Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12297 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Das, S. K.
London: Routledg, 2008
954.300.4 DAS w
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Eva Rolia
"Kesehatan DAS (KesDAS) adalah ukuran struktur dan fungsi ekosistem yang ditandai dengan kelimpahan dan keragaman spesies, sumber anorganik dan organik, serta atribut fisik (termasuk kompleksitas habitat). Beberapa negara mulai mengembangkan instrumen penilaian kesehatan DAS, sebagai dasar untuk menentukan langkah pengelolaan DAS yang menjadi prioritas. Pendekatan sistem untuk penilaian dan perlindungan DAS yang sehat didasarkan pada evaluasi terpadu menurut US-EPA (2012) adalah kondisi lanskap, habitat, hidrologi, geomorfologi, kualitas air, dan kondisi biologis. Dan di Indonesia berdasarkan Peraturan Menteri Kehutanan RI No. 60 tahun 2014, klasifikasi DAS dihitung dengan kriteria kondisi lahan, kualitas, kuantitas, dan kontinuitas air, sosial ekonomi dan kelembagaan, investasi bangunan air, pemanfaatan ruang wilayah.
Tujuan penelitian ini adalah menghitung kesehatan DAS di Provinsi Lampung, mengembangkan model penilaian kesehatan DAS dengan gabungan variabel Permnehut 60/2014 dan US-EPA 2012, serta membuat aplikasi untuk menghitung kesehatan DAS berdasarkan persamaan hasil pemodelan. Penelitian dilakukan di 28 lokasi yang tersebar di 5 DAS Provinsi Lampung. Data primer yang digunakan yaitu data kualitas air, data kondisi habitat, dan kondisi biotilik. Pembobotan dan skor variabel yang digunakan mengikuti aturan Permenhut 60/ 2014, untuk kualitas air memakai standar WQI, untuk habitat dan biotilik sesuai dengan panduan dari Ecoton 2011.
Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa 18% (3 sub- DAS) dalam kondisi dipulihkan daya dukungnya berdasarkan perhitungan Klasifikasi Permenhut 60/2014. Penilaian kesehatan DAS dengan variabel US-EPA 2012 memiliki nilai bervariasi sesuai dengan kriteria yang ditinjau. Berdasarkan kondisi lanskap, hanya 5,8% (1 sub-DAS) yang dikategorikan sehat, dan berdasarkan kondisi geomorfologinya ada 2 sub-DAS dikategorikan tidak sehat. Hasil pemodelan diperoleh persamaan KesDAS dan biotilik dengan nilai R2 masing-masing sebesar 0,998 dan 0,946.
Untuk memudahkan dalam menghitung nilai kesehatan DAS dan menentukan upaya pengelolaan DAS berdasarkan skala prioritas, maka berdasarkan persamaan model yang diperoleh dibuatlah aplikasi perhitungan yang diberi nama DYTERasDAS (Dwita, Yasman, Titin, Eva, Retno, assesmen Daerah Aliran Sungai) menggunakan bahasa program PHP, jQuery, bootstrap, dan css yang berbasis web.

The watershed health (KesDAS) is a measure of the ecosystem structure and function characterized by the abundance of species diversities, organic and inorganic resources, and physical attributes (including the habitat complexity). Several countries have been established to develop the instrument for the assessment of the watershed health as the basis to justify procedures to set a priority in the watershed management. The system approach to the assessment and protection of a healthy watershed is based on the integrated evaluation by the United States-Environmental Protection Agency/US-EPA (2012) namely landscape condition, habitat, geomorphology, water quality, and biological condition. Furthermore, in Indonesia, the assessment refers to the regulation of the Ministry of Forestry Number 60 in 2014 (Permenhut 60/2014). In this standard, the watershed classification is justified by the criteria of the land condition, the water quantity, quality, and continuity, the socioeconomic and institutions, the investment on the water infrastructures, and the spatial utilization.
This research aims to estimate the watershed health in Lampung Province and to develop the assessment modelling of the estimation. The model combines the variables coming from the Permenhut 60/2014 as well as the US-EPA 2012. Besides, the application based on the results of the assessment modelling is also developed in this study. Furthermore, the data collection was conducted in 28 locations that are scattered in Lampung Province. The primary data used in this research includes the water quality, the habitat condition, and the macro invertebrate living on the riverbed. The variable scoring and weighing method applied in this study follows the Permenhut 60/2014 while the Water Quality Index (WQI) is used to justify the water quality. In the case of the habitat condition and the existence of the macro invertebrate, the analysis refers to the guidance of the Ecoton 2011.
The estimation based on the Permenhut 60/2014 shows that 18% (3 sub-watersheds) are categorized as ‘to be recovered’. Meanwhile, the calculation based on the US-EPA resulted in various categorizations in accordance with the assessed criteria. According to the criteria of the landscape condition, only 5.8% (1 sub-watershed) can be categorized as the healthy watershed. On the other hand, 2 sub-watersheds are categorized as unhealthy watersheds based on the criteria of the geomorphology. Besides, the value of the R2 resulted from the watershed health equation and bio-monitoring on the macro invertebrate are respectively 0.998 and 0.946.
Eventually, the results gained from the assessment modelling are continued with the development of the computational application that is called as DYTERasDAS. The DYTERasDAS stands for Dwita, Yasman, Titin, Eva, Retno, asesmen Daerah Aliran Sungai). This application uses the computer programming languages such as PHP, jQuery, bootstrap, and css that are on the web basis.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raisya Afifah
"ABSTRAK
Perubahan penggunaan lahan baik di daerah hulu dan juga hilir DAS Ciliwung telah menurunkan kapasitas penyerapan air karena diperbesarnya daerah penutup yang tahan air yang disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi dan infrastruktur di sepanjang daerah tersebut dan juga memburuknya kualitas air dan kesehatan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengusulkan rencana pengelolaan DAS berdasarkan penilaian sub-DAS di sepanjang DAS Ciliwung, terdiri dari 27 DAS. Dengan menggunakan metode penilaian sub-DAS, berdasarkan analisis kerentanan DAS yang diusulkan oleh Zielinski (2002), DAS dapat dikategorikan berdasarkan kondisi hidrologisnya untuk mengetahui karakteristik masing-masing daerah dan untuk menentukan perlakuan efektif. Metode Low Impact Development (LID) yang diperlukan untuk memulihkan atau meningkatkan kondisi lingkungan dari setiap jenis aliran sub-DAS yang terkena dampak dengan menerapkan 8 alat perlindungan DAS. Pelaksanaan penelitian ini dikategorikan menggunakan kualitas aliran sub-DAS. Dengan menggunakan metode ini, rencana pengelolaan DAS menyeluruh beserta rencana siklusnya yang sesuai dengan kondisi dan peraturan setempat dapat dibuat dengan baik.

ABSTRACT
The changes in land use on both at the upstream and downstream area of Ciliwung watersheds has been degrading the capacity of water absorption due to the enlargement of impervious cover area that caused by economic and infrastructure growth along the area and also deteriorating the water quality and environment health. This research aims to propose a watershed management plan based on its sub-watershed assessment along Ciliwung watersheds, it consists of 27 sub-watersheds. By using sub-watershed assessment method, based on watershed vulnerability analysis that proposed by Zielinski (2002), the watershed can be categorized based on its hydrological condition to know the characteristics of each area and determined the effective treatment of Low Impact Development (LID) methods that is needed to restore or enhance the environment condition of each type of subjected sub-watershed streams by implementing 8 tools of watershed protection. The implementation of this research is categorized in stream quality of the sub-watersheds. By using this method, a thorough watershed management plan along with its cycle plan that corresponds with the local condition and regulation is created."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Daniel Martua
"DAS Cipinang merupakan salah satu DAS yang berada di Provinsi DKI Jakarta. Sering kali DAS Cipinang mengalami bencana banjir setiap tahunnya. Banjir dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah perubahan tutupan lahan yang sudah terjadi mengakibatkan meningkatnya limpasan permukaan dan memengaruhi debit yang ada. Pemerintah telah melakukan beberapa upaya untuk menangani permasalahan ini salah satunya dengan membangun beberapa kolam retensi di dalam DAS Cipinang. Kolam retensi ini ditujukan sebagai salah satu sarana penanganan banjir untuk hujan yang terjadi pada spektrum hujan yang tinggi. Oleh karena itu, masih adanya potensi yang dapat ditingkatkan untuk menangani permasalahan banjir dengan mengelola hujan dengan spektrum rendah hingga sedang. Teknologi Low Impact Development merupakan teknologi hijau yang mampu mengelola hujan dengan spektrum tersebut. Penelitian ini melakukan pemetaan mengenai kesesuaian penerapan teknologi sesuai dengan karakteristik yang ada pada BMP Siting Tool, kemudian dilakukan analisis hidrologi menggunakan HEC-HMS mengenai debit yang ada pada kondisi penerapan kolam retensi saja dan penerapan kolam retensi dibarengi teknologi LID untuk kala ulang 2, 5, 10, 20 dan 25 tahun. Analisis mengenai penerapan teknologi ini juga dibantu dengan Site Evaluation Tool guna menentukan reduksi tutupan lahan kedap air. Dalam penelitian ini didapatkan bahwa teknologi yang cocok diterapkan pada DAS Cipinang adalah bioretention, cistern, rain barrel, vegetated filter strip, grassed swale, constructed wetlands, wet pond, dan composite. Masing-masing jenis teknologi tersebut memiliki efektifitas yang berbeda-beda antara 4.9% - 44% untuk periode ulang 2 tahun. 3.9% - 40.1% untuk periode ulang 5 tahun, 3.4% - 37.8% untuk periode ulang 10 tahun, 3.2% - 36.5% untuk periode ulang 20 tahun, dan 3% - 35.3% untuk periode ulang 25 tahun. Dari penelitian ini juga didapatkan bahwa masing-masing jenis teknologi LID memiliki efektifitas yang berbeda sesuai dengan lokasi yang ada, efektifitas teknologi LID akan semakin menurun jika intensitas hujan semakin besar yang ditandai dengan periode ulang yang ada akibat semakin jenuhnya kondisi tanah, serta teknologi LID ini juga memiliki kemampuan untuk mereduksi laju pencemar yang ada akibat adanya perubahan tutupan lahan kedap air.

Cipinang watershed is one of the watersheds in DKI Jakarta. The Cipinang watershed often had some floods every year. Floods can be happened by several factors; the main factor is the change in land cover, resulting in the increment of surface runoff and affecting the existing discharge. The government has made several efforts to address this problem by building several retention ponds in the Cipinang watershed. These retention ponds are designed to handle floods caused by rain with a high spectrum. Therefore, there are still potentials that can be improved for dealing with the flooding problems by managing rain with a low to moderate spectrum. Low Impact Development technology is a green technology that can manage rain with this spectrum. This study carried out a mapping of the suitability of LID practices according to the characteristics that exist in the BMP Siting Tool. After that, it carried out a hydrological analysis using HEC-HMS to get the discharge that existed in the conditions of the application of the retention pond only and the application of the retention pond accompanied by LID technology for the 2,5,10,20 and 25 return period. Analysis of the application of this technology continued with the Site Evaluation Tool to determine the reduction of impervious land cover percentage. This study found that the suitable technology for the Cipinang watershed is Bioretention, Cistern, Rain Barrel, Vegetated Filter Strip, Grassed Swale, Constructed Wetlands, Wet pond, and Composite. Each type of those technology has different effectiveness between 4.9% - 44% for a two-year return period. 3.9% - 40.1% for a five-year return period, 3.4% - 37.8% for a ten-year return period, 3.2% - 36.5% for a twenty-year return period, and 3% - 35.3% for a twenty-five-year return period. This study also found that each type of LID technology has different effects according to the existing location. The efficiency of LID technology will decrease if the rainfall intensity is greater, which is indicated by the return period due to the saturated soil condition. Besides that, this LID technology Also can reduce the rate of existing pollutants due to changes in impervious land cover."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ridwan Bohari
"Daerah Aliran Sungai (DAS) Jeneberang mempunyai peranan sangat panting di Sulawesi Selatan terutama Kabupaten Gowa dan Kotamadya Makassar. Sebagai daerah aliran sungai yang mempunyai potensi sumberdaya alam, DAS Jeneberang memberikan manfaat dalam pembangunan pertanian, perikanan, industri, pertambangan, sumber air bersih, sumber energi, sumber hara dan menyediakan lahan yang baik untuk pencarian nafkah dan permukiman bagi penduduk. Namun demikian pemanfaatan lahan di DAS Jeneberang cenderung menurunkan kuaIitas DAS akibat erosi dan kerusakan tanah. Meningkatnya laju erosi dan kerusakan tanah tersebut terutama disebabkan oleh penduduk yangmemanfaatkan lahan secara berlebihan tanpa memperhatikan prinsip konservasi tanah dan mengolah Iahan yang tidak sesuai dengan kemampuannya.
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Menetapkan faktor penyebab menurunnya kualitas DAS Jeneberang.
2. Menetapkan pola pemanfaatan lahan yang meningkatkan kualitas DAS Jeneberang
Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dengan metode eksposfakto. Penelitian dilakukan di DAS Jeneberang Sulawesi Selatan. Satuan analisis yang digunakan adalah kelas kemampuan lahan.

Jeneberang Watershed has important roles in South Sulawesi, especially for Gowa Municipality and Makassar City. As watershed that has natural resource potential, Jeneberang Watershed gives benehts for the development of agriculture, tisheries, industry, mining, clean water resource, energy resources, nutrient resources, space for income eaming, and for settlement. However, the utilization of land in Jeneberang Watershed degrades the quality of watershed as consequences of erosion and land damage. The increasing of erosion and land damage caused by the over utilization of land without pay attention to the land conservation principle and the use of land which does not fit with the population?s capability.
The purposes of research:
1. To determine the causing factor of the decreasing of Jeneberang Watershed quality.
2. To determine the land utilization pattem to improve the quality of the Jeneberang Watershed.
This research is a descriptive analysis with expostfacto method. The location in Jeneberang Watershed is in South Sulawesi. The unit analysis is the land capability.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T10955
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusta Gunawan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model optimasi untuk alokasi lahan DAS optimal dalam aspeks debit banjir, debit andalan, erosi, produktivitas, pendapatan dan ketenagakerjaan. Model optimasi dikembangkan menggunakan goal programming yang terintegrasi dengan proses hirarki analisis (AHP) dan sistem informasi geografis (GIS). Fungsi tujuan ditetapkan untuk meminimalkan penyimpangan atau deviasi dari tujuan pengelolaan DAS yaitu: pengendalian banjir dalam periode ulang seratus tahun, debit untuk memenuhi permintaan domestik, perkotaan, industri dan irigasi untuk tiga puluh tahun yang akan datang, tingkat erosi dengan harkat tingkat bahaya erosi sedang, produktivitas pertanian berdasarkan evaluasi lahan kelas agak sesuai (S-2), pendapatan petani sesuai dengan upah minimum regional dan menciptakan lapangan pekerjaan untuk pekerja pertanian potensial yang ada di DAS. Prioritas pada fungsi tujuan ditentukan dengan teknik pembobotan menggunakan proses hirarki analitik. Variabel keputusan adalah hutan (X1), perkebunan (X2), lading/tegalan (X3), kebun campuran (X4), sawah (X5), semak (X6) dan permukiman (X7). Beberapa fungsi kendala tujuan terorganisir menjadi beberapa sub-model. Beberapa sub model tersebut ditentukan dengan menggunakan GIS seperti erosi, dan debit. Kendala fungsional adalah alokasi lahan untuk variabel keputusan tidak boleh melebihi lahan yang tersedia di DAS. Hasil uji model di DAS Manjunto, Provinsi Bengkulu-Indonesia, menunjukkan bahwa model optimasi yang dikembangkan berhasil menentukan alokasi lahan optimal dalam skala DAS ditinjau dari aspek debit banjir periode ulang 100 tahun, debit andalan untuk rumah tangga, industry, perkotaan (RIK) dan irigasi, erosi, produktivitas, pendapatan dan ketenagakerjaan. Namun beberapa kelemahan dari model ini seperti akurasi yang masih rendah perlu disempurnakan dalam penelitian lebih lanjut.

This study aims to develop an optimization model for land allocation in terms of discharge, erosion, productivity, income and employment aspects. The optimization model was developed using goal programming integrated with analytic hierarchy process and geographic information system. Objective function was set to minimize the deviation of goals watershed management namely : flood controlling in one hundred year time period, discharge to fulfill the demand domestic, urban, industry and irrigation, erosion rate within medium range, agriculture productivity within medium level, income in compliance with the minimum standard and create jobs to potensial agriculture employment. Priority of objective function was determined by weight method using analytic hierarchy process. Decision variables are forest (X1), plantation (X2), dry land fields (X3), mixed farms (X4), rice fields (X5), shrub (X6) and settlements (X7). Some goal constraint functions organized into several sub-models. Some of sub models determined using GIS such as erosion, and discharge. Functional constraints are the land allocations for them should not exceed the available land on watershed area. The test results in Manjuto watershed on Bengkulu Province showed that the developed optimization model has been successfully determined the optimal allocation of land in a watershed in terms of discharge, erosion, productivity, income and employment aspects. However, low accuration of this model needs to be refined in further research."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
D1402
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adelina Chandra
"Daerah Aliran Ci Leungsi Hulu memiliki kondisi geologi dan topografi yang beragam. Disamping itu, terjadi peningkatan lahan terbangun yang dapat memberikan dampak terhadap keseimbangan unit respon hidrologi URH Penelitian ini fokus pada pemodelan hidrologi dengan model SWAT untuk mengetahui pengaruh perubahan penggunaan tanah terhadap perubahan limpasan dan memprediksi perubahan limpasan yang akan terjadi tahun 2020 dan 2030 Prediksi perubahan penggunaan tanah dibuat dengan memproyeksikan perubahan penggunaan tanah historis tahun 1989 2014 yang diperoleh dari citra Landsat Hasil penelitian menunjukan bahwa keberagaman kondisi URH mempengaruhi karakteristik limpasan di setiap sub DAS Hasil uji akurasi dan kalibrasi model adalah memuaskan dengan nilai NS sebesar 0 61 Perubahan penggunaan tanah terutama lahan terbangun URHD meningkat sebesar 12 5 pada tahun 2020 dan 36 5 pada tahun 2030 terhadap luas URHD pada tahun 2014 menyebabkan terjadi peningkatan terhadap rata ndash rata limpasan bulanan limpasan maksimum dan limpasan minimum pada tahun 2020 dan 2030 di seluruh sub DA Ci Leungsi Hulu

Ci Leungsi Hulu watershed has a varied geological and topographical condition Apart from that there is increased build up area affects the Hydrology Response Unit URH This study focuses on the hydrological modelling made by SWAT to find the effects of land use changes to the surface runoff changes and to predict how it will change in 2020 and 2030 The landuse change prediction is made by projected the land use change in 1989 ndash 2014 which obtained from Landsat This study shows that variations of HRU conditions affect the characteristics of the surface runoff in every subwatershed The result of accuracy and calibration test satisfies the NS minimum which has the mark of 0 61 The changes of land use particularly build up area URHD increased of 12 5 in 2020 and 36 5 in 2030 to URHD in 2014 caused an increased to the average maximum and minimum surface runoff of the subwatersheds of Ci Leungsu Hulu watershed;"
Universitas Indonesia, 2014
S58107
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Dwi Pamungkas
"Daerah Aliran Ci Manuk adalah salah satu daerah aliran di Jawa. Delta Ci Manuk cenderung mengalami perubahan dari tahun 1963 hingga 2002. Perubahan dalam delta Ci Manuk didominasi oleh pertambahan dalam periode studi 1963-2002. Alasan DAS Ci Manuk dipilih sebagai lokasi penelitian adalah karena aliran Ci Manuk memiliki tingkat sedimentasi yang tinggi dibandingkan dengan Daerah Aliran Sungai lainnya, selain itu di Kabupaten Sumedang dibangun bendungan untuk menahan laju endapan dan meminimalkan bencana banjir. Jadi itu Hal ini menimbulkan masalah yang dapat dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor pembentuk delta dan perubahan area delta yang terjadi secara temporal dari tahun 2002 hingga 2018. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis spasial dan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis spasial digunakan untuk menggambarkan daerah dan deskriptif kuantitatif untuk menjelaskan hasil perhitungan perubahan luas. Hasil penelitian ini adalah dinamika perubahan delta yang terjadi di wilayah delta barat didominasi oleh proses akresi dalam rentang waktu studi, sedangkan di wilayah delta timur ada proses abrasi dan pertambahan dalam rentang waktu studi. Faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika perubahan di daerah delta adalah faktor internal di delta barat dan faktor secara eksternal di delta timur

Ci Manuk Flow Area is one of the flow areas in Java. The Ci Manuk Delta tended to experience changes from 1963 to 2002. Changes in the Ci Manuk delta were dominated by accretion in the 1963-2002 study period. The reason the Ci Manuk watershed was chosen as the research location was because the Ci Manuk flow had a high sedimentation rate compared to with other Stream Areas, besides that in the Sumedang District a dam was built to hold the sediment rate and minimize flood disasters. So that thing This raises a problem that can be done research to find out the factors forming the delta and delta area changes that occur temporally from 2002 to 2018. The method used in this study was spatial analysis and quantitative descriptive analysis. Spatial analysis is used for describing regions and quantitative descriptive to explain the results of the calculation of broad changes. The results of this study are the dynamics of delta change which occurred in the western delta region is dominated by the accretion process in the study time span, while in the eastern delta region there is an abrasion process and accretion in the study time span. The factors that influence the dynamics of changes in the delta area are internal factors in the western delta and factors externally in the eastern delta.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ganif Pratama
"Respon hidrologi di Daerah Aliran Sungai DAS perkotaan yang telah mengalami perkembangan wilayah ditandai oleh fluktuasi debit. Indikasinya adalah tingkat flashiness yang semakin besar. Melalui pengolahan data debit harian selama tahun 1994-2016 dengan metode Indeks Richard-Baker IRB, dianalisis tingkat flashiness pada empat sungai di DAS Citarum yang dikaitkan dengan perubahan karakteristik DAS dan curah hujan. Hasil analisis keruangan dan temporal menunjukkan bahwa indeks flashiness Sungai Cimeta paling tinggi. Variasi indeks flashiness pada empat sungai tersebut relatif homogen yang menunjukkan daerah pegunungan. Indeks flashiness tertinggi terjadi pada musim pancaroba dan flashiness terendah terjadi pada musim kemarau. Kerapatan jaringan sungai dan tutupan lahan berpengaruh pada indeks flashiness. Tingkat flashiness pada tahun-tahun El Nino relatif lebih kecil dibandingkan pada tahun-tahun bukan El Nino.

Hidrologic response in developed urban watershed marked from discharge fluctuation. The indication is increasing from flashiness level. Through daily discharge data processing during 1994 2016 with Richard Baker Index RBI , analyzed the flashiness level derived from four rivers in Citarum watershed connected with change of watershed characteristics and rainfall. The results of spatial and temporal analysis show that flashiness level of The Cimeta River is highest. Variation of flashiness index on four rivers is relatively homogeneous indicating mountainous area. The highest level of flashiness occurs during the transition season and the lowest flashiness occurs during the dry season. The density of river network and land cover affects the flashiness index. The level of flashiness in El Nino years is relatively smaller than in years not El Nino.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2017
S68934
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satrio Fatturahman
"ABSTRAK
DAS Semangka di Provinsi Lampung memiliki potensi pengatur tata air, penyedia oksigen, dan cadangan karbon pada dua wilayah konservasi di dalamnya yaitu Taman Nasional dan Hutan Lindung. Potensi cadangan karbon berkurang dipengaruhi deforestasi pada wilayah konservasi. Oleh karena itu penelitian ini penting untuk mengetahui secara spasial dan temporal deforestasi dan cadangan karbon. Perhitungan cadangan karbon dan overlay klasifikasi tutupan lahan dengan Citra Landsat digunakan untuk analisis deforestasi serta penurunan cadangan karbon di wilayah konservasi dalam periode 1996 ndash; 2016. Penurunan cadangan karbon teritinggi DAS Semangka periode 1996 ndash; 2016 pada ketinggian 1.001-1.500 mdpl dan kelerengan 0-2 dengan penurunan cadangan karbon 26 jutaton.

ABSTRACT
Semangka Watershed in Lampung Province has potential as regulate water, oxygen providers, and carbon stocks in two conservation areas which are National Park and Protected Forest. The potential for carbon stocks had reduced due to deforestation in conservation areas. Therefore, this research was important to know deforestation and carbon stocks spatially and temporally. The calculation of carbon stocks and overlay of land cover classification with Landsat Imagery was used for deforestation analysis as well as decrease of carbon stock in conservation area from period 1996 ndash 2016. The highest decrease of carbon stocks in Semangka Watershed at an altitude of 1.001 1.500 masl and slopes 0 2 was 26 million carbon stock decrease in the period from 1996 2016."
2017
S69546
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>