Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 166975 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dian Nindita
"ABSTRAK
Trass merupakan salah satu bahan aditif yang digunakan dalam pembuatan semen. Trass adalah jenis bahan galian yang berasal dari pelapukan mineral endapan vulkanik yang sebagian besar mengandung silika, besi dan alumina dengan ikatan gugusan oksida. Trass dalam keadaan sendiri tidak mempunyai sifat mengeras, tetapi apabila direaksikan dengan kapur padam dan air dengan perbandingan tertentu akan menghasilkan suatu massa yang memiliki sifat semen dan tidak larut dalam air.
Sebagai bahan aditif pada semen, trass hendaknya dianalisa untuk mengetahui mutunya, apakah layak digunakan atau tidak. Parameter yang diujikan secara fisika kimia, antara lain uji kehalusan, uji kuat tekan, uji hilang pijar, uji bagian tak larut dan uji komposisi kimia menggunakan alat XRF.
Pengujian sifat fisika dan sifat kimia trass dilakukan terhadap 11 sampel trass yang diperoleh dari tempat yang berbeda. Berdasarkan hasil pengujian, hasil uji untuk kehalusan mempunyai nilai antara 4.000 cm2/g sampai 6.300 cm2/g. Untuk uji kuat tekan mempunyai nilai hasil pengujian antara 42 kg/cm2 sampai 131 kg/cm2 . Pada hasil uji hilang pijar mempunyai nilai antar 2,75 % sampai 5.9 %. Pada uji bagian tak larut diperoleh nilai antara 77,61 % sampai 90,76 %."
2008
TA1698
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Universitas Indonesia, 2004
TA1212
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Viena D. Kamka
Depok: Universitas Indonesia, 1998
TA784
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sagala, Billy D. M.
Depok: Universitas Indonesia, 2009
TA1546
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Saiful Bahri
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan terhadap sifat fisik Semen Portland Pozolan yang terdiri dari campuran antara terak semen, gypsum, dan aditive material. Aditif material yang digunakan adalah trass, fly ash dan blastfurnace slag dengan kehalusan nano meter. Tehnik penggilingan material dilakukan 2 tahap yang pertama mengiling terak semen dengan gypsum dan yang kedua mengiling masing-masing aditive aterial dengan kehalusan sampai nano. Mineralogi setiap material akan diteliti menggunakan alat XRD. Distribusi ukuran partikel diukur degan menggunakan Malvern Multisizer.
Tahap akhir adalah melihat pengaruh distribusi partikel dan perubahan karakteristik bahan aditif material yang ditambahkan dengan perbedaan kehalusan terhadap sifat fisika semen. Sifat fisika diukur melalui parameter kuat tekan. Meksnisme reaksi hidrasi aditif material dimonitor dengan TAM (Thermal Air Measurement) dan rekasi hidrasi semen dimonitor dengan menggunakan TAM, SEM dan XRD. Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh ukuran partikel dari aditif material terhadap sifat fisika semen dari mikron ke nano dapat meningkatkan kuat tekan untuk masing-masing aditif trass pada umur 3 hari sebesar 34,48%, 7 hari sebesar 39,49% dan 28 hari sebesar 42,80%, untuk aditif fly ash terjadi peningkatan untuk umur 3 hari sebesar 14,51%, 7 hari sebesar 31,37% dan 28 hari sebesar 27,90% dan untuk aditif BF slag terjadi peningkatan kuat tekan umur 3 hari sebesar 35,35%, 7 hari sebesar 64,81% dan 28 hari sebesar 46,31%.
Hasil peningkatan kuat tekan ini didukung oleh data hasil pengujian SEM yang menunjukkan bahwa aditif material trass, fly ash dan BF slag ukuran nano sangat berpengaruh terhadap perubahan mikrostruktur dari semen yaitu dengan semakin maksimalnya pembentukan CSH sehingga produk hasil samping reaksi antara semen dan air berupa Ca(OH)2 menjadi sangat sedikit dan setelah pasta semen mengering rongga yang terbentuk sangat sedikit. Selain itu juga didukung oleh hasil analisa pelepasan panas aditif material dengan perubahan ukuran partikel dari mikron ke nano untuk aditif material fly ash sangat berpengaruh terhadap laju pelepasan panas hal ini dibuktikan dengan rate of heat flow (Q*) sebesar 0,12 calori/joule hour pada umur 144 jam menjadi sebesar 0,45 calori/joule hour pada umur 24 jam dan heat release (Q) sebesar 7,85 calori/joule pada umur 168 jam menjadi sebesar 18,92 calori/joule pada umur 168 jam hal ini membuktikan bahwa material fly ash semakin halus menjadi semakin reaktif. Untuk aditif material BF slag dengan ukuran mikron bersifat endothermal sedangkan ketika dihaluskan sampai ukuran nano terjadi perubahan menjadi isothermal artinya material ini akan lebih reaktif pada ukuran nano.

ABSTRACT
This research conducted on the physical properties Portland Pozolan Cement consisting of a mixture of clinker Portland cement, gypsum, and nano additive material. Additive material used are trass, fly ash and slag with variations of fineness. The technique of grinding the material done with 2 steps grinding clinker Portland cement with gypsum and the second grinding of each additives? material until nano meter of particle size. Mineralogy of each material was investigated using XRD instrument. The particle size and distribution were measured using Malvern Multizizer.
The final stage is to know the effect of changes in the characteristics of the particle distribution and material additives that are added to the differences in the physical properties of the cement fineness. Physical properties were measured by compressive strength parameters. Mechanism of material additives hydration reaction was monitored by TAM (Thermal Air Measurement) and cement pasta microstructure monitored by using SEM (Scaning Electro Microscopic).
The results of this study indicated that the change of the particle size from micron to nano of the additive material on physical properties of cement can increase the compressive strength for additive trass 34.48% at 3 days, 39.49% at 7 days and 42.80% at 28 days, for additive fly ash 14.51% at 3 days, 31.37% at 7 days and 27.90% at 28 days, for additive BF slag 35.35% at 3 days, 64.81% at 7 days and 46.31% at 28 days. Increasing of compressive strength is proved with analysis SEM showed that the additive material trass, fly ash and BF slag with nano size gives affects the change in microstructure of cement that gives effect to the maximum formation of CSH and can minimize the side effect of the reaction products between cement and water in the form of Ca(OH)2 and after cement paste dries very little pore structure is formed. It is also proved by the results of the analysis of the heat release additive material with changes of particle size from micron to nano for additive fly ash gives affects to change of the rate of heat flow (Q *) from 0.12 calories / joule hour at 144 hours into 0.45 calories/ joule hour at 24 hours and heat release (Q) from 7.85 calories / joule at 168 hours to 18.92 calories / joule at 168 hours it is proved that the finer the additive fly ash gives more reactive. For BF slag additive material with micron size is endothermic whereas when the particle size changes to nano become isothermal while this material should be more reactive in nano size.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
T42638
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2005
TA1541
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Akhmad Munthohar
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S40984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Berbagai informasi tentang pewarna alami dan cara penggunaannya sudah
banyak tersedia dan cukup mudah untuk ditemukan. Akan tetapi, meski penggunaan
pewarna alami sudah cukup dikenal oleh masyarakat, informasi secara ilmiah
tentang pengaruh penggunaan pewarna alami sebagai pewama kain terhadap sifat
fisika dan kimia kain atau serat masih sedikit sekali. Hasil pewamaan alami perlu
memiliki kualitas dalam hal warna, tidak luntur, dan sifat fisik yang memenuhi
syarat sebagai bahan pakaian atau bahan keperluan rumah tangga sehingga
menghasilkan warna yang menarik dan terbaik untuk dapat dipasarkan.
Pada kondisi operasi temperature 87°C, kain sutera dipanaskan dalam
larutan pewarna kayu tingi dengan variasi berat pewarna sebesar 10 g, 15 g, dan
20 g dalam 500 ml air. Selain itu, dilakukan variasi penambahan mordan ( 0.03 g;
0.1035 g; 0.17 g; 0.242 g; 0.34 g ) dan lama waktu pencelupan ( 30 dan 60 menit ).
Setelah dilakukan proses pewarnaan seperti diatas, dilakukan uji FTIR pada sampel
kain sutera. Hasil dari FTIR menunjukkan bahwa terjadi ikatan antara N pada
fibroin sutera dan O pada senyawa pewarna tingi yaitu catechin jika dilakukan
proses pewarnaan tanpa mordan. Jika menggunakan mordan CaCO3, maka Ca akan
memutus ikatan ganda C=O pada fibroin sutera dan berikatan dengan O baik pada
fibroin sutera maupun dengan pewarna.
Selain itu, juga dilakukan uji ketahanan luntur dari kain sutera. Uji
pencucian ini dilakukan dengan mencuci sampel menggunakan deterjen sebanyak 3
kali. Persentase kelunturan yang terjadi adalah sebesar 0.252 - 0.262 %. Jika
dibandingkan dengan skala abu - abu, maka akan bernilai 4 -5 atau baik terhadap
ketahanan luntumya.
Wama yang dihasilkan dari proses pewarnaan ini bermacam - macam,
tergantung dari berat pewarna, lama pencelupan dan berat mordan yang digunakan.
Sehingga disimpulkan bahwa pada proses pewarnaan menggunakan kayu tingi
sebagai pewarna alami pada pewarnaan kain sutera tidak mempunyai wama yang
paling baik atau optimum. Semua wama yang dihasilkan akan mempunyai kualitas
warna yang berbeda tergantung pada pemakai"
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
S49484
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>