lansia dapat turun dan stabil. Penelitian dijalankan dengan menggunakan desain single-subject repeated measures dengan melakukan tiga kali pengukuran di awal, pertengahan dan akhir rangkaian intervensi untuk melihat pengaruh pemberian terapi terhadap loneliness yang dialami partisipan.
Hasil dari penelitian adalah ketiga partisipan mengalami penurunan loneliness yang terlihat dari wawancara, observasi, dan pengukuran menggunakan The Revised UCLA Loneliness Scale, The De Jong Gierveld Loneliness Scale, dan Personal Definitions of Loneliness. Seluruh partisipan juga mengalami penurunan tekanan darah menurut hasil pemeriksaan menggunakan tensi meter digital. Penurunan loneliness diperkirakan terjadi karena ketaatan partisipan dalam menjalani terapi terutama dalam melakukan perubahan perilaku serta adanya motivasi yang tinggi dalam pelaksanaan terapi. Penurunan loneliness akan lebih signifikan jika partisipan memiliki dukungan sosial untuk mempertahankan perilaku positif serta kemampuan bahasa yang lebih baik. Selain itu, Partisipan telah mampu mempraktikkan teknik-teknik yang diberikan dalam terapi seperti mengenali loneliness yang dialami, relaksasi, pemecahan masalah, dan melawan pikiran buruk.

ABSTRACT
In older adults, reduced activities often related to unpleasant experiences, such as having no friends, feeling of emptiness and loneliness. Feeling of loneliness is subjective to individuals and affects their health and quality of life. It is found that loneliness can have impact on systolic blood pressure among older adults and result in hypertension.
Phenomena related to loneliness happen among older adults in Depok. This study evaluated the efficacy of Cognitive Behavior Therapy (CBT) in reducing level of loneliness among older adults, so that their blood pressure would get lower and stay in a stable condition. Design of the study was single-subject repeated measures with three participants, and three times measurement (initial, middle, final).
Results of the study suggest that all three participants' level of loneliness reduced, which can be seen from interview, observation, and scores of quantitative inventories (The Revised UCLA Loneliness Scale, The De Jong Gierveld Loneliness Scale, and Personal Definitions of Loneliness). Participants' blood pressure also reduced. Participants' compliance to therapy processes, such as high motivation and changes in behavior, contributed to the reduced level of loneliness. It is assumed that loneliness scores would be reduced more significantly if participants had better social support, maintained positive behaviors, and had better verbal capacity. Despite of lack of verbal capacity, participants were able to practice some techniques, such as identifying loneliness, relaxation, problem solving, and countering negative thoughts.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35954
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andrea Kusuma Putri Mahdi
"ABSTRAK
Latar belakang Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit kronis yang perawatannya sangat bergantung kepada kemampuan penderitanya untuk mematuhi regimen medis berupa pengaturan pola makan, berolahraga, pengecekan kadar glukosa darah, dan meminum obat sesuai anjuran. Ketidakpatuhan terhadap regimen medis dapat mengakibatkan kontrol glukosa darah memburuk dan memperbesar resiko komplikasi penyakit, seperti gangguan mata dan hipertensi. Pada lansia dengan diabetes melitus tipe 2, kepatuhan medis menjadi suatu isu yang lebih kompleks, karena semakin bertambah usia seseorang maka regimen medis yang dimiliki juga akan menjadi lebih kompleks, sedangkan kemampuan kognitif dan memori mengalami penurunan. Oleh karena itu, peneliti mencoba menjawab permasalahan tersebut dengan memberikan Cognitive Behavioral Therapy kepada 2 (dua) orang lansia dengan diabetes melitus tipe 2 yang bermasalah dengan kepatuhan medis. Desain penelitian ini menggunakan single subject design. Pengukuran dilakukan saat pra-intervensi, pertengahan intervensi, dan pasca-intervensi. Hasil pengukuran intervensi melalui pengisian 8-Item Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8), wawancara dan observasi, serta pengukuran kadar glukosa darah, menunjukkan kenaikan tingkat kepatuhan medis dari rendah menjadi menengah pada kedua partisipan. Kesimpulan penelitian ini membuktikan bahwa Cognitive Behavioral Therapy efektif untuk meningkatkan kepatuhan medis pada para lansia dengan penyakit diabetes melitus tipe 2. Partisipan juga merasa mendapatkan manfaat dari teknik-teknik yang diajarkan dalam terapi ini dan memahami bahwa untuk mempertahankan kepatuhan medis yang mereka miliki, partisipan perlu untuk selalu menerapkan teknik-teknik tersebut dalam keseharian mereka.

ABSTRACT
Background Type 2 diabetes mellitus is a chronic disease which its treatment heavily depend on patients ability to adhere to their medical regimens. Type 2 diabetes mellitus medical regimen consists of healthy diets, frequent exercises, blood glucose level control, and regular taking of medications. Non-adherence to medical regimen could lead to worse blood glucose control and result in the increase of another disease complication, such as glaucoma and hypertension. In older adults with type 2 diabetes mellitus, medical adherence becomes a more complex issue, because as people grow old, their medical regimen will become more complex. Meanwhile, their cognitive and memory ability decrease. In this research, the researcher will provide Cognitive Behavioral Therapy for 2 (two) older adults with type 2 diabetes mellitus and have problems with their medical adherence. Research design use single subject design. There are three assessments that were taken, pre-intervention, mid-intervention, and post-intervention. Result assessments through 8-Item Morisky Medication Adherence Scale (MMAS-8), interview, observation, and blood glucose control showed increase in medical adherence levels, from low medical adherence to medium medical adherence in both participants. Conclusion this research proved that Cognitive Behavioral Therapy is effective to increase medical adherence in older adults with type 2 diabetes mellitus. All participants also experienced the benefits from techniques that were given during therapy and understood that to maintain the medical adherence they achieved; they need to keep applied those techniques into their daily life.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35650
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isni Prihatini Noviansjah
"Latar Belakang: Rheumatoid arthritis merupakan kondisi nyeri yang menyakitkan dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan penderitanya, seperti fisik, psikologis, dan psikososial. Nyeri yang dialami penderita ini dapat membuatnya merasa lemah dan kesulitan dalam beraktivitas sehari-hari. Dampak paling buruk yang dialami oleh penderita rheumatoid arthritis ialah pengaruh negatifnya terhadap kualitas hidupnya.
Tujuan: Untuk mengetahui efektivitas pemberian manajemen nyeri dengan intervensi multi-component cognitive behavioral therapy (CBT) dalam meningkatkan kualitas hidup pada penderita rheumatoid arthritis.
Metode: Dua orang partisipan yang menderita rheumatoid arthritis diberikan intervensi multi-component cognitive behavioral therapy (CBT) sebanyak enam kali pertemuan. Intervensi ini terdiri dari identifikasi masalah dan sharing mengenai penyakit yang dialami, psikoedukasi, latihan relaksasi, self monitoring, dan restrukturisasi pikiran negatif. Pengukuran efektivitas dilakukan dengan metode pretest-posttest menggunakan Numerical Rating Scale (NRS) untuk melihat perubahan skor intensitas nyeri yang dialami dan Rheumatoid Arthritis Quality of Life (RAQoL) untuk melihat perubahan skor kualitas hidup.
Hasil: Kedua partisipan mengalami peningkatan kualitas hidup seiring dengan menurunnya intensitas nyeri yang dirasakan setelah mengikuti manajemen nyeri dengan intervensi multi-component cognitive behavioral therapy (CBT) ini. Hasil penelitian secara kualitatif juga menunjukkan bahwa latihan relaksasi merupakan teknik yang paling bermanfaat bagi kedua partisipan untuk menurunkan intensitas nyeri yang dirasakan.
Kesimpulan: Intervensi multi-component cognitive behavioral therapy (CBT) efektif dalam meningkatkan kualitas hidup pada penderita rheumatoid arthritis.

Background: Rheumatoid arthritis is a painful condition which is painful and affects many aspects of life of sufferers, such as physical, psychological, and psychosocial. Pain experienced by the patient can make her feel weak and difficulties in daily activities. The worst impacts experienced by people with rheumatoid arthritis are negative effects on quality of life.
Purpose: To know the effectiveness of pain management with intervention multicomponent cognitive behavioral therapy (CBT) to improve quality of life in patients with rheumatoid arthritis.
Methods: Two patients with rheumatoid arthritis as participants given intervention multi-component of cognitive behavioral therapy (CBT) as many as six sessions. This intervention consists of identifying problems and sharing about disease experienced, psychoeducation, relaxation training, self-monitoring, and restructuring negative thoughts. Effectiveness measurement was conducted using a pretest-posttest using the Numerical Rating Scale (NRS) to see the change in pain intensity scores experienced and Rheumatoid Arthritis Quality of Life (RAQoL) to see the change in quality of life scores.
Results: Both participants experienced improved quality of life along with a decrease in the intensity of pain experienced after following pain management with multi-component intervention of cognitive behavioral therapy (CBT). Qualitative research results also show that the relaxation exercise is the most beneficial technique for both participants to reduce the perceived pain intensity.
Conclusions: Interventions multi-component cognitive behavioral therapy (CBT) is effective to improve the quality of life in patients with rheumatoid arthritis.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T34837
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pradipta Christy Pratiwi
"[Latar Belakang : Konflik relasi berpacaran rentan dialami oleh dewasa muda. Konflik yang tidak terselesaikan memunculkan kekerasan dalam pacaran. Kekerasan dalam pacaran mungkin terjadi dalam bentuk fisik, psikologis, seksual dan ekonomi. Riwayat pengalaman traumatis yang dialami sebelumnya oleh individu, membentuk self-esteem rendah pada individu dan membuka peluang pada individu untuk kembali terjebak pada relasi berkekerasan yang serupa, salah satunya kekerasan dalam pacaran. Self-esteem yang rendah mengakibatkan korban sulit untuk keluar dari siklus relasi berkekerasan tersebut. Oleh karena itu, diperlukan intervensi untuk meningkatkan self-esteem pada dewasa muda yang mengalami kekerasan dalam pacaran. Intervensi yang telah terbukti efektif dalam menangani self-esteem yang rendah adalah cognitive behavior therapy. Metode : Penelitian ini berupa intervensi CBT pada 4 orang partisipan. Desain penelitian ini termasuk dalam one group pretest-posttest design (before and after). Analisis : Analisis dilakukan dengan cara membandingkan data kuantitatif dari hasil pre-test dan post-test pada alat ukur RSES. Analisa kualitatif dilakukan melalui wawancara dan observasi terhadap perkembangan dan perubahan yang dialami partisipan. Hasil : CBT cukup berpengaruh dalam meningkatkan self-esteem pada partisipan, namun demikian intervensi selama 6 sesi pertemuan ini dirasa belum cukup untuk mengatasi permasalahan kekerasan dalam pacaran secara menyeluruh. Partisipan mengalami perubahan aspek kognitif dan perilaku. Partisipan merasa percaya diri dan nyaman terhadap penampilan fisik maupun kemampuan yang dimiliki. Partisipan memperoleh pemikiran yang lebih realistis untuk keluar dari relasi pacaran yang tidak sehat.

Background: Conflicts in dating relationship are commonly experienced by young adults. Unfinished conflict provokes violence in dating relationship. Dating violence may occur in physical, psychological, sexual, and economic matter. Previous traumatic events, experienced by individual, conceive low self-esteem and provide more possible chance for individual to get back to the same violence based relationship, including dating violence. Low self-esteem causes the victims to withdraw themselves from the violence-based relationship. Hence, interventions are required to enhance self-esteem on young adults who experience dating violence. Cognitive behavior therapy is considered effective in enhancing self-esteem. Method: This research investigated CBT intervention on 4 participants with the research design of one group pretest-posttestdesign(before and after). Analysis: Analysis was carried out by comparing quantitative data of pre-test and post-test result acquired from RSES instrument. Qualitative analysis was carried out through interview and observation on the development and changes experienced by participants. Results: CBT is influential enough in enhancing self-esteem on participants, nevertheless 6 meetings session of intervention are considered less effective in solving dating violence entirely. Qualitative result indicated that participants experienced changes in cognitive and behavior aspects. Participants felt confident and secure either about their physical performance or their competence. Participants obtained realistic thinking to withdraw themselves from unhealthy dating relationship.;Background: Conflicts in dating relationship are commonly experienced by young adults. Unfinished conflict provokes violence in dating relationship. Dating violence may occur in physical, psychological, sexual, and economic matter. Previous traumatic events, experienced by individual, conceive low self-esteem and provide more possible chance for individual to get back to the same violence based relationship, including dating violence. Low self-esteem causes the victims to withdraw themselves from the violence-based relationship. Hence, interventions are required to enhance self-esteem on young adults who experience dating violence. Cognitive behavior therapy is considered effective in enhancing self-esteem. Method: This research investigated CBT intervention on 4 participants with the research design of one group pretest-posttestdesign(before and after). Analysis: Analysis was carried out by comparing quantitative data of pre-test and post-test result acquired from RSES instrument. Qualitative analysis was carried out through interview and observation on the development and changes experienced by participants. Results: CBT is influential enough in enhancing self-esteem on participants, nevertheless 6 meetings session of intervention are considered less effective in solving dating violence entirely. Qualitative result indicated that participants experienced changes in cognitive and behavior aspects. Participants felt confident and secure either about their physical performance or their competence. Participants obtained realistic thinking to withdraw themselves from unhealthy dating relationship., Background: Conflicts in dating relationship are commonly experienced by young adults. Unfinished conflict provokes violence in dating relationship. Dating violence may occur in physical, psychological, sexual, and economic matter. Previous traumatic events, experienced by individual, conceive low self-esteem and provide more possible chance for individual to get back to the same violence based relationship, including dating violence. Low self-esteem causes the victims to withdraw themselves from the violence-based relationship. Hence, interventions are required to enhance self-esteem on young adults who experience dating violence. Cognitive behavior therapy is considered effective in enhancing self-esteem. Method: This research investigated CBT intervention on 4 participants with the research design of one group pretest-posttestdesign(before and after). Analysis: Analysis was carried out by comparing quantitative data of pre-test and post-test result acquired from RSES instrument. Qualitative analysis was carried out through interview and observation on the development and changes experienced by participants. Results: CBT is influential enough in enhancing self-esteem on participants, nevertheless 6 meetings session of intervention are considered less effective in solving dating violence entirely. Qualitative result indicated that participants experienced changes in cognitive and behavior aspects. Participants felt confident and secure either about their physical performance or their competence. Participants obtained realistic thinking to withdraw themselves from unhealthy dating relationship.]"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
T45418
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Florensa
"ABSTRAK
Penelitian menunjukkan bahwa di kota Depok, Jawa Barat terdapat 71% dari 229 remaja SMA yang mengalami depresi. Depresi terjadi karena berbagai faktor salah satunya adalah efikasi diri yang rendah. Cognitive Behavior Therapy (CBT) merupakan terapi yang dilakukan untuk meningkatkan efikasi diri dan mengatasi depresi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan efikasi diri dan depresi setelah mendapat CBT. Metode penelitian: quasi eksperimen dengan pre-post test with control group pada penerapan CBT yang dilakukan secara berkelompok. Analisis yang digunakan adalah dependen dan independent sample t-Test, chi-square dan pearson product moment. Responden penelitian ini adalah remaja kelas VIII SMPN Kota Bogor. Populasi target penelitian ini adalah 222 remaja yang memiliki efikasi diri rendah dan depresi dengan sampel sebesar 72 remaja. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan efikasi diri remaja yang mendapat CBT lebih tinggi secara bermakna dibanding remaja yang tidak mendapat CBT, depresi remaja yang mendapat CBT lebih rendah secara bermakna dibandingkan penurunan depresi pada remaja yang tidak mendapat CBT. Peningkatan efikasi diri mempunyai hubungan yang kuat dalam menurunkan depresi pada remaja dengan arah hubungan negatif. Terapi CBT direkomendasikan pada remaja dengan efikasi diri rendah dan depresi.

ABSTRACT
Research shows that in Depok City West Java, 71 % of 229 high school teenagers experience depression. Depression occurs because of various factors, one of them is low self-efficacy. Cognitive Behavior Therapy (CBT) is a therapy performed to improve self-efficacy and counteract depression. This study aimed to determine the alteration of self-efficacy and depression after receiving a CBT. This research applied a quasi experiment method with pre-post test with control groups in the CBT performed in groups. Data were analyzed using dependent and independent sample t-Test, chi-square and pearson product moment. Respondents of this research were teenagers of class VII at a Junior High School in Bogor. The target population of this research was 222 teenagers who had low self-efficacy and depression with 72 teenagers as the samples. The result showed that the improvement of self-efficacy of teenagers who received CBT was significantly higher than the teenagers who didn’t get CBT, and the depression of teenagers who accept CBT was significantly lower than the depression of teenagers who didn’t get CBT. The improvement of self-efficacy had a strong correlation with the decline of teenagers’ depression in a negative direction. CBT therapy is recommended for teenagers with low self- efficacy and depression. "
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
T32722
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eunike Mutiara
"ABSTRAK
Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang paling sering dialami
lanjut usia di Indonesia. Mereka yang menderita diabetes tidak hanya memiliki
masalah dalam hal fisik, namun juga bermasalah secara psikologis. Kondisi fisik
yang lemah memiliki korelasi dengan tingkat harapan (hope) pada individu.
Harapan yang rendah berdampak pada rendahnya kebahagiaan serta kesejahteraan
hidup. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk menguji efektivitas cognitivebehavioral
therapy (CBT) dalam meningkatkan harapan pada lanjut usia yang
menderita diabetes melitus.
Penelitian dilakukan di Panti Werdha Bina Bhakti, Serpong, Tangerang.
Desain penelitian berupa kuasi eksperimen dengan desain pretest-posttest dan
within-subjects, dengan jumlah partisipan sebanyak tiga orang (berusia 65 sampai
85 tahun). Dari hasil penelitian, dua dari tiga partisipan mengalami peningkatan
untuk skor harapan dan disertai dengan penurunan kadar gula dalam darah.
Peningkatan harapan ini diwujudkan dengan kepatuhan (adherence) terhadap
aturan medis yaitu pengontrolan konsumsi makanan yang mengandung glukosa.
Disamping itu, peningkatan harapan juga diwujudkan dengan perasaan yang
tenang dan bahagia, serta merasa diperhatikan dan dipedulikan. Kondisi tersebut
juga dapat memberikan kontribusi terhadap penurunan kadar gula dalam darah.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa CBT cenderung efektif dalam
meningkatkan harapan pada lanjut usia yang menderita diabetes melitus.

ABSTRACT
Diabetes mellitus is one of the most common chronic disease suffered by the
elderly in Indonesia. Those who suffered from diabetes are not only physically
impaired, but psychologically impaired as well. Weak physical condition has a
correlation with the level of individual hope. Low level of hope has an impact on
the low level of well being. The aim of this research was to measure the
effectiveness of cognitive-behavioral therapy (CBT) in enhancing hope for older
adults who suffered from diabetes melitus.
The research was conducted in Panti Werdha Bina Bhakti, Serpong,
Tangerang. Research design was made in the form of quasi experiment with
pretest-posttest and within-subjects design, and with the three participants (aged
65 to 85 years). From the research, two out of three participants increased their
level of hope and decreased their sugar levels in blood. This increasing level of
hope was manifested with the adherence of medical rules in controlling food
consumption containing glucose. Besides that, the higher hope was also
manifested with a calm and happy feeling, and also feel cared for. Such conditions
could give a contribution to the decreased sugar levels in blood. Thus, it could be
concluded that CBT tends to be effective in increasing the level of hope for older
adults who suffered from diabetes mellitus."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
T35895
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Ramadia
"Perilaku kekerasan merupakan respon maladaptif dari marah. Respon Maladaptif yang muncul dari marah dapat mengancam dan membahayakan diri sendiri, keluarga dan lingkungan masyarakat sehingga meraka memerlukan pengobatan dan perawatan dirumah sakit. Tujuan penulisan karya ilmiah akhir ini adalah menggambarkan penerapan terapi cognitive behaviour therapy dan assertive training dengan pendekatan Model Adaptasi Roy pada klien risiko perilaku kekerasan di Rumah Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah cognitive behaviour therapy dan assertive training pada 8 orang dan assertive training pada 10 orang klien dalam kurun waktu 17 Februari - 18 April 2014 di Ruang Gatot Kaca RSMM Bogor.
Hasil pelaksanaan cognitive behaviour therapy dan assertive training dapat menurunkan tanda dan gejala perilaku kekerasan pada aspek kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial dan peningkatan kemampuan koping adaptif dalam menghadapi peristiwa yang menimbukan perilaku kekerasan. Berdasarkan hasil diatas rekomendasi penulisan ini adalah terapi cognitive behaviour therapy dan assertive training pada klien risiko perilaku kekerasan dapat dijadikan standar terapi spesialis keperawatan jiwa.

Violence behavior is a maladaptive response of anger. Maladaptive Response that occur in anger can menca and endanger ownself, family and society enviroment so they need treatment and medication in hospital. The aim of this Study is to describe the application of Cognitive Behavior Therapy and assertive training by using Roy Adaptation Model to client risk of violent behavior at Marzoeki Mahdi Hospital. in Bogor. Nursing interventions was cognitive behavior therapy and assertive training on 8 people and assertive training to 10 clients during 17 February to 18 April 2014 at Gatot Kaca Room RSMM in Bogor.
The results of the implementation of assertive training and cognitive behavior therapy may reduce signs and symptoms of violence behavior in cognitive, affective, physiological, behavioral and social and increase in adaptive coping skills to face of events that raises violence behavior. Based on the result above, recommendation from this paper is Cognitive Behavior Therapy and Assertive Training can be used as standard therapy of psychiatric nursing specialist to client with risk of violence behavior Key Word: Risk of Violence Behavior.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>