Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 90602 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Universitas Indonesia, 2000
TA342
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
"Telah dikembangkan analisis kalsium dalam tanah dengan Atomic Absorption Spectrofotometri (AAS). Tujuan penelitian ini adalah validasi untuk mengetahui kinerja metode, Validasi telah dilakukan dengan parameter meliputi linieritas, limit deteksi, limit kuantitasi, presisi, akurasi, selektivitas dan uji ketangguhan (ruggedness). Validitas metode yang dilakukan secara umum baik, dengan hasil linieritas yang baik, dengan R2 = 0,9973; limit deteksi 0,3493 ppm; limit kuantitasi 1,1644 ppm; ketelitian yang baik dengan nilai RSD dibawah 5% yaitu 1,97%; ketepatan yang baik dengan uji pungut ulang (recovery) berkisar antara 97,49% - 99,32%; dan selektivitas serta uji ketangguhan (ruggedness) baik. Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa metode analisis kalsium dalam tanah dengan AAS telah tervalidasi."
541 JSTK 2:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Rahmawati
"ABSTRAK Kriptan[2,2,2] merupakan ligan tiga dimensi yang mempunyai diameter rongga 2,8 ?. Dengan ukuran rongga tersebut, diharapkan kriptan[2,2,2] dapat membentuk kompleks dengan ion logam Sm(III) yang mempunyai diameter 2,196 ?. Pembentukan kompleks antara ion Sm(III) dengan ligan kriptan[2,2,2] pada fasa bulk dan antarmuka telah dipelajari secara spektrofotometri UV-Vis dengan metode ekstraksi cair-cair (batch) dan High Speed Stirring (HSS). Pada fasa bulk, optimasi kondisi ekstraksi (metoda batch) kompleks kation Sm(III)-kriptat[2,2,2] dilakukan dengan memvariasikan lamanya pengocokan, lamanya pemisahan kedua fasa, dan pH larutan. Fenomena antarmuka pada metode HSS dipelajari dengan menggunakan kondisi optimum ekstraksi pada fasa bulk. Kondisi optimum ekstraksi kompleks kation Sm(III)-kriptat[2,2,2] dalam sistem heksana-air adalah lamanya waktu pengocokan dan pemisahan kedua fasa berturut-turut 25 dan 50 menit, serta pH ekstraksi 5,07. Kompleks kation yang terbentuk adalah [Sm(III)-kriptat[2,2,2]]3+ yang lebih larut dalam fasa air, ?max 265 nm. Untuk meningkatkan ekstraksi kompleks ke fasa organik, ditambahkan ion pikrat sebagai pasangan ion. Kompleks pasangan ion yang terekstrak ke fasa organik adalah [Sm(III)-kriptat[2,2,2]-pikrat]Cl2 karena dilarutan terdapat Cl-, ?max 277-278 nm. Dengan menggunakan metode spektrofotometri HSS maka dapat diketahui fenomena antarmuka. Adanya perbedaan absorbansi pada ?max saat kecepatan tinggi (4500 rpm) dan keadaan terhenti (0 rpm), dapat diketahui nilai konstanta adsorpsi spesi kimia pada antarmuka (K?) dalam sistem heksana-air. Nilai K? ligan kriptan[2,2,2] = 7,57x10-4 cm dan K? kompleks pasangan ion [Sm(III)-kriptat[2,2,2]-pikrat]Cl2 4,37x10-6 cm. Kata kunci: Metode batch, spektrofotometri HSS, kriptan[2,2,2], logam Sm(III), pikrat, antarmuka cair-cair."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melia Kurniati
"ABSTRAK
Dalam Penelitian sebelumnya tanin banyak digunakan sebagai pengompleks ion-ion logam. Pembentukan kompleks asam Iemah tannin dipengaruhi kondisi Iingkungan seperti pH larutan. Pada penelitian ini dipelajari karakteristik tanin, kompleksnya clan kestabilannya pada beberapa pH secara spektrofotometri.
Karakteristik kompleks tanin dipelajari dengan titrasi spektrofotometri. Untuk mempelajari karakter kompleks tanin sebelumnya dilakukan karakterisasi gugus fungsi tanin dengan spektroskopi IR, uv, clan mereaksikan tanin dengan ion Fe 2+ . Ligan makromolekul tanin dititrasi penambahan ion Fe2 . Ligan makromolekul tanin dititrasi dengan ion logam Cu(II) dan Co(II) pada pH yang sama dan secara kontinyu diukur serapannya..
Tetapan kestabilan kondisional kompleks dipelajari dengan persamaan Scatchard dengan parameter v dan v/M yang telah digunakan dalam penentuan tetapan kestabilan kondisional kompleks makromolekul asam humat dan protein.
Analisis tanin dengan IR dan reaksinya dengan ion Fe21 menunjukkan bahwa tanin aldrich yang digunakan dalam percobaan termasuk golongan pirogallol atau tanin terhidrolisis yang mempunyai gugus aktif fenol dan karboksilat. Spektra uv tanin menunjukkan serapan yang meningkat dengan naiknya pH. Spektra komplekS tidak berbeda secara signifikan dengan
spektra ligan bebasnya. Penurunan serapan karena penambahan ion logam setelah koreksi pengenceran sangat kecil clan kurva titrasi yang diperoleh sangat landai.
Secara keseluruhan nilai tetapan kestabilan kondisional kompleks (K') tanin turun pada pH yang lebih tinggi. Berdasarkan teori dan penelitian sebelumnya dengan metoda lain maka hasil ini bertolak belakang sehingga penggunaan metoda spektrofotometri uv untuk menentukan tetapan kestabilan kondisional kompleks harus dipertimbangkan kembali."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kenandi Raihan Librianto
"Latar Belakang L-Sitrulin merupakan asam alfa-amino non-protein yang disintesis dalam siklus urea. L- Sitrulin sendiri memiliki beberapa fungsi dalam tubuh, yaitu sebagai produk sekunder dari nitrat oksida yang merupakan hasil dari oksidasi arginin. Nitrat oksida memiliki beberapa fungsi yang di antaranya adalah sebagai molekul antioksidan, antiinflamasi, serta, vasoproteksi. L-Sitrulin ini ditemukan pada berbagai buah famili Cucurbitaceae. Adapun beberapa contoh buah famili Cucurbitaceae di antaranya adalah melon, semangka, mentimun, dan labu siam. Akan tetapi, belum ada penilitian terkait apakah ada perbedaan kadar L-Sitrulin di buah semangka merah dan buah semangka kuning. Oleh karena itu, peneliti terdorong dan ingin membuktikan kadar sitrulin pada buah semangka merah dan kuning. Metode Penelitian yang dilakukan menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Desain ini dilakukan untuk mengetahui kadar L-Sitrulin di dalam buah semangka merah dan semangka kuning dengan metode Knipp dan Vasak sebagai acuan. Adapun sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah kadar L-sitrulin dalam berat bersih 50 gram buah semangka merah dan semangka kuning. Hasil Berdasarkan hasil pengukuran, semangka merah dan kuning memiliki kadar sitrulin dalam 100 gram sampel masing-masing adalah 2,55 gram/100 gram sampel dan 2,63 gram/100 gram sampel. Hasil pengukuran dua jenis buah tidak memiliki perbedaan yang bermakna dengan nilai p > 0,05. Kesimpulan Semangka merah dan kuning memiliki kadar sitrulin yang cukup untuk dikonsumsi berdasarkan pengukuran dan pengujian data yang telah dilakukan.

Introduction L-Citrulline is a non-essential alpha-amino acid that is synthesized in the urea cycle. L- Citrulline itself has several functions in the body, namely as a secondary product of nitric oxide which is the result of arginine oxidation. Nitric oxide has several functions, including as an antioxidant, anti-inflammatory, and vasoprotective molecule. L-citrulline is found in various fruits of the Cucurbitaceae family. Some examples of the Cucurbitaceae family include melons, watermelons, cucumbers and chayote. However, there has been no research related to whether there is a difference in L-citrulline levels in watermelon red flesh and yellow flesh watermelon. Therefore, researchers are motivated and want to prove the levels of citrulline in red and yellow flesh watermelons. Method The research was conducted using a descriptive design along with a quantitative approach. This design was carried out to determine the levels of L-Citrulline in red watermelon and yellow watermelon using the Knipp and Vasak method as a reference. The samples used in this study were L-citrulline levels in a net weight of 100 grams of red watermelon and yellow watermelon. Results Based on the measurement results, red and yellow flesh watermelon have citrulline levels in 100 grams of sample, respectively 2.55 grams/100 grams of sample and 2.63 grams/100 grams of sample. The measurement results of the two types of fruit did not have a significant difference with a p value > 0.05. Conclusion Red and yellow watermelons have sufficient citrulline levels for consumption based on measurements and testing data that have been carried out."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadhila Adani
"ABSTRAK
Seng dan tembaga sebagai mineral esensial yang dibutuhkan oleh tubuh akan sulit terabsorbsi ketika berada dalam bentuk logam bebasnya, sehingga dilakukan sintesis untuk mendapatkan bentuk organik dari mineral tersebut agar dapat meningkatkan bioavailabilitas dengan cara pembuatan senyawa kompleks atau terikat secara kovalen koordinat terhadap asam amino. Pada percobaan ini dilakukan sintesis kompleks Zn Met 2, ZnTrp, Cu Lys 2 dan Cu Ile 2 berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar logam dalam bentuk bebas maupun yang terikat asam amino pada kompleks. Verifikasi terbentuknya kompleks dilakukan dengan FTIR, yang ditandai dengan terjadinya pergeseran spektrum serapan pada kompleks. Penetapan kadar logam dalam kompleks ditentukan menggunakan AAS. Rendemen yang diperoleh untuk kompleks Zn Met 2, ZnTrp, Cu Lys 2, dan Cu Ile 2 berturut-turut adalah 95,99 , 94,18 , 91,89 , dan 95,73 dengan kadar logam total kompleks berturut-turut sebesar 199,51 mg/g, 246,98 mg/g, 176,99 mg/g, dan 189,75 mg/g. Dapat disimpulkan bahwa kadar mineral terikat maupun bebas pada tiap kompleks hasil sintesis berbeda, tergantung jenis mineral dan ligannya.

ABSTRACT
Zinc and copper are trace minerals that is essential for the body but is difficult to be absorbed while being in a free metal state, thus a method of synthesis was done to obtain an organic form from these minerals in order to increase their bioavailability by producing metal complexes where the metal ion forms a coordinate covalent bond with amino acids. In this experiment, the method of synthesis used for Zn Met 2, ZnTrp, Cu Lys 2 and Cu Ile 2 complexes were taken from previous studies. Verification of the samples were done with FTIR, which can be determined by stretched spectrums produced by the complexes. Analysis of metal content in complexes was done by using AAS. Results of yield gained from the synthesis of complexes for Zn Met 2, ZnTrp, Cu Lys 2, and Cu Ile 2 respectively are 95.99 , 94.18 , 91.89 , dan 95.73 with metal content as much as 199.51 mg g, 246.98 mg g, 176.99 mg g, dan 189.75 mg g for each complex respectively. In conclusion, mineral concentrations found in each complexes were different, depending on the type of minerals and ligands."
2017
S69063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Satria Wicaksono
"Pada penelitian ini akan dilakukan modifikasi pereaksi Schryver yang diharapkan dapat memberikan stabilitas dan terbentuknya warna yang spesifik dan sensitif antara pereaksi dan formaldehida dengan batas deteksi yang lebih baik dari pereaksi Schryver. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pereaksi untuk analisis formaldehida melalui reaksi polimerisasi oksidatif menggunakan kalium peroksodisulfat (PDS) dan untuk mengidentifikasi penggunaan formaldehida pada ikan dan udang segar yang dijual di Pasar Minggu.
Penelitian ini diawali dengan identifikasi kandungan formaldehida dalam sampel ikan dan udang segar kemudian dilanjutkan dengan analisis kuantitatif untuk memperkuat hasil yang diperoleh. Analisis kualitatif dan kuantitatif formaldehida secara spektrofotometri UV-Vis dilakukan dengan pereaksi terpilih (asam sulfanilat dan PDS).
Hasil validasi metode menunjukkan batas deteksi 0,0244 mg/L, batas kuantitasi 0,0815 mg/L, dan koefisien variasi 1,90%. Perolehan kembali formaldehida dalam sampel ikan berkisar antara 86,33-105,61% sedangkan dalam sampel udang 90,97-101,36%. Identifikasi terhadap sampel ikan dan sampel udang menunjukkan hasil yang positif dan hasil analisis kuantitatif pada seluruh sampel memperkuat hasil yang diperoleh, yaitu ditemukan adanya formaldehida dalam sampel ikan dan udang segar di Pasar Minggu dengan kadar rata-rata sebesar 888,32 μg/g untuk sampel ikan dan kadar rata-rata sebesar 1013,60 μg/g untuk sampel udang.

In this research, Schryver modification reagent that is expected to provide stability and formation of specific and sensitive color between the reagent and formaldehyde with a detection limit better than Schryver reagents. This research aims to obtain reagents for the analysis of formaldehyde through oxidative polymerization reaction using potassium peroxodisulfat (PDS) and to identify the use of formaldehyde in fish and fresh shrimp sold in Pasar Minggu.
The first step of this research was formaldehyde identification in fish and shrimp samples and the next was quantitative analysis to assure the results obtained. Qualitative and quantitative determination was carried out spectrophotometrically using the selected reagent (sulfanilic acid and PDS). The limit of detection, limit of quantitation, and coefficient of variation for formaldehyde were 0.0244 mg/L, 0.0815 mg/L,and 1.90%, respectively. Recovery of formaldehyde in fish samples was 86.33-105.61% and shrimp samples was 90.97-101.36%.
Qualitative determination in fish samples and shrimp samples showed positive results and the quantitative analysis confirmed that formaldehyde was found in the fresh fish and shrimp samples from Pasar Minggu with an average concentration of 888.32 ug/g for fish samples and the average concentration of 1013.60 ug/g for shrimp samples.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2011
S54642
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>