Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102845 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 2007
TA1440
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Allansyah Putra Dewantoro
"Perlombaan FSAE merupakan perlombaan balap mobil formula tingkat mahasiswa yang memiliki tipe track yang terdiri dari banyak tikungan dan lintasan lurus yang pendek. Semua tim yang berpartisipasi dibebaskan untuk membuat strategi mereka sendiri mengenai bagaimana cara untuk memaksimalkan catatan waktu mereka selama masih sesuai dengan rulebook yang berisi regulasi mobil dalam perlombaan tersebut. Salah satu cara untuk memaksimalkan catatan waktu ketika balap adalah dengan menggunakan aerodynamic devices. Aerodynamic devices merupakan berbagai part mobil yang dapat merekayasa jalannya fluida angin sehingga mobil dapat bergerak dengan lebih cepat. Dalam perlombaan ini, aerodynamic devices yang bekerja maksimal akan memberikan down force yang dapat membuat ban memiliki grip lebih besar sehingga mobil dapat berjalan di tikungan dengan lebih cepat. Komponen tersebut terdiri dari front wing dan rear wing. Penelitian ini melakukan variasi angle of attack untuk mendapatkan nilai Cl/Cd optimal. Analisis aerodynamic devices dilakukan menggunakan metode computational fluid dynamics (CFD) dengan kecepatan 23 m/s. Hasil penelitian didapatkan bahwa sudut optimal front wing adalah 2° dan 14° sedangkan untuk rear wing adalah 2° dan 18°.

The FSAE competition is a student-level formula car race that has a track type consisting of many bends and short straights. All participating teams are free to make their own strategy regarding how to maximize their time records as long as they are in accordance with the rulebook which contains car regulations in the race. One way to maximize time records when racing is to use aerodynamic devices. Aerodynamic devices are various car parts that can engineer the flow of wind fluid so that the car can move faster. In this race, aerodynamic devices that work optimally will provide down force which can make the tires have more grip so that the car can go around corners more quickly. These components consist of the front wing and rear wing. This study varied the angle of attack to obtain optimal Cl/Cd values. Aerodynamic device analysis was carried out using the computational fluid dynamics (CFD) method with a speed of 23 m/s. The results showed that the optimal angle for the front wing is 2° and 14° while for the rear wing is 2° and 18°"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Reyner Arden
"

Latar Belakang: Prevalensi berat badan lebih dan obesitas pada pekerja usia dewasa mengalami peningkatan dari tahun ke tahun seiring dengan perubahan gaya hidup yang terjadi. Kedua hal yang mencerminkan komposisi tubuh yang buruk ini merupakan faktor risiko dari berbagai penyakit kronik. Sebaliknya, daya tahan kardiorespirasi yang baik dapat memberikan berbagai manfaat kesehatan. Tujuan: Mengetahui pengaruh perubahan daya tahan kardiorespirasi terhadap komposisi tubuh pada pekerja duduk. Metode: Penelitian ini menggunakan metode potong lintang dengan sumber data sekunder. Sejumlah 82 subjek penelitian yang merupakan pekerja duduk di Jakarta tahun 2018, dibagi menjadi kelompok uji dan kontrol yang masing-masing terdiri dari 41 subjek. Kelompok uji mendapatkan intervensi berupa latihan fisik berbasis tempat kerja selama 12 minggu. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji korelasi Pearson, Spearman, dan uji T-berpasangan. Hasil: Didapatkan peningkatan rerata nilai Indeks Massa Tubuh sebesar 0,14 kg/m2, peningkatan rerata presentase lemak sebesar 0,56%, penurunan rerata ukuran lingkar pinggang sebesar 2,56 cm, dan peningkatan rerata nilai prediksi daya tahan kardiorespirasi sebesar 1,27 mL/kg/menit pada subjek yang menjalani program latihan fisik berbasis tempat kerja selama 12 minggu, walaupun tidak ditemukan hubungan yang signifikan antara perubahan pada nilai prediksi daya tahan kardiorespirasi terhadap ketiga komponen komposisi tubuh tersebut. Simpulan: Peningkatan daya tahan kardiorespirasi dengan program latihan fisik berbasis tempat kerja selama 12 minggu memberikan perbaikan secara klinis pada komposisi tubuh pekerja duduk, meskipun tidak menghasilkan perubahan yang signifikan secara statistik. Diperlukan penelitian lanjutan dengan memerhatikan dugaan faktor-faktor yang memengaruhi hasil tersebut.

 



Background: The prevalence of overweight and obesity in adults has increased in recent years in line with lifesyle changes that occur. These two things that reflect poor body composition are risk factors for various chronic disease. Conversely, good cardiorespiratory fitness can provide health benefits. Objective: This research was done to determine the effect of changes in cardiorespirator fitness on body composition in sitting workers. Methods: This study uses a cross-sectional method with a secondary data sources. A total of 82 research subject were sitting workers in Jakarta in 2018, which were divided into test and control groups, each grup consisting of 41 subjects. The test group received an intervention in the form of workplace based physical exercise for 12 weeks. Data analysis was performed using the Pearson and Spearman correlation test, and paired T-test. Results: There was an increase in the mean value of Body Mass Index by 0,14 kg/m2, an increase in the mean value of percentage of body fat by 0,56 percent, a decrease in the mean value of waist circumference by 2,56 cm, and an increase in the mean predicted value of cardiorespiratory fitness by 1,27 mL/kg/minutes in subjects undergoing a workplace based physical exercise program for 12 weeks, although no significant relationship was found between changes in the predicted value of cardiorespiratory endurance on the three components of body composition. Conclusion: Increased cardiorespiratory endurance with a workplace-based physical exercise program for 12 weeks provided a clinical improvement in sitting workers body composition, although it did not produce statistically significant changes . Further research is needed by considering other factor that may influence this result.

 

"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Samuel Oetoro
"Latar belakang. Obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat dunia dengan prevalensi yang semakin meningkat. Obesitas meningkatan risiko sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskular, yang diyakini akibat inflamasi dan stres oksidatif. Penurunan berat badan (BB) dengan cara diet dan olahraga merupakan strategi dasar dalam manajemen obesitas. Penyandang obesitas seringkali mengalami peningkatan dan penurunan BB yang dikenal sebagai weight cycling (WC). Penelitian menunjukkan risiko sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskular meningkat pada WC dibandingkan dengan penyandang obesitas pemula [first encounter obesity (FEO)]. Penelitian ini bertujuan untuk menilai pengaruh program penurunan BB terhadap komposisi tubuh, petanda sindrom metabolik, petanda inflamasi dan stres oksidatif pada penyandang obesitas WC dibandingkan dengan FEO.
Metode. Penelitian ini merupakan uji klinis terbuka selama delapan minggu yang dilakukan di Balai Kota DKI Jakarta. Subyek penelitian diambil secara konsekutif dan diklasifikasikan menjadi kelompok WC dan FEO. Kedua kelompok diberikan program penurunan BB yang terdiri dari pengurangan asupan energi sebesar 1000 kkal/hari dan olah raga intensitas ringan - sedang tiga kali seminggu selama 45 menit. Pengukuran antropometri dan komposisi tubuh (BB, indeks massa tubuh/IMT, massa lemak/ML, massa bebas lemak/MBL, massa otot/MO, rating lemak viseral, intracellular water /ICW yang merupakan indikator anabolisme protein ), petanda sindrom metabolik (kadar trigliserida/TG dan LP), petanda inflamasi (high sensitivity C-reactive protein/hs-CRP, interleukin/IL-6), dan stres oksidatif (F2-isoprostan) dilakukan pada awal penelitian, minggu ke-4 dan pada akhir penelitian (minggu ke-8).
Hasil. Dari total 73 subyek (34 subyek kelompok WC dan 39 subyek kelompok FEO) didapatkan karakteristik yang setara dalam hal usia, riwayat obesitas pada keluarga, asupan makanan, proporsi komposisi makronutrien, dan aktivitas fisik, namun tidak terdapat kesetaraan dalam hal distribusi subyek laki-laki dan perempuan, riwayat lamanya obes. Kelompok WC memiliki ML yang lebih tinggi , MBL, MO dan ICW yang lebih rendah, serta petanda inflamasi yang lebih buruk dibanding kelompok FEO, sebaliknya kelompok FEO memiliki kadar TG, F2-isoprostan lebih tinggi daripada WC. Setelah intervensi diet dan olah raga selama 8 minggu, penurunan BB, IMT, ML, MBL, MO, rating lemak viseral dan kadar ICW pada kelompok WC cenderung lebih rendah daripada kelompok FEO (p >0,05). Penurunan LP pada kelompok WC cenderung lebih rendah daripada kelompok FEO (p = 0,23). Kadar TG pada kelompok WC meningkat, sedangkan pada kelompok FEO terjadi penurunan kadar TG, namun perbedaannya tidak bermakna (p = 0,055). Penurunan kadar hs-CRP dan IL-6 pada kelompok WC cenderung lebih besar daripada FEO (p >0,05). Penurunan kadar F2-isoprostan lebih tinggi pada kelompok FEO daripada kelompok WC (p = 0,017).
Kesimpulan: Penyandang obesitas WC memiliki ML yang lebih tinggi dari FEO, disamping itu memiliki anabolisme protein yang lebih rendah, oleh karena itu program diet dan olahraga pada WC harus mempertimbangkan modalitas yang mampu meningkatkan anabolisme protein.Penyandang WC memiliki petanda inflamasi yang lebih buruk dibanding FEO, sedangkan setelah menjalani program diet dan olahraga selama 8 minggu pada penelitian ini tidak didapatkan perbedaan perubahan BB, komposisi tubuh, petanda sindrom metabolik, dan petanda inflamasi, kecuali perubahan petanda stres oksidatif yang lebih baik pada penyandang FEO.

Background. The worldwide prevalance obesity is increasing rapidly and has become serious health burden globally. Obesity increases risks of metabolic syndrome and cardiovascular diseases which may partly caused by inflammation and oxidative stress. Effective weight loss programs include diet and exercise,and these interventions are considered as first line strategy of obesity management. Obese individuals often experience repeated cycles of weight loss followed by weight regain, which is recognized as weight cycling (WC). Several studies demonstrated that weight cycler has higher risk of metabolic syndrome and cardiovascular diseases than individuals with first encounter obesity (FEO). This study aimed to assess the effect of weight loss programs using diet and exercise on body composition, selected markers of metabolic syndrome, inflammation, and oxidative stress in obese subjects with WC and FEO.
Methods.This study was an 8-week open clinical trial held at Balai Kota DKI Jakarta. Subjects were recruited consecutively and classified into WC and FEO groups. All subjects were assigned to receive weight loss programs with the following goals: 1,000 Kcal reduction of total energy intake/day and 45-minute mild-to-moderate intensity exercise, three times a week. Antropometric and body composition (body weight/BW, body mass index/BMI, fat mass, fat free mass, muscle mass, visceral fat rating, intracellular water/ICW as indicator of protein anabolism), markers of metabolic syndrome (triglyceride/TG levels and waist circumference), inflammation (high sensitivity C-reactive protein/hs-CRP, interleukin/IL-6), and oxidative stress(F2-isoprostane)were measured at baseline, week 4, and the end of study (week 8).
Results. A total of 73 subjects consisting of 34 subjects with WC (WC group) and 39 subjects with FEO (FEO group). Both groups had similar characteristics in age, family history of obesity, dietary intakes, macronutrient composition, and physical activities; meanwhile, gender and duration of obesity were significantly different between groups. WC group had more body fat, less fat free mass, muscle mass and ICW, higher markers of inflammation than FEO group. On the other hand, TG and F2-isoprostane levels in FEO group were higher than WC group. Following 8-week intervention with diet and exercise, the reduction in BW, BMI, fat free mass, muscle mass, visceral fat rating, and ICW in WC group was comparable with FEO group (p>0.05). The reduction of waist circumference in WC group tended to be lower than FEO group (p = 0.23). Triglyceride levels in WC group increased, but it declined in FEO group. However, these differences were not statistically significant(p= 0.055). The decline in hs-CRP and IL-6 levels in WC group tended to be higher than FEO group (p>0.05). Meanwhile, the decrease in F2-isoprostane levels in FEO group was significantly higher than WC group (p=0.017).
Conclusion.Obese subjects with WC had more body fat but lower protein anabolic capacity than those with FEO. These results suggest that diet and exercise program for weight cycler should consider effective ways to enhance protein anabolism.In addition, obese subjects with WC had higher inflammatory process than those with FEO.Using the current model of 8-week intervention with diet and exercise, this study was not able to demonstrate differences between WC and FEO groupsin the magnitude of changes in body composition and inflammation indicators, except oxidative stress indicator.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2005
S29119
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lin Marlina
"ABSTRAK
Minyak goreng sebagai salah satu komponen pangan yang sering dikonsumsi, ternyata selama proses penggorengan mudah mengalami oksidasi termal. Peneiitian ini bertujuan mengamati pengaruh oksidasi termal terhadap perubahan sifat fisiko-kimia minyak dan fraksi-fraksinya, perubahan komposisi asam lemak dan aktivitas mutagenic.
Penelitian dilakukan dengan memanaskan 4 jenis minyak goreng, yaitu minyak jagung, minyak kelapa sawit, minyak kacang kedelai dan minyak biji bunga matahari pada temperatur 200 °C selama 2, 5 dan 9 jam dengan minyak segar sebagai kontrol. Masing-masing minyak pada setiap lama pemanasan difraksionasi ke dalam fraksifraksi monomer, dimer dan oligomer dengan kromatografi kolom. Analisis komposisi asam lemak dilakukan dengan kromatografi gas dan uji mutagenisitas dengan metoda "Ames" menggunakan bakteri Salmonella typhimurium TA 100.
Fraksionasi minyak menghasilkan persentase fraksi monomer yang menurun selama pemanasan, disertai dengan peningkatan fraksi dimer dan oligomer. Fraksi monomer memiliki indeks bias, angka peroksida dan total karbonil yang lebih rendah dibanding dimernya.
Dan uji anova dua arah (P = 0,01 dan P - 0,05) menunjukkan bahwa pada umumnya parameter yang ditentukan mempunyai perbedaan yang sangat nyata antar jenis minyak dan antar lama pemanasan. Dari uji nilai tengah Duncan, juga umumnya ada antaraksi antar jenis minyak dan lama pemanasan, kecuali komposisi asam lemak.
Hasil uji mutagenisitas menunjukkan positif mutagen untuk dimer minyak jagung, monomer dan dimer minyak kelapa sawit, monomer dan dimer minyak kacang kedelai serta monomer dan dimer minyak biji bunga matahari baik tanpa S-9 maupun dengan penambahan S-9 pada kondisi pengujian dengan S. typhimurium TA 100.

The Effect of Thermal Oxidation on Changes in the Composition and Physico-Chemical Properties of Cooking Oil and Mutagenicity Test with S. typhimurium TA 100Cooking oils, one of the much consumed food components are subjected to thermal oxidation during the frying process. This research aims to observe the effect of thermal oxidation on the changes in the physico-chemical properties of the oils and their (rations, changes in the fatty acid composition and the mutagenic activities of the oils.
The research is conducted by heating four kinds of cooking oils, namely corn oil, palm oil, soybean oil and sunflower seed oil at 200 °C for 2, 5 and 9 hours, using fresh oil as control. Each oil at every heating duration is fractioned into its monomeric, dimeric and oligomeric fractions by column chromatography. The analysis of the fatty acid composition is performed by gas chomatography and the mutagenicity test by the Ames method using the Salmonella typhimuriunt TA 100 bacteria.
The fractionation of the oils lead to results a decreasing in the percentage of the monomeric fractions during heating, accompanied by an increasing in the dimeric and oligomeric fractions. The monomeric fractions had lower refractive index, peroxide value and total carbonyl than their dimers.
A two-way analysis of variance test (P = 0,01 and P = 0,05) showed that the determined parameter generally have a very marked difference among the oil types and heating durations. The Duncan median test also showed an interaction between the oil types and the heating durations, except for the fatty acid composition.
Results of the mutagenicity test showed a positive mutagenic for the dieter of corn oil, the monomer and dieter of soybean oil, the monomer and dieter of sunflower seed oil either without or with the addition of S-9 at testing condition with S. typhimuriwn TA 100.
"
1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inayah
"Imobilitas sering dijumpai pada pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit, yang menyebabkan sulit dilakukan penimbangan. Kondisi lain seperti amputasi, organ tubuh tidak lengkap kongenital, tumor, pembesaran organ, kehamilan, edema atau asites, menyebabkan penimbangan berat badan tidak akurat. Berat badan diperlukan untuk menentukan kebutuhan energi, protein, cairan, serta pemantauan kecukupan tatalaksana nutrisi pada pasien, serta untuk perhitungan dosis obat dan fungsi ginjal. Formula berat badan estimasi telah dikembangkan dengan berbagai parameter antropometri, salah satunya Formula Cattermole yang menggunakan komponen lingkar lengan atas (LILA), dengan beberapa keuntungan yaitu mudah dan cepat dengan alat ukur yang efisien dan mudah dibawa. Penelitian ini merupakan studi potong lintang untuk mengetahui kesahihan rumus estimasi berat badan dengan berat badan (BB) aktual pada pasien rawat inap dewasa di RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta (n=96). Didapatkan hasil rerata BB aktual 58,98 ± 13,80 kg, rerata BB estimasi berdasarkan LILA posisi tegak 60.1±17.28 kg, median BB estimasi berdasarkan LILA posisi baring 60.6 (21,2-114), beda rerata BB aktual dengan BB estimasi berdasarkan LILA posisi tegak -1.12 kg (p=0.16), beda rerata BB aktual dengan BB estimasi berdasarkan LILA posisi baring -1.38 (p=0.17). Dilakukan analisis Bland Altman, didapatkan limit of agreement (LOA) minimal dan maksimal berada di luar batas LOA 5 kg. Pola sebaran titik banyak di luar batas garis LOA baik minimal maupun maksimal pada kurva scatter plot Bland Altman. Sebagai kesimpulan, terdapat selisih antara berat badan estimasi menggunakan formula Cattermole dengan berat badan aktual, serta penelitian masih terbatas dilakukan pada pada pasien rawat inap di Indonesia. Fomula Cattermole belum dapat digunakan pada populasi umum di Indonesia. Diperlukan penelitian lebih lanjut pada populasi lain di Indonesia dengan kriteria subjek yang lebih beragam

Immobility is often found in patients undergoing hospital treatment, which makes weighing difficult. Other conditions such as amputation, congenital incomplete organs, tumors, organ enlargement, pregnancy, edema or ascites, cause inaccurate weight measurement. Body weight is needed to determine energy, protein, fluid requirements, as well as monitoring the adequacy of nutritional management in patients, as well as for calculating drug doses and kidney function. The estimated body weight formula has been developed with various anthropometric parameters, one of which is the Cattermole Formula which uses the upper arm circumference component, with several advantages, namely being easy and fast with efficient and easy-to-carry measuring instruments. This study was a cross-sectional study to determine the validity of the formula for weight estimation with actual body weight in adult inpatients at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta (n = 96). The results obtained mean actual body weight was 58.98 ±13.80 kg, mean estimated body weight based on upright MUAC was 60.1±17.28 kg, median estimated body weight based on supine MUAC was 60.6 (21.2-114) kg, the average difference is -1.12 kg (p=0.16) between actual body weight and estimated body weight based on upright MUAC and -1.38 (p=0.17) between actual body weight and estimated body weight based on supine MUAC. Bland Altman analysis was performed, limit of agreement (LOA) minimum and maximum, all outside the LOA limit of 5 kg. The distribution pattern of many points outside the LOA line on the Bland Altman scatter plot curve. In conclusion, there is a difference between the estimated body weight using the Cattermole formula and the actual body weight, and the research is still limited to inpatients in Indonesia. Cattermole formula can not be used in the general population in Indonesia. Further research is needed on other populations in Indonesia with more various subject criteria."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Inayah
"Imobilitas sering dijumpai pada pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit, yang menyebabkan sulit dilakukan penimbangan. Kondisi lain seperti amputasi, organ tubuh tidak lengkap kongenital, tumor, pembesaran organ, kehamilan, edema atau asites, menyebabkan penimbangan berat badan tidak akurat. Berat badan diperlukan untuk menentukan kebutuhan energi, protein, cairan, serta pemantauan kecukupan tatalaksana nutrisi pada pasien, serta untuk perhitungan dosis obat dan fungsi ginjal. Formula berat badan estimasi telah dikembangkan dengan berbagai parameter antropometri, salah satunya Formula Cattermole yang menggunakan komponen lingkar lengan atas (LILA), dengan beberapa keuntungan yaitu mudah dan cepat dengan alat ukur yang efisien dan mudah dibawa. Penelitian ini merupakan studi potong lintang untuk mengetahui kesahihan rumus estimasi berat badan dengan berat badan (BB) aktual pada pasien rawat inap dewasa di RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo Jakarta (n=96). Didapatkan hasil rerata BB aktual 58,98 ± 13,80 kg, rerata BB estimasi berdasarkan LILA posisi tegak 60.1±17.28 kg, median BB estimasi berdasarkan LILA posisi baring 60.6 (21,2-114), beda rerata BB aktual dengan BB estimasi berdasarkan LILA posisi tegak -1.12 kg (p=0.16), beda rerata BB aktual dengan BB estimasi berdasarkan LILA posisi baring -1.38 (p=0.17). Dilakukan analisis Bland Altman, didapatkan limit of agreement (LOA) minimal dan maksimal berada di luar batas LOA 5 kg. Pola sebaran titik banyak di luar batas garis LOA baik minimal maupun maksimal pada kurva scatter plot Bland Altman. Sebagai kesimpulan, terdapat selisih antara berat badan estimasi menggunakan formula Cattermole dengan berat badan aktual, serta penelitian masih terbatas dilakukan pada pada pasien rawat inap di Indonesia. Fomula Cattermole belum dapat digunakan pada populasi umum di Indonesia. Diperlukan penelitian lebih lanjut pada populasi lain di Indonesia dengan kriteria subjek yang lebih beragam

Immobility is often found in patients undergoing hospital treatment, which makes weighing difficult. Other conditions such as amputation, congenital incomplete organs, tumors, organ enlargement, pregnancy, edema or ascites, cause inaccurate weight measurement. Body weight is needed to determine energy, protein, fluid requirements, as well as monitoring the adequacy of nutritional management in patients, as well as for calculating drug doses and kidney function. The estimated body weight formula has been developed with various anthropometric parameters, one of which is the Cattermole Formula which uses the upper arm circumference component, with several advantages, namely being easy and fast with efficient and easy-to-carry measuring instruments. This study was a cross-sectional study to determine the validity of the formula for weight estimation with actual body weight in adult inpatients at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta (n = 96). The results obtained mean actual body weight was 58.98 ±13.80 kg, mean estimated body weight based on upright MUAC was 60.1±17.28 kg, median estimated body weight based on supine MUAC was 60.6 (21.2-114) kg, the average difference is -1.12 kg (p=0.16) between actual body weight and estimated body weight based on upright MUAC and -1.38 (p=0.17) between actual body weight and estimated body weight based on supine MUAC. Bland Altman analysis was performed, limit of agreement (LOA) minimum and maximum, all outside the LOA limit of 5 kg. The distribution pattern of many points outside the LOA line on the Bland Altman scatter plot curve. In conclusion, there is a difference between the estimated body weight using the Cattermole formula and the actual body weight, and the research is still limited to inpatients in Indonesia. Cattermole formula can not be used in the general population in Indonesia. Further research is needed on other populations in Indonesia with more various subject criteria."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>