Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 153268 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Yanita Utama
"Suplemen makanan adalah produk pelengkap kebutuhan gizi makanan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino, atau bahan lain (yang berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan) yang mempunyai nilai gizi dan atau fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi. suplemen makanan seharusnya tidak mengandung atau ditambahkan bahan kimia yang berfungsi sebagai obat seperti narkotika, yaitu morfin hidroklorida, kodein fosfat, dan opium. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari kondisi yang optimal untuk analisis kualitatif morfin HCl, kodein fosfat, opium dan melakukan validasi terhadap metode analisis kualitatif secara KLT densitometri serta menggunakan metode tersebut untuk mengidentifikasi morfin, kodein dan opium dalam beberapa sampel suplemen makanan. Kondisi optimal dicapai dengan menggunakan fase diam silika gel 60 F 254 dan eluen etil asetat : metanol : ammoniak 25% (8:1:1).
Hasil pengujian menunjukan bahwa morfin hidroklorida dan kodein fosfat memiliki linearitas (r) 0,9996 dan 0,9994 dengan batas deteksi 21,2398 ng dan 24,6834 ng. Hasil keterulangan morfin hidroklorida dan kodein fosfat memberikan koefisian variasi dibawah 2% dan hasil perolehan kembali morfin hidroklorida dan kodein fosfat adalah 99,773% dan 99,748%. Hasil dari penelitian ini menunjukkan tidak terdeteksinya morfin dan kodein pada semua sampel yang diujikan.

Food suplemen is a product completing nutrition need, contains one or more component such as vitamins, mineral, amino acid, or others (from plants or not) that have nutrition and physiology value in concentrated amount. Food suplemen should not be added chemical agent which have function as drug, like narcotic such as morphine hydrochloride acid, codein phosphate, and opium. The aim of this study was to search optimum qualitative analysis for morphine hydrochloride acid, codein phosphate, opium and to get validation of TLCdensitometry qualitative analysis method also aplicate this method to identify morphine hydrochloride acid, codein phosphate, and opium in some food suplemen samples. This study using silika gel 60 F 254 as stationery phase and mixture eluent of etil asetat : metanol : ammoniak 25% (8:1:1) as mobile phase.
The result showed that the linerity of morphine hydrokloridae and codein phosphate is 0,9996 and 0,9994, the limit detection of morphine hydrokloride and codein phosphate is 21,2398 ng and 24,6834 ng. The result of morphine hydrokloride and codein phosphate repeatability have coeffisien valeu less then 2% and average of recovery value is 99,773% and 99,748%. Result of this research is the morphine hydrochloride acid, codein phosphate, not found in all tested samples.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S45657
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Universitas Indonesia, 2001
TA966
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
A.F. Yuliani Setiawati Leksono
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lely Listianingrum
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hary Wahyu T.
"ABSTRAK
Hormon steroid mernpunyai, kegunaan yang luas, baik untuk pengobatan maupun sebagai obat kontrasepsi yang saat ini banyak digunakan. Untuk mendapatkan hormon steroid banyak dilakukan sintesa dari bahan baku alam, terutama dari tumbuh-tumbuhan. Saat ini sterol dan steroid dari alam mempunyai manfaat yang besar bagi perkembangan pembuatan hormon steroid. Tujuan percobaan ini untuk mendapatkan metode identifikasi dari beberapa senyawa steroid dan sterol bahan baku atau hasil antara secara kromatografi lapisan tipis dan dengan reaksi warna. Guna rnencapai tujuan mi, dilakukan beberapa cara - percobaan kromatografi lapisan tipis dan percobaan reaksi - warna untuk identifikasi kolesterol, stigmasterol, -sitos-. terol, ergosterol, tigogenmn, diosgenin, solasodin dan ADD. Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa metode kromatografi lapisan tipis yang lebih balk adalah reversedphase kromatografi lapisan lipis dengan zat pengimpregnasi kerosen konsentrasi 12,5% dan eluen asam asetat glasial-air 9:1 atau asam asetat glasial - air 9,5 : 0,5. Hasil percobaan reaksi warna yang dianjurkan adalah kombinasi dan pereaksi-pereaksi INH, m-dinitrobenzen, paraformaldehid, seniurn (IV) sulfat, vanillin-asam sulfat pekat, vanillinasam fosfat, asam pikrat-asam perkiorat dan dragendorf."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ike Deswita
"Salinomisin dan monensin merupakan antibiotik polieter golongan ionofor yang banyak dipergunakan sebagai imbuhan pakan untuk pencegahan koksidiosis pada ayam. Pemberian monensin dan salinomisin yang melebihi dosis yang direkomendasikan akan menimbulkan toksisitas pada ayam dan pada akhirnya akan menimbulkan residu yang dapat membahayakan manusia yang mengkonsumsinya. Untuk menganalisis kadar kedua antibiotik ini dalam pakan diperlukan metode yang pengerjaannya mudah, cepat, peka dan sederhana peralatannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan metode analisis salinomisin dan monensin pada pakan ayam dengan menggunakan kromatografi lapisan tipis serta menentukan kandungan kedua jenis imbuhan pakan tersebut pada pakan ayam pedaging yang dikumpulkan dari peternak di daerah Bogor, Sukabumi, Serang apakah kandungannya sesuai atau melebihi dosis yang dianjurkan.
Metode terbaik untuk analisis salinomisin dan monensin dalam pakan pada penelitian ini adalah dengan cara mengekstrak sampel dengan larutan etilasetat-etanol (97:3) yang dilanjutkan dengan melarutkan dalam metanol 80% setelah melalui tahap pengeringan. Selanjutnya lemak dan pengotor dihilangkan dengan petroleum benzin dan senyawa tersebut ditarik dengan karbon tetraklorida. Tahapan berikutnya adalah pemurnian melalui kolom silika gel yang akhirnya dielusi dengan kloroform-metanol dan dikeringkan sebelum dideteksi dengan KLT menggunakan fase gerak etilasetat- toluen (3:1), dan diidentifikasi dengan larutan penampak noda vanilin-asam sulfat dalam metanol. Uji perolehan kembali untuk metode ini adalah 54,8% ± 1,2% untuk salinomisin dan 61,1% ± 1,8 %untuk monensin.
Sedangkan hasil analisis terhadap 19 sampel pakan ayam menunjukkan bahwa tidak satupun dari sampel-sampel tersebut yang mengandung baik monensin maupun salinomisin yang melebihi dosis yang direkomendasikan, sedangkan 47,4% diantaranya negatif terhadap monensin maupun salinomisin99

Salinomycin and monensin are polyether ionophor antibiotics that are widely used as feed additives for prevention of chicken coccidiosis. The addition of that exceeding recommended dosage can cause toxicity to chickens and finally it will produce residuesto to the man who consumed it that cause toxict effect. To analysis consentration of these compounds in poultry feed needs the effective method which are easy, fast, sensitive and simply in the equipment. The objective of this research is to develop an analytical method for salinomycin and monensin in poultry feed by using TLC and to determine both of these compounds' levels in poultry feed collected from broiler breeders in Bogor, Sukabumi and Serang whether the concentration is adequate or higher than the recommended dosage.
The best extraction method for analysis of salinomycin and monensin in poultry feed is by extracting the sample with ethylacetate-ethanol (97:3). After evaporation to dryness, the residue was dissolved in methanol 80%.Then the fat and contaminants were removed with petroleum benzine and these compounds partitioned in to carbon tetrachloride. The next step was purifying on silica gel column by eluating with chloroform-methanol (95:5) before detecting by TLC with a mobile phase ethylacetate-toluene (3:1) and Identification by spraying with vanillin-sulfuric acid in methanol. The recovery results for these method were 54,8% ± 1,2% for salinomycin and 61,1% ± 1,8% for monensin.
The analysis results of 19 poultry feed samples indicated that none of these samples consisted either salinomycin or monensin exceeding the recommended dosage, whereas 47,4% of them are negative from salinomycin or monensin.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1997
S32091
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Nurul Aini
"Jamu merupakan obat tradisional Indonesia. Peraturan pemerintah menyatakan bahwa di dalam jamu tidak diperbolehkan terkandung bahan kimia sintetik atau hasil isolasi berkhasiat obat. Namun pada kenyataannya masih terdapat jamu-jamu yang mengandung bahan berkhasiat obat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi Bisakodil, Furosemid dan Sibutramin HCl dalam jamu pelangsing. Identifikasi dilakukan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri dengan eluen metanol – amonia pekat (100:1,5) dan eluen etil asetat, didukung dengan spektrum serapan dari masing-masing bercak yang mempunyai harga Rf yang sama dengan pembanding. Masing-masing obat ditotolkan sebanyak 2 μl pada lempeng KLT. Batas deteksi Bisakodil dengan volume penotolan 2 μl adalah 0,0447 μg, Furosemid adalah 0,0203 μg, dan Sibutramin HCl adalah 0,1256 μg. Dari hasil identifikasi terhadap sepuluh sampel jamu, ternyata tidak satu pun sampel jamu tersebut yang mengandung Bisakodil, Furosemid, maupun Sibutramin HCl."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2006
S32559
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>