Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 84360 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Hari Kresdianto
"Tesis ini membahas tentang analisis faktor-faktor determinan dari Net Stable Funding Ratio pasca krisis keuangan tahun 2008 pada bank devisa di Indonesia. Rasio modal, laju pertumbuhan dari kredit bersih, rasio pendapatan non bunga, rasio beban operasional per total aset, ukuran bank, dan kepemilikan bank digunakan sebagai faktor-faktor determinan dari NSFR. Penelitian ini menggunakan analisis regresi terhadap data panel model Fixed Effect. Hasil dari penelitian ini adalah faktor determinan laju pertumbuhan dari kredit bersih, rasio pendapatan non bunga, rasio beban operasional per total aset, kepemilikan pemerintah dan ukuran bank memiliki pengaruh terhadap nilai NSFR.

The focus of this study is the analysis of the determinant factors of the Net Stable Funding Ratio post financial crisis year 2008 on foreign exchange banks in Indonesia. Capital Ratio, Growth rate of net loans, Non Interest Share, Overhead per Total Asset, Size of bank, and ownership of bank are used as determinant factors of the NSFR. This study uses regression analysis on Fixed Effect panel data models. The result from this study is Growth rate of net loan, Non Interest Share, Overhead per Total Asset, State Owned and size of bank have an effect on the value of NSFR.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darmansjah Muhammad Prijanto
"Tesis ini membahas pengaruh variabel-variabel makroekonomi khususnya variabel moneter terhadap perilaku konsumsi rumah tangga di Indonesia dengan periode penelitian triwulanan sejak triwulan I ? 2000 s.d. triwulan IV - 2009.
Metode penelitian yang digunakan adalah regresi linier berganda dan diperoleh hasil bahwa variabel disposable income dan beberapa variabel moneter yakni suku bunga deposito, suku bunga kredit konsumsi dan inflasi periode sebelumnya memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perubahan konsumsi rumah tangga di Indonesia. Besaran pengaruh variabel moneter yakni suku bunga deposito, suku bunga kredit konsumsi dan inflasi terhadap pengeluaran konsumsi rumah tangga sangat tergantung pada tingkat suku bunga dan tingkat inflasi periode sebelumnya. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa perilaku konsumsi masyarakat Indonesia dalam jangka panjang cenderung stabil ditunjukkan oleh MPC yang konstan dalam periode penelitian.

The focus of this study is discusses the influence of macroeconomic variables, especially monetary variables on the behavior of household consumption in Indonesia with sample period since Quarter I - 2000 until Quarter IV - 2009. The method is used in this research is multiple linear regression.
The result of this study obtained that the disposable income variable and several variables namely time deposit interest rates, consumption loan interest rate and inflation prior periods have a significant influence on changes in household consumption in Indonesia. The magnitude of monetary variables i.e. time deposit interest rates, consumption loan interest rate and inflation prior period influence to the household consumption expenditure are highly depends on the previous interest rates and inflation rate. The results also showed that the consumption behavior of the Indonesian community in the long term stable indicated by the MPC is constant within the period of study."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T28318
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ashadi
"Krisis keuangan di Asia tahun 1997/1998 yang terjadi merupakan krisis yang antara lain disebabkan oleh perubahan nilai tukar. Krisis tersebut dapat menjalar dari suatu negara ke negara lain (contagious). Salah satu usaha untuk dapat menghindari terjadinya kembali krisis tersebut adalah melalui pertemuan anggota ASEAN plus China, Jepang dan Korea di Chiang Mai, Thailand bulan Mei tahun 2000 dimana disepakati kerjasama keuangan regional yang lebih aktif diantaranya dengan disepakatinya Chiang Mai Intiative (CMI) dan Economic Review & Policy Dialogue (ERPD). Langkah selanjutnya yang dikaji lebih lanjut dari kerjasama keuangan regional yang aktif tersebut adalah pembentukan Currency Union melalui penggunaan mata uang bersama/common currency sebagai titik kulminasinya. Fleming (1971) menyatakan bahwa salah satu faktor untuk dapat terbentuknya Optimum Currency Area (OCA) adalah kemiripan tingkat inflasi (similar inflation rate). Untuk mencapai kemiripan tingkat inflasi dan meningkatkan konvergensi ekonomi, perlu ditingkatkan koordinasi dalam merumuskan kebijakan ekonomi.

Dampak nilai tukar terhadap inflasi dalam konteks regional menjadi perlu untuk diketahui sehubungan dengan krisis nilai tukar yang terjadi sebelumnya di tahun 1997/1998 dan wacana common currency yang salah satu faktornya kemiripan tingkat inflasi. Untuk itu, perlu diidentifikasi apakah dampak nilai tukar terhadap inflasi tersebut bersifat homogen (sama) atau heterogen (beragam) di kawasan ASEAN sehingga bisa disusun langkah bersama dalam Usaha memenuhi salah satu kondisi optimum dalam wacana pembentukan Currency Union. Untuk meneliti dampak tersebut, penulis menggunakan variabel kontrol berupa pertumbuhan jumlah uang yang beredar, derajat keterbukaan perdagangan dan tingkat inflasi di negara mitra dagang utama ASEAN-5 dengan data yang diambil dan diolah dari data International Financial Statistics (IFS) pada periode tahun 1993Q1 sampai tahun 2016Q4. Data tersebut kemudian diregresi dengan menggunakan estimasi data panel dengan estimator FGLS (Feasible Generalized Least Squares) menggunakan E-Views 9. Terhadap hasil regresi di atas berupa model homogen dan model heterogen dilakukan uji F. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak nilai tukar terhadap Inflasi di ASEAN-5 berdampak heterogen (beragam) di ASEAN-5."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arianto Reksoprodjo
"Penulisan skripsi ini bertujuan untuk melihat efektifitas penggunaan panduan kebijakan moneter atau monetary policy rule yang dicetuskan oleh Bennet T. McCallum dalam menurunkan tingkat pertumbuhan dalam jangka panjang tanpa mengabaikan adanya kemungkinan fluktuasi pada perekonomian yang mungkin terjadi pada jangka pendek. Panduan atau rule tersebut secara garis besar bertujuan untuk membuat harga tumbuh pada tingkat yang rendah dengan membuat cadangan perbankan atau uang primer, yang merupakan salah satu instrumen kebijakan moneter, tumbuh pada tingkat yang dapat membuat pertumbuhan output nominal sama dengan pertumbuhan output rill jangka panjang. Hal ini secara teoritis akan dapat meminirnisir tingkat pertumbuhan harga. Pengujian dilakukan dengan mensimulasikan penerapan panduan kebijakan moneter tersebut dalam penyusunan kebijakan moneter di Indonesia pasca Deregulasi Juni 1983 melalui model Keynes dinamis sederhana. Simulasi yang dilakukan bertujuan untuk memperoleh suatu gads trend harga dalam jangka panjang untuk kondisi-kondisi di mana panduan tersebut tidak dipergunakan dan di mana panduan tersebut dipergunakan, sehingga dengan membandingkan garisgaris trend tersebut dapat terlihat apakah penggunaan panduan McCallum dalam penibuatan kebijakan rnoneter dapat membuat harga dalam jangka panjang tumbuh pada tingkat yang lebih rendah. Tahapan simulasi yang dilakukan pertama-tama adalah mengestimasi parameterparameter regresi model Keynes dinamis sederhana dengan mempergunakan data triwulanan Indonesia sejak dikeluarkannya Paket Juni 1983 hingga triwulan keempat 1993, sehingga model tersebut dapat mempunyai validitas yang baik untuk kondisi Indonesia. Dan hasil estimasi regresi, terlihat diperlukan waktu yang cukup lama bagi perubahan pertumbuhan variabel uang primer sebagai variabel instrumen untuk dapat mempengaruhi pertumbuhan harga. Kemudian dilakukan pengujian kelayakan simulasi untuk model tersebut dengan menggunakan besaran-besaran Root Mean Square Error (RMSE), Mean Absolute Error (MAE), Mean Percentage Error (MPE), dan Theil Inequality Coefficient (TIC) untuk memastikan bahwa deviasi data hasil simulasi tidak menyimpang jauh dan data sebenarnya. Hasil simulasi ini juga merupakan hasil simulasi model Keynes tanpa keberadaan panduan kebijakan McCallum. Kemudian ke dalam model tersebut dimasukkan panduan kebijakan McCallum yang mensubstitusikan variabel uang primer dalam model yang bersangkutan, dan disimulasikan kembali, namun kali ini tidak dilakukan pengujian kelayakan simulasi, karena hasil simulasi pasti akan berbeda jauh dari data sebenarnya mengingat panduan kebijakan McCallum ini tidak pernah dipergunakan di Indonesia. Hasil simulasi kemudian dibandingkan dengan hasil simulasi model Keynes tanpa keberadaan panduan kebijakan tersebut. Perbandingan hasil simulasi tersebut di atas menunjukkan bahwa penggunaan panduan kebijakan McCallum dalam penyusunan kebijakan moneter dalam jangka panjang memang dapat menurunkan tingkat pertumbuhan harga, namun dalam jangka pendek penggunaan panduan tersebut menimbulkan fluktuasi pertumbuhan harga yang lebih besar dibandingkan jika panduan tersebut tidak dipergunakan. Hal ini dikarenakan penggunaan panduan McCallum memerlukan suatu kondisi di mana variabel instrumen dapat segera tersesuaikan jika terjadi penyimpangan dari apa yang ditargetkan, sedangkan dari hasil estimasi regresi maupun hasil simulasi menunjukkan perubahan variabel uang primer baru dapat mempengaruhi perubahan tingkat harga setelah lag waktu yang cukup panjang."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1996
S19199
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Arif Setiawan
"Inflation Targeting Framework (ITF) dalam dua dekade terakhir semakin popular sebagai sebuah pendekatan baru dalam kebijakan moneter yang menggunakan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan menggantikan besaran lain seperti pertumbuhan jumlah uang beredar. Namun ITF menemui banyak kritik menyangkut orientasi kebijakan yang mengutamakan stabilisasi yang menurut pengkritik akan mengorbankan pertumbuhan dan pengangguran. Atas kritik tersebut pendukung ITF menunjukkan bahwa ITF adalah kerangka kebijakan yang flexible yang dalam jangka pendek dapat merespon permasalahan output seperti di masa krisis. ITF merupakan pendekatan kebijakan yang bersifat diskresi daripada sebuah rule yang kaku. Sementara beberapa penelitian justru menunjukkan bahwa respon terhadap inflasi pada negara yang menerapkan ITF justru menurun setelah penerapan ITF. Sedangkan untuk Indonesia, yang menerapkan ITF sejak Juli 2005, bagaimana perubahan respon kebijakan moneter dengan penerapan ITF menjadi objek utama dalam penelitian ini. Penelitian menggunakan model Taylor Rule sebagai fungsi respon kebijakan moneter. Perubahan respon diukur dari perubahan parameter dalam fungsi respon kebijakan moneter yang akan diestimasi dengan model Time Varying Parameter. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan ITF di Indonesia membuat respon kebijakan moneter lebih responsif terhadap Inflasi. ITF bersifat diskresi dengan parameter respon yang berfluktuasi dari waktu ke waktu dalam periode yang diteliti.

Inflation Targeting Framework (ITF) in the last two decades had been popular as the new framework in setting monetary policy which used inflation as nominal anchor, replacing other nominal anchor such as money growth. But its popularity was not without critics. Opponents of ITF criticized ITF to its concern on stabilization only that would sacrifice other objectives of policies: output and employment. Proponents of ITF answered the critics by arguing that ITF was a flexible framework rather than a rigid rule. It could anticipate problem of output in the short run such as during a crisis. While some researches on this field found that in some ITF countries monetary policy response to inflation tended to be lower after implementing ITF. For Indonesia which had implemented ITF since July 2005, how the changes in monetary policy responses due to ITF implementation was an object of this research. Using Taylor Rule as monetary policy responses function, changes of the response measured by changes in parameter of the model which estimated by a time varying parameter method. Evidence showed that ITF in Indonesia had changed the response of monetary policy to be more responsive to inflation than before. ITF implemented as discretion rather than a rule with monetary policy response changed over time during observed periods."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesiapp, 2011
T32764
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sugiharso Safuan
"Mencapai cita cita menuju Indonesia Emas 2045 akan menjadi tantangan, tetapi itu adalah tujuan yang patut diperjuangkan. Dengan berinvestasi di bidang pendidikan, infrastruktur, teknologi, dan pembangunan berkelanjutan, Indonesia dapat menciptakan masa depan yang lebih baik bagi semua warganya. Selain itu, untuk mewujudnya membutuhkan upaya bersama dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil. Ini juga akan membutuhkan komitmen yang kuat untuk reformasi dan inovasi. Dari sisi kebijakan (moneter), salah satu elemen penting dalam jangka kaitannya dengan independensi bank sentral adalah komitmen untuk stabilisasi harga (price stability). Tingkat harga yang stabil akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja yang maksimum."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
PGB 0616
UI - Pidato  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>