Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 112841 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yoanita Eliseba
2007
T38013
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3250
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sofiah
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2000
S2985
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Febrina Ayu Rahmasari
"Retardasi mental adalah gangguan psikologis yang banyak ditemui di dunia. Penderita retardasi mental mengalami banyak keterbatasan dalam aspek intelektual dan perilaku adaptif. Oleh sebab itu, mereka membutuhkan orang lain untuk membantunya melakukan kegiatan sehari-hari yang disebut caregiver. Dalam merawat anak dengan retardasi mental, seringkali caregiver merasa kesulitan pada aspek fisik, finansial, emosional, dan sosial/personal yang disebut dengan caregiver strain (Thornton &Travis, 2003).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara caregiver strain dan resiliensi pada ibu sebagai caregiver dari anak dengan retardasi mental. Resiliensi adalah daya tahan terhadap emosi pada individu yang memperlihatkan keberanian dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi yang tidak menyenangkan (Wagnild & Young, 1993).
Peneliti menggunakan alat ukur Modified Caregiver Strain Index (MCSI) dari Thornton dan Travis (2003) serta alat ukur The Resilience Scale (R- 25) dari Wagnild dan Young (1993). Sampel dari penelitian ini berjumlah 42 orang.
Penelitian ini menghasilkan hubungan yang tidak signifikan antara kedua variabel dengan r = 0,110. Saran untuk penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan kontrol terhadap karakteristik care-recipient berdasarkan tingkat keparahan retardasi mental yang dimiliki sehingga hasil yang didapat tidak terlalu beragam.

Mental retardation is a psychological disorder which is commonly found in the world. People with mental retardation had many limitations in intellectual aspects and adaptive behavior. Therefore, they need others people who can help them to carry out daily activities that called caregiver. In caring for children with mental retardation, caregiver often find difficulties on physical, financial, emotional, and social/personal called caregiver strain.
This study aims to determine the relationship between caregiver strain and resilience among mothers as caregiver of children with mental retardation. Resilience is emotional stamina and has been used to describe persons who displays courage and adaptability in the wake of misfortunes.
Researcher used Modified Caregiver Strain Index (MCSI) that compiled by Thornton and Travis (2003) as well as the Resilience Scale (R-25) that compiled by Wagnild and Young (1993). Sample of this study were 42 mothers as caregiver of mental retarded children.
This study yielded no significant relationship between the two variables with r = 0.110. Suggestion for further research should be conducted to control care-recipient characteristics based on the severity of mental retardation so the results are not too diverse.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46907
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiva Addina
"ABSTRAK
Salah satu gangguan kejiwaan yang paling parah adalah skizofrenia.
Penderita skizofrenia biasanya menarik diri dari masyarakat dan realita, mereka
hidup dalam fantasinya sendiri yang dipenuhi delusi dan halusinasi (Davison &
Neale, 1998). Menurut Long (1995), penderita skizofrenia mengalami gangguan
di banyak area, seperti pada persepsi, pikiran dan atensi, tingkah laku motorik,
emosi dan fungsinya dalam hidup.
Long (1995) menyatakan bahwa schizoprhenia meliputi perubahan pada
kemampuan dan kepribadian sehingga biasanya keluarga dan teman-temannya
menyadari bahwa orang terseb-jt berbeda dari biasanya. Keberadaan seorang
penderita skizofrenia dalam keluarga dapat menyebabkan masalah finansial,
mempengaruhi kehidupan sosial dan pekerjaan anggota keluarga lainnya, serta
masalah emosional terutama pada saat penderita tersebut relapse (Gottesman,
1991). Adanya anak yang bermasalah dalam keluarga akan menyebabkan
seorang ibu akan menjadi lebih posesif, over control, restriktif dan intrusive
(Page, 1971). Tujuan dari penelitian ini adalah memberikan gambaran mengenai
proses dan bentuk coping ibu yang memiliki anak penderita skizofrenia.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah wawancara mendalam dan observasi. Penelitian
dilakukan terhadap tiga orang ibu yang memiliki anak penderita skizofrenia yang
saat ini tinggal di Jakarta. Kriteria anak tersebut telah didiagnosa oleh dokter atau
psikiater, jenis kelamin tidak dibatasi, berusia antara 20 - 40 tahun dan masih
berada sibawah pengawasan ahli.
Dari hasil penelitian teriihat bahwa ketiga ibu tersebut mengalami stres
karena memiliki anak penderita skizofrenia. Keadaan yang dialami ketiga ibu
menimbulkan masalah-masalah, seperti kekhawatiran terhadap perubahan diri
dan perilaku, serta masa depan anak dan masalah biaya perawatan. Selain itu
terdapat masala-masalah lain yang dialami ibu-ibu tersebut. Qua orang subyek
tidak mendapatkan dukungan penuh dari suaminya, sedangkan suami salah
seorang subyek pernah menderita penyakit yang cukup parah dan cucu yang
dirawatnya mengalami gangguan motorik. Ketiga Ibu tersebut berusaha
menemukan coping yang tepat untuk menghadapl keadaan yang dialamlnya.
Strategi coping tersebut antara lain adalah accepting responsibility, emotionfocused
behavioral coping, escape-avoidance, emotion-focused cognitive coping,
planful problem solving, positive reappraisal, problem-focused behaworal coping,
seeking social support, dan self control. Temuan lain dalam penelitian Inl adalah pengamh ayah terhadap
perkembangan psikologis anak, pentingnya infomnasi mengenai skizofrenia bag!
keluarga penderita dan juga seluruh masyarakat, dan juga pengaruh lingkungan
sebagai pemicu timbulnya skizofrenia. Selain itu diketahui bahwa obat-obatan
terlarang juga dapat menjadi salah pemicu berkembangnya skizofrenia. Hal lain
adalah bahwa dukungan pasangan pada penderita skizofrenia yang sudah
menikah mempengaruhi perkembangan psikologis dan keutuhan rumah tangga
penderita.
Beberapa saran praktis yang didapat dari penelitian ini adalah
pengenalan dan pemasyarakatan skizofrenia di masyarakat agar masyarakat
lebih memahami dan tidak berpandangan negatif terhadap penderita itu sendiri
dan keluarganya. Juga diharapkan keluarganya tidak menutup diri dan malu
karena keadaan penderita, sehingga perkembangan keadaan penderita dapat
menjadi lebih baik dan kembali bersosialisasi dengan masyarakat."
2002
S2823
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunda K. Rusman
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
S3526
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayu Riana
"Hidup bersama orang lain dalam suatu pernikahan, penuh dengan tuntutan dan masalah yang harus dihadapi. Masalah-masalah tersebut diantaranya adalah konflik suami istri dan kehadiran anak yang dapat menambah konflik tersebut. Jika masalah-masalah tersebut tidak dapat diatasi dengan baik, maka dapat menimbulkan kekecewaan. Kekecewaan yang terus menerus disertai stres kehidupan sehari-hari dapat menyebabkan terjadinya burnout.
Tujuan dari penelitian ini untuk melihat gambaran burnout pada ibu rumah tangga yang tidak bekerja dan memiliki anak usia sekolah. Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan menggunakan metode wawancara Pengambilan data dilakukan pada tiga orang ibu rumah tangga yang telah mengalami burnout.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa masalah-masalah yang dihadapi ibu rumah tangga sehingga dapat menimbulkan burnout adalah overload, conflicting, demands, Kebosanan, perselingkuhan suami tidak terpenuhinya kebutuhan afeksi dan komunikasi sering perubahan sikap suami. Upaya subyek untuk menghadapi masalah mereka adalah dengan menggunakan strategi emolionfocusea' coping, yaitu subjek cenderung menerima keadaan mereka saat ini. Hal ini menyebabkan mereka berada pada kondisi humour. Mereka mengalami kelelahan fisik berupa badan terasa Lelah, keluhan sakit badan seperti sulit bernafas. sakit kepala mudah terkena sakit dan badan panas. Kelelahan mental, berupa perasaan tidak berharga, tidak berguna, merasa lebih tua dari umur yang sebenarnya dan merasa terjebak. Sedangkan kelelahan emosional berupa merasa kesal, marah, berubahnya perasaan terhadap suami dan merasa tidak pernah merasakan bahagia. Untuk penelitian selanjutnya peneliti menyarankan untuk menambah subjek penelitian dan juga mewawancarai suami."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Agias Fitri
"Merokok merupakan suatu aktivitas yang sudah tidak asing lagi dalam masyarakat kita. Kebiasaan merokok tersebut telah berlangsung sejak lama, yaitu sejak ditemukannya kenikmatan menghisap tembakau di abad lima belas oleh penjelajah Eropa (Sarafino, l998) Semakin lama jumlah perokok menjadi semakin bertambah banyak. Merokok telah memberikan imej-imej yang menarik dan kenikmatan bagi para perokok. Adanya imej kenikmatan yang dapat diperoleh dengan merokok telah mendorong para wanita untuk turut merokok. Kenikmatan merokok menyebabkan wanita perokok sulit melepaskan diri dari kebiasaan merokoknya Banyak wanita yang merasa dirinya berada dalam tekanan terus menerus baik di rumah maupun di tempat kerja Mereka percaya kecemasan, stres, dan perasaan marah serta frustasi dapat diredakan atau dikurangi dengan merokok. Wanita yang telah tergantung pada rokok cenderung mempercayai bahwa mereka tidak dapat mengatasi hal-hal semacam itu tanpa merokok. (WHO, 1992). Meskipun telah mencoba berhenti merokok, tetapi sering kali usaha tersebut gagal dilakukan Jika sempat berhenti merokok, biasanya mereka akan merokok lagi.
Salah satu faktor yang tampaknya mendorong wanita perokok untuk berhenti adalah adanya dampak merokok pada kesehatan. Jika mereka hamil dan terus merokok maka bayinya akan lahir dengan berat badan yang rendah. Selain itu dapat juga terjadi aborsi secara spontan, kematian janin, dan kematian saat lahir. (Kaplan, Salis, & Patterson; 1993). Pengaruh rokok akan terus dirasakan seiring dengan perkembangan anak, terutama saat anak balita. Anak balita mudah mengalami gangguan kesehatan, karena kekebalan tubuhnya belum terbentuk secara sempurna. Asap rokok yang mengandung racun akan membahayakan kesehatan mereka, terutama membuat saluran pernapasannya terganggu (Kaplan, Salis, & Patterson; 1993).
Mempunyai anak balita yang sakit karena terlalu banyak menghirup asap rokok akan membuat wanita perokok merasa bersalah. Hal tersebut tampaknya telah menimbulkan konflik. Di satu sisi mereka menyadari merokoknya dapat berdampak buruk pada kesehatan anaknya, tetapi disisi lain mereka sulit berhenti merokok karena telah mengalami ketergantungan. Menurut Whalen (2005), perasaan bersalah terjadi ketika seseorang merasa bertanggung jawab telah melakukan suatu hal yang salah. Ketika seseorang merasa bersalah ia akan merenungkan apa yang telah dilakukannya, mengkritik dirinya sendiri, dan merasa menyesal. Perasaan bersalah yang muncul biasanya akan mengakibatkan bergejolaknya perasaan khawatir, cemas, gelisah, dan tegang (Fischer &, Tangney, 1995). Guna mengatasi perasaan bersalahnya, secara aktif seseorang akan mencari cara agar dapat mengontrol konsekuensi dan tindakannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapat penjelasan mengenai gambaran perasaan bersalah akibat perilaku merokok pada ibu yang memiliki anak balita.
Tujuan tersebut dapat dicapai dengan mengetahui bagaimana terbentuknya perilaku merokok pada ibu perokok yang memiliki anak balita, bagaimana terjadinya perasaan bersalah dan bagaimana mengatasi perasaan bersalah akibat perilaku merokok pada ibu yang memiliki anak balita. Hasil penelitian pada tiga orang ibu perokok yang memiliki anak balita menunjukkan bahwa terbentuknya perilaku merokok karena problem emosional dan sosialisasi. Merokok dilakukan untuk mengatasi emosi negatif yang berhubungan dengan lawan jenis, membantu memperoleh emosi yang positif dan sebagai kebiasaan tanpa adanya motif positif dan negatif lainnya. Terjadinya perasaan bersalah karena subyek menyadari perilaku merokoknya tidak bagus dan akan berdampak buruk pada anaknya. Ketika merasa bersalah mereka menjadi cemas, khawatir, takut, dan mengkritik serta menyalahkan dirinya sendiri. Perasaan bersalah yang dirasakan akan mendorong mereka untuk tidak merokok di dekat anak dan berniat berhenti atau mengurangi merokoknya. Hal tersebut merupakan upaya mereka untuk mengurangi perasaan bersalahnya."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasha Anindita
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran parenting style ibu bekerja yang memiliki anak usia 1-3 tahun. Baumrind (dalam Martin & Colbert, 1967, 1971, 1980) mengajukan tiga tipe pola asuh orangtua berdasarkan dua dimensi: parental warmth or responsiveness dan parental control or demandingness. Tiga tipe itu adalah tipe autoritatif, otoriter, dan permisif.
Penelitian dilakukan secara kuantitatif sengan subjek penelitian sebanyak 39 orang. Subjek dipilih dengan kriteria seorang ibu usia 20-40 tahun, bekerja, memiliki anak usia 1.-3 tahun.
Hasil uji validitas menunjukkan item no I, 6, 14, I 7, 19, 24 pada dimensi permisif, item no.
25 pada dimensi otoriter memiliki koefisien yang kecil bahkan ada yang minus sehingga dapat dikatakan item-item tersebut tidak valid. Sedangkan basil uji reliabilitas menunjukkan dimensi permisif kurang reliabel untuk mengukur parenting style tipe permisif. Gambaran parenting style pada ibu bekerja yang memiliki anak usia 1-3 tahun menghasilkan hal-hal sebagai berikut: (I) Pada dimensi Permisif, sebagian besar subjek memiliki parenting style permisif pada tingkat sedikit diatas rata-rata; (2) Pada dimensi Otoriter, sebagian besar subjek memiliki kecenderungan parenting style pada tipe otoriter; (3) Pada dimensi Autoritatif, semua subjek cenderung memiliki parenting style pada tipe Autoritatif pada tingkat yang tinggi;(4) Secara keseluruhan, hampir semua subjek memiliki parenting style tipe autoritatif kecuali satu subjek memiliki parenting style tipe otoriter. Kemudian, dapat dikatakan setiap subjek memiliki ketiga tipe parenting style didalam diri mereka. Namun hanya satu tipe yang paling menonjol sehingga subjek dikategorikan ke salah satu tipe saja."
2008
T38323
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>