Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 173995 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Universitas Indonesia, 2001
TA949
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Farida Widianingsih
Depok: Universitas Indonesia, 1998
TA761
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rinda
Universitas Indonesia, 1997
S32085
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dewi Yani
Universitas Indonesia, 1997
S32082
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sentot Hari Wibowo
"Tomat merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi masyarakat dan banyak diperdagangkan di Pasar Swalayan dan Pasar Tradisional. Kebutuhan tomat untuk konsumsi melebihi kebutuhan akan daging atau ikan. Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat akan tomat maka upaya yang dilakukan petani untuk meningkatkan hasil panennya adalah dengan menekan kerusakan buah tomat dari serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) secara kimiawi. Pada umumnya petani tomat mempunyai ketergantungan pada pestisida dalam pengendalian OPT. Aplikasi pestisida oleh petani meningkatkan residu pestisida pada tanaman tomat yang dapat membahayakan konsumen. Residu pestisida tersebut dapat masuk ke dalam jaringan tanaman dan melekat atau tertinggal di permukaan buah dan daun tanaman tomat. Permasalahan yang diangkatdalam penelitian ini adalah (1) apakah kadar residu pestisida pada tomat produksi petani PHT lebih rendah daripada petani Non-PHT1 (2) apakah penanganan pascapanen dapat menurunkan kadar residu pestisida pada buah tomat sebelum dijual ke pasar, (3) apakah kadar residu pestisida pada buah tomat yang dijual di Pasar Tradisional dan Pasar Swalayan melampaui Batas maksimum residu (BMR) pestisida yang disyaratkan, (4) apakah ada hubungan antara latar belakang pendidikan dan pekerjaan konsumen dengan persepsi mereka tentang residu pestisida pada buah tomat yang dijual di Pasar Tradisional dan Pasar Swalayan.
Untuk menjawab pertanyaan itu, dikemukakan beberapa hipotesis sebagai berikut: (1) tingkat kadar residu pestisida pada buah tomat yang dihasilkan oleh petani PHT !ebih rendah daripada oleh petani Non-PHT, (2) kegiatan penanganan pascapanen dapat menurunkan kadar residu pestisida pada buah tomat, (3) kadar residu pestisida pada buah tomat yang dijual di Pasar Tradisional dan Pasar Swalayan melampaui BMR yang disyaratkan, (4) ada hubungan antara latar belakang pendidikan dan pekerjaan konsumen dengan persepsi mereka tentang residu pestisida pada buah tomat. Penelitian ini menggunakan metode survai di Kabupaten Bandung. Pengamatan dilakukan dengan teknik pengambilan sampel secara Purposive Sampling dari bulan September sampai dengan Desember 2003. Data primer diperoleh dari hasil pengujian laboratorium dan hasil wawancara dengan responden atau menggunakan kuisioner. Analisis uji statistik untuk hasil kuisioner menggunakan Koefrsien Korelasi bersyarat (coeficient of contingency) dengan terlebih dahulu mencari Khai Kuadrad.
Hasil penelitian adalah sebagai berikut
1.Tingkat residu pestisida pada buah tomat yang diambil dari hasil panen PHT lebih rendah daripada yang berasal dari petani Non-PHT. Kadar Profenofos pada sistem PHT 0,1586 mg/kg, sedang Non-PHT 0,3338 mg/kg, sedang untuk Mankozeb pada PHT 0,0320 mg/kg, sedang pada Non-PHT 0,0673 mg/kg (Lembang). Kadar Profenos pada PHT 0,4288 mg/kg, sedang Non-PHT 0,9027 mg/kg. Untuk Mankozeb pada PHT 0,0305mg/kg, sedang Non-PHT 0,0643 mg/kg (Pangalengan).
2.Kegiatan penanganan pascapanen mulai tomat dipetik sampai tiba di Pasar Tradisional dan Pasar Swalayan dapat menurunkan kadar residu pestisida pada buah tomat.
3.Kadar residu Profenofos dan Mankozeb pada buah tomat yang dijual di Pasar masih di bawah BMR yang ditetapkan oleh FAO,
4.Mayoritas responden (80%) mengetahui tentang residu pestisida . Meski demikian, hanya 23,33% responden menyatakan residu pestisida berdampak langsung pada kesehatan dan 56,67% responden mengatakan dampak buruk mengkonsumsi buah tomat yang mengandung residu pestisida bersifat jangka panjang.
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka kesimpulan yang dapat diambil adalah (1) Kadar residu pestisida pada buah tomat produksi petani PHT lebih rendah daripada dari petani Non-PHT, 2) Kegiatan penanganan pascapanen mulai buah dipetik sampai tiba di pasar dapat menurunkan kadar residu pestisida pada buah tomat. (3) Tingkat residu pestisida pada buah tomat yang dijual di pasar masih di bawah BMR, (4). ada hubungan antara Tatar belakang pendidikan dan pekerjaan konsumen dengan persepsi mereka tentang residu pestisida pada buah tomat, tetapi tingkat pendidikan konsumen yang tinggi tidak mencerminkan mereka mengetahui residu pestisida secara mendalam. Dari kesimpulan di atas maka disarankan bahwa; {1) perlu pendidikan dan pelatihan secara berkelanjutan untuk mencetak petani tomat yang handal dalam mengaplikasikan pestisida (2) untuk menjamin keamanan pangan dan kesehatan masyarakat maka pemerintah perlu menetapkan BMR Profenofos dan Mankozeb untuk buah tomat (3) perlu adanya sosiafsasi kepada masyarakat luas bagaimana Cara mengurangi kadar residu pestisida pada buah tomat sebelum dikonsumsi (4) perlu penelitian lebih lanjut oleh instansiliembaga terkait dan Perguruan Tinggi untuk mendapatkan informasi residu pestisida yang aman untuk manusia dan lingkungan.

Tomato is one of the fruit vegetables which is consumed by many people and sold in the Supermarket and Traditional Market The human need of tomatoes for consumption is higher than meat or fish. In line with the increase of demand of tomato consumers, one of the farmers' efforts to increase yield of tomatoes is by suppressing the damage (yield loss) caused by pests and diseases through the use of chemical pesticides. Generally, tomato farmers are completely relying on the use of pesticides to control pests and diseases. The application of pesticides done by the farmers leaves residue of chemical substances on tomato fruits, which is harmful to the consumers. The pesticide residues may enter the plant cells and attach or left on the surface of tomato leaves and fruits. The problems raised in this study are: (1) whether the level of pesticide residues in tomato fruits grown by Integrated Pest Management (IPM) farmers was lower than non-IPM farmers, (2) whether fresh handling activities can reduce the pesticide residue contents in tomato fruits before to be sold to the market, (3) whether the contents of pesticide residues in tomatoes sold in traditional market and supermarket surpasses the official maximum residue limits (MRL), (4) whether the background of education and job of consumers effect their perception on the pesticide residues in tomatoes sold in traditional market and supermarket.
To get the answer of above mentioned questions, some hypothesis are drawn as follows: (1) level of pesticide residues in tomatoes harvested from IPM farmers' growing is lower than non-IPM farmers, (2) fresh handling activities can reduce the pesticide residues content in tomato fruits before to be sold to the market, (3) the pesticide residues level in tomatoes sold in traditional market and supermarket surpass the official MRL, (4) the background of education and job of consumers effect their perception on pesticide residues in tomatoes. This study was conducted using a formal survey in Bandung district from September to December 2003. Observation was made with the use of purposive sampling. The primary data were obtained from laboratory analysis and interview with the respondents or using a questionnaire. Statistical analysis for data obtained from the questionnaire was done with the use of coefficient of contingency and Chi Square.
Results of the study are as follows:
1.Level of pesticide residues in tomato samples taken from IPM farmers at harvest time was lower than non-IPM farmers. The profenofos content in 1PM system was 0.1586 mg/kg, while in non-IPM system was 0.3338. mg/kg. In addition, the mancozeb content was 0.0320 mg/kg in IPM system, and 0.0673 mg/kg in non-IPM system (Lembang sub-district). The profenos content was 0.4288 mg/kg in IPM system, while in non-IPM system was 0.9027 mg/kg. As for mancozeb, in IPM system was 0.0305, mg/kg, while in non-IPM system was 0.0643 mg/kg (Pangalengan sub-district).
2.Fresh handling activities starting from picking tomato fruits at harvest time up to the markets can reduce the pesticide residues in tomatoes.
3.The residues of profenofos and mancozeb in tomatoes sold in
traditional market and supermarket were still below MRL values
recommended by FAO.
4.Most the respondents (80%) knew about pesticide residue. However only 23,33% out of the total respondents stated that pesticide residues in tomatoes would give direct negative side effects on human health. In addition, 56,67% out of the total respondents said that negative side effect will occur in a long term.
Based on the results of study, following are some important conclusions: (1) pesticide residue contents in tomatoes harvested from 1PM farmers were lower than from non-IPM farmers, (2) fresh handling activities of tomatoes starting from harvest time up to consumers can reduce the pesticide residues in tomatoes, (3) the level of pesticide residues in tomatoes sold in market is still below MRL, (4) higher level of education background of the consumers do not reflects their profound knowledge on pesticide residues.
Some important recommendation: (1) it is needed to train continuously the tomato farmers who can apply good agriculture practices (2) the maximum residue limit (MRL) of tomatoes should be established by the government to support the food safety and health of the consumers, (3) it is disseminated continuously so that the people know how to reduce the content of pesticide residues in tomatoes, (4) it is needed to conduct research continuously by related institutions to get information of pesticide residues which is safe for human and environment.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2005
T15071
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Rachmawati
Universitas Indonesia, 1994
S31969
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Zakiah Khairiati
"Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia dan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein.
Salah satu agen terapetik untuk pengobatan diabetes melitus adalah inhibitor
a-glukosidase. Pada penelitian terdahulu diketahui bahwa ekstrak buah dan daun
ketapang (Terminalia catappa) memiliki potensi menghambat a-glukosidase.
Bagian tanaman yang digunakan adalah buah dan daun ketapang berwarna hijau ..
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penghambatan aktivitas a-glukosidase
dan menentukan nilai ICso dari ekstrak etanol 80 % dan teh celup dari buah dan
daun ketapang dan menganalisis golongan senyawa kimia dari teh celup buah dan
daun ketapang. Ekstraksi dilakukan dengan maserasi menggunakan etanol 80 %.
Ekstrak air dari teh eel up diperoleh dari seduhan simplisia yang dikeriogakan
diatas waterbath. Uji penghambatan aktivitas a-glukosidase dilakukan dengan
microplate reader (A=405 nm). Akarbosa digunakan sebagai standar (ICso=211,9
ppm). Nilai ICso ekstrak etanol buah, ekstrak etanol daun , teh eelup bush, dan teh
eelup daun ketapang berturut-turut adalah 6,28; 10,61; 118,05 dan 250,26 ppm.
Teh eelup buah ketapang mengandung tanin, fenol, flavonoid, dan antrakuinon.
Teh eelup daun ketapang mengandung tanin dan fenol. Semua sampel kecuali teh
celup daun ketapang memiliki aktivitas penghambatan a-glukosidase lebih baik
dari akarbose."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kuat Prabowo
"Untuk mengembangkan upaya pencegahan kcracunan pada penggunaan pestisida oleh petani, maka perlu dH
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubumgan antara karakteristik individu dan karakteristxk pekerjaan dengan aktivitas cholineszerase darah pada pelani pengguna pestisida di Kabupaten Bandung. Penelilian ini menggunakan dcsain penelitian potong lintang (Cross Sectional), dengan memanfaatkan data sekunder dari hasil pemexiksaan aktivitas cholinesrerase darah pczani pengguna pestisida oleh Dinas Kesehatan Kabupalen Bandung tahun 2001.
Hasil analisa univariat mcnuqiukkan bahwa dari 230 responden yang diteliti, scbanyak 49,6% mempunyai tingkat aktivitas cholinesremse darah dalam katagori keracunan. Karakteristik individu responden melipuli jenis kelamin (8l,3% laki-laki), umur (58,3% bemsia tua), lingkat pendidikan (57,8% berpendidikan kurang), tingkat pengetahuan (55,7% berpengelahuan kurang), dan perilaku (58,3% berperiaku balk): Karakteristik pekerjaan responden melipnti waktu kerja (58,7% sedang), frckuensi penyemprotan (53,9% sedang), metoda penyemprotan (66,l_% beuaf), dan penggunaan APD (69,1% tidak menggunakan). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 5 (lima) variabel karakteristik individu (ienis kelamin, umur, tiugkat pendidikan, tingkat pengetahuan, dan perilaku) temyata hanya 2 (dua) veriabel yang berhubungan secara befmakna dengan aktivitas cholinesterase darah yaitu lingkat pengetahuan (0R=9,25), dan perilaku responden (OR=3,36). Dari 4 (empat) variabel karakteristik pekerjaan, semuanya berhubungan secara bermakna dengan aktivitas cholinesterase darah. yaitu waktu kerja (0R=2,38), frekuensi penyemprotan (OR=O,38), metoda penyemproun (0R°3,36), dan penggunaan APD (OR=3,06).
Hasil analisis multivariat dengan analisis statistik regresi logistik pada lima vaxiabel bebas menunjukkan bahwa yang Apaling bsar hubungannya (dominan) dengan aktivitas clzolme.stcrase darah adalah tmgkat pengetahuan (OR-6,75 setelah dikontrol oleh variabel perilakmg Rekuensi penyemprotan, metoda penyemprotan, dan penggunaan APD).
Dengan hasil penelitian tersebut diatas, penulis menyarankan peningkaum penyuluhan secara lintas sektoral antara Departemen Kesehatan dan Departemen Pertanian melalui Upaya Kesehatan. Kc1ja (UKK) di wilayah kexja Puskesmas dengan penekanan pada mated tentang, cara masuk pestisida ke dalam tubuh dan keterangan pada label kemasan pestisida , agar petani pengguna pestisida dapat mcningkatkan pengetahuan dau keterampilan dalam penggmaan pestisida secara aman. Selain itu perlu dilakukan pcmericsaan cholinesterase pre-eksposure sebagai baseline dam dan pemericsaan cholinesterase pada plasma darah selain pemeriksaan rutin cholinesterase pada_ se] darah merah yang sudah dilakukan agar dapat dianalisis secara lebih jelas dari keadaan cholinesterase yang sebenamya.

To develop efforts of prevention of poisoning in using pesticide by farmers, we should know factors that influenced. As on indicator of poisoning result of using pesticide, we use the result of measuring cholinesterase activity of b1ood_ to the farmers who using pesticide. As the information about factor of working environmental in agricultural sector is difticult to find, so in this thesis just analyze factors of individual and working characteristics that associated with cholinesterase activity of blood to the farmers who using pesticide.
The object of this research is to know the relationship between individual and working characteristics with cholinesterase activity of blood to the farmers who using pesticides in Bandung District, West Java. This research used cross sectional design, by using secundary data from health service of bandung District in 2001.
The result of univariate analyze from 230 respondents, there were 49,6% respondents had level of cholinesterase activity of blood at poisoning category. Individual characteristics consist of sex (Sl ,3% men), age (58,3% old), level of education (57,8% low level of education), level of knowledge (55,7% low level of knowledge) and behavior (58,3% good behavior). Working haracteristics consist of working time (58,7% average), frequency of spraying (53,9% average), spraying method (66,l% right method) and using of personal protective equipment (69,l% not using personal protective equipment). The result of bivariate analyze from 5 variable of individual characteristics (sex, age, level of education, level of knowledge, and behavior), only 2 variable that have signiticant associated with cholinesterase activity of blood, there were level of knowledge (OR=9,25) and respondent behavior (0R=3,36).
All of variable of working characteristics are signiiicant related with cholinesterase activity of blood, there were working time (OR-=2,38), frequency of spraying (OR=0,38), spraying method (OR=3,36) and using of personal protective equipment (OR=3,06). The result of multivariate by analyze of logistic regression on tive independent variables indicate the dominant relation with cholinesterase activity of blood is level of knowledge (0R=6,75 atter controlled by behavior, frequency of spraying, spraying method, and using of personal protective equipment.
According to the result of research, we suggest to improve the intbrmation by cross sectoral between Health Department and Agricultural Department by "Upaya Kesehatan Keija" (Occupational Health Efforts) in working area of ?Puskcsmas" which is stressed in how pesticides enter into the human body and remark of pesticides label, in order the farmer who using pesticides could improve their knowledge and skill in using pesticides safety. Besides it's necessary to inspection of cholinesterase pre-exposure as data base and inspection of cholinesterase in plasm blood beside routin cholinesterase on erytrochyte that already done could be analyze deeply from the station of the pure cholinesterase."
Depok: Universitas Indonesia, 2002
T5498
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hall, C.J.J. van
Yogyakarta: Lembaga Pendidikan Perkebunan, 1986
633.74 Hal k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>