Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 115800 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lumban Tobing, Hodoriko
"Akibat dari Keputusan Menteri No. 72 ini maka terbukalah kesempatan untuk perusahaan-perusahaan baik dalam dan luar negeri untuk menanamkan modalnya di bidang telekomunikasi, yang akibatnya akan memunculkan banyak pesaing-pesaing baru dibidang telekomunikasi.
Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dibidang telekomunikasi selular tersebut, PT. Komselindo pada kuartal pertarna tahun 2002 ini berencana akan meluncurkan sistem COMA, Salah satu layanan yang diberikan adalah sistem prabayar COMA. Pengembangan sistem prabayar COMA ini diyakini akan sangat menguntungkan perusahaan. Namun demikian penerapan teknologi sistem prabayar COMA memerlukan pengkajian yang lebih mendalam terhadap kelayakan investasi dengan melihat azas manfaat dan biaya.
Information Economi cs adalah suatu alat untuk menilai dampak non finansial dari investasi suatu sistem informasi terhadap perusahaan. Information economics menilai keuntungan yang berhubungan dengan dampak strategis pada perusahaan, dimana hal ini tidak diperhitungkan dalam metode cost benefit analysis tradisional. Keuntungan (benefit) dikembangkan menjadi konsep nilai (value), nilai itu sendiri didasarkan pada kemajuan dalam performa bisnis.
Tesis ini bertujuan untuk mengkaji nilai dari pengembangan sistem prabayar COMA di PT. Komselindo dengan menerapkan metodologi Information Economics, sehingga manajemen dapat meninjau nilai ekonomis serta keuntungan lain yang tidak berupa uang dari penerapan sistem informasi tersebut."
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2002
T40362
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Barozi
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2003
T40541
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anas Lutfi
"Sistem Rekonsiliasi pada bank merupakan representasi bagaimana sebuah bank mengontrol transaksi keuangannya. Kontrol transaksi keuangan yang baik harus bisa menghasilkan pos terbuka seminimal mungkin. Ini hanya bisa dihasilkan jika diantaranya bank mempunyai sistem Rekonsiliasi yang baik dan terpadu. Pada dasarnya nilai ekonomis suatu sistem informasi bisa dievaluasi dengan dengan melihat dampak ekonomisnya. Demikian pula Sistem Rekonsiliasi pada sebuah bank ataupun institusi keuangan lainnya. Metode tradisional biasanya berdasar pada model ROI (Return On Investment). Perhitungan dampak ekonomis dengan ROI, IRR (Interest Rate of Return), maupun NPV (Net Present Value) dipakai untuk membandingkan nilai dan kontribusi suatu sistem informasi. Pemilihan kelanjutan suatu proyek sistem informasi dengan metode tradisional diputuskan dengan melihat dampak ekonomisnya.
Metodologi Information Economics menawarkan konsep baru untuk mengevaluasi suatu sistem informasi. Hal-hal yang tidak terperhatikan oleh metode tradisional, biasanya bernilai jangka panjang bagi perusahaan, akan diperhitungkan sebagai komponen dalam rnengukur dan mengevaluasi nilai ekonomis suatu sistem informasi. Nilai ekonomis sebuah sistem informasi menurut metodologi Information Economics dicerminkan oleh tiga struktur utama yang menopangnya, yakni kuantifikasi dampak ekonomis, penilaian domain bisnis, dan penilaian domain teknologi. Metodologi Information Economics ini akan diterapkan untuk mengukur nilai ekonomis Sistem Rekonsiliasi Bank XYZ.

Bank's Reconciliation System can be assumed as representation on how the bank controls and manages its financial transactions. Controlling financial transaction is done to reduce and minimize the open item/transaction. This has to be done accurately to avoid financial loss. Because of that, an integrated and good bank's reconciliation system is a must. Basically, economic value of the information system can be evaluated through the economic impact result. This is applied to the Reconciliation System of the bank or other financial institutions. Traditional methods are based onthe ROI (Return On Investment) model. Economic impact calculation through ROI, IRR (Interest Rate of Return), or NPV (Net Present Value) method is used to compare the value and contribution of the information system.
By the traditional methods, the decision whether to invest or not is done by seeing the economic impact ofthe information system project solely. Information Economics offers a set of tools and concepts to evaluate the information system project. Information Economics structure encompasses three categories of factors: economic impact quantification, business domain assessment, and technology domain assessment. These factors combine to portray a true economic value of the project. This methodology will be applied to assess the economic value of Bank XYZs Reconciliation System.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2000
T40417
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Franky Haryoko
"ABSTRAK
Komselindo aebagai salah satu operator seluler mengoperasikan dua macam teknologi
yaitu AMPS (analog) dan CDMA (digital) AMPS yang memakai teknologi analog
mempunyai banyak kekurangan dibandingkan OSM yang memakai teknIogi digital,
sehingga banyak pelanggan AMPS yang beralih ke GSM. Untuk mengimbangi GSM dan
memberi palayanan yang lebih baik pada pelanggan, Komselindo mulai tahun 1997
memasang CDMA di seluruh wilayah pelayanannya. Namun sangat disayangkan krĂ­sis
moneter yang melanda Indonesia pertengahan 1998 telah menyebabkan tertundanya
peluncuran CDMA secara besar-besaran hingga saat ini. Nilai tukar Rp. terhadap US$ yang
terus melemah menyebabkan harga handset CDMA yang harus diimpor menjadi mahal saat
dijual di Indonesia, sehingga tidak terbeli oleh sebagian besar masyarakat, terlebih pada
situasi krisis saat itu.
Kondisi perekonomian mulai membaik dan pasar telepon seluler mulai tumbuh
kembali dengan pesat, tetapi CDMA belum bisa beroperasi sepenuhnya menggantikan AMPS.
Penyebab yang membuat pelanggan AMPS maupun GSM enggan untuk memakai CDMA
antara lain harga handset yang masih sedikit lebih mahal dibandingkan handset GSM, model
handset kurang menarik dan daerah pelayanan yang tidak seluas GSM. Faktor keterbatasan ini
membuat pelanggan Komselindo yang kurang puas dengan AMPS berpindah ke GSM.
Menurunnya jumlah pelanggan membuat pendapatan Komselindo ikut menurun
sehingga struktur keuangan perusahaan tidak kuat. Struktur keuangan yang lemah membuat
Komselindo tidak mempunyal dana cukup untuk melakukan promosi besar-besaran, sehingga
CDMA kurang dikenal oleh masyarakat luas. Seperti diketahui behwa untuk memperkenalkan
sesuatu yang baru diperlukan promosi yang besar dan Intensif Ditambah lagi akan masuknya
9 pemain baru yang mengoperasi teknologj DCS 1800 (GSM 1800) pada tahun 2001 yang
didukung modal besar dan teknologi seluler baru akan menjadi ancaman berat untuk
Komselindo.
Trend teknologi seluler masa depan (3G) yang berbasis teknologi digital CDMA,
pertumbuhan pasar telepon seluler yang makin pesat dan didukung faktor-faktor internal yang
menguntungkan seperti pengaIaman sebagai operator seluler sejak tahun 1991, bangkitnya
R&D menjadi dasar bagi Komselindo untuk menerapkan strategi growth untuk jangka waktu
5 tahun ke depan. Permasalahan internal Komselindo seperti struktur keuangan yang lemah,
kondisi SDM dengan loyalitas kerja rendah, koordinasi internal kurang baik merupakan
hambatan tersendiri untuk mencapai tujuan jangka panjang growth. Untuk itu harus disusun
strategi jangka pendek untuk 2 tahun ke depan yang terdiri dari beberapa strategi fungsional
seperti pemasaran selektif keuangan mandiri, memberdayakan SDM, mengaktifkan R&D dan
mengefekifkan operasional.
Pelaksanann strategi fungsional jangka panjang dan jangka pendek di atas dituangkan
dalam program-program yang disesuaikan dengan kondisi masing-masing bidang. Dengan
memperkuat kondisi internal, akan mengurangi kelemahan dan meminimkan ancaman,
Sehingga Komselindo siap mencapai pertumbuhan (growth) untuk jangka waktu 5 tahun ke
depan dan CDMA bisa menjadi alternatif berkomumkasi seluler disamping GSM.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T2887
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eddy Cahyadi
"PT. Garuda Indonesia adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang transportasi udara di mana dalam bisnis ini persaingan sangat ketat dan resiko sangat tinggi serta kebutuhan dana sangat besar. Hal ini mengakibatkan kebutuhan Teknologi Informasi (TI) yang semakin meningkat diantaranya sistem aplikasi untuk mendukung strategi bisnis, baik itu untuk operasional maupun pengambilan keputusan bagi manajemen. Untuk menghindari kerusakan atau kegagalan sistem tersebut, maka perlu adanya perlindungan dan keamanan bagi infrastruktur TI yang mendukung sistem aplikasi tersebut, agar operasional proses bisnis dapat terus berjalan dengan baik. Usaha untuk menjaga ketersediaan sistem TI pada suatu organisasi, diantaranya dengan membuat backup sistem.
PT. Garuda Indonesia yang menggunakan sistem aplikasi SAP (System Application Product in Data Processing) R/3 sebagai aplikasi back office dan ARGA (Automatic Reservation GAruda) sebagai aplikasi front office, pada saat ini baru menggunakan backup sistem berupa tape backup atau disk backup. Hal ini tidak akan mencukupi kebutuhan untuk menjamin ketersediaan sistem apabila terjadi bencana atau kerusakan infrastruktur TI. Backup sistem yang masih sederhana akan mengakibatkan recovery menjadi sulit dan membutuhkan waktu yang lama, sehingga akan mempengaruhi operasional bisnis perusahaan. Untuk mengantisipasi hal tersebut, perusahaan merencanakan untuk membuat infrastruktur TI di tempat lain agar pemulihan terhadap kegagalan sistem yang dilakukan jika terjadi kerusakan di pusat komputer menjadi lebih mudah, sehingga waktu terjadinya kegagalan sistem tidak terlalu lama. Business Continuity Plan (BCP) adalah suatu perencanaan dalam mengantisipasi terjadinya kegagalan sistem. Perencanaan ini diperlukan dan harus disusun dengan baik agar kegagalan sistem dapat diantisipasi dan diperkirakan sebelumnya dampak yang akan terjadi.
Ada beberapa alternatif pendekatan BCP yaitu Replikasi, Hot Sites, Warm Sites dan Cold Sites di mana yang membedakan dari alternatif pendekatan BCP tersebut adalah infrastruktur TI dan fasilitas pendukung, sehingga akan berdampak pada biaya yang akan diperlukan. Oleh karena itu, perlu dilakukan kuantifikasi terhadap nilai manfaat tangible maupun intangible dari sistem aplikasi untuk mengetahui kerugian bisnis dan potensi biaya yang akan timbul bila sistem tidak berfungsi serta biaya untuk mengimplementasikan masing-masing alternatif pendekatan BCP tersebut. Hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa penggunaan skema replikasi dalam BCP memberikan biaya yang efisien dan cukup mengatasi resiko kerugian bisnis yang besar.

Garuda Indonesia is a state-owned company in airline business where competition and risk as well as budget required are high. This leads to the increasing need of Information Technology (IT) among other application system to support business strategies in both operation and management decision making. To avoid damage or failure of the system, it is necessary to provide protection and security for IT infrastructure supporting the application system to keep the business process operation running smoothly. The way to keep IT system availability in the organization is by making back up of the system. Garuda Indonesia uses SAP as a back office application and ARGA (Automatic Reservation Garuda) as a front office application.
Nowadays Garuda Indonesia has already used back up of the system in the form of tape back up or disk back up. It will be insufficient to guarantee system availability if there is a damage or failure in IT infrastructure. Simple back up of the system will cause complicated recovery and take long time, so it will influence company business operation. To anticipate them, company plans to make IT infrastructure in other locations so when the system fails, the recovery can be done easier and faster. Business Continuity Plan (BCP) is a planning in anticipating system failure. This planning is required and must be arranged well, so the system failure can be anticipated and predicted before all impacts happened. There are several BCP approach alternatives, i.e., Replication, Hot Sites, Warm Sites, and Cold Sites.
These alternatives are differentiated by IT infrastructure and supporting facilities, which consequently will affect the required cost. Therefore, quantification is required on tangible and intangible benefit values of the application system(s) to identify business loss and cost if the system fails and implementation cost of each BCP approach alternative. The result from this research indicates that the usage of replication scheme in BCP gives efficient price and sufficiently covers big business loss."
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haris Hasan Asyari
"Dengan meningkatnya kesadaran pelanggan akan produk dan layanan, serta adanya tantangan akan kompetisi terbuka di bidang jasa telekomunikasi memaksa operator-operator telekomunikasi untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik agar bisa bertahan dan memenangkan kompetisi. TELKOM mengantisipasi lingkungan bisnis tersebut dengan mengembangkan Sistem Informasi (SI) yang berkaitan dengan peningkatan pelayanan kepada pelanggannya yang dikenal sebagai Customer Care and Billing System dan diberi nama "SISKA (Sistem Informasi Kastemer)". Implementasi yang tidak tepat dari SI dapat menimbulkan kerugian keuangan, sehingga diperlukan evaluasi nilai ekonomis dari pemanfaatan SI. Dengan metodologi IE, nilai ekonomis dari investasi SI dapat dievaluasi baik melalui pendekatan keuangan (financial approach) seperti Return On Investment (ROI), Net Present Value (NPV), dan Payback Period., maupun pendekatan non keuangan (non financial approach) seperti penilaian domain bisnis dan teknologi. Dari kedua pendekatan tersebut bisa memberikan gambaran yang lebih baik dari investasi SI. Tesis ini memfokuskan pada penerapan metodologi IE untuk mengukur nilai ekonomis SISKA. Pada pendekatan keuangan dilakukan kuantifikasi manfaat seperti peningkatan akurasi billing pada VL Billing, percepatan penyelesaian pasang barn dan gangguan pada VA (PSB+GGN). Pada pendekatan non keuangan dilakukan evaluasi seperti keselarasan antara business objective dan SIS planning TELKOM dengan SISKA.

The increasing customer awareness of products and services, and an open competition challenge m telecommunication serv1ces sector are forcing telecommunication operators to improve their services to sUfVlve and win the competition. TELKOM anticipates this business environment by developing Information System (IS) that related with increasing services to their customers known as "Customer Care and Billing System" and named SISKA (Sistem Informasi Kastemer). Improper implementation of IS can lead to a fmancial losses, so evaluation of economics value from IS is needed. With IE methodology, economics value of IS investment can be evaluated through fmancial approach such as Return On Investment (ROI), Net Present Value (NPV) , and Payback Period as well as through non financial approach such as business and technology domain assessment. Both approaches can give a better understanding ofiS investment. This thesis focuses on the implementation of IE methodology to measure economics value of SISKA. In fmancial approach, quantification of benefit produces among other, increasing of billing on Value Linking Billing, Accelerating of new line installation and line faulty. In non fmancial approach, evaluation of aligning between business objective and Strategic Information System Planning TELKOM with SISKA has been examined.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2000
T40345
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setyardi Widodo
"Penelitian ini menganalisis exit strategy perusahaan telekomunikasi dari industri yang sedang menurun dengan mengambil studi kasus keluarnya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) dari industri CDMA (code division multiple access). Penelitian menggunakan pendekatan post positivis dengan metode pengumpulan data campuran antara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini mengacu pada pendapat Porter yang dimodifikasi mengenai strategi bersaing dengan fokus membahas exit barrier dan upaya mengatasinya.
Penelitian menemukan bahwa perkembangan ekosistem teknologi CDMA global, penurunan jumlah pelanggan Flexi, penurunan pendapatan, serta kerugian usahatelah mendorong Telkom untuk keluar dari industri CDMA. Adapun hambatan keluar yang dihadapi mencakup aset berupa infrastruktur, lisensi dan frekuensi, biaya terkait SDM dan pelanggan, hambatan emosional karyawan dan manajemen, hambatan pemerintah dan sosial terutama terkait dengan aspek politik sebagai BUMN, serta mekanisme penjualan harta kekayaan. Hambatan berupa aspek politik merupakan hambatan terbesar.
Telkom dapat mengatasi berbagai hambatan keluar karena dukungan pemerintah melalui penataan frekuensi, memiliki beragam portofolio bisnis sehingga mudah dalam memindahkan SDM, dan Telkom memiliki anak usaha yang kuat di bidang telekomunikasi nirkabel.

This research analyzes the exit strategy of telecommunication companies from a declining industry with a case study on the exit of PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom) from code division multiple access (CDMA) industry. The research uses a post positivist approach with a mixed data collection method between quantitative and qualitative. This research refers to modified Porter?s notion of competitive strategy with a focus on discussing exit barrier and effort to overcome the barrier.
This research found that Telkom exited from CDMA industry due to the development of global CDMA technology ecosystem along with the declining number of Flexi subscribers and revenue as well as loss of business. Meanwhile, the exit barriers faced by the company include assets such as infrastructure, license and frequencies, human resources and customer-related cost, employee and management emotional barriers, government and social barriers primarily associated with political aspect as a state-owned company, and mechanism of asset sales. Political aspect became the biggest barrier.
Telkom was able to overcome the exit barriers due to government support through the arrangement of frequency alocation. Moreover, the company has a diverse business portfolio to facilitate redeployment of human resources, and the company has a strong subsidiaries in the field of wireless telecommunication.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43852
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parapat, Maria Devina
"Untuk meningkatkan produktiftas dan daya samg sebuah perusahaan, implementasi teknologi informasi sangat dibutuhkan. Teknologi Informasi membutuhkan investasi yang tidak sedikit. Teknologi Informasi yang semakin kompleks dan kebutuhan sistem informasi yang semakin meningkat membutuhkan proses perhitungan biaya dan keuntungan yang semakin rumit pula. Hal ini menjadi masalah yang dihadapi oleh manajemen dalam menentukan kelayakan suatu sistem informasi.
Information Economics adalah suatu konsep untuk mengukur nilai ekonomis suatu sistem informasi. Konsep keuntungan diperluas menjadi konsep nilai yang merupakan kombinasi dampak finansial diskrit dan kinerja bisnis yang dikuantifikasi. Konsep biaya diperluas menjadi semua efek negatif pada perusahaan. Penilaian dilakukan dalam lima kategori utama, yaitu nilai finansial, nilai strategis, nilai stakeholder, resiko strategi kompetitif dan resiko organisasi, yang tergabung dalam dua domain utama, yaitu bisnis dan teknologi.
Dalam tesis ini kasus yang dipergunakan oleh penulis adalah mengevaluasi nilai ekonomis sistem Intranet pada sebuah perusahaan yang bergerak di industri kimia, khususnya specialty chemicals. Dengan menggunakan metodologi Information Economics maka akan dibahas manfaat tangible, yang langsung berpengaruh terhadap pendapatan perusahaan secara finansial, dan manfaat intangible, yang tidak berpengaruh langsung terhadap pendapatan perusahaan. Setelah dilakukan penilaian dengan menggunakan metodologi Information Economics rnaka dapat dilihat manfaat terbesar diperoleh dari manfaat intangible yaitu value acceleration . Pada penilaian awal dengan menggunakan analisis cost-benefit tradisionaI, yang hanya memperhitungkan pengurangan biaya operasionaI, diperoleh nilai ROJ -38,2%. Setelah manfaat intangible seperti manfaat value linking, value acceleration, dan value restucturing, diperhitungkan, maka nilai ROJ meningkat menjadi 335%.

The application of appropriate Information Technology will help to increase the company's productivities and improve its competitiveness. Companies spend substantial funds for the development and use of Information system in its operations. Rapid development in technology, and the ever increasing need for better Information system make it more difficult to assess the cost and benefit of an investment on the required Information system. It becomes obvious that the companies' management would like to have a certain concept to evaluate the contribution of an Information System in its business before they decide to invest on one. Information Economics is a concept that could be used to measure the economic value of an Information system. The concept of benefit is expanded to become value concept which is the combination of discrete financial impact and quantifiable business performance. The cost concept is expanded to include all negative impacts to the company. Evaluation is based on five main categories, which are, Financial Value, Strategic Value, Stakeholder Value, Strategic Competitive Risks, Organizational Risks, which can also be combined into two domain, Business Domain and Technology Domain.
Company X is a local national company with its core busin ess being Industrial chemicals. In the effort to improve its competitiveness , the company decided to implement Intanet system as part of its business process. This thesis will review the economic values of the Intranet system in the company X, by using the methodology of Information Economics. After doing the evaluation on tangible and intan gible benefit of the Intranet System, the highest value came from intangible benefit, which was value acceleration. Using the traditional cost benefit analysis, the ROI was -38,2%, after included the value linking, value acceleration, value restructuring, the ROI was increased to 335%.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 2002
T40395
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diki Gita Purnama
"ABSTRAK
Saat ini Teknologi Informasi semakin berkembang dan semakin kompleks, sulit untuk menghitung biaya yang harus dikeluarkan dan keuntungan yang akan diperoleh dari investasi teknologi inforrnasi. Analisis cost-benefit tradisional tidak cukup akurat untuk mengevaluasi dampak dari investasi teknologi informasi karena ada intangible benefit yang harus dipertimbangkan. Manajemen perusahaan harus membuat keputusan investasi Teknologi Informasi yang dipilih dan diprioritaskan yang akan memberikan dampak bagi kemampuan bisnis perusahaan.
Information Economics merupakan suatu alat (tool) dan konsep yang dapat membantu menilai dampak finansial dari investasi teknologi informasi terhadap perusahaan. Information Economics merupakan suatu struktur untuk mengevaluasi nilai (value), biaya, dan risiko dari investasi Teknologi Informasi. Benefit dari investasi Teknologi Informasi dikuantifikasi dan dikembangkan menjadi konsep nilai (value), dengan memperluas evaluasi ekonomi dari Teknologi Informasi melalui penambahan business domain dan technology domain.
Tesis ini menerapkan konsep Information Economics yang diperkenalkan oleh Marilyn M. Parker untuk mengevaluasi investasi Teknologi Infomasi yaitu proyek Jaringan Sistem Informasi di Garuda Maintenance Facility. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan membagikan kuesioner untuk menerapkan nilai korporat (corporate value) serta mendapatkan nilai business domain dan technology domain yang akan dipakai menilai kelayakan dari pmyek tersebut. Nilai korporat tersebut dapat dijadikan acuan oleh Garuda Maintenance Facility untuk mengevaluasi investasi Teknologi Informasi lainnya.

ABSTRACT
Information technology is growing and becoming more complex nowadays that makes it also difficult to calculate the costs and benefits of the information technology. Traditional Cost-Benefit Analysis does not accurately evaluate the effect of information technology investments because other benefits, like intangible benefits, are rarely considered. Management has to make a decision and priority on information technology investments that gives the best result on the company business performance.
Information Economics is a computational tool for evaluating values, costs and risks of information technology investments. The cost and benefit of information technology investments are quantified and developed into value concept, enlarging Economic Evaluation from information technology by providing business and technology domains.
This thesis applies Information Economics concept, introduced by Marilyn M. Parker, to evaluate information technology' investments on information system network project at Garuda Maintenance Facility (GMF). Data collection is managed by interviewing and giving questionnaires to define corporate value and business and technology domains. The result is the feasibility valuation of the project and corporate value that can be used as the GMF reference to evaluate other information technology investments.
"
Depok: Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hery
"ABSTRAK
Teknologi informasi merupakan salah satu alat untuk meningkatkan produktivitas perusahaan serta meningkatkan daya saing perusahaan. Tetapi tidak jarang investasi teknologi informasi malah menjadi pengeluaran yang sia-sia. Untuk itu perlu dilakukan justifikasi finansial. Penghitungan justifikasi tradisional seperti traditional cost-benefit analysis masih beluin optimal. Pada penghitungan traditional cost-benefit analysis ada manfaat yang tidak bisa dikuantifikasi secara finansial, karena banyak manfaat penerapan TI dalam perusahaan bersifat intangible.
Information economics yang diperkenalkan oleh Marylin M. Parker menjawab masalah tersebut. Melalui teori ini maka manfaat dan biaya proyek TI dapat dikuantifikasi, dengan menambahkan nilai-nilai yang diperoleh misalnya peningkatan kinerja sebuah fungsi, percepatan perolehan hasil suatu fungsi, peningkatan produktivitas dan sebagainya kedalam manfaat. Disamping itu juga dapat dilakukan pengkajian terhadap faktor-faktor business domain dan technology domain.
Tesis ini menerapkan konsep information economics dalam mengevaluasi proyek penerapan Intranet di BTN. Hasil dari pengamatan dapat diketahui bahwa proyek Intranet BTN memiliki nilai yang strategis bagi BTN dalam menghadapi pesaingnya. Dan juga merupakan proyek yang strategis bagi pengembangan bisnis di STN.

ABSTRACT
The information technology is one of the instruments to increase the business productivity and business competition. However, the investment of information technology sometimes can become worthless. Therefore, we must make a financial justification. The traditional justification such as traditional cost-benefit analysis is not yet optimal because there exists a benefit which cannot he financially quantified or intangible.
The information economics introduced by Marylin M. Parker solves this problem. Using her theory the benefit and cost of the information technology project can be quantified, by adding the values that we have got such as the intensification performance of a function, the product acceleration of a function, increasing the productivity, et cetera into benefit. Besides, we can also study about the factors of the business domain and technology domain.
In this thesis we report the application of the information economics concept to evaluate the use of the Intranet in BTN. The result of this application shows that the Intranet project yields a competitive advantage for BTN to face its competitors and this project is strategic to develop business in BTN.
"
Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>