Hasil Pencarian

Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 97067 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Raden Permana Budi Laksana
"ABSTRAK
Penambahan aditif dapat memodifikasi dan memperbaiki karakteristik sifat
kimia dan sifat fisik dari polipropilena, baik dari sifat fisik, mekanik,
maupun optik. Aditif yang umum ditambahkan kedalam komposisi
polipropilena antara lain, antioksidan, lubricant agent, slip agent, antiblock
agent, dan antistatic.
Pada percobaan ini digunakan 2 jenis antiblock yaitu antiblock standar
(P.T. Pertamina) berbentuk silikon dioksida (SiO2) dan antiblock Dusil® AB
7400 berbentuk silikon dioksida terhidrat (SiO2 .xH2O).
Pada percobaan ini, sampel dibuat dengan menambahkan aditif ke dalam
resin polipropilena (pluff) dengan konsentrasi yang sama untuk 2
formulasi. Formulasi 1 ditambahkan antiblock standar Pertamina, dan formulasi 2 ditambahkan antiblock Dusil® AB 7400. Kedua formulasi
diproses menjadi produk plastik dan diuji karakteristiknya dengan kondisi
yang sama (komparasi), antara lain uji MFR, kuat tarik, warna (WI & YI),
kuat sobek, koefisien friksi, blocking force, keburaman, dan kekilapan.
Berdasarkan hasil percobaan, didapatkan hasil antiblock Dusil® AB 7400
mampu memperbaiki karakteristik sifat fisik polipropilena untuk MFR
(11,62 g/10 menit), collor (47,2 WI; 5,1 YI), kuat tarik (390 kg/cm2),
blocking force (0,0414 MD; 0,0529 TD), koefisien friksi (0,3317 μs; 0,1888
μk), kuat sobek (15,3 g/mil MD; 50,5 g/mil TD), keburaman (0,95%), dan
kekilapan (121,0%) lebih baik daripada antiblock standar MFR (11,93 g/10
menit), collor (47,3 WI; 5,9 YI), kuat tarik (410 kg/cm2), blocking force
(0,0460 MD; 0,0550 TD), koefisien friksi (0,3845 μs; 0,2048 μk), kuat
sobek (15,7 g/mil MD; 55,8 g/mil TD), keburaman (1,25%), dan kekilapan
(120,6%), terutama terlihat pada pengujian blocking force dimana
antiblock Dusil® AB 7400 dapat mengurangi gaya blok antar film plastik
lebih baik daripada antiblock standar.
Pada pemakaian aditif antiblock untuk produk polipropilena, selain harus
diperhatikan dari segi kualitasnya juga harus diperhatikan dari segi
ekonomisnya, terutama dalam efisiensi produksi polimer."
Lengkap +
2008
TA1667
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 1999
TA828
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hernowo Widodo
"Telah dilakukan penelitian tentang sintesa dan karakterisasi Barium Titanat Amorf. Karakterisasi meliputi uji XRD, XRF, dan Konstanta Dielektrik Relatif. Penelitian dilakukan terhadap tiga Kompossisi yaitu BaTiO3 . SiO2 . B2O3 . BaTiO3 . 2Si02 . B2O3 . dan BaTiO3 . 3SiO2 . B203 dan krusibel mullite telah berhasil untuk sintesanya. Dari uji XRD, semua sampel hasil sintesa berfasa amorf. Dengan demikian SiO2 . 82O3 berhasil bertungsi sebagai bahan pembuat fasa gelas, walaupun 82O3 mendifusi kedalam dinding krusibel. Terjadi juga Difusi Al2O3 dari dinding krusibel kedalam sampel namun tidak mengganggu terbentuknya fasa amorf. Konstanta Dielektrik Relatif maksimum adalah sebesar 51 443,42 untuk sampel BaTiO3. SiO2. B2O3 dan BaTiO3 . 2SiO2. B203. Untuk sampel BaTiO3 . 3SiO2 . B2O3 sebesar 50 939,08. Konstanta Dielektrik Relatif ini jauh lebih tinggi diatas Konstanta Dielktrik Relatif barium titanat polikristal yaitu sebesar 6 000."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
T41213
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Suharno
"ABSTRAK
Pada pengecoran aluminium dihasilkan limbah dross yang merupakan hasil oksidasi logam-logam yang berbentuk serbuk Dari hasil pengujian komposisi, ternyata dross ini memiliki kandungan alumina yang tinggi, yaitu 61,67 %. Dengan kandungan alumina yang tinggi ini make diusahakan pemanfaatan dross limbah ini sebagai refraktori alumina kadar tinggi, dengan melakukan penelitian terhadap sifat-sifat refraktorinya.
Penelitian dilakukan dengan menambahkan silika sebesar 5%; 7,5% dan 10% serta 5 % air dan 5% bentonit sebagai pengikat. Pada tahap awal dilakukan proses persiapan dross, yang meliputi penyaringan kasar, pengeringan, pengklasifikasian serta pemfotoan struktur serbuk dross. Tahap kedua adalah pembuatan sampel pengujian, yang meliputi pencampuran dross dengan air, bentonit dan silika tambahan; kompaksi dengan beban 400 kg/cm2; pengeringan dengan temperatur 400°C selama 1 jam dan pembakaran pada temperatur 1350°C selama 24 jam. Tahap terakhir adalah pengujian ekspansi termal, ketahanan kejut temperatur dan pengamatan struktur.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terjadi penurunan koefisien ekspansi termal, yaitu berturut-turut untuk penambahan silika 5 % (9,04.10^-6 °c^-1); 7,5 % (8, 18.10^-6 °C^-1) dan 10 % (7,13.10^-6 °c^-1). Sementara hasil pengujian ketahanan kejut temperatur tidak memperlihatkan kecenderungan, yang kemungkinan disebabkan pada saat proses pengujian, maupun dari material dasarnya. Siklus untuk masing-masing penambahan silika 5 %; 7 ,5 % ; dan 10 % adalah lebih dari 30 siklus, 19 siklus dan 22 siklus. Untuk pengamatan struktur mengalami kesulitan karena fokus yang tidak tepat, akibat dari tidak meratanya permukaan sampel. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa limbah dross pengecoran aluminium dapat dijadikan sebagai bahan baku pembuatan refraktori, karena sifat-sifat refraktorinya masih berada dalam batas-batas material refraktori. Refraktori dari dross limbah pengecoran ini dapat dimanfaatkan pada kondisi dengan beban yang tak berlebih, yaitu pada bagian atap dapur pengecoran.

ABSTRAK
The casting of aluminum yields the dross as the powder result of metal oxidation. Based on the composition testing, it's observed that this dross has high alumina content, i. e 61,6 7 %. In order to benefit its high alumina content, a research of dross on its characteristic as high alumina has been done.
The research is done by varying silica (5%; 7.5% and 10 %) added into the dross, mixed with 5 % water and 5% bentonite as the binders. The first step is the preparing of the dross by coarse screening, drying, sizing and dross structure photographing. The next step is making testing sample, through the mixing and blending dross with added silica, water and bentonite; compacting the sample under load of 400 kg/cm^2; drying in 400°C for an hour and firing in 13 50°C for 24 hours. The last step is testing the sample, i.e. thermal expansion testing, thermal shock resistance testing and structure observing.
Based on thermal expansion testing, thermal expansion coefficient decreased as the percentage of added silica is increased. The coefficient is 9.04 x 10^-6 °C^-1 in the adding 5 % silica; 8.18 x 10^-6 °c^-1 in 7.5% and 7.13 x 10^-6°C^-1 in 10%. The results of thermal shock resistance testing do not show any trend, which can be caused by condition of testing and the complexity of raw material. It is difficult to observe the structure because of the unflatness of the sample surface. It is concluded from this research, that the dross from aluminum casting can be used for the material of refractory bricks production, because its characteristics are in the range of requirement. This brick can be used where the condition is not overloaded, such as the roof of the furnaces. "
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rini Mustikasari
"Teknologi fotokatalis TiO2 terus mengalami perkembangan dari waktu ke waktu dan banyak dimanfaatkan dalam berbagai macam aplikasi. Salah satu bentuk pemanfaatan fotokatalis TiO2 adalah sebagai material anti kabut dan swa bersih. Dengan sifat hidrofilik yang dmiliki material ini, tetesan air yang jatuh ke permukaan yang dilapisi katalis TiO2 tidak membentuk butiran melainkan terdispersi sehingga mampu mencegah terbentuknya kabut yang menghalangi visualisasi pada kaca. Selain itu, sifat super-hidrofilik pada TiO2 dapat menyebabkan kotoran yang menempel pada permukaan kaca yang dilapisi TiO2 akan terdegradasi dan dapat dibersihkan dengan lebih mudah. Untuk dapat meningkatkan performa dari katalis, dilakukan penambahan beberapa jenis aditif ke dalam fotokatalis TiO2. PEG (polyethylene glycol) adalah salah satu jenis aditif yang sering digunakan karena diyakini mampu meningkatkan porositas, memperkecil ukuran kristal serta menurunkan kemungkinan terjadinya peretakan (cracking) film saat proses kalsinasi. Selain PEG, SiO2 juga diyakini mampu meningkatkan keasaman dari katalis sehingga mampu meningkatkan hidrofilisitas dari katalis meskipun pada kondisi kurang cahaya. Pada percobaan ini, kedua macam aditif ini digunakan secara simultan untuk dapat memperbaiki performa dari katalis film yang dihasilkan.
Fotokatalis dalam percobaan ini dipreparasi dengan precursor TiAcAc dengan metode sol-gel dan kristalisasi panas. Sol dengan penambahan PEG dan SiO2 yang bervariasi kemudian dilapiskan pada penyangga kaca preparat dan keramik dengan metode spin coating yang dilanjutkan dengan pemanasan pada suhu 100_C dan kalsinasi mencapai suhu 520_C. Selanjutnya untuk mengetahui hasil dari preparasi katalis ini akan dilakukan karakterisasi dengan XRD, SEM/EDAX , FTIR, dan BET untuk mengetahui karakteristik fotokatalis yang terbentuk. Uji aktivitas juga dilakukan untuk mengetahui kemampuan swa bersih dan anti kabut dari material yang dihasilkan yang meliputi pengukuran sudut kontak dengan alat contact angle meter dan pengamatan langsung dengan menggunakan kamera digital. Dari hasil karakterisasi dan uji aktivitas, didapatkan kondisi optimum yang mendukung untuk aplikasi swa bersih dan anti kabut ini adalah komposisi penambahan PEG 15% dan SiO2 30% berat. Pada komposisi ini didapati bahwa material memiliki luas permukaan, ukuran partikel, porositas, aktivitas serta hidrofilisitas yang baik yang mendukung untuk aplikasi swa bersih dan anti kabut.

Photocatalyst technology of TiO2 has been developing and employed in many applications. One of its applications is used as self-cleaning and anti fogging material. The hydrophilic and superhydrophilic properties of its material allow water to spread completely across the surface rather than remaining as droplets so it can perform selfcleaning and anti-fogging effect. To improve performance of its material, some additives have been added to TiO2 photocatalyst. PEG (polyethylene glycol) is polymer that widely used as an additive because it can increase porosity, minimize particle size and prevent film cracking during calcination. SiO2 with its acidity also widely used as additive because it can increase hydrophilicity of TiO2 material even in dark place. In this experiment, these additives will be used simultaneously to get the better performance of catalyst.
Photocatalyst in this experiment is prepared by using TiAcAc precursor by using solgel method. Sol with varies composition of PEG and SiO2 addition then coated in soda lime plate and ceramics as support by using spin coating method then dried in 100_C and calcined until 520_C. After the preparation, then catalyst has been characterized using XRD, SEM/EDAX, FTIR, and BET to know the character of material. Activity test also done to know self-cleaning and anti fogging performance of this material by using contact angle meter and by direct observation using digital camera. From characterization and activity test results, it found that optimum condition of PEG and SiO2 addition is reached in PEG 15% and SiO2 30% (weight). In this composition, its material has large surface area, particle size, porosity and hydrophilicity that support for self-cleaning and anti fogging application.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S49661
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Jauhari
"Telah dilakukan penelitian mengenai pengaruh additiv CaO dan SiO2 terhadap sifat magnet Ferit keras Barium-Strontium yang banyak digunakan untuk motor listrik DC yang berbentuk silinder dengan diameter 15 mm dan berat 5 gram. Kalsinasi dilakukan selama 3 jam pada temperatur 110° C lalu digiling selama 8 jam dengan rotasi 110 rpm. Sinterisasi dilakukan pada temperatur 1250° C selama 1 jam ,dan pemampatan yang diberikan adalah sebesar 2567 KgF/m2 pada satu arah.. Seluruh pembuatan dan karakterisasinya dilakukan di TELKOMA-LIPI Bandung ,sedangkan pengukuran SEM dilakukan di Puslitbang Geologi Bandung. Hasil percobaan menunjukan bahwa additiv berpengaruh pada sifat magnet Ferit keras Barium-Strontium. Komposisi additiv yang paling baik adalah CaO : SiO2 = 1,245 : 0,415 Wt %. Renlanensi yang dicapai sebesar Br = 0,96 KG ,koersiftas HcB = 0,89 Koe , kerapatan sebesar 4,92 gr/cm3 dan Bhmax = 0,2 MG.Oe.
"
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Davis Rozano Besthari
"Telah dibuat fotokatalis magnetik berupa komposit Fe3O4/TiO2 dan Fe3O4/SiO2/TiO2 dengan metode Heteroaglomerasi. Komposit Fe3O4/TiO2 (F/T) dengan rasio massa 1:1, Fe3O4/SiO2/TiO2 (F/S/T) dengan rasio massa 3:1:4, dan Fe3O4/SiO2/TiO2 (F/S/T) dengan rasio massa 2:1:3 berturut-turut memiliki kandungan silika (SiO2) sebesar 0%, 12,5%, dan 16,65%. Karakterisasi komposit dilakukan menggunakan Spektroskopi Transformasi Fourier Infra Merah (FTIR),Difraksi Sinar-X (XRD), dan Vibrating Sample Magnetometer (VSM). Spektrum FTIR komposit-komposit tersebut menunjukkan keberadaan puncak serapan yang bersesuaian dengan puncak serapan konstituen penyusunnya. Pola difraksi Sinar-X ketiga komposit menunjukkan keberadaan fasa kristal magnetit dari Fe3O4 yang bersifat superparamagnetik serta anatase dan rutil dari TiO2 yang bersifat fotoaktif. Kurva histeresis dan besaran-besaran kemagnetan hasil pengukuran menggunakan VSM menunjukkan komposit-komposit tersebut berkelakuan superparamagnetik. Pengaruh kandungan silika (SiO2) pada komposit diamati dengan membandingkan kemampuannya mengurangi konsentrasi larutan berair dari Methylene Blue. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa peningkatan kandungan silika (SiO2) pada komposit meningkatkan kemampuan adsorpsi komposit.

Fe3O4/TiO2 and Fe3O4/SiO2/TiO2 composites were prepared by Heteroaglomeration Method. Fe3O4/TiO2 (F/T) with mass ratio 1:1, Fe3O4/SiO2/TiO2 (F/S/T) with mass ratio 3:1:4, and Fe3O4/SiO2/TiO2 (F/S/T) with mass ratio 2:1:3 have silica (SiO2) content of 0%, 12,5%, and 16,65% respectively. All prepared composites were characterized by Fourier Transformation Infra Red (FTIR) Spectroscopy, X-Ray Diffraction (XRD), and Vibrating Sample Magetometer (VSM). FTIR spectrum of all composites showed absorption peaks associate with they constituent. X-Ray Diffraction patterns showed that magnetite crystal phase of Fe3O4 which is superparamagnetic and rutil & anatase of TiO2 which is photoactive were exist in all composites. The values of various magnetic parameters from magnetization hysteresis loop of all composites showed that they were superparamagnetic. The influence of silica (SiO2) in the composites was observed by compare their ability to reduce the concentration of aqueous solution of Methylene Blue. The result showed that the more silica (SiO2) content in the composites, the more they adsorption capacity."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S45791
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arif Cahyono
"Pada penelitian ini, kemampuan komposit SiO2/epoksi sebagai lapisan insulasi panas diuji dengan diaplikasikan pada material pelat baja karbon A36. Material SiO2 dicampurkan ke dalam matriks epoksi menggunakan metode pengadukan mekanis pada temperatur ruang. Kemudian, lapisan komposit yang terbentuk diaplikasikan pada pelat baja karbon berukuran 50 mm x 50 mm x 5 mm dengan dituang ke dalam cetakan. Parameter penelitian antara lain waktu pengadukan komposit, persentase massa SiO2 dan ketebalan lapisan komposit. Pengujian dilakukan untuk mengetahui karakteristik lapisan komposit yang berkaitan dengan persentase panas sisa, stabilitas termal, dan nilai kekerasan permukaan. Penambahan kadar SiO2 ke dalam epoksi dan peningkatan ketebalan lapisan komposit terbukti mampu menurunkan nilai PRH (Percentage Residual Heat) dan meningkatkan nilai kekerasan permukaan. Selain itu, lapisan insulasi panas yang dihasilkan memiliki stabilitas termal yang lebih baik. Stabilitas termal terbaik dicapai pada lapisan insulasi campuran epoksi dan 8% SiO2 dengan massa sisa sebesar 90,58% pada temperatur 500°C. Dari sisi waktu pengadukan mekanis, semakin lama durasi pengadukan maka kemampuan insulasi panas lapisan komposit semakin meningkat. Sementara dalam hal kekerasan permukaan, tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan antara waktu aduk 5 dan 15 menit. Sifat termal terbaik ditemukan pada sampel epoksi dengan campuran 8% SiO2 pada ketebalan 5 mm setelah pengadukan selama 15 menit. Sedangkan sifat mekanik terbaik ditemukan pada sampel epoksi dengan campuran 8% SiO2.

In this research, the ability of SiO2/epoxy composite as thermal insulation coating was tested by applying the composite coating to A36 carbon steel plate. SiO2 was mixed with epoxy matrix using method of mechanical stirring at room temperature. Then, the composite that has been formed was applied to 50 mm x 50 mm x 5 mm carbon steel plate by pouring into the mold. The parameters of research were the stirring time of the composite, weight percentage of SiO2, and the thickness of the composite coating. Experiments were carried out to determine the characteristics of the composite coating related to the percentage of residual heat, thermal stability, and surface hardness values. The addition of SiO2 into the epoxy and the increase in the coating thickness evidently could decrease the PRH (Percentage Residual Heat) value and increase the surface hardness value. Furthermore, the thermal insulation coating had better thermal stability. Best thermal stability achieved in the sample of epoxy with addition of 8% SiO2 with residual mass 90,58% at 500°C. In term of mechanical stirring time, the longer the stirring time, the better the ability of heat insulation. Meanwhile, in term of the hardness value, there was no significant difference between the time of 5 and 15 minutes. The best thermal properties were found in the sample of epoxy with addition of 8% SiO2 at thickness of 5 mm after stirring for 15 minutes. While the best mechanical properties were found in the sample of epoxy with addition of 8% SiO2."
Lengkap +
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wiwiek Utami Dewi
"Teknologi produksi motor roket case bonded yang saat ini coba dikembangkan oleh LAPAN, mengharuskan digunakannya material liner baru. Penggunaan fiber sheet sebagai penguat matriks liner epoksi polisulfida sudah tidak dimungkinkan lagi dan harus digantikan oleh penggunaan filler partikulat. SiO2, carbon black dan TiO2 telah dipilih untuk menggantikan peran fiber sheet.
Lima belas macam komposisi liner telah dibuat dan telah melalui proses karakterisasi yang meliputi pengujian viskositas, pengujian densitas, pengujian sifat mekanik yang meliputi : kekerasan, kuat luluh, kuat tarik, elongasi dan kuat rekat serta pengujian sifat termal yang meliputi : konduktivitas termal dan ketahanan termal.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan filler SiO2, carbon black dan TiO2 sangat mempengaruhi karakteristik material liner. Sifat mekanik dan termal liner menjadi jauh lebih baik setelah dilakukan penambahan filler. Walaupun demikian, penambahan filler dianggap merugikan jika ditinjau dari sisi viskositas, densitas, dan konduktivitas termal. Dua jenis prototipe liner case bonded (prototipe selongsong liner dan motor roket case bonded) telah dibuat dengan komposisi SiO2 6 phr; carbon black 6 phr dan TiO2 3 phr. Pembuatan prototipe ini menjadi bukti bahwa material liner yang dihasilkan dapat dengan baik diaplikasikan pada sistem produksi motor roket case bonded.

Case bonded rocket motor production technology that nowadays is been tried to be developed by LAPAN, force LAPAN to use new liner material. The use of fiber sheet as the reinforcement of epoxy polysulfide liner matrix is no longer suitable and it has to be replaced by particulate filler. SiO2, carbon black and TiO2 has been chosen to substitute the role of fiber sheet.
Fifteen liner samples with different content of fillers have been made and underwent some characterization tests : viscosity test, density test, mechanical properties test : hardness, yield strength, tensile strength, elongation and adhesive strength, as well as thermal properties test : thermal conductivity and thermal resistance.
The results show that filler addition gives great effect on liner characteristics. It improves mechanical and thermal properties of the liner. Nevertheless, filler addition gives disadvantages on viscosity, density, and thermal conductivity. Using liner composition of 6 phr of SiO2; 5 phr of carbon black and 3 phr of TiO2, two types of case bonded liner have been made : a prototype of liner cylinder and a prototype of case bonded rocket motor. The making of the prototypes became solid evidence that the resulted liner material can be well applied on the case bonded rocket motor production system."
Lengkap +
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T35349
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisa Amanda
"Nanopartikel silika telah menarik perhatian karena sifat strukturnya yang sangat menguntungkan dan dapat diaplikasikan sebagai filler pada semen atau beton. Pada penelitian ini dilaporkan mengenai sintesis nanopartikel silika dengan metode sol-gel dan efek penambahannya sebagai aditif gas migration control pada oil and gas cement. Hasil karakterisasi nanopartikel silika menunjukkan bahwa nanopartikel tersebut memiliki bentuk spherical dan struktur yang amorf dengan distribusi ukuran partikel sebesar 49,73 nm. Hasil yang diperoleh dilakukan pengujian sifat fisik semen untuk mengetahui efek penambahan nanopartikel silika yang telah disintesis dan dibandingkan dengan nanopartikel silika komersil serta microsilica. Nanopartikel silika komersil dan microsilica memiliki ukuran partikel sebesar 16,65 nm dan 124,65 nm. Uji rheologi, uji thickening time, uji compressive strength serta uji permeabilitas gas dilakukan pada penelitian ini. Uji rheologi menunjukkan bahwa penambahan nanopartikel silika dan microsilica menyebabkan bubur semen semakin mengental serta meningkatkan nilai yield point. Uji thickening time menunjukkan bahwa dengan adanya penambahan nanopartikel silika ataupun microsilica diperlukan waktu sekitar 3-5 jam untuk mencapai batas konsistensinya, dimana bubur semen tidak dapat dipompa kembali. Uji compressive strength menunjukkan bahwa penambahan nanopartikel silika dapat meningkatkan daya tahan tekan pada semen dibandingkan dengan microsilica. Uji permeabilitas gas menunjukkan bahwa nanopartikel silika dan microsilica menunjukkan bahwa keduanya dapat secara efektif berperan sebagai filler pada pori-pori semen. Pengujian tersebut telah dilakukan untuk mengetahui apakah nanopartikel silika telah sesuai dengan kriteria sebagai aditif gas migration control.

Silica nanoparticles have attracted a lot of attention because of their highly beneficial structural properties and can be applied as fillers on cement or concrete. In this research we reported about the synthesis of silica nanoparticles with the sol-gel method and the effect of its addition as a gas migration control additive in oil and gas cement. The results of silica nanoparticles characterization shows that the morphology of nanoparticles is spherical and had an amorphous structure with particle size distribution of 49.73 nm. The results were tested for physical properties of cement to determine the effect of adding silica nanoparticles that had been synthesized, commercial silica nanoparticles and microsilica. Commercial silica nanoparticles and microsilica have particle sizes of 16.65 nm and 124.65 nm. Rheological test, thickening time test, compressive strength test and gas permeability test were observed in this research. Rheological tests shows that the addition of silica nanoparticles and microsilica caused the cement slurry getting thicker and increase the value of yield point. Thickening time test shows that it takes about 3-5 hours hours to reach the consistency limit with the addition of silica nanoparticles or microsilica, which the slurry cannot be pumped again. Compressive strength test shows that the addition of silica nanoparticles can increase the compressive strength value of cement compared to microsilica. The gas permeability test shows that silica nanoparticles and microsilica could effectively act as fillers in cement pores. All of the tests was conducted to determine whether silica nanoparticles were in accordance with the criteria as a gas migration control additive."
Lengkap +
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>