Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 102172 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marliana Suteja
"ABSTRAK
Salah satu parameter kualitas wax agar dapat digunakan
dalam aplikasi adalah kandungan minyaknya(oil content ). Penentuan
kandungan minyak dalam wax dapat digunakan teknik UV
Spektrofotometer. Minyak dalam wax mengandung senyawa aromatik
yang dapat mengabsorpsi sinar UV, sehingga hal tersebut yang dapat
dijadikan indikasi dalam penentuan kandungan minyak.
Dalam percobaan ini sample wax yang digunakan yaitu Frw
Ex Tanki K61 yang mengandung 0.28% oil, Frw Ready Feed
mengandung 0.32% oil, Frw P135 mengandung 0.58%. Semakin kecil
kandungan oil dalam wax, maka semakin baik kualitas wax tersebut."
2006
TA1467
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Indana Ayu Soraya
"ABSTRAK
Untuk mendapatkan hasil analisis yang valid/absah maka metode yang digunakan untuk menganalisis suatu parameter haruslah divalidasi. Pada laporan ini, metode yang divalidasi adalah metode analisis klorida dari APHA (American Public Health Association). Parameter-parameter yang digunakan untuk memvalidasi metode klorida adalah IDL (Instrument Detection Limit), MDL (Method Detection Limit), presisi, dan akurasi.
Dari hasil pengamatan PKL (Praktek Kerja Lapangan) didapat, uji IDL mendapatkan hasil sebesar 0.15 ppm. Uji MDL yang dilakukan mendapatkan hasil sebesar 0.15 ppm. Hasil ini dapat diterima karena hasil yang diperoleh lebih kecil dari konsentrasi analit yang ditambahkan (0.5 ppm) tetapi lebih besar dari 10% konsentrasi analit yang ditambahkan (0.05 ppm). Hasil uji Presisi diperoleh % RSD untuk presisi bawah sebesar 11.64 % dan % RSD untuk presisi atas sebesar 0.62 %. Hasil % RSD ini dapat diterima karena % RSD yang diperoleh ≤ 15 %. Hasil uji akurasi diperoleh rata-rata % Recovery sebesar 101.4 %, % RSD sebesar 9.1 %, dan % bias yang didapat sebesar 1.4 %. Nilai tersebut dapat diterima karena nilai tersebut masih sesuai dengan persyaratan, dimana nilai % Recovery antara 85% - 115%, % RSD ≤ 15%, dan memiliki % bias yang mendekati nol."
2009
TA1367
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mutia Andhini
"Madu mengandung sejumlah vitamin yaitu tiamin (B1), riboflavin (B2), asam nikotinat (B3), asam pantotenat (B5), piridoksin (B6), biotin (B8 H), asam folat (B9), vitamin K, dan Vitamin. Vitamin C jumlahnya terbanyak dalam madu. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan dan mengevaluasi metode spektrofotometer Infra Merah Dekat dengan spektrofotometer UV-Visible untuk analisa kuantitatif vitamin C (Ascorbic Acid) dalam madu berkaitan dengan spektra, linearitas, presisi, batas deteksi (LOD) dan batas kuantifikasi (LOQ), penentuan kadar dengan menggunakan larutan standar Asam Askorbat. Pada penelitian ini, vitamin C dalam madu diukur dengan metode asam askorbat dengan menggunakan spektrofotometer UV Visible dan spektrofotometer Infra Merah Dekat dengan melakukan variasi konsentrasi. Spektrofotometer NIR (Near Infrared Spectrophotometer), pada konsentrasi 0 ppm sampai dengan 9 ppm menghasilkan koefisien determinasi (R2) sebesar 0.9996, standar deviasi sebesar 0.0214. Sedangkan, spektrofotometer UV Visible, pada konsentrasi 0 ppm sampai dengan 9 ppm menghasilkan koefisien determinasi (R2) sebesar 0.9950, standar deviasi sebesar 0.0764. Pengukuran presisi dengan Spektrofotometer Infra Merah Dekat pada rentang konsentrasi 0 ppm sampai dengan 9 ppm SD dan %RSD terkecil yang dihasilkan sebesar 0.00105 dan 0.01491 serta SD dan %RSD terbesar yang dihasilkan sebesar 0.00295 dan 0.09896. Sedangkan  pengukuran dengan Spektrofotometer UV-Visible pada rentang konsentrasi 0 ppm sampai dengan 9 ppm SD dan %RSD terkecil yang dihasilkan sebesar 0.01242 dan 0.62945 serta SD dan %RSD terbesar yang dihasilkan sebesar 0.06507 dan 2.02710. Pengukuran LOD dan LOQ dengan spektrofotometer Infra merah dekat dengan rentang konsentrasi larutan standar vitamin C dari 0 ppm sampai dengan 9 ppm (v/v), diperoleh nilai LOD 0.0643 ppm dan nilai LOQ adalah 0.2143 ppm. Pada rentang konsentrasi larutan standar vitamin C dari 0 ppm sampai dengan 50 ppm (v/v), maka diperoleh nilai LOD 0.17934 ppm dan nilai LOQ adalah 0.5978 ppm. Pengukuran LOD dan LOQ dengan spektrofotometer UV-Visible dengan rentang konsentrasi larutan standar vitamin C dari 0 ppm sampai dengan 9 ppm (v/v), diperoleh nilai LOD 0.2293 ppm dan nilai LOQ adalah 0.7643 ppm. Pada rentang konsentrasi larutan standar vitamin C dari 0 ppm sampai dengan 50 ppm (v/v), maka diperoleh nilai LOD 0.4733 ppm dan nilai LOQ adalah 1.5776 ppm. Sedangkan, pada rentang konsentrasi larutan standar vitamin C dari 0 ppm sampai dengan 30 ppm (v/v), maka diperoleh nilai LOD 0.2006 ppm dan nilai LOQ adalah 0.6687 ppm.

Honey contains a number of vitamins, namely thiamine (B1), riboflavin (B2), nicotinic acid (B3), pantothenic acid (B5), pyridoxine (B6), biotin (B8 H), folic acid (B9), vitamin K, and vitamins. The highest amount of Vitamin in honey is Vitamin C. This study aims to compare and evaluate the Near Infrared spectrophotometer method with a UV-Visible spectrophotometer for quantitative analysis of vitamin C (Ascorbic Acid) in honey related to spectra, linearity, precision, detection limits (LOD) and quantification limits (LOQ), determination of levels by using a standard solution of Ascorbic Acid. In this study, vitamin C in honey was measured by ascorbic acid using a UV Visible spectrophotometer and Near Infrared spectrophotometer by performing concentration variations. NIR (Near Infrared Spectrophotometer) spectrophotometer, at a concentration of 0 ppm to 9 ppm produces a determination coefficient (R2) of 0.9996, a standard deviation of 0.0214. Whereas, UV Visible spectrophotometer, at concentrations of 0 ppm to 9 ppm produces a determination coefficient (R2) of 0.9950, a standard deviation of 0.0764. Precision measurement with Near Infrared Spectrophotometer in the concentration range of 0 ppm to 9 ppm SD and the smallest% RSD produced was 0.00105 and 0.01491 and SD and the largest% RSD produced was 0.00295 and 0.09896. While the measurement with UV-Visible Spectrophotometer in the concentration range of 0 ppm to 9 ppm SD and the smallest% RSD produced was 0.01242 and 0.62945 and SD and the largest% RSD produced was 0.06507 and 2.02710. LOD and LOQ measurements with an infrared spectrophotometer close to the concentration range of the standard vitamin C solution from 0 ppm to 9 ppm (v / v), obtained an LOD value of 0.0643 ppm and the LOQ value was 0.2143 ppm. In the concentration range of the standard vitamin C solution from 0 ppm to 50 ppm (v / v), the LOD value is 0.17934 ppm and the LOQ value is 0.5978 ppm. LOD and LOQ measurements with a UV-Visible spectrophotometer with a concentration range of the standard vitamin C solution from 0 ppm to 9 ppm (v / v), obtained a LOD value of 0.2293 ppm and a LOQ value of 0.7643 ppm. In the concentration range of the standard vitamin C solution from 0 ppm to 50 ppm (v / v), the LOD value is 0.4733 ppm and the LOQ value is 1.5776 ppm. Whereas, in the concentration range of the standard vitamin C solution from 0 ppm to 30 ppm (v / v), the LOD value is 0.2006 ppm and the LOQ value is 0.6687 ppm.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aziz Afandi
2006
TA1520
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Diah Susilowati
"ABSTRAK
Penggunaan aditif pada Polipropilena adalah untuk meningkatkan atau memodifikasi karakteristik polimer, terutama dalam hal sifat fisik, kimia maupun sifat mekanik. Aditif yang ditambahkan ke dalam Polipropilena adalah Slip Agent, Anti Oksidan primer dan sekunder, Anti Blocking Agent, dan Lubricant Agent. Slip Agent merupakan amida lemak yang ditambahkan ke dalam Polipropilena dengan tujuan memperbaiki sifat permukaan plastik polimer dengan menurunkan koefisien friksi (CoF). Slip Agent yang digunakan dalam percobaan ini adalah Oleamida.
Pada penelitian ini, sampel dibuat dengan menambahkan aditif ke dalam resin Polipropilena Pluff dengan konsentrasi slip agent yang berbeda. Kadar slip agent yang ditambahkan ke dalam Polipropilena dianalisis dengan Spektrofotometer Ultra Violet pada panjang gelombang maksimum 234nm.
Berdasarkan hasil percobaan, konsentrasi slip agent yang dianalisis tidak sesuai dengan konsentrasi slip agent yang ditambahkan pada resin Polipropilena Pluff. Metode penentuan kadar slip agent dengan Spektrofotometer UV tidak begitu akurat, perlu dicari metoda lain yang lebih akurat untuk penentuan kadar slip agent."
2007
TA1443
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2006
TA1497
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Telah dikembangkan analisis kalsium dalam tanah dengan Atomic Absorption Spectrofotometri (AAS). Tujuan penelitian ini adalah validasi untuk mengetahui kinerja metode, Validasi telah dilakukan dengan parameter meliputi linieritas, limit deteksi, limit kuantitasi, presisi, akurasi, selektivitas dan uji ketangguhan (ruggedness). Validitas metode yang dilakukan secara umum baik, dengan hasil linieritas yang baik, dengan R2 = 0,9973; limit deteksi 0,3493 ppm; limit kuantitasi 1,1644 ppm; ketelitian yang baik dengan nilai RSD dibawah 5% yaitu 1,97%; ketepatan yang baik dengan uji pungut ulang (recovery) berkisar antara 97,49% - 99,32%; dan selektivitas serta uji ketangguhan (ruggedness) baik. Dari data yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa metode analisis kalsium dalam tanah dengan AAS telah tervalidasi."
541 JSTK 2:2 (2011)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Silpa Asti Nura
"Pada sistem transportasi minyak mentah melalui sistem perpipaan, sering dijumpai adanya masalah yang dapat mengganggu pendistribusian minyak mentah. Hal ini umumnya disebabkan oleh terbentuknya wax di sepanjang pipa distribusi. Adanya wax dapat mengganggu proses pendistribusian fluida sehingga flow assurance tidak tercapai. Oleh karena itu, prediksi karakteristik wax yang tepat sangat dibutuhkan untuk melakukan pengendalian terhadap pengendapan wax dalam pipa agar tercapai flow assurance. Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi karakteristik pengendapan wax dengan menganalisa pengaruh variasi wax content dan penambahan light component pada komposisi minyak mentah. Kandungan wax content pada komposisi minyak mentah divariasikan pada persentase 5%, 10% dan 15% untuk dievaluasi pengaruhnya terhadap pengendapan wax. Selanjutnya, dilakukan variasi penambahan light component C6 sebagai upaya mitigasi pengendapan wax pada waxy crude oil tersebut dengan variasi penambahan sebesar 20%, 30%, 50% dan 100% dari komposisi awal light component C6 dalam minyak mentah. Simulasi dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak aliran multifase untuk mendapatkan profil karakteristik pengendapan wax pada pipa. Dari hasil simulasi flow assurance didapatkan hasil bahwa wax content berbanding lurus terhadap ketebalan endapan, wax appearance temperature (WAT), total padatan terlarut, dan laju pengendapan wax. Penambahan light component C6 dengan persentase 100% mampu mengurangi ketebalan endapan wax sebesar 79,27%; 33,42%; dan 4,91% pada variasi wax content 5%; 10%; dan 15%. Penambahan light component memenuhi kelayakan secara teknis karena dapat menjamin aliran di dalam perpipaan dan menekan pertumbuhan ketebalan endapan wax di bawah 5 mm sehingga dapat mengurangi frekuensi penggunaan pigging pada pipa.

In the crude oil transportation system through the pipeline system, problems that can interfere with the distribution of crude oil are often encountered. This is generally caused by wax build-up along the distribution pipe. The presence of wax can interfere the fluid distribution process so that flow assurance is not achieved. Therefore, the correct prediction of wax characteristics is needed to control the wax deposition in the pipe in order to achieve flow assurance. This study aims to predict the characteristics of wax deposition by analyzing the effect of wax content and the addition of light components C6 in the crude oil composition. The wax content in the crude oil composition was varied at a percentage of 5%, 10% and 15% to evaluate its effect on the thickness and rate of wax deposition. Furthermore, variations of light components C6 addition to the waxy crude oil are carried out with additional variations of 20%, 30%, 50% and 100% of the initial value of the light component composition in the crude oil. The simulation was carried out using multiphase flow software to obtain the characteristic profile of wax deposition on the pipe. From the flow assurance simulation results, it was found that wax content was directly proportional to the wax thickness, wax appearance temperature (WAT), total dissolved solids, and wax deposition rate. The addition of light component C6 with a percentage of 100% was able to reduce the thickness of the wax deposition by 79.27%; 33.42%; and 4.91% for the variation of the wax content of 5%; 10%; and 15%. The addition of light component meets technical feasibility because it can ensure flow assurance in the pipeline and reduce the thickness of the wax deposition below 5 mm so as to reduce the frequency of using pigging on the pipe."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>