Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7143 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Magethy Bey
Bandung : Pionir Jaya, 1986
795.415 MAG t
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Akesson, Bjorn
London: Taylor & Francis Group, 2008
624.2 AKE u
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bindra, S.P.
New Delhi: Dhanpat Rai & Sons, 1982
624.2 BIN p (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Pembuatan jembatan tipe arch bridge (jembatan lengkung) telah lama dikenal oleh peradaban manusia, dari jenisnya yang sederhana, seperti yang terbuat dari batu yang ditumpuk sehingga berbentuk lengkung, sampai yang moderen di zaman sekarang, seperti yang terlihat pada jembatan New River Bridge di Amerika Serikat. Ini berarti manusia mempercayai jembatan jenis ini sebagai jembatan yang dapat diandalkan. Dengan bentuk pelengkungannya yang meninggi, maka dibuatlah sebuah parameter yang menggambarkan perbandingan tinggi dengan panjang bentang, yang sering disebut juga dengan rise per span ratio. Nilai rise per span ratio (H/L) yang berbeda akan menghasilkan reaksi yang berbeda pula pada perletakannya dan pada struktur jembatan. Reaksi yang terjadi yaitu berupa aksial, momen dan torsi. Tujuan dari penulisan ini ialah mencari berapakah nilai H/L yang menghasilkan kondisi struktur yang optimum, dalam pengertian kekuatan struktur sama besarnya dengan beban yang bekerja, tidak terlalu kuat dan tidak lemah terhadap beban. Untuk mencapai tujuan di atas, dipakai software SAP 2000 Nonlinear, yang kehandalannya telah dikenal luas."
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2002
S34734
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfikar Rakhman Wiguna
"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa besarnya kecepatan, volume dan kapasitas dari ruas jalan Lenteng Agung – Jakarta Selatan pada kondisi sebelum dan sesudah pembangunan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) pada daerah tersebut. Data yang digunakan dalam penelitian ini didapat dari hasil rekaman pada ruas jalan tersebut, yaitu berupa waktu tempuh, banyaknya kendaraan dan hambatan samping. Analisis dilakukan dengan cara membagi ruas jalan Lenteng Agung ke dalam 3 zone, dimana zone 1 adalah ruas jalan sebelum melewati JPO, zone 2 adalah ruas jalan di bawah JPO dan zone 3 adalah ruas jalan setelah melewati JPO. Tujuan dari dibaginya ruas jalan Lenteng Agung ke dalam 3 zone adalah untuk melihat dengan lebih detail fluktuasi dari kecepatan, volume dan kapasitas pada ruas jalan Lenteng Agung. Berdasarkan perhitungan didapatkan besarnya kecepatan pada zone 1 dan zone 2 mengalami peningkatan berturut – turut sebesar 100% dan 61 % pada kondisi setelah dibangunnya JPO, namun kecepatan kendaraan pada zone 3 mengalami penurunan sebesar 21 % yang disebabkan oleh meningkatnya hambatan samping pada daerah tersebut akibat bertambahnya jumlah pejalan kaki yang menggunakan ruas jalan sebagai fasilitas penyeberangan. Besarnya volume mengalami peningkatan berkisar antara 8 % – 16 % pada ruas jalan sebelum dan sesudah melewati JPO dan kapasitas jalan mengalami peningkatan sebesar 9% pada kondisi setelah dibangunnya JPO.

The purpose of this study is to analyze the speed, volume and capacity of Lenteng Agung street – South Jakarta on the condition of before and after the development of pedestrian crossing bridge in the area. The data is recorded from traffic flow, those are travel time, number of vehicles and obstacles aside. The analysis is carried out by dividing the Lenteng Agung street into 3 zone, where zone 1 is road link before passing the pedestrian crossing bridge, zone 2 is road link under the pedestrian crossing bridge and zone 3 is road link after passing the pedestrian crossing bridge. The purpose of this zoning system is to scrutinize speed, volume and capacity fluctuation. Based on the calculation, the vehicle space mean speed on zone 1 and zone 2 are increased 100% and 61%, respectively after the development of pedestrian crossing bridge. However, the speed after passing the bridge is decreased by 21%. It is caused by the increased side friction in that area as the increase of the number number of pedestrians who still cross the road without making use of the bridge. The volume is increased in range 8% - 16% on the street before and after pass the crossing bridge and the capacity increased by 9% on the condition after the development of the pedestrian crossing bridge.;"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S58026
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
David
"Pada dasarnya pilar jembatan yang telah dirancang dengan baik biasanya akan memiliki ketahanan yang baik terhadap beban rencana, baik beban aksial maupun beban lateral. Namun berdasarkan standar desain dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 1727:2013, langkah perhitungan untuk beban lateral berupa beban hidrodinamika banjir masih belum jelas, terutama untuk kecepatan aliran di atas 3,05 m/s. Oleh karena itu, dikhawatirkan desain pilar yang telah dibangun selama ini belum melalui proses perhitungan desain yang matang. Hal ini perlu diwaspadai dan segera dicarikan solusi agar ketika terjadi bencana seperti banjir bandang batuan di kemudian hari, struktur siap menerima beban dinamis yang besar. Salah satu solusi yang coba diadopsi dalam penelitian ini adalah dengan meningkatkan ketahanan struktur pilar jembatan melalui dua pilihan yaitu dengan menambah ukuran diameter pilar atau dengan menambah jumlah dan menyesuaikan posisi pilar terhadap rentang horizontal volume kontrol aliran banjir. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan langkah yang paling tepat untuk menahan aliran banjir bandang batuan melalui analisis respon struktural, seperti tegangan, regangan, deformasi, dan reaksi momen pada pilar. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan software ANSYS 2019 R1 sebagai alat pemodelan. Selain itu juga dibuat beberapa skenario pemodelan dengan variasi langkah peningkatan tahanan dan kerapatan aliran banjir untuk mendapatkan hasil yang benar dan logis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa langkah memperbesar diameter pilar merupakan pilihan yang tepat dalam meningkatkan ketahanan struktur, dan semakin meningkatnya kerapatan aliran banjir akan meningkatkan nilai respon struktur yang terjadi pada pilar.
Basically, bridge piers that have been designed properly will usually have good resistance to design loads, both axial loads and lateral loads. However, based on the design standard in the Indonesian National Standard (SNI) 1727:2013, the calculation steps for lateral loads in the form of flood hydrodynamic loads are still unclear, especially for flow velocities above 3.05 m/s. Therefore, it is feared that the pillar designs that have been built so far have not gone through a mature design calculation process. This needs to be watched out for and immediately find a solution so that when a disaster occurs such as a flash flood of rocks in the future, the structure is ready to accept large dynamic loads. One of the solutions that is tried to be adopted in this study is to increase the resilience of the bridge pier structure through two options, namely by increasing the size of the diameter of the pillars or by increasing the number and adjusting the position of the pillars to the horizontal range of flood flow control volume. This study aims to find the most appropriate steps to withstand the flash flood flow of rocks through the analysis of structural responses, such as stress, strain, deformation, and moment reactions on the pillars. To achieve this goal, the ANSYS 2019 R1 software is used as a modeling tool. In addition, several modeling scenarios were made with variations in steps to increase resistance and flood flow density to get correct and logical results. The results showed that the step to increase the diameter of the pillars is the right choice in increasing the resilience of the structure, and the increasing flood flow density will increase the value of the structural response that occurs in the pillars."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nefaliana Rahma
"Skripsi ini membahas tentang pemutusan perjanjian Build, Operate and Transfer
yang dalam praktiknya dalam kasus Putusan No. 600 K/PDT/2018 dimungkinkan
adanya penyampingan terhadap Pasal 1266 KUHPerdata mengenai tidak
diperlukannya putusan pengadilan dalam pemutusan perjanjian. Dalam penelitian
ini adanya penyampingan pasal yang diperbolehkan dalam Putusan Tingkat
Pengadilan Negeri dengan alasan para pihak sepakat bahwa apabila terjadi
perbuatan lalai dalam melakukan pemenuhan prestasi oleh pihak kedua dalam masa
pembangunan fisik bangunan setelah lewatnya waktu dalam perjanjian maka pihak
kedua dinyatakan wanprestasi, dan oleh karena alasan tersebut serta kesepakatan
dalam perjanjian dilakukannya penyampingan Pasal 1266 KUHPerdata pihak
pertama berhak memutus perjanjian ini secara sepihak, para pihak juga setuju
bahwa pemutusan tersebut tidak memerlukan putusan pengadilan. Dalam hal ini,
hakim Pengadilan Negeri menyatakan bahwa Penggugat terbukti melakukan
wanprestasi. Dengan demikian, pemutusan perjanjian secara sepihak yang
dilakukan oleh pihak pertama disahkan. Namun pada tingkat Pengadilan Tingkat
Tinggi adanya perbedaan pendapat bahwa penyampingan pasal 1266 KUHPerdata
tersebut tidak dapat dilakukan dan pemutusan perjanjian secara sepihak tidak dapat
dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan studi dokumen putusan dan bahan
kepustakaan dan digunakan deskriptif analisis. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa penyampingan Pasal 1266 KUHPerdata dapat dilakukan apabila kedua belah
pihak sepakat adanya penyampingan dengan tidak diperlukannya putusan
pengadilan asalkan wanprestasinya terpenuhi. Bagi para hakim mungkin dapat
mempertimbangkan lebih dalam mengenai adanya perbuatan wanprestasi atau
tidak
This thesis will discuss the termination of agreement in Build, Operate and Transfer agreement model which is practiced in the case of Decision No. 600 K / PDT / 2018 where it is possible to waive Article 1266 of the Civil Code regarding the absence of court decisions in terminating the agreement. This research shows an article that is allowed in the District Court Decision, on the grounds that the party involved agrees that in an event of negligence in fulfilling performance of an agreement by the second party in a physical construction period of a building after the lapse of time in the agreement then the second party is deemed default, and for that reason as well as the agreement in the agreement on the attachment of Article 1266 of the Civil Code, the first party has the right to terminate this agreement unilaterally, parties also agrees that the termination/severance does not require a court decision. In this case, the District Court judge stated that the Plaintiff was proven to have default, therefore, the unilateral termination of the agreement made by the first party is approved. However, High Court does not agree, deeming that putting aside Article 1266 of the Civil Code and the unilateral termination of the agreement cannot be carried out. This research was conducted with the study of decision documents and library materials and use descriptive analysis. The results of this thesis indicate that the waiver of Article 1266 of the Civil Code can be done if both parties agree to the waiver with the need for a court verdict as long as the default is fulfilled. Judges may consider more deeply whether there is a default or not."
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arya Perdana
"Pada tanggal 10 Mei 1990, terjadi peristiwa hebat yang membuatnya menjadi berita utama di sejumlah surat kabar. Peristiwa tersebut yaitu runtuhnya sebuah jembatan di atas Kali Krasak akibat kebakaran truk tangki bahan bakar. Sampai saat ini masih terjadi kesimpangsiuran tentang mengapa dan bagaimana sebenarnya keruntuhan tersebut dapat terjadi. Bahkan terdapat indikasi terjadinya ledakan sebagai awal dalam peristiwa kebakaran itu.
Prof. Ir. Sidharta S. Kamarwan, guru besar Teknik Sipil FTUI pada waktu itu, segera memberikan penjelasannya dalam laporan singkat mengenai proses keruntuhan Jembatan Krasak secara analitis. Setelah membaca laporan tersebut, penulis merasa tertantang untuk meneruskan hasil penelitian beliau lebih lanjut, yaitu dengan merekonstruksi peristiwa tersebut melalui simulasi menggunakan program ANSYS V8.0, salah satu program simulasi terbaik berbasis analisa elemen hingga.
Simulasi akan dilakukan berdasarkan data-data historis yang diperoleh penulis baik melalui media massa, mewawancarai saksi mata, maupun mengukur langsung dimensi Jembatan Krasak yang masih ada. Perhitungan input beban termal dilakukan berdasarkan literatur dari hasil penelitian terkini. Modelisasi struktur dilakukan secara 3 dimensi dengan model 2 dimensi sebagai pembanding. Analisa struktur dilakukan secara nonlinear, baik material ataupun geometri. Pengamatan hasil dilakukan terhadap perubahan deformasi dan hubungan tegangan-regangan akibat kenaikan suhu. Kedua hal tersebut akan berbicara banyak mengenai urutan kejadian peristiwa keruntuhan Jembatan Krasak yang tidak tercatat dan terlihat oleh media massa maupun saksi mata.
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesa yang dilakukan oleh Prof. Ir. Sidharta S. Kamarwan sudah tepat, yaitu penyebab utama keruntuhan Jembatan Krasak yang berupa kenaikan tegangan elemen akibat kenaikan suhu dan beban tetap ditambah dengan berkurangnya nilai Modulus Elastisitas. Tepatnya kenaikan tegangan tersebut pada simulasi mencapai 1603% dengan penurunan Modulus Elastisitas sebesar 90,7%. Selain itu hasil akhir simulasi mengindikasikan bahwa hal-hal yang dihasilkan oleh simulasi ini, baik langkah-langkah keruntuhan dan hubungan tegangan-regangan tiap batang profil struktur Jembatan Krasak, dapat dianggap sesuai dengan kondisi sebenarnya. Dari hasil simulasi juga didapat bahwa pola keruntuhan yang terjadi pada Model 3D memberikan gambaran yang lebih mendekati kenyataan dibandingkan dengan Model 2D.

At May 10th 1990, a great incident that making it as almost every newspaper headline happened. That incident was a collapse of a bridge on Krasak River resulting fuel truck tank fire. There are much unclear nesses about why and how exactly the incident happened, even until now. Yet explosion indicated to be happening as the beginning of the incident.
As a Professor of Civil Engineering study, Ir. Sidharta S. Kamarwan soon established his explanation in a short report of analytical study of Krasak Bridge collapse process. After reading the report, came some courageous feeling to continue his research a step forward, with reconstructing the incident through simulation using ANSYS V8.0, one of the best-advanced finite element analysis based engineering simulation programs ever exist.
The simulation will be done based on historical data from reading the news, to interviewing the eyewitness, even with measuring Krasak Bridge's steel profiles dimension itself. Thermal load input calculation was done with formula and charts from the study conducted from the Swedish Method. The bridge's structure will be modeled 3 dimensionally and being compared with its 2 dimensional result. Structural analysis will be conducted with nonlinear analysis, taking into account geometrical and material nonlinearities. Deformation and stress-strain relationship changing caused by temperature rise will be the simulation result that being observed. Those two points could tell us a lot that happened from the sequence of the Krasak Bridge collapse that unseen or unwritten by the eyewitnesses or the mass media.
This simulation result indicated that hypothesis done by Prof. Ir. Sidharta S. Kamarwan was accurate, especially about main cause of Krasak Bridge collapse which was element stress rise resulting temperature rise and constant dead load plus decreasing of Modulus of Elasticity. Those element stress rise that was exactly calculated in the simulation, get higher until 16.03 times bigger than its initial stress. The Modulus of Elasticity itself decreases until 90.7% of its initial value. In the other hand, final simulation result indicates that things obtained by this simulation, from its collapse process to stress-strain relationship of Krasak Bridge structural profile, are appropriate with the original condition. The result also show that the collapse process of 3D model give a better view of what exactly happened at the actual condition rather than the 2D model.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S35285
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mitra Wisnu Hargono
"Penelitian tentang Bridge-Wire Detonator merupakan hal yang penting karena detonator jenis ini paling sering digunakan pada industri militer dan pertambangan. Pengaruh dari besaran energi inisiasi yang diberikan oleh Bridge-Wire Detonator dapat diamati melalui karakteristik dari perambatan gelombang detonasi dari hasil pembakaran campuran bahan bakar-oksidator di dalam Pipa Uji Detonasi. Penelitian perambatan gelombang detonasi dilakukan dengan Pipa Uji Detonasi yang dilengkapi dengan pressure transducer, ion probe sensor dan soottrack record. Variasi tegangan listrik pada Bridge-Wire Detonator dari 90 volt hingga 120 volt dengan interval 10 volt, tekanan awal campuran bahan bakar-udara dari 30 kPa hingga 50 kPa dengan interval 10 kPa, sedangkan campuran bahan bakar-oksidator yang digunakan ada 2 macam yaitu hidrogen-oksigen dan hidrogen-udara. Hasil yang diperoleh berupa tekanan yang dihasilkan dari proses pembakaran serta visualisasi gelombang detonasi yang terekam pada soottrack record akan dapat menggambarkan pengaruh besaran energi inisiasi yang diberikan oleh Bridge-Wire Detonator terhadap karakteristik perambatan gelombang detonasi dari hasil pembakaran campuran bahan bakar-udara sehingga dapat digunakan sebagai dasar rancangan Bridge-Wire Detonator yang lebih efisien.

Research on Bridge-Wire Detonator is important because this detonator is the most commonly used in the military and mining industries. The influence of the initial energy given by Bridge-Wire Detonator can be observed through the characteristics of the detonation wave propagation from the combustion of the fuel-oxydizer mixtures in the Detonation Test Tube. Experiment of detonation wave propagation is done by using the Detonation Test Tube equipped with arrays of pressure transducers, ion probe sensors and soottrack record. The variations in power supply voltage at Bridge-Wire Detonator are from 90 volts to 120 volts with 10 volt intervals, the variations for initial pressure of the fuel-oxydizer mixture are from 30kPa to 50 kPa with an interval of 10 kPa, while the fuel-oxydizer mixture used on this experiment are hydrogen-oxygen and hydrogen-air. Results obtained in the form of pressure generated by the combustion process and the visualization of the detonation wave recorded on soottrack record will be able to describe the effect of the amount of initial energy given by Bridge-Wire Detonator for detonation wave propagation characteristics from the combustion of the fuel-oxydizer mixture that can be used as basic design of more efficient Bridge-Wire Detonator.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
T42246
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>