Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 172035 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Tambunan, Tulus
Jakarta: Rajawali, 2008
351.7 TAM p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Kusumaningtuti
Jakarta: Rajawali, 2008
332.7 KUS p (1);332.7 KUS p (2)
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
BEMP 13:4 2011
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Asrining Tyas
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S8238
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Winang Budoyo
"Krisis hutang luar negeri negara-negara yang sedang berkembang muncul sebagai akibat dari adanya boom minyak pada dasawarsa 1970, yang menyebabkan pendapatan negara-negara pengekspor minyak meningkat. Peningkatan pendapatan tersebut mendorong mereka untuk membangun negaranya masing-masing, dengan menarik pinjaman dari luar negeri, termasuk pinjaman dari sektor swasta. Dilain pihak dengan adanya kenaikan harga minyak tersebut menyebabkan beban yang harus ditanggung oleh negara-negara berkembang pengimpor minyak semakin meningkat. Sehingga mereka ikut mencari dana dari luar negeri. Memasuki dasawarsa 1980, harga-harga komoditi primer yang merupakan ekspor andalan negara-negara berkembang mengalami penurunan, sehingga pendapatan mereka berkurang. Di lain pihak negara-negara maju melakukan pengetatan anggaran untuk dapat menurunkan laju inflasi dan mengurangi pelarian modal ke luar negeri. Sehingga tingkat bunga riil dunia meningkat. Kenaikan tingkat bunga riil inilah yang menyebabkan timbulnya krisis hutang luar negeri, sebab beban yang harus ditanggung oleh negara-negara berkembang sebagai penerima pinjaman meningkat. Krisis tersebut diawali dengan tindakan Meksiko yang menyatakan bahwa negara tersebut tidak mampu lagi untuk melunasi pinjamannya pada tahun 1982. Sejak saat itu muncul berbagai upaya yang dilakukan baik oleh Bank Dunia maupun Dana Moneter Internasional untuk mengatasi krisis hutang luar negeri tersebut. Diantaranya melalui Baker Plan dan Brody Plan yang menghapuskan sebagian hutang luar negeri Meksiko. Dalam perkembangannya muncul bentuk-bentuk pengurangan hutang luar negeri yang lain, seperti pengurangan tingkat bunga pinjaman, perpanjangan waktu pembayaran, pengaitan pembayaran bunga hutang dengan ekspor, maupun pengurangan hutang melalui pasar sekunder. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk melihat pengaruh pengurangan beban hutang luar negeri (dalam hal ini beban bunganya) terhadap perekonomian Indonesia, terutama pada konsumsi swasta, investasi swasta, dan pendapatan nasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka penelitian ini dibagi dalam dua tahap, yaitu : 1. menguji validitas teori yang dipakai melalui regresi dua tahap. 2. melakukan simulasi untuk melihat dampak dari adanya pengurangan beban hutang terhadap konsumsi swasta, investasi swasta, dan pendapatan nasional, baik berupa simulasi historis antara tahun 1969 sampai 1993 maupun berupa peramalan antara tahun 1994 sampai 2003. Hasil penelitian tahap pertama berhasil menunjukkan validitas teori yang dipakai. Hasil penelitian tahap kedua menunjukkan bahwa adanya pengurangan beban bunga hutang dapat meningkatkan kinerja konsumsi swasta, investasi swasta, dan pendapatan nasional. Di samping itu, hasil penelitian tahap kedua juga berhasil melihat dan meramalkan struktur hutang Indonesia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan struktur hutang yang sama dengan kondisinya lima tahun terakhir, maka Indonesia akan mengalami krisis hutang luar negeri pada tahun 1998. Karena krisis hutang akan terjadi dalam waktu yang sangat dekat, maka dibutuhkan kesungguhan upaya pemerintah dengan sisa waktu yang ada untuk dapat menggalang sumber dana dari dalam negeri berupa pajak dan tabungan nasional, sekaligus meningkatkan pendapatannya dari luar negeri yang berupa ekspor. Penulis menyarankan perluasan model yang digunakan dengan memasukkan variabel-variabel non-kuantitatif yang relevan dalam menerangkan pengaruh pengurangan beban hutang terhadap kinerja perekonomian Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
S19039
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Erric Wijaya
"Bagi negara berkembang, hutang luar negeri merupakan safah satu cara untuk membiayai anggaran belanja negara tersebut, termasuk Indonesia. Sejak tahun 1966, Indonesia melakukan hutang luar negari. Tujuan utama pemerintah Indonesia melakukan hutang luar negeri disebabkan defisit anggaran belanja pemerintali sehingga untuk menutupi defisit tersebut digunakannya hutang luar negeri. Selelah terjadi !crisis ekonomi pada pertengahan 1997, hutang luar negeri yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta meningkat, sehingga pemerintah dan swasta tidak dapat membayar hutang luar negeri tersebut terutama membayar pokok pinjaman dan bunga. Untuk mengatasi hal tersebut, negara donor melakukan negosiasi didalam Paris Club untuk menyetesaikan hutang luar negeri pemerintah, dan London Club untuk menyelesailcan hutang luar negeri swasta.
Studi ini nieltliat hutang luar negeri Indonesia balk yang dilakukan oleh pemerintah maupun swasta disebabkan adanya kesenjangan antara tabungan dan investasi (saving investment gap). Dengan menggunakan data time series, dengan nmtun waktu 1970 - 2001. Teed yang digunakan dalam penulisan ini meagaeu kepada ricardian equivalence. Hutang iuar negeri yang dilakukan oleh pemerintah pada masa sekarang tidak akan mempunyai pengaruh terhadap tingkat tabungan dan investasi pada masa mendataug, karena masyarakat sudah mengantisipasi akan adanya kenaikan pajak pads masa yang akan datang.
Hasil studi menunjukkan bahwa awalnya tingkat tabungan di Indonesia dipengaruhi secara signifikan oleh hutang iuar negeri. Peningkatan hutang iuar negeri akan meningkatkan tabungan nasional tetapi pada jangka panjang, akumuliasi hutang luar negeri akan menurukkan tingkat tabungan di Indonesia. Tingkat investasi juga dipengaruhi secara signifikan oleh hutang luar negeri. Awalnya, peningkatan hutang luar negeri akan merangsang investasi, sehingga investasi meningkat, tetapi pads jangka panjang akumulasi hutang iuar negeri akan menurunkan tingkat investasi, bahkan akan terjadi capital flight. Transaksi berjalan yang merupakan selisih antara tingkast tabungan dan tingkat investasi, juga dipengaruhi oleh hutang luar negeri. Awalnya, hutang luar negeri akan meningkatkan transaksi perdagangan dan akhirnya meningkatkan current account tetapi pada jangka panjang, akumulasi hutang luar negeri akan menunukkan current account."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T20445
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermawan Adi Nugroho
"Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan di Indonesia dalam 25 tahun terakhir, khususnya pada masa kepemimpinan Orde Baru terbilang sukses dilihat dari tingkat pertumbuhan rata-rata yang mencapai hampir 7 % setiap tahunnya. Sayangnya, angka pertumbuhan yang meningkat setiap tahun tersebut ternyata juga diikuti dengan meningkatnya jumlah hutang luar negeri, baik yang dilakukan oleh pihak swasta maupun pemerintah. Hal ini tentu menjadi suatu pertanyaan tersendiri, karena logikanya seharusnya peningkatan pertumbuhan ekonomi yang diikuti dengan kenaikan pendapatan perkapita masyarakat justru akan menurunkan jumlah total hutang luar negeri karena kemampuan pembiayaan dalam negeri yang meningkat.
Konteks awal keputusan pemerintah untuk menggunakan instrumen kebijakan hutang luar negeri adalah sebagai unsur pelengkap guna membantu meringankan beban defisit anggaran dan menstimulasi pertumbuhan ekonomi negara. Tetapi dalam perjalanannya, hutang luar negeri saat ini justru dirasakan menjadi beban dalam anggaran dan menimbulkan permasalahan yang kompleks sehingga mempengaruhi variabel makro ekonomi yang lain, khususnya variabel tabungan dan investasi domestik. Bagi penulis, fenomena ini menjadi sesuatu yang cukup menarik untuk dilakukan penelitian sehingga akan diketahui penyebab dan pengaruhnya terhadap perekonomian nasional.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap hutang luar negeri pemerintah maka peningkatan hutang luar negeri tersebut disebabkan karena meningkatnya defisit dalam anggaran pemerintah. Tingginya angka defisit dalam anggaran pemerintah disebabkan karena total penerimaan pemerintah tidak dapat memenuhi kebutuhan total belanja negara. Untuk dapat mencapai tingkat petunbuhan ekonomi yang dinginkan maka kebijakan pemerintah untuk menstimulasi perekonomian nasional melalui alokasi anggaran pemerintah untuk meningkatnya pengeluaran pembangunannya sebagai manifestasi dari investasi yang dilakukan pemerintah. Dalam konteks ini maka kebutuhan investasi yang akan dilakukan oleh pemerintah ternyata tidak dapat dipenuhi dari jumlah tabungan pemerintah yang merupakan selisih dari penerimaan dalam negeri dengan pengeluaran rutin pemerintah. Selisih (gap) antara kebutuhan investasi pemerintah dengan tabungan yang dimilikinya inilah yang kemudian ditutup melalui pembiayaan yang berasal dari luar negeri dalam bentuk hutang luar negeri. Dalam konteks awal pembangunan, komponen hutang luar negeri diposisikan sebagai "pelengkap" yang diharapkan dapat menambah "energi" pemerintah untuk menstimulasi perekonomian nasional melalui APBN. Tetapi dalam perjalanannya komponen hutang luar negeri justru mendominasi hampir seluruh pengeluaran pembangunan pemerintah sehingga menimbulkan tingkat ketergantungan yang tinggi pada hutang luar negeri. Tidak ada tahun anggaran yang terlewatkan tanpa hutang luar negeri. Implikasinya, sebagian besar pengeluaran rutin pemerintah tersedot untuk pembayaran bunga dan cicilan hutang luar negeri sehingga mengurangi kemampuan pemerintah untuk berinvestasi. Penurunan Investasi pemerintah tersebut akan berdampak pada menurunnya total investasi nasioanal sehingga secara simultan juga akan mengurangi tabungan masyarakat melalui penurunan output nasional (POB).
Solusi yang ditawarkan dalam penelitian berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan pemerintah harus secara bertahap berusaha menurunkan stok hutang luar negerinya dengan didukung oleh kebijakan penunjang lain di bidang perpajakan yang berorientasi pada peningkatan penerimaan dalam negeri melalui penerimaan perpajakan dan penerimaan bukan pajak sehingga diharapkan dapat meminimalkan ketergantungan keuangan negara terhadap hutang luar negeri, dengan tetap memperhatikan kelangsungan iklim investasi domestik yang kondusif."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T17124
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sinaga, Hestina
"PT. X adalah perusahaan yang bergerak di bidang agro-industri dan manufaktur (detil proses dapat dilihat pada bab III) dan berdiri pada tahun 1994. PT. X adalah satu-satunya perusahaan agroindustri di Indonesia yang memproduksi frozen edamame (mempunyai trade mark komoditi Frozen Edamame PT. X yang diminati pembeli Jepang).
Pada saat krisis moneter terj adi di Indonesia, PT. X sedang dalam proses konstruksi dan start-up. Tingkat inflasi yang sangat tinggi yang menyebabkan kenaikan suku bunga kredit yang juga tinggi, penurunan tingkat nilai tukar rupiah yang sangat besar serta hutang dalam bentuk US dollar yang tidak di hedging, menyebabkan perusahaan dalam kondisi kesulitan likuiditas dan tidak dapat meneruskan operasinya. Sehingga perusahaan harus mendapatkan suntikan dana segar dari pemerintah (BPPN) agar dapat menjalankan roda perusahaan.
PT. X akhimya mengalami kesulitan cash flow yang disebabkan oleh bunga pinjaman yang sangat besar. Sehingga PT X harus menambah pinjaman hutang yang akhimya melebihi debt to equity ratio yang optimum, bahkan sampai minus 181.84 %. Hal ini membawa PT X ke dalam resiko kebangkrutan.
Per 31 Desember 1999 PT X memiliki kewajiban yang besar +/- Rp. 48.459.353.961,dan beban usaha yang besar, yaitu sebesar Rp. 7.277.706.228,- yang memberatkan aktivitas operasional perusahaan dan menyebabkan titik impas (break even point) yang tinggi.
Tujuan utama penulisan karya akhir ini adalah untuk mengevaluasi perencanaan restrukturisasi hutang PT. X melalui analisis rasio keuangan terhadap laporan keuangan PT. X, melakukan analisis struktur pendanaan serta evaluasi berbagai strategi yang diterapkan oleh pihak top manajemen PT. X. Butir-butir yang akan dibahas dalam karya akhir ini adalah sebagai berikut:
1. Evaluasi terhadap prospek usaha dan recovery bisnis
2. Memberikan altematif pilihan yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi masa depan PT. X mengenai keputusan restrukturisasi hutang yang didasarkan pada asumsi perhitungan yang diberikan
3. Melakukan evaluasi dan memberi komentar terhadap cash flow yang disusun PT. X, termasuk asumsi penyusunannya dan mengusulkan perbaikan-perbaikan yang dipandang perlu
4. Melakukan analisis struktur pendanaan
5. Pengukuran kinerja perusahaan berdasarkan laporan keuangan PT. X
Penulis membatasi masalah yang akan dibahas dengan batasan-batasan sebagai berikut:
1. Evaluasi yang dilakukan terutama ditekankan pada aspek finansial, sedangkan aspek teknikal dari pembahasan karya akhir tidak dilakukan secara rinci
2. Periode data keuangan yang digunakan adalah data keuangan tahun 1995 sampai dengan 1999
3. Evaluasi terhadap cashjlow dari PT. X
Metodologi yang dipakai adalah dengan melakukan analisis kualitatif dan kuantitatif terhadap data dan fakta-fakta yang dikumpulkan. Pengumpulan data dan fakta dilakukan melalui berbagai macam sumber sebagai berikut:
1. Data primer berupa dokumen-dokumen yang terkait dengan bidang usaha serta kinerja perusahaan PT. X
2. Wawancara dan korespondensi dengan direktur utama dan pegawai lain yang ditunjuk
3. Telaah kepustakaan untuk mendapatkan landasan teoritis sebagai alat analisis terhadap fenomena serta indikasi yang muncul ke permukaan
Penulis mencoba membuat proyeksi lima tahun kedepan untuk melihat dan menilai kelayakan investasi serta membuat alternatif restrukturisasi hutang yang terbaik buat perusithaan ini. Setelah membuat proyeksi dengan memperhitungkan bunga pinjaman (Jangka pendek dan panjang), dapat disimpulkan bahwa perusahaan sudah dalam kondisi bangkrut.
Setelah itu penulis membuat proyeksi dengan membekukan beban bunga jangka panjang, dan tetap membayar bunga hutang jangka pendek. Ternyata perusahaan dapat bergerak ke arah yang sangat positif, dan dapat malunasi semua hutang jangka pendek, serta memperkecil kerugian tahun berjalan dari minus Rp. 32.900.033.341,- menjadi minus Rp. 17.448.017.991,- (Lampiran 23).
Seusai dengan teori dari Aswath, maka jalan terbaik yang harus dilakukan adalah dengan melakukan debt to equity swap, dimana hutang kreditur di konversikan menjadi penyertaan modal. Berdasarkan cash flow projection tahun 2000 - 2004 (Lampiran 25), dapat dilihat bahwa perusahaan mempunyai laba bersih yang cukup besar ( dengan meniadakan beban bunga pinjaman).
Melihat struktur hutang yang ada dan nilai ekuitas yang masih tetap minus, penulis mengusulkan untuk merestruturisasi hutang dari BEll dengan metode debt to equity swap yaitu sebesar Rp. 32.401.900.736,- yang menempatkan BEll menjadi pemegang saham utama sebesar 83.83%.
Perhitungan NPV dan IRR dibuat untuk menghitung kelayakan investasi BEll di PT.X. Dengan mengambil nilai ROR sebesar 5%, diperoleh nilai NPV minus Rp. 1.982.014.117,54 dan IRR sebesar 3.43%. Nilai tersebut dibawah standar investasi untuk bidang industri tersebut. Akan tetapi, dengan pertimbangan prospek perusahaan yang masih baik, serta memperhitungkan kerugian yang timbul apabila perusahaan bangkrut, maka pilihan ini adalah yang terbaik buat BElL.
Selain itu untuk lebih merangsang investasi di PT. X, penulis mengusulkan pembagian dividen, yang sudah dapat dilakukan pada tahun keempat dan tahun kelima. Pembagian dividen yang diusulkan adalah sebesar 30% dari laba tahun berjalan, seperti pada tabel4-8."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasrul Hamdani
"Dalam sejarah Indonesia, tahun 1950-1963 disebut sebagai periode paling dinamis. Pada masa ini, integrasi nasional yang dilandasi asas Berdikari (akronim dari berdiri di atas kaki sendiri) sebagai “ideologi” utama dalam pembentukan ekonomi nasional, menasionalisasi perusahaan asing, dan menumpas pemberontakan daerah mulai terbentuk dengan jelas. Dalam proses ini, peran penggiat kebudayaan daerah menjadi penting terutama dalam usaha-usaha merepresentasikan daerah di tingkat nasional, sementara pada saat yang sama berhadapan dengan konflik kepentingan antara pusat dengan daerah. Dengan mengambil Sauti, tokoh penggiat kebudayaan Melayu, penelitian ini bertujuan memahami perjuangan Sauti dalam merepresentasikan kebudayaan Melayu sebagai produk “Kebudayaan Nasional”. Dengan pendekatan sejarah, sebagian besar data diperoleh melalui sumber-sumber dokumentasi dan wawancara mendalam. Penelitian ini ingin menunjukkan peran dan kontribusi Sauti yang menentukan dalam penyebarluasan Serampang XII. Namun dalam upaya itu, ia menghadapi tantangan dari sesama orang Melayu dan kesultanan Melayu yang menganggap dirinya sebagai pemilik kebudayaan besar Melayu."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2020
900 HAN 3:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>