Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 54121 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Abdurrachman Surjomihardjo
Jakarta: Yayasan Idayu, 1983
923.7 ABD s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Solichin Salam
Jakarta: Yayasan Adam Malik, 1990
923.259 8 SOL s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Masagung
Jakarta : Haji Masagung, 1989
920.71 MAS b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Abdullah Hussain
Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, Kementerian Pelajaran Malaysia, 1974
928.991 HUS p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Universitas Indonesia, 2000
R 647.94 ASR
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Depok: Komunitas Bambu, 2007
928 ONZ
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Solichin Salam
Jakarta: Panitia Peringatan seabad Jawaharlal Nehru, 1990
923.254 SOL j (1)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Kaelany H.D.
Jakarta: Midada Rahma Press, 2008
813 KAE s
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sunarto
"Di dalam diri manusia terdapat "rasa keakuan" atau "rasa pribadi" yaitu rasa individualitas atau "rasa aku" sebagai individu. Rasa yang menyatakan bahwa diri sendiri itu adalah "aku", dan orang lain itu adalah "kamu". "Rasa keakuan" ini disebut oleh Ki Ageng Suryomentaram sebagai kramadangsa. Kramadangsa adalah istilah yang merujuk "rasa namanya sendiri", untuk menggantikan nama setiap individu. Yang dimaksudkan sebagai "rasa namanya sendiri" itu identik dengan "rasa pribadi"nya sendiri misalnya: orang namanya Suto, Krama, Narto dll. Jadi rasa "aku-kramadangsa" itu sama dengan "rasa-aku-Suto" atau "rasa aku-Krama" atau "rasa aku-Narto".
Rasa itu menandai hidup orang. Kalau hanya badan saja tanpa rasa, disebut bangkai. Mempelajari tentang rasa adalah mempelajari tentang orang. Mempelajari tentang orang berarti mempelajari tentang manusia. Jadi mempelajari tentang orang, dapat dikatakan mempelajari diri sendiri, sehingga mampu memahami diri sendiri, yang disebut Pangawikan pribadi. Struktur kepribadian menurut konsep rasa, dijelaskan Ki Ageng Suryomentaram melalui gambar kramadangsa. Kramadangsa ini bersifat unik, berbeda dengan yang lain, yang menunjukkan eksistensi manusia sebagai pribadi.
Eksistensialisme adalah filsafat yang memandang segala gejala dengan berpangkal pada eksistensi. Eksistensi mendahului esensi. Eksistensi adalah cara manusia berada di dalam dunia. Manusia itu menentukan keberadaannya, dengan perbuatan-perbuatannya, tindakannya dan bahkan pikirannya. Heidegger menempatkan Angst (rasa cemas) menjadi pusat pemikirannya, sedangkan Ki Ageng Suryomentaram menempatkan "rasa hidup" dan sifat keinginan yang mulur mengkret serta akukramadangsa sebagai pusat kajian dan pemahamannya.
Manusia itu terdiri badan dan jiwa. Jiwa adalah bagian manusia yang tidak kelihatan. Walau jiwa itu tidak kelihatan, akan tetapi menurut Ki Ageng, jiwa itu ada. Adanya jiwa itu ditunjukkan adanya rasa. Mempelajari rasa itu akan menghasilkan "kesadaran akan identitas manusia yang sejati" atau "rasa aku sejati" di satu pihak, dan identitas manusia atau "rasa aku kramadangsa" di pihak lain.
Tema-tema yang berhubungan dengan manusia, dibahas dan dikaji serta dihayati oleh Ki Ageng Suryomentaram yaitu tentang hakekat manusia, hubungan antar manusia, rasa takut, kematian, rasa bebas dan senang-susah pada manusia, aku-kramadangsa serta manusia tanpa ciri. Manusia itu merasakan senang-susah silih berganti, pada dasarnya karena aku-kramadangsa mempunyai keinginan, bila aku kramadangsa mati, akan muncul manusia tanpa ciri, yang menurut penulis merupakan "puncak pemikiran eksistensialisme Ki Ageng Suryomentaram.""
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
T14789
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Wayan Rupiani
"Bali merupakan pulau Dewata yang banyak memiliki kisah atau legenda maupun silsilah kawitan atau garis keturunan laki-laki (purus). Legenda tersebut masih diyakini dan disakralkan, sepertl yang tersimpan di Desa Gunaksa Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung, yaitu sebuah Prasasti Ujara Kanda yang menjelaskan tentang kisah Ki Mantri Tutuan dan seketurunannya. Ki Mantri Tutuan berasal dari keturunan Raja Kelingga Jawa Timur yang beman Dalem Mangori, mempunyai anak bernama Pangeran Satriawangsa menjalani hukuman dan kutukandi tarah Bali bernama Pura Bukit Buluh di Desa Gunaksa Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung.
Berdasarkan fenomena di atas diciptakanlah sebuah karya tari inovatif yang berjudul Ki Mantri Tutuan. Adapun alasannya adalah ingin menggali nilai-nilai keyakinan yang bersifat religious dan erat hubungannya dengan alam gaib, serta memperoleh pengetahuan tentang sejarah,etika,moral dan sopan santun terhadap orang yang pantas dihormati, dan ingin mensosialisasikan terhadap keturunan Ki Mantri Tutuan melalui sajian dalam bentuk karya tari inovatif.
Prinsip-prinsip angripta sesolahan dipilih untuk proses penciptaan karya tari Ki Mantri Tutuan dan dalam perwujudannya menggunakan teori transpormasi yang merupakan suatu proses pemindahan kisah dari aslinya menjadi karya sent tari yang bersifat inovatif. Ki Mantri Tutuan dalam bentuk karya tari inovatif adalah sebuah karya tari kekinian, yang berorientasi pada standar tari Bali yaitu agem, tandang, tangkis dan tangkep dikemas menjadi karya baru yang menyesuaikan dengan perkembangan jaman."
Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar, 2017
700 KJSP 3:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>