Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 190927 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marfu`ah
"Menstruasi adalah terjadinya perdarahan melalui vagina yang bersifat fisiologis karena terkelupasnya lapisan endometrium dari dinding rahim. Pada siklus menstruasi endometrium dipersiapkan secara teratur untuk menerima ovum yang telah dibuahi setelah terjadi ovulasi, dibawah pengaruh secara ritmik hormon-hormon ovarium yaitu estrogen dan progesteron. Menstruasi bagi sebagian anak merupakan pengalaman psikis yang traumatis. Perasaan yang negatif dapat menyebabkan perasaan sangat lemah karena merasa kehilangan banyak darah sehingga timbul perasaan rendah diri atau merasa sakitsakitan, malu karena masih kecil sudah mendapat menstruasi dan adanya kecemasan dan takut darah menstruasi tembus ke pakaiannya sehingga anak tidak berani keluar rumah.
Penelitian ini dilakukan untuk mendapat gambaran pengetahuan dan perilaku mengenai menstruasi pada siswi kelas 1 di SMPN 1 dan MTs Al-Furqon Kecamatan Kragilan. Pengumpulan data dilakukan dengan metode diskusi kelompok terarah dan wawancara mendalam. Sumber informasi adalah siswi kelas 1 yang sudah menstruasi, ibu, guru IPA/biologi, guru agama serta guru bimbingan dan konseling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan siswi tentang menstruasi dan menjaga kebersihan diri cukup baik, namun demikian pengetahuan mengenai organ reproduksi dan fungsinya belum diketahui oleh siswi secara lengkap. Perilaku siswi dalam pencarian informasi yang berkaitan dengan menstruasi cukup bagus namun hanya seputar informasi keagamaan saja. Perilaku pencarian informasi mengenai menstruasi dari segi kesehatan masih sangat kurang. Peranan orang tua dan guru di kedua sekolah sudah menunjukkan fungsinya sebagai pendidik, pembimbing dan pengawas bagi anak. Meski demikian peranan sebagai pemberi informasi seputar kesehatan menstruasi dirasa masih sangat kurang, baik informasi dari ibu maupun dari guru di sekolah. Peranan teman sebaya masih sangat kurang dalam hal pemberian informasi tentang menstruasi. Sumber informasi khususnya media cetak yaitu majalah atau bukubuku dan media elektronik yaitu televisi belum dapat sepenuhnya menyampaikan informasi yang bermanfaat untuk anak yang berkaitan dengan menstruasi. Khusus majalah dan buku-buku tentang kesehatan dan menstruasi khususnya bagi masyarakat awam belum dapat terjangkau sehingga anak tidak mendapatkan informasi yang cukup dari sumber ini.
Pada akhirnya peranan ibu, guru dan sekolah perlu ditingkatkan dalam memberikan pengetahuan tentang menstruasi bukan hanya pengetahuan seputar agama tetapi juga pengetahuan seputar kesehatan organ reproduksi khususnya menstruasi. Komunikasi perlu dijalin lebih intensif agar adanya keterbukaan pada anak sehingga anak dapat mempersiapkan fisik dan mentalnya dalam menghadapi masalah yang timbul berkaitan dengan menstruasi.

Menstruating the happening of blood passing vagina having the character of physiological because abrading of coat endometrium from gracious wall. cycle menstruate the endometrium drawn up regularly to accept the ovum which fruit have after happened the ovulasi, below influence by ritmik ovary hormone that is estrogen and progesteron. Menstruate for some of child represent the traumatic psychical experience. Negative feeling can cause the feeling very weak because feeling loss a lot of blood so that arise the low feeling themself or feel sickly, lose face because minimize have got to menstruate and existence of dread and fear the blood menstruate to penetrate its clothes so that child not dare to go out house.
This research is conducted to get the knowledge picture and behavioral hit to menstruate at class 1 schoolgirl in SMPN 1 and MTS Al-Furqon of Subdistrict Kragilan. Data collecting conducted with the directional group discussion method and circumstantial interview. Information source is class schoolgirl 1 menstruate the, mother, learn the IPA / biological, religion teacher and learn the tuition and konseling.
The Result of research indicate that the schoolgirl knowledge of about menstruating and keep cleaning good enough x'self, but that way knowledge of concerning organ reproduce and its function for themself not yet been known by schoolgirl completely. Schoolgirl behavior in information seeking of related to menstruating enough nicely but only in around just religious information. behavior of information Seeking hit to menstruate from health facet still very less. Learn in second school have shown its function as educator, counsellor and supervisor for child. Still role as information giver around health menstruate felt still very less, information goodness from mother and also from teacher at school. Friend role coeval still very less in the case of information gift about menstruating. Information source specially media print that is magazine or book and electronic media that is television not yet earned full submit the worthwhile information for the child of related to menstruating. magazine and book about health and menstruate specially for civil society not yet earned reached so that child not get the information which enough from this source.
In the end mother role, teacher and school require to be improved in giving knowledge of about menstruating not merely knowledge in around religion but also knowledge in around organ health reproduce specially menstruate the. Communications require to be braided more intensive to be existence of openness child so that child can draw up the physical and bounce it in face of problem arising out go together to menstruate.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T41262
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rochis Julia
"Skabies merupakan penyakit kulit endemik dan menular pada masyarakat yang terdapat di semua negara dengan prevalensi yang berbeda-beda. Di Kabupaten Gresik, Kecamatan Sidayu mengalami peningkatan kasus yaitu dari 527 kasus (2010) menjadi 644 kasus (2011) dan meningkat menjadi 833 kasus di tahun 2012. Pondok pesantren terbesar di Sidayu adalah Al-Furqon.Penelitian dilakukan untuk mengetahui hubungan faktor lingkungan dan perilaku terhadap kejadian skabies di Pondok pesantren Al-Furqon. Desain yang digunakan cross sectional. Jumlah sampel yang diambil adalah semua penghuni asrama putri yaitu sebanyak 170 orang. Data dianalisis menggunakan Chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara kepadatan kamar (P = 0,006, OR = tak terhingga), kuantitas air (P = 0,000, OR = 14,609) dan perilaku Personal Hygiene dalam ganti pakaian (P = 0,000, OR = 7, 389) dengan kejadian skabies di Pondok pesantren Al-Furqon, sedangkan yang tidak ada hubungan bermakna adalah kebersihan lingkungan (P = 0,753), mandi (P = 0,505), cuci tangan (P = 0,822), tukar baju (P = 0,874) dan tukar handuk (P = 1).

Scabies is an endemic and transmitted skin disease which can be found in almost entire countries with different prevalence. In District of Gresik, Sub district of Sidayu this disease escalates from 527 cases (2010) to 644 cases (2011) and rises to 833 cases in 2012. The biggest Muslim Boarding School in Sidayu is Al Furqon. This research is conducted to know the relationship between environment and behavior to the event of scabies at Al Furqon Muslim Boarding School. Design used is cross sectional. Sampling used is total sampling of the woman boarding house occupant that is 170 people. Chi-square is used for data analysis.
The research result shows that there is a meaningful relationship among room density (P = 0,006, OR = unlimited), water quantity (P = 0,000, OR = 14, 609) and behavior of personal hygiene in changing clothes (P = 0,000, OR = 7, 389) to the event of scabies at Al Furqon Muslim Boarding School and there is no meaningful relationship among environment sanitary (P = 0,753), taking a bath (P = 0,505), washing hands (P = 0,822), switching over clothes (P = 0,874), and switching over towel (P = 1).
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S52619
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Walangitan, Vemmy Rialianty Jeane
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26683
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Kurnia Wardani
"Tuf Banten (Qpvb) adalah endapan piroklastik hasil erupsi eksplosif gunung api di sekitar Selat Sunda pada zaman Kuarter yang tersebar luas di Banten. Penelitian skripsi dilakukan di daerah Kecamatan Kragilan dan Sekitarnya, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Daerah penelitian termasuk dalam Peta Geologi Lembar Serang oleh Rusmana dkk. (1991). Secara keseluruhan penelitian ini menggunakan metode analisis foto udara, kegiatan lapangan, analisis distribusi ukuran butir, analisis komponen, dan petrografi. Luaran dari penelitian ini adalah karakteristik fisik Tuf Banten dan mekanisme erupsinya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat 7 litofasies yang dikelompokkan berdasarkan karakteristik endapan, yaitu T29, LT20, LT26, T24, A29, A24, dan LA20. Orientasi kemiringan (dipping) dari singkapan menunjukkan ke arah barat daya dan singkapan di barat daya juga cenderung lebih tak terkonsolidasi. Hasil analisis distribusi ukuran butir berupa diagram plotting median diameter (φ scale) dan standar deviasi (φ scale) yang digunakan untuk menentukan mekanisme erupsi dan berkaitan dengan sortasi endapan. Dari distribusi nilai puncak ukuran butir, litofasies T29, LT26, A29, dan A24 memiliki sebaran nilai puncak unimodal dan litofasies LA20 adalah polimodal. Hasil analisis komponen dan petrografi menunjukkan dominasi batuapung dengan kehadiran rata-rata 90%. Berdasarkan dominasi batuapung tersebut dapat diinterpretasikan erupsi yang terjadi di daerah penelitian adalah tipe magmatik. Sejarah pada daerah penelitian terbagi menjadi 3 episode erupsi, yaitu episode 1 ditandai oleh terjadinya erupsi magmatik pertama dengan mekanisme piroklastik jatuhan, aliran, dan surge. Selanjutnya episode 2 ditandai oleh terjadiya erupsi magmatik kedua dengan mekanisme piroklastik jatuhan, dan episode 3 ditandai oleh terjadinya erupsi magmatik ketiga dengan mekanisme piroklastik jatuhan, aliran, dan surge.

Banten Tuff (Qpvb) is a pyroclastic deposit from an explosive volcanic eruption around the Sunda Strait during the Quaternary period which is widespread in Banten. This research was held in the Kragilan District and its surroundings, Serang Regency, Banten Province. The research area is included in the Geological Map of Lembar Serang by Rusmana et al. (1991). The methods used are imagery analysis, field work, grain-size distribution analysis, component analysis, and petrography. The output of this research is the characteristics of the Banten Tuff and its eruption mechanism. Based on the results that has been carried out, there are 7 lithofacies based on the characteristics of the deposits, namely T29, LT20, LT26, T24, A29, A24, and LA20. The dipping orientation shows to the southwest and the outcrop in the southwest also tends to be unconsolidated. The results of the grain-size distribution analysis are plotting diagrams of the median diameter (φ scale) and deviation standard (φ scale) which are used to determine the eruption mechanism and relate to pyroclast sorting. From the distribution of grain size peak values, lithofacies T29, LT26, A29, and A24 had a unimodal peak value distribution and lithofacies LA20 were polymodal. The results of component analysis and petrography show the dominance of pumice with an average presence of 90%. Based on the dominance of the pumice, it can be interpreted that the eruption that occurred in the study area was magmatic type. The history of the study area is divided into 3 eruption episodes, namely episode 1 marked by the occurrence of the first magmatic eruption with pyroclastic fall, flow, and surge mechanism. Furthermore, episode 2 is marked by the occurrence of a second magmatic eruption with a pyroclastic fall mechanism, and episode 3 is marked by the occurrence of a third magmatic eruption with pyroclastic fall, flow, and surge mechanism."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ginto Saputra
"AIDS adalah kumpulan gejala penyakit oleh karena menurunnya daya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV dan merupakan ancaman manusia dimasa mendatang terutama dinegara-negara berkembang termasuk Indonesia. Siswa SMU merupakan sebagian remaja yang perlu mendapat perhatian karena perilaku mereka akan menentukan nasibnya terutama yang berhubungan dengan penyakit AIDS. Dalam rangka mencari cara yang efektif untuk pencegahan penyakit AIDS yang mematikan ini dibutuhkan data tentang karakteristik, sumber informasi, pengetahuan kap tentang penyakit tersebut, terutama kepada kelompok masyarakat usia muda siswa SMU.
Tujuan penelitian ini ingin mengetahui apakah ada hubungan antara karakteristik, sumber informasi, pengetahuan, sikap dan perilaku siswa terkait HIV AIDS agar dapat memberikan masukan kepada pengelola program upaya pencegahan penularan HIV/AIDS sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun rencana pencegahan atau memperbaiki dan meningkatkan hasil yang telah dicapai selama ini khususnya terhadap siswa SMU Negeri maupun SMU Suwasta di Kota Bogor.
Penelitian ini merupakan penelitian analitik sebagai gambaran secara umum karena terdapat beberapa keterbatasan waktu, tenaga dan biaya. Adapun penelitian ini menurut waktunya termasuk penelitian Cross sectional. Besar sampel penelitian sebanyak 101 orang, dimana sample diambil secara Quota. Masing-masing variable diteliti ditabulasi dan disajikan secara diskriptif, kesemua variabel independent : karakteristik (umur dan jenis kelamin), pengetahuan, sumber informasi dan sikap dilakukan uji statistic untuk mengetahui apakah ada hubungan dengan variable dependen (perilaku). Khusus untuk variabel umur dilakukan uji t-test independent terhadap perilaku, karena umur tidak dikelompokkan. Sedangkan untuk uji statistic antara jenis kelamin, tingkat pengetahua, sumber informasi dan sikap menggunakan uji statistic Chi-square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara rata-rata umur dengan perilaku berisiko terkait HIV AIDS setelah dilakukan uji t-test independent didapatkan pv 0,964, dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur dengan perilaku berisiko terkait HIV AIDS. Distribusi frekuensi antara jenis kelamin laki-laki 51 orang (5,9 %) berisiko dan (94,1 %) tidak berisiko, perempuan 50 orang (10 %) berisiko dan (90 %) tidak berisiko. Akan tetapi setelah dilakukan uji statistic didapat pv 0,487 yang artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan perilaku berisiko terkait HIV AIDS.
Hasil uji statistic yang dilakukan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku berisiko terkait HIV AIDS didapatkan pv 0,463 artinya tidak terdapat hubungan yang bermanka antara tingkat pengetahuan dan perilaku. Untuk variabel sumber informasi yang diperoleh responden tentang HIV AIDS yang terdiri dari guru, orang tua, tenaga kesehatan, teman, Koran, majalah, televise, radio dan internet setelah dikelompokkan dengan kategori ≥___ 5 baik, dan < 5 dengan kategori buruk, dan setelah dilakukan uji statistic dengan perilaku berisiko terkait HIV AIDS didapat pv 1,0 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antar sumber informasi dengan perilaku berisiko terkait HIV AIDS. Sedangkan hubungan antara variabel sikap dengan variabel perilaku terkait HIV AIDS setalah dilakukan uji statistic didapat pv 0,726 artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku berisiko terkait HIV AIDS.
Walaupun setelah dilakukan uji terhadap variabel independent dan variable dependen tidak satupun terdapat hubungan yang bermakna namun secara teori perilaku sangat dipengaruhi oleh factor-faktor tersebut. Perlu kita lihat bahwa dari 101 responden yang diteliti terdapat 8 responden (7,9 %) yang berprilaku berisiko terkait HIV AIDS 5 diantaranya wanita dan 3 laki-laki. Untuk itu kepada pihak penyelenggara sekolah hendaknya bisa bekerjasama dengan dinas (terkait) pengelola program upaya pencegahan penularan HIV/AIDS di Kota Bogor untuk menyusun program penyuluhan AIDS secara periodik dengan menggunakan model/variasi media yang menarik dan selalu mengikut sertakan peran orang tua didalam memberikan informasi AIDS tersebut."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yuli Mulyanti
"Kesehatan reproduksi mencakup area yang luas, tcrmasuk diantaranya pemeliharaan kesehatan seseorang dimasa remaja. Keiompok remaja mcnjadii perhatian, karena kelompok ini merupakan kelompok yang bcsar jumlahnya dan rentan serta mempunyai resiko gangguan tcrhadap kesehatan rcproduksi. Pada pubertas, khususnya pada wanita terdapat perubahan yang ditandai dengan datangnya menstruasi. Perisliwa haid sclaiu berpengaruh terhadap psikologis, yang perlu diperhatikan adalah yang terkait dengan pemeliharaan kebersihan pada saat menstruasi, karena bila hal ini Iidak diperhatikan akan berakibat tumbuhnya mikroorganismc sehingga menyebabkan gangguan pada alat reproduksi, yang pada akhirnya akan mengurangi kualitas hidup seseorang.
Tujuan penelilian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara faktor perdisposisi (umur, pengetahuan, sikap dan kepercayaan) faklor pemungkin (keterpaparan terhadap media massa dan pendidikan ibu) dan faktor penguat (informasi dari lingkungan sosial dengan praktek pemeliharaan kebersihan pada saat menstruasi). Penelitian ini menggunakan rancangan non eksoerimental, dimana data diperoleh secata potong lintang (cross sectional) target populasi pada penelitian ini adalah siswi kelas 1 SLTP N l Kabupaten Purwakana yang telah mengalami menstruasi. Jumlah responden pada pdnelitian ini 64 orang, dan pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Data kemudian diolah dengan bantuan komputer, dianalisa secara slatistik dengan teknik analisis bivariat Chi Square dam multivariat regresi logistik.
Dari hasil analisis diketahui bahwa praklek pemeliharaan kebersihan yang baik pada responden SLTP N I sangat rendah (25%) Dengan menggunakan anaiisis bivariat, variabel yang terbukli mempunyai hubungan bermakna secara statistik terhadap praktek pemeliharaan kebersihan menstruasi yaitu variabel pengelahuan, sikap, dan umur, sedangkan variabel lain diketahui secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna dengan praktek pemeliharaan kebersihan menstruasi adalah keterpaparan terhadap media masa pendidikan ibu dan keecrcayaan. Dari model regresi logislik diketahui tenyaia variabel yang paling berhubungan adalah sikap yang dinyatakan dengan nilai Odds Rasio lerbesar yailu 4,9342 dengan 95% CI.
Sebagai saran untuk tindak lanjut, maka upaya yang sebaiknya dilakukan adalah pengembangan program penyuluhan kesehatan, terutama program pembinaan kesehatan keluarga yang terkait dengan kesehatan reproduksi, khususnya dalam praktek pemeliharaan kebersihan pada saat menstruasi baik meialui media massa maupun lingkungan sosial seperli orang ma, guru sena pemgas kesehatan dan untuk menghasilkan penelilian yang Iebih representatif periu pcnelitian lebih lanjut dengan sampel yang mewakili popuiasi, desain yang berbeda dan variabel lain seperli status ekonomi dan kelompok usia yang berbeda dan lain-lain.

Reproductive health covers such large an area, where one of the components is the adolescent reproductive health. The adolescence had became a main issue because of its magnitude and risk towards reproductive health problems. During the puberty, especially to the adolescent girl, menstruation is a remarkable change, and it needs attention. The practice of the menstrual hygiene is important, because if it may cause problem in the reproductive organnand may end the decrease ofthe quality of life.
The purpose of this research is to find out whether there is relationship between some variables named as predisposing factors (age, knowledge and attitude), enabling factors (exposure with mass media and education of motherand exposure to social environment) with practice of menstrual hygiene among the junior high school students. The research was carried out in one junior high school of Purwakarta, a district in west Java, 2001. This research was non-experimental, using cross sectional method in collecting data. Population target were first year female student in a public junior high school of Purwakarta a distric in west Java. The numbers of respondents in this study were 64 people, and data were by using questionnaires collected. The data was then processed by the help of computer and statically analyzed using the Chi square technique (bivariat : 95 % Cl), and finally double logistic regression multivariat).
The result showed that most of the respondent did not have a good's practice of menstrual hygiene (25%), Using hivnriut analysis mentioning 2 variables, were related the menstrual hygiene practice were l-cnovvlctlge and attitude. Other variables such as age, exposure with mass medians. mother's education. exposure to social environment did not provide significant relation with the practice of menstrual hygiene. Further analysis using double logistic regression simultaneously showed that attitude (P=0.0l78) and exposure to social environment (l?=-'0.036l) were statically significance. Also statically approved that from those two variables, attitude was the most dominant variable related with the practice of menstrual hygiene, because it had the biggest odds ratio (OR 4,9342 ; 95 % C.l). compared with other variables. Interaction test canied out for there three variables did not eoniimt the existence of interaction resulting the model as the last accepted definitive model.
Recognizing the factors related with the practice of menstrual hygiene, this research suggested that the authority who is responsible for improving reproductive health of women to develop health education programmed, especially that related with practice of menstrual hygiene of adolescent girls. For parents and teachers to be able and to provide information as early as possible to the adolescent girl's when they were in their puberty about menstruation, and especially about the practice of menstrual hygiene. To attain more representative conclusion it is recommended to carry out further studies using samples that represent the whole population, different designs and involving many other relevant variables, such as socio economic, cultural and varies age group.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T4586
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elis Kantiah
"Rendahnya tingkat pengetahuan merupakan salah satu penyebab kurang baiknya praktek higiene menstruasi pada remaja putri khususnya di Sekolah Menengah Pertama menjadi latar belakang penelitian yang berdesain potong lintang ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor predisposisi, faktor pemungkin dan faktor penguat yang berhubungan dengan praktek higiene menstruasi pada siswi kelas 7 dan kelas 8 di SMPN 86 Jakarta Selatan Tahun 2015. Data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan kuesioner pada bulan Maret-April tahun 2015 dan sampel berjumlah 129 orang siswi yang sudah mengalami menstruasi. Hasil penelitiannya yaitu proporsi praktek higiene yang baik sebanyak 73.6% dan yang kurang baik 26.4%. Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor predisposisi ( Pengetahuan dengan OR 3.28, dan sikap dengan OR 2.26), Faktor pemungkin ( ketersediaan pembalut di rumah dengan OR 2.8, keterpaparan terhadap sumber informasi dengan OR 2.5) dengan praktek higiene menstruasi pada siswi kelas 7 dan kelas 8 di SMPN 86 Jakarta Tahun 2015. Diperlukan adanya optimalisasi kerjasama lintas sektor dan pemberdayaan Usaha Kesehatan Sekolah terkait penelitian ini.

The low level of knowledge is one of the causes of the lack of menstrual hygiene practices in young girls, especially in junior secondary school background of this cross-sectional design study. This study aims to determine the predisposing factors, enabling factors and reinforcing factors associated with menstrual hygiene practices at grade 7 and grade 8 SMPN 86 South Jakarta in 2015. The data used are primary data using questionnaires in March-April 2015 and the sample totaled 129 students were already menstruating. Research results that the proportion of good menstrual hygiene practices as much as 73.6% and 26.4% unfavorable. There is a significant relationship between predisposing factors (Knowledge with OR 3:28, and the attitude with OR 2.26), enabling factors (availability of sanitary napkins in the house with OR 2.8, exposure to resources with OR 2.5) with menstrual hygiene practices at grade 7 and grade 8 SMPN 86 South Jakarta in 2015. Required for optimizing cross-sector cooperation and empowerment of the school health program related to the study.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Mayasari S
"ABSTRAK
Masa remaja dan menstruasi yang terjadi pada seorang wanita erat
kaitannya. Bila seorang anak perempuan telah mengalami menstruasi pertama
(menarche), maka dapat dikatakan bahwa anak perempuan tersebut telah
memasuki masa remaja. Masa remaja adalah masa yang sangat penting masa di
saat seseorang banyak belajar mengenai berbagai segi kehidupan, pengalaman
dan penghayatan mengenai dirinya sendiri (Yaumil, 1996).
Menstruasi merupakan salah satu ciri perkembangan fisik seorang remaja
putri yang ditandai dengan kematangan sistem reproduksi (primary sex
characteristic) dan perkembangan secondary sex characteristic [Brooks-Gunn
dan Unger & Crawford, 1992) Menstruasi penting dalam kehidupan sekarang
wanita sebagai individu, suatu pengalaman yang pribadi (Matlin, 1987)
Menstruasi adalah keluarnya darah dari dalam vagina yang disebabkan
oleh tidak dibuahinya sei telur yang dikeluarkan olen indung telur. Umumnya
menstruasi pertama dialami oleh seorang remaja putri pada usia 10-12 tahun
(Panduan PKBI, 1989).
Permulaan menstruasi mungkin akan meniadi peristiwa yang traumatik bagi
beberapa remaja putri yang tidak mempersiapkan dirinya terlebih dahulu (Pillemer
dalam Rice, 1990). Banyak remaja putri yang mengalami rasa sakit saat
menstruasi, namun tidak semua remaja putri mengalaminya. Keluhan tersebut
baru muncul 2 atau 3 tahun setelah menarche (Llewellyn-Jones, 1997).
Pengalaman akan masalah premenstrual pada remaja putri mungkin disebabkan
oleh faktor fisik dan psikologis (Rice, 1990).
Remaja putri membutuhkan informasi tentang proses menstruasi dan
kesehatan selama menstruasi (Rierdan dalam Golub, 1992). Remaja putri akan
mengalami kesulitan daiam menghadapi menstruasi yang pertama jika sebelumnya
ia belum pernah mengetahui atau membicarakannya baik dengan teman sebaya
atau dengan ibu mereka (Unger & Crawford, 1992). ldealnya seorang remaja putri
belajar tentang menstruasi dari ibunya (Liewe||yn-Jones, 1997). Namun tidak
selamanya ibu dapat memberikan informasi tentang menstruasi karena terhalang
olen tradisi yang menganggap tabu membicarakan tentang menstruasi sebelum
menarche (Unger & Crawford, 1992).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran penerimaan remaja
putri terhadap menstruasi, apa yang dirasakan, diketahui dan dialami oleh remaja
putri tersebut sebelum dan sesudah mereka mengalami menstruasi.

Oleh karena masalah menstruasi adalah permasaianan yang sensitif dan
menyangkut pengalaman dan penghayatan seorang remaja putri, maka metode
yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan
suatu studi dalam situasi alamiah, yang memberikan penekanan pada dinamika
dan proses (Patton, dalam Poerwandari, 1998).
Ada 3 pengaruh utama dalam perkembangan manusia, yaitu Normative
Age- Graded Influences, Normative History-Graded Influences dan Nonnormartive
Influences (Baltes, Cornellus & Nesselroade dalam Turner & Helms, 1991). Ketiga
faktor tersebut membuat adanya perbedaan penghayatan dan penerimaan remaja
putri terhadap menstruasi yang pertama atau menstruasi selanjutnya yang akan
berlangsung secara periodik. Hal ini terlihat pada hasil yang diperoleh dari
penelitian ini, di mana masing-masing subyek mempunyai ciri khas tersendiri
dalam pengalaman, penghayatan dan penerimaan terhadap menstruasi."
1998
S2732
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, Yenny
"Dewasa ini anak perempuan cenderung mendapat menstruasi pada usia yang lebih muda. Dengan semakin dininya mendapat menstruasi akan memberi konsekuensi menyiapkan mereka tentang pengetahuan yang adekuat terkait dengan menstruasi dan implikasinya juga harus lebih dini.
Banyak faktor yang dianggap berhubungan dengan pengetahuan tentang menstruasi pada siswi kelas IV, V dan VI SD yang pada umumnya usianya antara 9 - 13 tahun dan sedang berada pada tahap usia sekolah dan masa remaja awal yang memiliki tahap berpikir operasional konkrit dan operasional formal. Faktor tersebut diantaranya adalah dari dirinya yaitu usia dan paparan informasi dari keluarga dan lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai faktor apa saja yang berhubungan secara bermakna dan faktor yang paling bermakna terhadap pengetahuan tentang menstruasi pada siswi kelas IV, V dan VI SDN di Keeamatan Cakung Kotamadya Jakarta Timur.
Disain penelitian ini adalah potong lintang (cross sectional) dengan populasi adalah siswi kelas IV, V dan VI dari 88 SDN. Sampel diambil dengan metoda gugus bertahap dan acak sederhana dengan besar sampel 441, dihitung menggunakan rumus estimasi proporsi. Pengumpulan data dengan cara survey dengan menggunakan kuesioner. Analisis statistik menggunakan Chi-Square dan Multiple Regressi Logistic.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa pengetahuan tentang menstruasi masih rendah yakni hanya 45,1% responden yang memiliki pengetahuan baik (di atas atau sama dengan nilai rata-rata). Faktor yang berhubungan secara signifikan pada a = 0,05 adalah usia anak, pendidikan ibu dan keterpaparan informasi dan faktor yang paling dominan adalah pendidikan ibu dengan Odd Ratio : 3,847.
Berdasarkan hasil penelitian ini perlu adanya pendidikan seksualitas terutama menyangkut menstruasi dengan segala implikasinya dilakukan secara tepat dan komprehensif baik oleh orang tua maupun oleh pendidik.

The Relation Factors with Menstruation Concerning at 4,5,and 6`h Class Female Student Country Elementary School in Cakung District, Municipality of East Jakarta, 2000-2001's Academic Year At the present time, girls usually get menstruation at the age of early teenage. The earlier menstruation they have the early preparation of adequate information about menstruation and implication of it should be delivered.
There are many factors that assumed having relation in menstruation knowledge to the 4, 5,and 6th class female student of elementary school generally in age ranch between 9-13 years old where they were in the school and in first adolescent era whom which have the concrete and formal thinking phase. One of factors upon mentioned is their-own-self, namely age and explanation of the information from their family and environment.
This research purposed to obtain the information concerning what the related significant factors, and what the most significant factors can be used in menstruation knowledge for the 4,5, and 6th class female student of Country Elementary School in Cakung District, East Jakarta Municipality.
This research design is cross sectional by the sample are 4,5,61 female student population from 88 Country Elementary Schools. The sample has taken through cluster in stage and simply random methods with used the 441 samples, and has accounted by the proportion estimate formula in used. Data collection did in survey manner with use the questioner. Whereas, for the Statistic analyzing has been accounted by the formula of Chi-Square and Multiple Regression Logistic.
The study results is to expression that the menstruation knowledge is still lower than expected, where only 45,1 % of the respondents who having good knowledge in this context (upper and or equal than average point). The factor which related significantly on cx = 0,05 are daughter years old, mother educational, transparency of the information, and the most dominant variable, is the mother educational which is shown on Odd Ratio = 3,847.
Based on this study feels needed an sexuality education primarily concerning in menstruation included all of its implication, which have to in accurate and comprehensive handling, both by the parents and the educators.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T8265
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Fauziah
"Masih buruknya praktik higiene menstruasi remaja dan rendahnya tingkat pengetahuan terkait higiene menstruasi di sekolah menengah pertama melatarbelakangi penelitian dengan desain studi potong lintang ini. Tujuan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan praktik higiene menstruasi di SMP Negeri dan MTS Negeri di Kota Jakarta Selatan tahun 2014. Data primer diambil pada bulan Mei 2014 menggunakan kuesioner sampel pada 194 orang. Hasil penelitian proporsi praktik higiene menstruasi yang baik pada siswi SMPN adalah 47.4% dan pada siswi MTSN 33%. Pada siswi SMPN dan MTSN terdapat hubungan yang signifikan antara faktor predisposisi (sikap dengan OR 1.963 dan kepercayaan dengan OR 2.465) faktor pemungkin (ketersediaan pembalut di rumah dengan OR = 5.325 dan keterpaparan informasi dengan OR= 1.810), faktor penguat (dukungan teman sebaya dengan OR = 3.085 dan dukungan petugas kesehatan dengan OR = 2.377) dengan praktik higiene menstruasi di SMPN dan MTSN kota Jakarta Selatan tahun 2014. Disarankan kepada sekolah untuk mengoptimalkan penyuluhan kesehatan reproduksi dengan bantuan dukungan guru dan orang tua.

Still poor menstrual hygiene practices of adolescents and low level of knowledge related to menstrual hygiene in middle school with a research background Design cross-sectional study. Objectives determine the factors associated with menstrual hygiene practices in SMP and MTS in South Jakarta in 2014. Primary data taken in May 2014 using a sample questionnaire in 194 people. The results of the study the proportion of good menstrual hygiene practices on SMPN students are 47.4% and 33% in girls MTSN. At SMPN ant MTSN student relationship exists menstrual hygiene practices with predisposing factors, namely attitude (OR = 1.963), trust (OR = 3,733), enabling factor is the availability of sanitary napkins at home (OR = 5,325), information exposure (OR=1.810), reinforcing factors peers support (OR = 3.085) and support health workers (OR = 1,810). Suggested to the school to optimize reproductive health education with the help of teacher support and parents."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55303
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>