Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 162471 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Universitas Indonesia, 2002
TA1132
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Krisnadi Tri Oktara
"Nilai Glomelural Filtration Rate (GFR) sebagai salah satu hasil pemeriksaan renogram, saat ini diperoleh dengan cara membuat Region of Interest (ROI) secara manual pada kedua ginjal. ROI ini akan menghasilkan jumlah cacahan dari kedua ginjal yang akan digunakan untuk menghitung GFR. Karena dibuat secara manual, maka ROI dan nilai GFR tersebut hasilnya subyektif dan bergantung pada kemampuan operator. Oleh karena itu, pembuatan ROI ginjal secara otomatis menggunakan prinsip segmentasi citra dengan algoritma pengolahan citra yang sudah ada dapat menjadi solusi. Proses pembuatan ROI ginjal secara otomatis meliputi 3 tahap yaitu pre-processing, image contrast enhancement, dan image segmentation.
Hasil akhir yang diperoleh adalah citra hasil pemeriksaan renogram dengan kedua ginjal yang sudah dibROI secara otomatis. Hasil pengujian yang dilakukan terhadap 35 pasien diperoleh 26 pasien berhasil di ROI secara otomatis dan 9 pasien gagal. Dari 26 pasien yang berhasil, hasilnya dibandingkan secara kuantitatif dengan ROI manual yang dilihat dari nilai true positive (TP), false negative (FN), dan false positive (FP). Diperoleh nilai rata-rata dari semua pasien yang berhasil yaitu TP 82,42%, FN 16,86%, dan FP 14,57%.

Glomelural Filtration Rate (GFR) value as one of the result of renogram examination, is obtained by delineate Region of Interest (ROI) manually on both kidney. This ROI will produce counts from both kidney which is used to calculate GFR. Because of delineate manually, the result would be subjective and depend on operators’ skill. Therefore, automatic kidney ROI using image segmentation with image processing algorithm that have been widely used can be one solution to relieve this problem. The process to make this automatic kidney ROI include 3 steps: pre-processing, image contrast enhancement, and image segmentation.
The final result is renogram examination image that both kidney have ROI automatically. Results of the test performed on 35 patients show 26 patients were successful and 9 patients failed because of some reasons. From this 26 successful patients, the results were compared quantitatively with manual delineation ROI as seen from true positive (TP), false negative (FN), dan false positive (FP) value. The average values ​​obtained from all patients who successfully ie TP 82.42%, FN 16.86%, and 14.57% FP.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2014
S57382
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Rasih
"Kebutuhan akan metode diagnosa fungsional tubuh mendorong perluasan pemanfaatan Kedokteran Nuklir untuk pencitraan hati dan limpa serta deteksi perdarahan pada saluran cerna. Kit radiofarmaka 99mTc-Sulfur Colloid dapat dimanfaatkan untuk mendukung diagnosa penyakit dan kelainan fungsi organ hati dan limpa. Penelitian ini berhasil melakukan produksi in House kit radiofarmaka 99mTc-Sulfur Colloid. Pengujian biodistribusi dan dosimetri internal kit radiofarmaka 99mTc-Sulfur Colloid pada kelinci jantan putih menggunakan Kamera Gamma single head, menunjukan persentase biodistribusi aktivitas untuk 99mTc-Sulfur Colloid pada hati 80.11% dan 13.14% pada limpa setelah 35 menit injeksi secara intravena. Nilai laju eliminasi k sangat berpengaruh terhadap waktu retensi radiofarmaka dalam suatu organ, diketahui nilai k sebesar 9.72E-03 /menit (hati) dan 1.81E-02 /menit (limpa), maka didapatkan waktu retensi radiofarmaka 99mTc-Sulfur Colloid 102.68 menit pada hati dan 55.11 menit pada limpa. Hal ini menunjukkan waktu retensi baik dihati dan limpa cukup lama, karena keduanya memiliki RES yang menangkap Tc-99m yang dilabelkan pada sulfur colloid secara fagositosis sehingga dapat dimanfaatkan untuk skintigrafi organ hati dan limpa sebagai perluasan pemanfaatan dari penggunaan radiofarmaka dalam kedokteran nuklir.

The need for body functional diagnostic method encouraging the expanded use of nuclear medicine for the imaging of liver and spleen. Radiopharmaceutical kit 99mTc-Sulfur Colloid can be used to support the diagnosa of disease and abnormalities of function and physiology of the liver and spleen organ. This study successfully perform radiopharmaceutical kit of 99mTc-Sulfur Colloid produced in House. The testing of bio-distribution and internal dosimetry of radiopharmaceutical kit 99mTc-Sulfur Colloid in male rabbits using a singlehead gamma camera, shows the percentage of bio-distribution of 99mTc-SC was 80.11% in the liver and 13.14% in the spleen, at 35 minutes after intravenous injection. Amount of the elimination rate k is greatly affect the retention time of radiopharmaceutical in an organ, once known of k is 9.72E-03 /minute (liver) and 1.81E-02 /minute (spleen), the retention time obtained from radiopharmaceutical 99mTc-Sulfur Colloid is 102.68 minutes in the liver and 55.11 minutes in the spleen. This shows the retention time in both the liver and spleen is quite long, because both have the RES that captures the activity of Tc-99m which is labeled on the sulfur colloid, so it can be used for scintigraphy of liver and spleen organ as the expanded use of radiopharmaceutical utilization in nuclear medicine."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2013
S46887
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kiki Rizki Lestari
"Radiofarmaka 99mTc-siprofloksasin merupakan salah satu radiofarmaka yang dikembangkan oleh BATAN untuk mendiagnosis infeksi dan mengetahui efektivitas terapi infeksi dengan suatu antibiotik. Resistensi bakteri terhadap suatu antibiotik menjadi suatu masalah bagi penggunaan radiofarmaka ini. Tujuan penelitian ini adalah untuk mensintesis, menganalisis radiofarmaka 99mTcsiprofloksasin, dan menentukan uptake bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus wild-type yang telah dibuat resisten terhadap kotrimoksazol. Bakteri dibuat resisten dengan memberikan antibiotik kotrimoksazol dibawah kadar hambat minimumnya selama berturut-turut lima hari untuk Escherichia coli dan empat hari untuk Staphylococcus aureus yang selanjutnya ditentukan uptake terhadap 99mTc-siprofloksasin. Radiofarmaka siprofloksasin dibuat dalam bentuk kit-kering secara aseptis dengan proses liofilisasi.
Preparasi radiofarmaka 99mTc-siprofloksasin dilakukan dengan penambahan radionuklida 99mTc, aktivitas 2-13 mCi ke dalam kit-kering siprofloksasin sesaat sebelum digunakan. Kontrol kualitas radiofarmaka dilakukan dengan menentukan pH, sterilitas, dan kemurnian radiokimia dengan metode kromatografi. Fase diam ITLC-SG dengan fase gerak larutan etanol, aquabidest, ammonia (2: 5: 1) memisahkan pengotor 99mTcO4 - sedangkan fase diam Whatman 1 dengan fase gerak Etil Metil Keton memisahkan pengotor 99mTcO2. Kemurnian radiokimia 99mTc-siprofloksasin yang didapat sebesar 87,45 ± 3,88% (n= 3). Bakteri Staphylococcus aureus yang resisten kotrimoksazol memberikan uptake sebesar 41,94 ± 7,17% (n= 6) dan bakteri Escherichia coli yang resisten kotrimoksazol memberikan uptake sebesar 37,12 ± 6,54% (n= 6)."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33144
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
"99mTc-siprofloksasin merupakan salah satu radiofarmaka yang digunakan untuk mendiagnosis infeksi. Kedokteran nuklir rumah sakit juga telah memanfaatkan 99mTc-siprofloksasin untuk mengetahui efektivitas terapi dengan suatu antibiotik. Tujuan dari penelitian ini adalah mensintesis dan menganalisis 99mTc-siprofloksasin, serta menentukan uptake bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus aureus yang resisten siprofloksasin. Pembuatan kit kering siprofloksasin dilakukan secara aseptis dengan cara liofilisasi, kemudian ditandai dengan 99mTcO4- sesaat sebelum digunakan. Uji kualitas 99mTc-siprofloksasin dilakukan dengan menentukan persentase kemurnian radiokimia menggunakan metode kromatografi. Fase diam Whatman1 dengan fase gerak etil-metil-keton akan memisahkan pengotor 99mTcO4- , sedangkan fase diam ITLC-SG dengan fase gerak campuran etanol:air:ammonia (2:5:1) akan memisahkan pengotor 99mTcO2. Kemurnian radiokimia yang diperoleh sebesar 85,670,98% (n=4). Escherichia coli wild-type dan Staphylococcus aureus wild-type yang resisten siprofloksasin diperoleh dengan cara diberikan siprofloksasin pada konsentrasi dibawah Kadar Hambat Minimal (KHM) secara berturut-turut selama 4 hari untuk Staphlylococcus aureus wild-type dan 5 hari untuk Escherichia coli wild-type. Bakteri yang telah resisten terhadap siprofloksasin kemudian dilihat uptake-nya terhadap 99mTc-siprofloksasin. Bakteri Staphylococcus aureus wild-type yang telah resisten siprofloksasin memberikan uptake sebesar 42,0910,35% (n=6). Bakteri Escherichia coli wild-type yang telah resisten dengan siprofloksasin memberikan uptake sebesar 32,76  3,80% (n=6)."
Universitas Indonesia, 2010
S33103
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Pratomo
"Gedung The Energy yang berlokasi di jalan Jenderal Sudirman direncanakan disuplai daya dari PLN sebesar 10 MVA. Suplai daya cadangan (back up power) generator direncanakan 4 x 2020 kVA. Daya cadangan ini untuk mengantisipasi bila aliran daya dari PLN padam. Berdasarkan perhitungan optimasi, mengingat tingkat keandalan pada lokasi tersebut tinggi, maka untuk daya cadangan pada lokasi tersebut hanya diperlukan generator 2 x 2020 kVA. Selain itu berdasarkan perencanaan total beban daya elektris darurat (ketika terjadi pemadaman total oleh PLN) adalah sebesar 1.948.797 VA. Dengan pemakaian generator cadangan (genset) sebanyak 2 x 2020 kVA maka dapat dihemat peralatan, biaya (investasi awal) dan bahan bakar. Biaya investasi awal yang dihemat sebesar RP. 5.800.000.000,- (lima milyar delapan ratus juta rupiah) atau sebesar 22.35% dari total biaya investasi awal menggunakan generator cadangan 4 x 2020 kVA.

The Energy building which have location at the Jenderal Sudirman road in Central of Jakarta planned by supply of power from PLN equal 9690 kVA. The generator back up power planned about 4 x 2020 kVA. The generator back up powerusing to antisipate if the main power from PLN has gone. According optimation calculation, considering the realibility at this location, so for the back up power just needed generator capacity about 2 x 2020kVA. Beside that according from design, total emergency load (at condition totaly no power from PLN) is 1.948.797 VA. With the 2 unit generator 2020 kVA capacity, we can reduce cost and fuel. We can save money Rp. 5.800.000.000, (five billion eight hundred million rupiahs) that?s equal with 22.35% from totally investation value before."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
S40000
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benny Joseph Gowasa
"Teknologi analisa difraksi sinar-X (XRD) memiliki keterbatasan dalam pendeteksian dan keakuratan data yang dihasilkan oleh peralatan XRD. Hal ini disebabkan perbedaan setiap parameter pengukuran peralatan XRD yang digunakan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat dalam pendeteksian peralatan XRD terlebih dahulu harus mengetahui sifat kristalin dan amorf material kemudian menentukan parameter pengukuran teknik pemindaian dan waktu jejak.
Penelitian ini bertujuan mengetahui karateristik alat XRD yang digunakan di laboratorium Teknik Metalurgi dan Material Universitas Indonesia, melalui variasi parameter pengukuran alat XRD yaitu teknik pemindaian kontinu dan jejak menggunakan lama waktu jejak 1 detik dan 2 detik pada sampel serbuk alumina murni, talc murni dan pencampuran dengan kadar talc 1,0%, 2,0%, 3,0%, dan 4,0% di dalam alumina.
Hasil penelitian menunjukan bahwa teknik pemindaian jejak dengan lama waktu jejak 2 detik menghasilkan intensitas tertinggi, sebesar 5084, 4977, 4931, 4877, 4816 count untuk kadar alumina 100%, 99%, 98%, 97%, 96%, dan sebesar 466, 459, 617, 1067 count untuk kadar talc 1,0%, 2,0%, 3,0%, 4,0% dibandingkan parameter yang lain dan untuk sifat material kristalin menggunakan teknik pemindaian jejak dengan lama waktu jejak 2 detik terjadi penguatan background dan peak.

Analysis technology of X-Ray Diffraction (XRD) has limitations in detecting and generating the accuracy of data by the XRD equipment. This is due to the differences in any measurements parameter used by the XRD equipment. To get the accurate results in detecting, the XRD equipment must first know the properties of the crystalline and amorphous materials then choose the measurement parameter of the scan technique and time per step.
This research aim to investigate the characteristic of XRD Equipment used in the laboratory of Metallurgical and Materials Engineering Universitas Indonesia through the variation of the measurements parameter of the XRD equipment are continuous scanning technique and step scanning technique uses a time per step one second and two seconds on the sample of pure alumina powder, pure talc, and mixing with addition grading of talc 1.0%, 2.0%, 3.0%, and 4.0% in alumina.
These results indicate that the step scanning technique with time per step two seconds produces the highest intensity, at 5084, 4977, 4931, 4877, 4816 count to grading of alumina 100%, 99%, 98%, 97%, 96%, and at 466, 459, 617, 1067 count to grading of talc 1.0%, 2.0%, 3.0%, 4.0%, compared to other parameters and properties of crystalline materials using step scanning technique with time per step two seconds there was a strengthening background and peak.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S62620
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2005
TA1469
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>