Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138634 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Mochammad Zainudin
"Batu kapur digunakan sebagai bahan aditif untuk membuat Semen Portlan Komposit, pembuatan dilakukan dengan menggunakan cara penggilingan batukapur yang terpisah dengan penggilingan semen portlan biasa yang digiling bersama sama dengan gypsum. Batu kapur digiling dengan beberapa variasi kehalusan blaine (4000, 6000, 8000 dan 10000 cm2/gr) dan beberapa komposisi batukapur (5%, 10%, 15% dan 20%), untuk kemudian dilihat pengaruh kehalusan batukapur pada berbagai komposisi terhadap kuat tekan semen. Dari hasil yang didapat tampak bahwa penggunaan batukapur ini akan meningkatkan kuat tekan dengan meningkatkan kehalusan blainenya, hal ini lebih disebabkan limestone berfungsi sebagai bahan pengisi pori pada adukan semen.

Limestone used as additive material for portland composite cement, limestone milled separate with Portland cement and gypsum. Limestone milled in different fineness (4000, 6000, 8000, and 10000 cm2/gr) with different composition (5%, 10%, 15% and 20%), and investigate effect of limestone fineness as additive material in different composition on cement compressive strength. Limestone fineness contribute in composite cement compressive strength, there are fill in porous cement."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T21496
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyono
"Variasi komposisi penambahan Trass dan Limestone sebagai material suplemen Ordinary Portland Cement dilakukan pada penelitian ini dengan tujuan untuk menurunkan harga tanpa mengurangi sifat kuat tekan. Kuat tekan yang diharapkan dari variasi material pada penelitian ini bisa melebihi kuat tekan Ordinary Portland Cement. Trass dan limestone divariasi dengan jumlah total substitusi 21% berat, dan semen dipertahankan pada 79% berat. Hasil pencampuran trass, limestone dan semen dipertahankan pada kehalusan 5000 cm²/gram. Semen hasil variasi ini dipilih yang terbaik berdasarkan hasil pengujian kuat tekan, kemudian dibandingkan dengan hasil kuat tekan semen yang tidak ditambahkan trass dan limestone. Perubahan mineralogi atau kristal akibat variasi komposisi material akan diamati dengan X-RD dan SEM.. Kalsium Silikat Hidrat (CSH) sebagai produk utama yang memberikan kontribusi terhadap kuat tekan, diharapkan terindentifikasi pada pengamatan ini. Hasil penelitian menunjukkkan kuat tekan dari variasi dengan komposisi trass 14% dan limestone 7% lebih tinggi dari variasi komposisi trass dan limestone yang lain, baik pada umur pengujian 3, 7 dan 28 hari. Kuat tekan variasi komposisi trass 14% dan limestone 7% berturut turut untuk umur 3, 7 dan 28 hari adalah 224 kgf/cm², 282 kgf/cm², dan 365 kgf/cm². Berturut-turut untuk umur 3, 7 dan 28 hari, kuat tekan semen tanpa penambahan trass dan limestone adalah 261 kgf/cm², 352 kgf/cm², dan 448 kgf/cm². Hasil diatas disebabkan pada semen tanpa penambahan trass dan limestone terbentuk kristal CSH jenis kristal Rosenhandrite yang cukup banyak daripada pada semen dengan tambahan trass dan limestone. Kristal Rosenhandrite ini mempunyai kontribusi terhadap kuat tekan lebih tinggi daripada CSH yang lain seperti C2SH alpha, C6S3H gamma delaite, dan afwillite. Pengamatan SEM pada sampel semen tanpa trass dan limestone terlihat adanya kristal CSH yang berbentuk plat dengan bulu-bulu lembut yamg dihubungkan jarum-jarum kecil (ettringite), sedang pada semen variasi trass dan limestone berbentuk plat tanpa bulu-bulu dan tanpa jarum-jarum kecil.

Composition Variation of Trass and Limestone addition as supplement material in Ordinary Portland Cement is done in the research with the goal to reduce cost without decreasing compressive strength. It is even expected that the compressive strength of cement added with suitable variation of trass and limestone wiil exceed that of Ordinary Portland Cement . Trass and limestone is varied with a total substitution of 21% wt, and cement is kept 79% wt. The fineness Trass, Limestone and Cement mixture is kept on 5000 cm²/gram Optimum variation of Trass and Limestone addition is determined by compressive strength compared to OPC without additives, and the mineralogy and crystalline phase is like CSH as observed using XRD and SEM. The research results showed that compressive strength of composition variation of 14% Trass and 7% Limestone has compressive strength higher than others. The compressive Strength of optimum variation are 224 kgf/cm², 282 kgf/cm² and 365 kgf/cm for samples tested at 3, 7, and 28 days respectively .The compressive strength of cement without additive are 261 kgf/cm², 352 kgf/cm² and 448 kgf/cm² for samples tested 3, 7, and 28 days respectively. The difference in compressive strength between cement with and without additive is attributed to the formation of Rosenhandrite, which is a crystalline CSH. Large quantity of Rosenhandrite is formed in cement without addition of trass and limestone. It is assumed that Rosenhandrite is the dominant phase that contribute to compressive strength relative to the other CSH phases as like C2SH Alpha, C6S3H Gamma Dellaite, and Afwillite. Under the SEM, CSH phases in cement without additive showed plate shape with smooth hairy which is connected with small needles (ettringite), while for cement with composition variation of Trass and Limestone showed plate shape without smooth hairy and small needle."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T25260
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cahyono
"Variasi komposisi penambahan Trass dan Limestone sebagai material suplemen Ordinary Portland Cement dilakukan pada penelitian ini dengan tujuan untuk menurunkan harga tanpa mengurangi sifat kuat tekan. Kuat tekan yang diharapkan dari variasi material pada penelitian ini bisa melebihi kuat tekan Ordinary Portland Cement. Trass dan limestone divariasi dengan jumlah total substitusi 21% berat, dan semen dipertahankan pada 79% berat. Hasil pencampuran trass, limestone dan semen dipertahankan pada kehalusan 5000 cm²/gram. Semen hasil variasi ini dipilih yang terbaik berdasarkan hasil pengujian kuat tekan, kemudian dibandingkan dengan hasil kuat tekan semen yang tidak ditambahkan trass dan limestone. Perubahan mineralogi atau kristal akibat variasi komposisi material akan diamati dengan X-RD dan SEM.. Kalsium Silikat Hidrat (CSH) sebagai produk utama yang memberikan kontribusi terhadap kuat tekan, diharapkan terindentifikasi pada pengamatan ini. Hasil penelitian menunjukkkan kuat tekan dari variasi dengan komposisi trass 14% dan limestone 7% lebih tinggi dari variasi komposisi trass dan limestone yang lain, baik pada umur pengujian 3, 7 dan 28 hari. Kuat tekan variasi komposisi trass 14% dan limestone 7% berturut turut untuk umur 3, 7 dan 28 hari adalah 224 kgf/cm², 282 kgf/cm², dan 365 kgf/cm². Berturut-turut untuk umur 3, 7 dan 28 hari, kuat tekan semen tanpa penambahan trass dan limestone adalah 261 kgf/cm², 352 kgf/cm², dan 448 kgf/cm². Hasil diatas disebabkan pada semen tanpa penambahan trass dan limestone terbentuk kristal CSH jenis kristal Rosenhandrite yang cukup banyak daripada pada semen dengan tambahan trass dan limestone. Kristal Rosenhandrite ini mempunyai kontribusi terhadap kuat tekan lebih tinggi daripada CSH yang lain seperti C2SH alpha, C6S3H gamma delaite, dan afwillite. Pengamatan SEM pada sampel semen tanpa trass dan limestone terlihat adanya kristal CSH yang berbentuk plat dengan bulu-bulu lembut yamg dihubungkan jarum-jarum kecil (ettringite), sedang pada semen variasi trass dan limestone berbentuk plat tanpa bulu-bulu dan tanpa jarum-jarum kecil.

Composition Variation of Trass and Limestone addition as supplement material in Ordinary Portland Cement is done in the research with the goal to reduce cost without decreasing compressive strength. It is even expected that the compressive strength of cement added with suitable variation of trass and limestone wiil exceed that of Ordinary Portland Cement . Trass and limestone is varied with a total substitution of 21% wt, and cement is kept 79% wt. The fineness Trass, Limestone and Cement mixture is kept on 5000 cm²/gram Optimum variation of Trass and Limestone addition is determined by compressive strength compared to OPC without additives, and the mineralogy and crystalline phase is like CSH as observed using XRD and SEM. The research results showed that compressive strength of composition variation of 14% Trass and 7% Limestone has compressive strength higher than others. The compressive Strength of optimum variation are 224 kgf/cm², 282 kgf/cm² and 365 kgf/cm for samples tested at 3, 7, and 28 days respectively .The compressive strength of cement without additive are 261 kgf/cm², 352 kgf/cm² and 448 kgf/cm² for samples tested 3, 7, and 28 days respectively. The difference in compressive strength between cement with and without additive is attributed to the formation of Rosenhandrite, which is a crystalline CSH. Large quantity of Rosenhandrite is formed in cement without addition of trass and limestone. It is assumed that Rosenhandrite is the dominant phase that contribute to compressive strength relative to the other CSH phases as like C2SH Alpha, C6S3H Gamma Dellaite, and Afwillite. Under the SEM, CSH phases in cement without additive showed plate shape with smooth hairy which is connected with small needles (ettringite), while for cement with composition variation of Trass and Limestone showed plate shape without smooth hairy and small needle."
Jakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
T39866
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Vera Indrawati Judarta
"Telah dilakukan subtitusi 21% ’cementitious material’ flyash, trass dan limestone pada semen portland. Komposisi 75.5% clinker semen portland, 3.5% gips, 7% limestone dan 14 % variasi komposisi trass-flyash digiling bersama menghasilkan semen yang disebut semen portland komposit. Mekanisme hidrasi dan evolusi mikrostruktur pasta semen yang mengeras diamati pada umur 1,3,7,28 dan 56 hari dibandingkankan dengan semen Portland menggunakan metoda XRD dan SEM. Kalsium silikat hidrat, CSH sebagai fasa utama produk hidrasi semen portland diidentifikasi dengan pembentukan fasa Ca(OH)2. Dan reaksi posolanik flyash-trass pada semen portland komposit diidentifikasi melalui penurunan fraksi fasa Ca(OH)2. Morfologi CSH berupa serat berbentuk jarum diamati pada tiap umur hidrasi. Diperoleh hasil bahwa reaksi posolanik antara silika amorf pada trass dan flyash baru berlangsung setelah 7 hari sehingga kuat tekan mortar pada umur awal diperoleh hanya dari CSH hasil reaksi hidrasi semen portland.

Substitution of 21% cementitious material flyash, trass and limestone in portland cement were carried out. Proportion of 75.5% Portland cement clinker, 3.5% gypsum, 7% limestone and 14% variation of trass-flyash were ground together and classified as Portland Composite Cement. Hydration mechanism and microstructure evolution of hardened paste at age of 1, 3, 7, 28 and 56 days were observed by XRD and SEM. Calcium Silicate Hydrate as main hydration products of Portland cement was identified by Ca(OH)2 formation and pozzolanic reaction by decreasing of Ca(OH)2 phase fraction. CSH as needle like fiber in the paste were identified in each age of hydration. Results showed that pozzolanic reaction of amorphous silica in trass and flyash just started to react after 7 days so that the early strength comes only from CSH of portland cement hydration."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
T20966
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pramudia Widaryanto
"Portland Composite Cement (PCC) merupakan campuran clinker dan bahan mineral tambahan seperti fly ash, pozzolan, dll. Produksi semen PCC yang lebih sedikit mengandung clinker ini dapat mengurangi ketergantungan terhadap clinker yang produksinya semakin berkurang. Seiring beredarnya semen PCC di pasaran, beton dengan semen PCC perlu diuji kekuatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai-nilai kuat tekan, kuat tarik belah, dan kuat lentur beton menggunakan semen PCC. Beton didesain dengan menggunakan faktor air semen 0,3; 0,35; 0,45; 0,55; 0,65; 0,75; dan 0,8. Pengujian dilakukan pada umur 7, 14 dan 28 hari.
Hasil pengujian diolah dengan metode rata-rata dan metode chisquare. Hasil pengolahan data menunjukkan metode chi-square menghasilkan data yang lebih akurat dengan jumlah error yang lebih sedikit. Grafik yang dihasilkan menunjukkan hubungan antara kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur dengan umur adalah berbanding lurus. Sedangkan hubungan antara kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur dengan FAS adalah berbanding terbalik. Dengan membandingkan kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur didapatkan hubungan kuat tekan dan kuat lentur adalah fr = 0,623 _ fc?, hubungan kuat tekan dan kuat tarik belah adalah ft = 0,656 _ fc?, dan hubungan kuat tarik belah dan kuat lentur adalah fr = 0,948 _ ft.

Portland Composite Cement (PCC) is a mixture of clinker and mineral additions such as fly ash, pozzolan, etc.. PCC's production which contain fewer clinker, can reduce the dependence on clinker, whose the production has decreased. Along the spread of PCC in the market, concrete using PCC need to be tested. This study aimed to obtain the values of compressive strength, splitting tensile, and flexural strength of concrete using PCC. Concrete is designed with water cement ratio 0,3; 0,35; 0,45; 0,55; 0,65; 0,75; dan 0,8. Tests are performed at the age of 7, 14 and 28 days.
The test results are processed by average method and chi-square method. Data processing results show chi-square method produces more accurate data with a smaller number of errors. The resulting graphs show the relationship between compressive strength, splitting tensile and flexural strength is directly proportional to the age. While the relationship between compressive strength, splitting tensile and flexural strength is inversely proportional to the water cement ratio. By comparing the compressive strength, splitting tensile and flexural strength, we can also obtain the relationship between compressive and flexural strength is fr = 0,623 _ fc?, the relationship between compressive and splitting tensile strength is ft = 0,656 _ fc?, and the relationship between splitting tensile and flexural strength is fr = 0,948 _ ft.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50641
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syarifuddin
"ABSTRAK
Mortar adalah campuran antara semen dengan pasir, mortar. Mortar digunakan sebagai bahan untuk pemasangan dinding, plesteran dan pondasi batukali atau pondasi lainnya. Semen sebagai perekat banyak type/jenis semen namun yang dijual (dipasarkan) adalagi semen yang disebut semen OPC (Ordinary Portland Cement) dalam kemasannya disebut type I, semen PCC ( Portland Composite Cement), semen PPC (Portland Puzzoland cement). Pembuatannya adalah membuat benda uji kubus mortar berukuran 5 cm x 5 cm x 5 cm dibuat 20 benda uji dari masing-masing type/jenis semen tersebut dengan perbandingan 1 banding 3 dan f.a.s 0,6 tetap. Pelaksanaan pengujian di laboratorium teknik sipil Politeknik Negeri Medan. Benda Uji tersebut di cetak sesuai dengan prosedur menggunakan acuan SNI 03 6825 2002 pelaksanaan di laboratorium teknik sipil, Setelah benda uji cukup umur 28 hari, di lakukan uji kuat tekan mortar masing masing uji dengan menggunakan alat test kuat tekan beton. Hasilnya diolah, rata rata dari masing masing variasi dicari standard deviasinya untuk menghitung kuat tekan karakteristik mutu mortarnya. Hasil dari pengujian kuat tekan karakteristik untuk semen type I 17 6,03 kg/cm2. Dari hasil pengujian dapat diambil kesimpulan yaitu untuk type semen PCC lebih baik kuat tekan karakteristik dibandingkan dari semen type OPC I, dan semen PPC."
Medan: Polimedia Negeri Medan, 2018
338 PLMD 21:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Bastian Okto Bangkit Sentosa
"Semen Portland Pozzolan (SPP) adalah suatu bahan perekat hidrolis yang dibuat dengan menggiling halus klinker semen Portland dengan pozzolan, atau suatu campuran yang merata antara bubuk semen Portland dan bubuk pozzolan selama penggilingan atau pencampuran. SPP untuk mencapai kekuatannya membutuhkan waktu relatif lebih lambat dibandingkan dengan semen Portland lainnya meskipun ultimate strenght yang dicapai SPP mungkin sama atau lebih besar dari yang terbuat dari semen Portland. Dalam penelitian ini, faktor air semen (FAS) yang digunakan bervariasi diantara 0,3; 0,35; 0,45; 0,55; 0,65; 0,75; dan 0,8 serta diamati pengaruhnya terhadap kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur pada beton menggunakan SPP. Pengujian kuat tekan, kuat tarik belah, dan kuat lentur dilakukan pada umur 7, 14 dan 28 hari.
Hasil pengujian diolah dengan dua metode yaitu metode rata-rata dan chi-square untuk membandingkan metode mana yang paling akurat. Kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur bertambah seiring dengan pertambahan umur beton pada semua FAS. Namun kenaikan FAS berbanding terbalik dengan kuat tekan, kuat tarik belah dan kuat lentur beton. Kenaikan kuat tekan akan diikuti dengan kenaikan kuat tarik belah dan kuat lenturnya sehingga kenaikan kuat tarik belah akan mengikuti kenaikan kuat lentur dan sebaliknya.

Pozzolan Portland Cement (PPC) is an hydraulic adhesive which made by grinding Portland cement clinker with Pozzolan, or an equal mixture of Portland cement powder and powder Pozzolan during milling or mixing. PPC to achieve the strength it took relatively more slowly than other portland cement, although the ultimate PPC strenght achieved equal or perhaps greater than that made from portland cement. In this research, water cement ratio which is used variation from 0,30 0,3; 0,35; 0,45; 0,55; 0,65; 0,75; and 0,8 also observed the influent of compressive strength, splitting tensile strength, and flexural strength concrete using SPP. Compressive strength, splitting tensile strength and flexural strength test is done on 7, 14, and 28 days.
The test result is processed by two methods which are average method and chi square method for comparing the best accuracy method. Compressive strength, splitting tensile strength, and flexural strength increase following concrete age on all water cement ratio. However, increasing water cement ratio is inversely with compressive strength, splitting tensile strength, and flexural strength. Increasing compressive strength will be followed by splitting tensile strength and flexural strength so that increasing splitting tensile strength will follow increasing flexural strength."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50594
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Achmad Ruby Rubiono Atmoprawiro
"Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi hasil pengujian kuat tekan beton inti dan Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) pada sampel Roller Compacted Concrete dan beton konvensional dengan penggunaan Semen Portland Slah (PSC) dan Semen Portland Komposit (PCC) yang akan digunakan dalam proyek bendungan. Hal ini untuk memenuhi kebutuhan data yang sesuai dalam ACI 228.1R-19 terkait adanya data penelitian untuk setiap proyek yang dilakukan. Penelitian ini dilakukan dengan eksperimental laboratorium yang melibatkan uji destruktif (kuat tekan) dan non destruktif (UPV). Penelitian telah mengungkapkan bahwa kuat tekan beton inti dan cepat rambat UPV memiliki korelasi yang tinggi dimana semakin tinggi cepat rambatnya akan memberikan kuat tekan beton inti yang lebih tinggi juga. Persamaan empiris yang didapatkan pada penelitian ini adalah fc’(x) = 1.1665x pada Roller Compacted Concrete, fc’(x) = 6.1484x pada beton konvensional dengan semen PSC, dan fc’(x) = 6.9937x pada beton konvensional dengan semen PCC.

This research was conducted to examine the results of core concrete compressive strength and Ultrasonic Pulse Velocity (UPV) tests on Roller Compacted Concrete samples and conventional concrete using Portland Slah Cement (PSC) and Composite Portland Cement (PCC) which will be used in solidification projects. This is to fulfill the appropriate data requirements in ACI 228.1R-19 regarding the existence of research data for each project carried out. This research was carried out in an experimental laboratory involving destructive (compressive strength) and non-destructive (UPV) tests. Research has revealed that the compressive strength of core concrete and the creep speed of UPV have a high correlation, where the higher the creep speed, the higher the compressive strength of the core concrete too. The empirical equation obtained in this research is fc’(x) = 1.1665x in Roller Compacted Concrete, fc’(x) = 6.1484x in conventional concrete with PSC cement, and fc’(x) = 6.9937x in conventional concrete with cement PCC."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raina S. Dryana
"Skripsi ini membahas tentang pengaruh faktor air semen (FAS) terhadap kekuatan tekan, tarik belah, dan tarik lentur beton normal yang dibuat menggunakan semen tipe Ordinary Portland Cement (OPC). Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kebutuhan adanya gambaran hubungan antara kekuatan, umur dan FAS beton dengan semen portland tipe I yang digunakan untuk berbagai tujuan namun keberadaannya mulai tergantikan dengan semen tipe baru. Penelitian dilakukan melalui pengujian di laboratorium dengan membuat benda uji silinder beton diameter 100 mm dan tinggi 200 mm untuk uji kuat tekan sebanyak 105 buah, silinder beton diameter 150 mm dan tinggi 300 mm untuk uji kuat tarik belah sebanyak 105 buah, dan balok untuk uji kuat lentur dengan ukuran 150 mm x150 mm x 600 mm sebanyak 63 buah.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa semakin besar nilai FAS maka kekuatan beton yang diperoleh baik kuat tekan, kuat tarik belah, dan kuat lentur akan semakin menurun karena jumlah semen sebagai sumber kekuatan beton juga berkurang. Pengolahan data menggunakan dua metode statistik yaitu metode nilai rata - rata dan metode chi square yang menghasilkan hubungan untuk beton umur 28 hari: kuat tekan (fc - ) dengan kuat lentur (fr) adalah : fr=0.656?fc - kuat tarik belah (ft) dengan kuat lentur (fr) adalah : fr=0.967ft kuat tekan ((fc - ) dengan kuat tarik belah (ft) adalah : ft=0.666?fc - .

The focus of this study is about the effect of water cement ratio (FAS) on the compressive strength, splitting tensile strength, and flexural strength of normal concrete made using Ordinary Portland Cement (OPC). The background of this research is the need for illustrating the correlation between concrete strength, age and FAS with OPC which is used for many purposes but its existence began to be replaced with other Portland cement. This research through attempt in laboratory by making 105 samples concrete cylinder with diameter of 100 mm and 200 mm height for compressive strength test, 105 samples cylinder with diameter of 150 mm and 300 mm height for splitting tensile strength test and 63 samples beam for flexural strength test with size 150 mm x 150 mm x 600 mm.
The result shows that the greater value of FAS, the concrete strength obtained compressive strength, splitting tensile strength, and flexural strength will also decrease because the amount of cement concrete as a source of strength is also reduced. Processing data was using two statistical methods which is average value method and chi square method, produced the relationship for 28 days of concrete age : compressive strength (fc') and flexural strength (fr) : fr=0.656?fc' splitting tensile strength (ft) and flexural strength (fr) : fr=0.967ft compressive strength ((fc') and splitting tensile strength (ft) : ft=0.666?fc'.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S50642
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>