Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 92613 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Brown, Dan
London: Corgi Books, 2001
813 BRO a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Rahel Narda Chaterine
"Skripsi ini membahas tentang kajian psikoanalisis dalam novela yang berjudul/Soneka/Sonechka karya Lyudmila Evgenyevna Ulitskaya. Penelitian ini menerapkan prinsip-prinsip dari kajian psikologi ke dalam karya sastra. Pembahasan dalam skripsi difokuskan pada kepribadian tokoh-tokoh perempuan, yaitu Sonechka, Tanya, dan Jasia. Kepribadian setiap tokoh perempuan dianalisis dengan teori psikoanalisis sosial dari Karen Horney. Selain itu, data yang diperoleh juga akan dikaitkan menggunakan kondisi sosial pada novela dengan prinsip sosiologi sastra. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif analitis. Melalui penelitian ini penulis ingin memaparkan bahwa faktor sosial berpengaruh terhadap proses perkembangan kepribadian individu.

This thesis discusses the study of psychoanalysis in a novella, entitled Sone ka Sonechka by Lyudmila Evgenyevna Ulitskaya. This study applies the principles of psychology studies and literary works. Discussions in the thesis is about the personalies of womwn characters, Sonechka, Tanya, and Jasia. The personality of each woman is analyzed by social psychoanalytic theory from Karen Horney. In addition, the data will also be issued using social conditions in novella with the principle of sociology of literature. The method used in this research is analytical descriptive method. Through this study the authors want to explain that the social and cultural factors took role to the development of individual personalities. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Delmarrich Bilga Ayu Permatasari
"Artikel ini bertujuan untuk mengungkap pemaknaan atas gerakan perlawanan atau resistensi tokoh-tokoh perempuan dalam novel Garis Perempuan karya Sanie B. Kuncoro. Tokoh Ranting, Gendhing, Tawangsri, dan Zhang Mey merupakan perempuan dewasa yang hidup di tengah arus modernitas namun memiliki akar budaya yang tidak dapat dilepaskan dari hukum patriarki yang kental. Dibesarkan dengan latar budaya yang berbeda-beda, keempat tokoh tersebut memiliki cara-cara tersendiri dalam meraih kesejahteraan, kebebasan pribadi, dan keadilan sosial yang secara keseluruhan diwujudkan dalam upaya pemaknaan terhadap virginitas. Dengan menggunakan konsep kritik sastra feminis dapat disimpulkan bahwa virginitas adalah sesuatu yang bersifat cair yang digunakan oleh perempuan sebagai bentuk penghargaan atas tubuhnya. Dengan mengapresiasi virginitasnya seorang perempuan telah berkuasa terhadap kepemilikan tubuhnya yang dalam budaya dan hukum patriarki kuasa perempuan atas kepemilikan tubuhnya seringkali tidak diindahkan."
Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017
810 JEN 6:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Mochamad Nasrul Chotib
"Kontak pertama bangsa Indian (Amerika dan Meksiko) dengan kulit putih (Amerika) adalah pertemuan dua budaya yang tidak saling memahami. Dari pertemuan tersebut timbul catatan sejarah penindasan dan perlawanan yang panjang. Berbagai kepentingan mulai dari ekonomi, politik, agama, hingga sastra berbaur dan menciptakan benturan ideologi antara dua bangsa tersebut.
Salah satu bentuk benturan ideologis tersebut terwujud melalui kehadiran tokoh-tokoh nativephilia dalam teks. Tokoh nativephilia adalah karakter kulit putih yang sengaja dihadirkan pengarang non-kulit putih dengan keberpihakan dalam bentuk komitmen yang tulus maupun dedikasi yang tinggi kepada pihak terjajah. Adalah fungsi ideologis tokoh ini yang diangkat sebagai masalah utama tesis.
Teori yang digunakan ialah teori Louis Afthusser yang menekankan dua hal : subjek dan aparat ideologis. Subjek ialah anggota masyarakat (pengarang dalam hal ini) yang berposisi tetap di hadapan ideologi sebagai hasil dan proses interpelasi dengan menginternalisasikan kesadaran semu kepada anggotanya. Aparat ideologi dibagi menjadi RSA (Repressive State Apparatus) dan ISA (Ideological State Apparatuses). Perbedaan pertama terletak pada konteks semantik-gramatik (apparatus=tunggal ; apparatuses=jamak) yang membuat kesatuan ISA tidak segera bisa terlihat. Kedua ialah wilayah kerja masingmasing : RSA pada wilayah publik dan 1SA perorangan (swasta). Perbedaan mendasar terletak pada cara kerja masing-masing. RSA pertama kali berfungsi secara represif meski ada kemungkinan menerapkan tindak represif seperti ISA, sementara ISA secara ideologis meski terbuka kemungkinan untuk menerapkan tindak represif seperti RSA.
Untuk kepentingan analisis dihadirkan dua tokoh nativephifia, Father Arnold dalam novel Reservation Blues dan Professor Mate dalam Delia's Song. Masing-masing secara berurutan, mewakili institusi keagamaan dan pendidikan dalam wacana masyarakat kolonial. Selain keberpihakan, tokoh nativephilia dilengkapi pengarang dengan ciri ambivalensi sebagai senjata, yakni jembatan, tekstual untuk melontarkan pesan berupa kritik pada ideology. Pesan pengarang tersebut ditujukan untuk mengungkap wajah lain kolonialisme. Dalam kasus Father Arnold, pengarang memanipulasi ambivalensi dalam nada olok-olok melalui oposisi 'keluguan penjajahan,' sementara Profesor Mattie dalam oposisi 'dedikasi/ supremasi.'
Tampilan kolonialisme ini dapat disimpulkan dalam oposisi 'dominasi/ persuasi' untuk menunjukkan pengokohan ideologi yang berlangsung bukan hanya melalui kekerasan (represi), namun juga terselubung (hegemoni).
Namun, posisi pengarang sebagai subjek bukannya tidak mengandung arus ambivalensi. Arus ini dimanfaatkan kolonialisme untuk menghadirkan siasat dalam menghadapi kritik pengarang dengan menunggangi ambivalensi yang tercipta dari kritik pengarang. Hal ini menimbulkan ambivalensi fungsi dalam kritik pengarang, yakni sebagai kritik yang menyerang sekaligus mengokahkan keberadaan ideologi. Dalam kasus Father Arnold ambivalensi pesan pengarang dibuktikan melalui muatan 'penipu/ penyelamat,' sementara Profesor Mattie muatan 'penjajah/ pembebas.' Muatan ambivalensi tersebut menyiratkan sisi anglophilia pengarang yang secara tak sadar turut mempertahankan keberadaan kolonialisme di antara bangsanya sendiri. Dalam kasus pengarang Indian ialah pernyataan Indian yang terselamatkan adalah Indian yang telah terevangelisasi budaya kulit putih, dalam kasus pengarang Chicano ialah pernyataan chicano yang tidak inferior adalah chicano yang telah terdidik oleh budaya kulit putih.

The first contact between (American and Mexican) Indian and White (American) settlers was the encounter between two not-each-other-understand cultures. From this erupts long historical annals of continual oppression and challenges. Much interests, including economic, politic, religious, even literary, melt and seek way to create ideological collisions between the nations engaged.
One of those ideological collisions manifests through the presence of nativephilian characters within the text. Nativephilian characters are white textual figures which purposively characterized by their non-white writers with their withstanding, either through commitment or dedication, towards the colonized. It is the characters ideological function which becomes main problem of this thesis.
Theory used is Althusserian ideological notion which stresses two things: subject and ideological apparatuses. Subject is sociological member (i.e. writers) which has constitutive position before ideology as a result of interpellation process by internalizing false consciousness towards its member. Ideological apparatuses consist of RSA (Repressive State Apparatus) and ISA (Ideological State Apparatuses). The first difference lies on semantic-grammatical context (apparatus=singular; apparatuses=plural) which makes ISA's unity can not immediately be noticed. The second the domains that RSA is public and ISA private. The basic difference lies on their function that RSA firstly functions repressively, though there would always be possibility to be ideological as ISA; while ISA ideologically, though, as RSA, repressive acts also remains possible.
For analysis, two characters presented that are Father Arnold within Reservation Blues novel and Professor Mattie within Delia's Song. Each, respectively, represents religious and educational institutions within the discourse of colonial society. Besides their withstanding, nativephilian characters are polished with ambivalence as weapon, i.e. tool, to send message, that is criticism, towards ideology. The writers message is directed to disclose the other face of colonialism. As in Father Arnold's case, the writer manipulates ambivalence within mockery tone through 'innocence/invasion' opposition, while Professor Mattie through 'dedication/supremacy.' These colonial images, then can be concluded as 'domination/ persuasion' opposition to represent ideology's prevalence which not only takes places in violence (repressive), but also in concealment (hegemonic).
Yet, the writers' subjectical position is not without its own ambivalence. This other current is used by colonialism to present strategy vis-a-vis the writers criticism by manipulating the ambivalence created inside the writer own criticism. This, in turn, creates ambivalent function within the writers criticism, i.e. as criticism that attacks and, in like manner, intensifies the presence of ideology. Within Father Arnold's case, this is proven through the presence of 'deceiver/saver' opposition, while in Profesor Mattie 'conquer or freer opposition. This ambivalence implies anglophilian side of the writers who, subconsciously, support the presence of colonialism among their own people. In Indian writer's case is the inference that the saved Indian is the whitely-evangelized Indian, while in Chicano writer, the not-inferior chicane is the whitely-educated chicane."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2001
T2048
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Reni I. Bachtiar
"Aspek yang menonjol di dalam ketiga novel tersebut adalah penggambaran tokoh-tokoh wanita utamanya yang memiliki banyak persesuaian ciri dengan ciri para wanita pioneer yang hidup di daerah frontier.
Adapun tujuan dari karya tulis ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai ciri-ciri wanita pioneer dalam tokoh-tokoh utama wanita karya Willa Cather tersebut.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan historis untuk menghubungkan karya-karya tersebut dengan sejarah dan aspek-aspek wanita di abad kedelapan belas dan kesembilan belas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tokoh-tokoh utama wanita ketiga novel tersebut banyak memiliki persesuaian ciri dengan ciri para wanita pioneer yang hidup di jaman frontier. Karenanya, mereka merupakan tokoh-tokoh utama wanita pioneer."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990
S14180
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syivie Meiliana
"ABSTRAK
Pendahuluan
Latar Belakang Penulisan
Ciri-ciri umum kesusastraan periode Victoria, perlu disebut bahwa zaman itu adalah zaman prosa. Sehubungan dengan itu, kesusastraan Inggris banyak menghasilkan novelis-novelis besar seperti Charles Dickens, William Makepeace Thackeray, dan Mary Ann Evans yang terkenal dengan nama George Eliot. Pada zaman itu juga muncul seorang novelis muda, Thomas Hardy, yang menurut Marion Davis dalam bukunya berjudul Bloomsbury Guide To Encaish Literature mendominasi periode akhir zaman tersebut.
Thomas Hardy dilahirkan di Upper Buckhamton, dekat Dorchester pada tanggal 2 Juni 1840, meninggal dunia pada tanggal 11 Januari 1928 di Dorchester dalam usia 88 tahun. Thomas Hardy merupakan seorang penulis yang hidup dalam masa peralihan antara abad ke-19 dan abad ke-20.
Hal ini tercermin dalam karya-karyanya yang terus mengikuti perubahan zaman.
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yunita Adriani Rahayu
"hanghai Baby adalah sebuah novel karya seorang penulis perempuan Cina bemama Thou Weihui. Novel ini diterbitkan pada tahun 2000 dan langsung menarik perhatian dari pembacanya terutama kalangan generasi muda. Cerita dalam novel Shanghai Baby karya Weihui begitu menarik perhatian bahkan mengundang reksi pro dan kontra dari masyarakat. Tidak heran apabila sejak lima bulan setelah penerbitannya pemerintah Cina memutuskan untuk melarang penerbitan kembali novel ini. Alasan pemerintah Cina menghentikan penerbitan novel ini karena dikhawatirkan novel ini akan memberi pengaruh buruk terhadap generasi muda Cina juga karena banyaknya pendeskripsian seksual yang terdapat dalam novel ini. Shanghai Baby bercerita tentang kisah seorang perempuan Cina bernama Nikki namun lebih senang dipanggil Coco. Coco bermimpi menjadi orang terkenal dengan cara menjadi seorang penulis. Dia menjalin kasih dengan seorang laki-laki Cina bernama Tian Tian yang berprofesi sebagai seniman. Pada saat yang sama Coco juga terlibat dalam suatu hubungan perselingkuhan yang `pedas' dengan laki-laki Jerman yang sudah berkeluarga bernama Mark. Selain tiga tokoh tersebut novel ini juga menceritakan tokoh-tokoh lain yang memiliki hubungan erat dengan Coco, Tian Tian, dan Mark. Dalam novel diceritakan bahwa kehidupan para tokoh muda dalam novel Shanghai Baby diwarnai dengan gemerlapnya kehidupan malam di Shanghai. Hidup bersama dengan pasangannya tanpa menikah, hubungan seks yang berganti-ganti pasangan, homoseksual, penggunaan narkotika adalah sekian dan tingkah laku dan gaya hidup yang dijalani oleh tokoh-tokohnya. Permasalahannya adalah gaya hidup mereka dianggap masyarakat yang sebagian besar generasi tua sebagai perbuatan tercela dan di luar batas toleransi. Dengan metode penelitian kualitatif penulis mendapatkan bahwa gaya hidup para tokoh muda dalam novel Shanghai Baby dianggap menyimpang dari harapan masyarakat. Penggunaan teori sosiologis yang disinergikan dengan etika Konfusius rnenghasilkan kesimpulan bahwa gaya hidup menyimpang memang ditemukan dalam diri para tokoh muda novel ini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
S13066
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Winda Dwiastuti
"Berbagai bentuk budaya populer telah berusaha menyoroti isu kekerasan dalam rumah tangga untuk meningkatkan kesadaran terhadap isu tersebut dan memberdayakan orang-orang yang pernah menjadi korban kekerasan saat menjalin hubungan. Namun, analisis secara kritis tentang bagaimana produk budaya populer menggambarkan isu tersebut sangat dibutuhkan karena kekerasan dalam rumah tangga merupakan isu yang rumit dan sering direpresentasikan dengan tidak tepat. Artikel ini meneliti tokoh-tokoh periferal novel It Ends with Us (2006) dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yakni dengan membaca novel tersebut secara mendalam untuk menganalisis tanggapan tokoh-tokoh tersebut terhadap isu kekerasan dalam novel. Respons tokoh-tokoh tersebut dianalisis dengan menggunakan beberapa konsep, seperti konsep Attitude oleh Flood, Pease, Taylor dan Webster (2009), dan konsep Hegemonic Femininity oleh Schippers (2007).
Hasil mengungkapkan bahwa mayoritas tokoh pendukung masih memiliki pandangan sederhana terhadap isu kekerasan dalam rumah tangga karena mereka memandang kekerasan sebagai hal yang privat dan normal di dalam pernikahan. Respons mereka dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti norma–norma patriarki yang terinternalisasi dan pandangan tentang pernikahan. Dapat disimpulkan bahwa tokoh-tokoh periferal tersebut gagal berfungsi maksimal sebagai sistem pendukung untuk tokoh utama wanita sebagai korban kekerasan rumah tangga. Solusi yang diajukan juga disederhanakan karena isu kekerasan tersebut diselesaikan tanpa melibatkan pihak profesional maupun hukuman untuk pelaku.

Many forms of popular culture have tried to highlight domestic violence to raise awareness on the issue and to empower people having experienced violence in relationships. However, critical analysis on how popular cultures portray the issue is profoundly needed as domestic violence is a complex issue and often misrepresented. This article examines the peripheral characters in the novel It Ends with Us (2006) by using qualitative research method in a form of close reading to analyze their attitude and how they respond to the issue of violence in the novel. Characters’ responses are analyzed by using several concepts, such as Flood, Pease, Taylor, & Webster’s (2009) concept of attitudes and hegemonic femininity by Schippers (2007).
It is found that the majority of the characters still have a simplified perspective of domestic violence as they see violence as a private and normal issue in marriage. Their responses are influenced by several factors, such as internalized patriarchal norms and perspective toward marriage. In conclusion, the peripheral characters fail to function maximally as a support system for the abused main female character. The novel’s proposed solution is also simplified as it does not involve professionals and no punishment for the abuser.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>