Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 1408 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mahar Mardjono
Jakarta: Dian Rakyat, 1978
618.298 MAH n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: UI-Press , 1986
612.8 KUM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Berent, Stanley
New York: Taylor & Fransic, 2009
616.075 47 BER n III
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ginsberg, Lionel
Jakarta: Erlangga, 2008
616.8 GIN lt (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"This book offers complete coverage of clinically important topics in neurology."
New York: McGraw-Hill Education, 2017
616.8 HAR
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mahar Mardjono
"

Neurologi dalam bentuk pengetahuan kedokteran dan keilmuan di Indonesia memang belum mendapat perhatian selajaknja, baik dari para dokter maupun dari masjarakat. Untuk dapat mengerti tugas neurologi dalam rangka "nation building", hendaknja dikenal dahulu potensi neurologi. Jang mengenal tugas neurologi tanpa mempunjai pengertian tentang ilmu tersebut ialah para penderita penjakit saraf Jang seharusnja mengerti tentang tugas neurologi, akan tetapi sering tidak mengetahuinja ialah para. dokter. Kegandjilan tersebut disebabkan oleh berbagai keadaan dimasa jang lampau.

Dizaman kolonial Belanda, meskipun para gurubesar dalam mata peladjaran neurologi ialah orang kenamaan jang meninggalkan hasil karia jang sangat berharga, neurologi tidak dapat berkembang sebagaimana mestinja, Bantuan materiil, dari pimpinan sangat kurang, sedangkan para dosen dalam mata peladjaran neurologi; baik pada , Geneeskundige Hogesehool" di Djakarta (Profesor VAN WULFFTEN PALTHE) maupun pada NederIands Indische Artsen School di Surabaja (DR. VAN DER SCHAAR) ialah seorang psikiater-neurolog jang lebih memperhatikan psikiatri daripada neurologi.

Gurubesar jang kemudian diberi tugas khusus dalam neurologi, jaitu Profesor VERHAART, ialah seorang jang memang menjerahkan djiwa dan raganja kepada neurologi, akan tetapi titik berat kegiatannja diletakkan pada bidang riset, terutama pada bidang neuroanatomi, sedangkan klinik neurologi kurang diperhatikan. Pendidikan dalam neurologi untuk para mahasiswa dan dokter oleh karena itu tidak dapat menambah semangat untuk lebih memperdalam pengertian tentang neurology.

Berkat kemerdekaan bangsa kita kini dalam memperkeimbangkan neurologi maka kita dapat menentukan keinginan dan keaktifan kita sendiri.

Konfrontasi terhadap penderitaan rakjat disegala bidang telah membangkitkan semangat pada kita ,untuk ikut meringankan beban penderitaan tersebut dan menimbulkan hasrat untuk bekerdja menudju kekemakmuran bangsa Indonesia. Profesor SLAMET IMAM SANTOSO ialah gurubesar pertama dalam neurologi dan psikiatri di Indnnesia jang mempunjai pandangan luas untuk masa depan, sehingga dibawah pimpinannja neurologi dan psikiatri dipisahkan dan diserahkan kepada tenaga angkatan muda. Dibawah bimbingannja Bagian Neurolagi dapat berkembang dan mengikuti kemadjuan ilmiah dalam bidang neurologi internasional. Dibawah pimpinannja angkatan muda di Bagian Neurologi diberi kebebasan seluasnja untuk dapat mendjalankan pekerdjaan sebaik-baiknja. Berkat peladjaran dari Profesor SLAMET IMAN SANTOSO saja menjadari benar tugas neurologi dalam membentuk masjarakat Indonesia jang sehat dan makmur.

Meskipun neurologi dapat dianggap sebagai salah satu tjabang ilmu kedokteran jang termuda, namun sebenarnja telah lama neurologi dipraktekkan diberbagai tjabang ilmu kedokteran lainnja.

Djustru karena sifatnja jang universal dan berintegrasi maka neurologi lama sekali tidak dianggap sebagai tjabang ilmu kedokteran jang berdiri sendiri.

"
Jakarta: UI-Press, 1965
PGB Pdf
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
Dedi Damhudi
"Faktor yang sangat penting pada tahap awal perawatan pada pasien stroke berat fase akut adalah mengetahui kondisi pasien sedini mungkin untuk mencegah komplikasi yang lebih parah dan kematian, oleh sebab itu diperlukan suatu metode pengkajian fokus sistem syaraf yang lengkap dan akurat seperti metode NIHSS dan ESS. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan keakuratan kedua metode ini hampir sama untuk melihat kondisi pasien stroke fase akut.
Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi efektifitas pengkajian metode NIHSS dan ESS dalam membuat diagnosa keperawatan aktual pada pasien stroke berat fase akut di RSUP Fatmawati Jakarta. Penelitian ini menggunakan desain pra-eksperimen "Postest only design" sering juga disebut "The one shot case study". Besarnya sampel menggunakan teknik "Non Random jenis Purposive Sampling" sehingga didapat 18 responden yang merupakan total sampel yaitu pasien yang dipilih sesuai kriteria inklusi. Kemudian dilakukan analisis dengan α = 0,05 menunjukkan hubungan sangat kuat (r = 0,904 ) berpola positif pada nilai NIHSS dan berpola negatif ( r = -0,912 ) dan p value =1.000.
Penelitian ini menyimpulkan tidak ada perbedaan efektifitas penggunaan metode NIHSS dan ESS terhadap pembuatan diagnosa keperawatan yang aktual pada pasien stroke berat fase akut. Hal ini terjadi karena komponen pemeriksaan pada NIHSS juga terdapat pada ESS. Oleh sebab itu sebagai seorang perawat di ruang unit stroke sangatlah penting untuk menguasai pengkajian metode ini dalam rangka meningkatkan mutu asuhan keperawatan sehingga mempercepat proses penyembuhan pasien.

The most important factor on early stage of caring patient with severe stroke is identifying patient condition as early as possible to prevent serious complication and death. Therefore, it is important to have assessment method that is focused on neurology system, comprehensive and accurate like NIHSS and ESS assessment method. The previous study shows that both NIHSS and ESS methods are effective to distinguish acute phase severe stroke`s patient.
The goal of this study is to identify the effect of NIHSS and ESS assessment method on the developing actual nursing diagnosis on the acute phase severe stroke`s patient in Fatmawati Hospital Jakarta. This study uses experiment with post-test only design which is commonly called as the one shot case study. Non-random purposive sampling is the sampling method that is used in this study. Based on the inclusive criteria eighteen respondents were identified as samples in this study. The data analysis using α = 0,05 shows the strong positive relationship (r = 0,904) for NIHSS assessment value and negative pattern (r = -0,912) for ESS assessment value with the p value = 1.000.
There is no significant different the effect of using NIHSS and ESS methods on developing actual nursing diagnosis on the acute phse severe stroke`s patient. This possibly happens since some of assessment components of NIHSS are the same with ESS assessment method. Therefore, it is important for the nurses to be able to use both assessment methods in order to improve the quality of nursing care and shorten the recovery process of the patient."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lumbantobing
Jakarta: BP FKUI, 2013
616.8 LUM n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Sulistyanto
"Pendahuluan: APCD yaitu Acquired Prothrombin Complex Deficiency merupakan gangguan hemostasis yang sering terjadi pada bayi baru lahir. Manifestasi paling berat adalah terjadinya perdarahan intrakranial. Tatalaksana penderita perdarahan intracranial pada APCD membutuhkan kerjasama antara disipln hematologi anak dan bedah saraf untuk mengusuhakan prognosis yang optimal.
Tujuan: Mengetahui profil klinis dan luaran terutama terkait intervensi pembedahan pada penderita perdarahan intracranial terkait Acquired Prothromin Complex Deficiency di Rumah Sakit CiptoMangunkusumo pada kurun waktu 2009 hingga 2013.
Metode: Studi potong lintang deskriptif analitik pada rekam medis pasien-pasien yang mengalami perdarahan intracranial terkait APCD di RSCM pada kurun waktu 2009-2013. Karakteristik dasar, intervensi pembedahan dan faktor luaran dievaluasi dan dianalisis.
Hasil: Terdapat 21 pasien dengan perdarahan intracranial terkait APCD di RSCM selama kurun waktu 2009-2013. Terdapat 4 pasien yang meninggal (22.2%) dan 6 pasien (33.3%) yang mengalami morbiditas neurologis saat pulang rawat. Rasio jenis kelamin laki-laki dibandingkan perempuan adalah 2 : 1. Mayoritas pasien berusia kurang dari 2 bulan (57.1%) dengan puncak kejadian pada usia 1 bulan. Semua kecuali dua pasien terindikasi operasi namun hanya 18 pasien yang dilakukan tindakan. Jenis tindakan mayoritas berupa burrhole (72.8%). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara karakteristik dasar maupun intervensi pembedahan dengan luaran.
Kesimpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara jenis tindakan bedah saraf dibandingkan luaran pada pasien perdarahan intracranial terkait APCD berdasarkan penelitian ini. Dibutuhkan penelitian dengan desain lebih baik dan sampel yang lebih banyak di masa mendatang.

Introduction: Acquired Prothrombin Complex Deficiency is an acquired hemostatic disorder which manifests in the newborn period. The most devastating sign is Intracranial Hemrrhage. Treatment for this disorder requires swift cooperation between pediatric hematologist and neurosurgery to ensure optimal outcome.
Objectives: To obtain the clinical profile and outcome especially related to neurosurgical intervention in patients with intracranial hemorrhage related to Acquired Prothrombin Complex Deficiency in CiptoMangunkusumo Hospital during 2009-2013.
Methods: Cross sectional descriptive analytic study using medical records of patients with intracranial hemorrhage related to APCD in RSCM during 2009-2013. Baseline characteristic, surgical intervention and outcomes are evaluated.
Results: There are 21 patients with intracranial hemorrhage related to APCD in RSCM during 2009-2013. There are 4 mortality (22.2%) and 6 patients with immediate neurologic morbidity (33.3%) during hospital discharge. Ratio of male to female are 2 :1. Majority of patients are under 2 months of age (57.1%) with peak incidence at 1 month. All but two patients are indication for neurosurgical intervention but ultimately only 18 patients are operated. Majority of surgery was burrhole (72.8%) There are no significant relationship statistically between all baseline characteristic or intervention with outcome.
Conclusions: There are no significant different in the type of neurosurgical intervention related to outcome in patients with intracranial hemorrhage related to APCD. Study with better design and larger samples is needed in the future to confirm this finding.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>