Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 52665 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarata: Kementrian Kelautan dan perikanan, 2011
351.08 IND b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan, 2001
351.08 IND p (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Kelautan dan Perikanan, 2006
351.08 IND p (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Sunarya Wargasasmita
"ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi dan pengembangan perikanan di Situ Pondok Cina (Kolam Rektorat) Kampus Universitas Indonesia Depok, ditinjau dari parameter fisika-kimia air dan biologi air.
Hasil pengukuran parameter fisika-kimia air meliputi suhu, transparansi, pH, oksigen terlarut, konduktivitas, N-Total, dan P-Total masing-masing berkisar antara 30 -32 °C; 0,22 - 0,28 m; 7,0 - 8,0; 8,3 - 9,8 mg/liter; 126,5 -? 144,5 umhos/cm; 0,52 - 1,20 mg/liter; dan 1,07 - 1,92 mg/liter. Dari hasil identifikasi dan penghitungan fitoplankton ditemukan 22 marga yang termasuk dalam divisi Cyanophyta (7 marga), Chrysophyta (7 marga), Chlorophyta (6 marga), Euglenophyta (1 marga), dan Pyrrophyta (1 marga). Marga yang paling banyak ditemukan adalah dari divisi Cyanophyta, yaitu Microsystis. Diperoleh juga 11 marga zooplankton, yang didominasi oleh Rotifera. Bentos yang ditemukan sebanyak 12 jenis, tutut (Bellamya japonica) mempunyai kepadatan tertinggi. Jenis ikan yang paling banyak tertangkap dengan pancing adalah nila (Oreochromis niloticus).
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Situ Pondok Cina mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai sumberdaya perairan, yaitu budidaya ikan."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Sunarya Wargasasmita
"Budidaya ikan dalam keramba telah berkembang dengan pesat. Teknik budidaya ikan dalam keramba yang paling mutakhir adalah budidaya ikan dalam keramba-mini yaitu jaring apung yang berukuran kecil (/m3). Budidaya ikan secara intensif dalam keramba mini telah diuji coba di beberapa danau/waduk. Salah satu masalah dalam budidaya ikan secara intensif ialah mahalnya harga pakan komersial, sehingga tidak terjangkau oleh sebagian besar petani ikan.
Dalam rangka optimalisasi pemanfaatan perairan situ di Kampus UI Depok telah dilakukan budidaya ikan dalam keramba-mini. Program ini telah dimulai dengan penelitian pakan alternatif bagi ikan yang akan dibudidayakan. Pakan alternatif dibuat dengan memanfaatkan limbah dan Rawa tanaman pertanian. Pakan I terdiri atas dedak halus, tepung kepala ikan, tepung kepala udang, tepung ampas tahu, dan tepung keong mas, sedangkan pakan II adalah pakan I tanpa tepung kepala ikan.
Penelitian pakan alternatif ini menggunakan ikan Patin/lambal Siam (Pangasius sutchi) sebagai ikan-uji dan merupakan lanjutan penelitian terdahulu yang menggunakan ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus) sebagai ikan-uji. Penelitian ini dilakukan dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan dengan rancangan acak lengkap dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan berupa pemberian pakan buatan 1, pakan buatan II, pakan komersial-5%, dan pakan komersial-1O%. Tahap kedua dilakukan dengan rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Ketiga macam perlakuan tersebut yaitu pemberian pakan I, pakan II, dan pakan komersial-4%.
Hasilnya menunjukkan bahwa walaupun kecepatan pertumbuhan rata-rata individu ikan Patin menunjukkan adanya perbedaan pengaruh pakan terhadap pertumbuhan ikan Patin., tetapi berdasarkan hasil uji Kruskal-Wallis ternyata bahwa perbedaan pengaruh tersebut tidak signifikan..Ini berarti bahwa pakan buatan dan pakan komersial mempunyai pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan ikan Patin. Karena itu pakan buatan tersebut dapat digunakan sebagai pakan alternatif untuk menggantikan pakan komersial."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2000
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
"Social capital is defined as norms and social relationship embedded in a community's structure that promote people to cooporate to achieve collective goals...."
[Place of publication not identified]: Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, 2006
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Frans J. Rengka
"ABSTRAK
Lembaga Bantuan Hukum yang dikenal sekarang di Indonesia merupakan hal baru. Karena dalam sistem hukum tradisional lembaga seperti itu tidak dikenal. Dia baru dikenal semenjak Indonesia memberlakukan sistem hukum Barat yang bermula pada tahun 1848, ketika di negeri Belanda terjadi perubahan besar dalam sejarah hukumnya.
Berdasarkan asas konkordansi, maka dengan Firman Raja tanggal 16 Mei 1848 No. 1 perundang-undangan baru di Negeri Belanda tersebut juga diberlakukan untuk Indonesia, antara lain peraturan tentang susunan kehakiman dan kebijaksanaan peradilan (Reglement op de Rechterlijke Organisatie et het Beleid der Justitie) yang lazim disingkat dengan R.O.
Karena dalam peraturan baru itu diatur untuk pertama kali lembaga advokat, maka dapat diperkirakan bahwa pada saat itu untuk pertama kali Lembaga Bantuan Hukum dalam arti formal mulai dikenal di Indonesia. Tetapi nampaknya peranan Lembaga Bantuan Hukum pada masa itu, kurang begitu dirasakan oleh karena jumlah para advokat yang bergerak di bidang bantuan hukum masih terbilang sedikit.
Begitu pula pada masa pendudukan Jepang, belum ada tanda tanda kemajuan. Meskipun R.O. peninggalan Belanda masih diberlakukan, namun kondisi dan situasi pada saat itu sangat tidak memungkinkan untuk pengembangan program bantuan hukum secara baik. Karena pusat perhatian kita pada waktu itu adalah menitikberatkan pada usaha-usaha mempertahankan kemerdekaan baik secara fisik maupun secara politis.
Setelah tahun 1950 hingga pertengahan tahun 1959 yaitu saat Soekarno mengambil oper kekuasaan.dengan menggantikan konstitusi, pluralisme hukum di bidang peradilan dihapuskan sehingga hanya ada satu sistem peradilan untuk seluruh penduduk (Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung). Demikian pula hanya berlaku satu hukum acara bagi seluruh penduduk, akan tetapi peradilan yang dipilih bukan Raad van Justitie melainkan Landraad hukum acaranya bukan Rechtsvorderjng, melainkan HIR.
Hal ini membawa konsekuensi bahwa banyak ketentuan-ketentuan hukum yang menjamin bantuan hukum yang berlaku bagi orang Eropa tidak ikut diwarisi ke dalam perundang-undangan yang berlaku setelah kemerdekaan. Dengan lain perkataan yang berlaku sejak tahun 1950 hingga saat ini adalah sistem peradilan dan peraturan hukum acara dari zaman kolonial khusus bagi bangsa Indonesia yang justru sangat miskin menjamin ketentuan-ketentuan mengenai bantuan hukum.
Selain itu, pada masa ini campur tangan eksekutif begitu besar di bidang peradilan, sehingga banyak hakim berorientasi kepada pemerintah karena tekanan yang dalam praktik dimanifestasikan dalam bentuk setiap putusan dimusyawarahkan dulu dengan kejaksaan. Akibatnya, tidak ada lagi kebebasan bagi para hakim untuk memutuskan sesuatu perkara secara tidak memihak. Lebih jauh lagi wibawa pengadilan jatuh dan harapan serta kepercayaan pada bantuan hukum hilang. Pada masa inilah bantuan hukum yang diemban oleh profesi advokat Indonesia mengalami kemerosotan yang luar biasa jika tidak dikatakan hancur sama sekali. Pada saat ini pula banyak advokat meninggalkan profesinya, karena merasa mereka tak berperanan lagi, karena kebanyakan orang yang berperkara lebih suka meminta pertolongan kepada jaksa, hakim untuk menyelesaikan perkaranya.
Campur tangan kekuasaan eksekutif kepada pengadilan mencapai puncaknya dengan diundangkannya Undang-Undang Pokok Kekuasaan Kehakiman, yaitu UU No. 19 Tahun 1964. Dalam Undang-Undang tersebut dimuat ketentuan-ketentuan yang bertentangan secara diametral dengan asas-asas dalam negara hukum atau "rule of law". Sejak itu boleh dikatakan peranan advokat menjadi lumpuh dan bantuan hukum menjadi tidak ada artinya sama sekali meskipun hukum acara tidak mengalami perubahan apa-apa. Periode ini oleh Buyung dikatakan periode paling pahit bagi sejarah bantuan hukum Indonesia."
1992
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alia Triwardani
"ABSTRAK
Perum Pegadaian suatu lembaga milik pemerintah yang memberikan kredit gadai, dimana persyaratan bagi pihak peminjam harus memberikan barang sesuatu miliknya sebagai jaminan atas hutangnya yang berupa benda bergerak. Berkaitan dengan hal tersebut, maka yang menjadi pokok permasalahan adalah bagaimana tuntutan yang bisa dilakukan oleh seorang nasabah apabila barang yang digadaikan musnah/hilang dan bagaimana di dalam praktik penyelesaian ganti rugi akibat barang yang digadaikan hilang? Bagaimanakah pertanggung jawaban Perum Pegadaian terhadap kehilangan barang yang dijaminkan oleh nasabah? Permasalahan tersebut diteliti dengan penelitian kepustakaan yang bersifat yuridis normatif yang mempergunakan bahan kepustakaan sebagai bahan sekunder didukung dengan wawancara dengan pihak yang berkompeten. Tuntutan yang dapat dilakukan nasabah adalah meminta pemberian ganti rugi kepada Perum Pegadaian, dengan adanya klaim terlebih dahulu. Perum Pegadaian wajib membayar ganti rugi sebesar 125% dari taksiran barang jaminan. Namun, pada pelaksanaannya Perurn Pegadaian dapat membuat perhitungan lebih dari 125% apabila mendapatkan complain dari nasabah yang merasa tidak puas. Hal ini dapat dilakukan oleh konsumen berkaitan dengan pengaturan yang ada pada Pasal 4 butir H Undang-Undang No.8 Tabun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Tanggung jawab Perum Pegadaian terhadap hilangnya barang yang digadaikan adalah memberikan ganti rugi yang sepadan dengan memperhatikan keadaan dari jenis barang yang digadaikan, bukan mempertimbangkan dari jumlah hutang. Selain itu Perum Pegadaian bertanggung jawab terhadap barang jaminan yang hilang, apabila suatu saat dapat ditemukan kembali, maka harus mengembalikannya kepada pemilik barang dengan ketentuan pemilik barang mengembalikan uang ganti. Agar terdapat kepastian dalam penentuan jumlah penggantian ganti rugi, maka harus ada peraturan pelaksanaan yang jelas dan berlaku bagi setiap nasabah, peraturan pelaksanaan ini harus diinformasikan dan disosialisasikan kepada para nasabah.

ABSTRAK
Pawn Shop Public Corporation constitutes a government owned institution which gives a pawn credit, in which a borrower is required to provide goods of its own as security for its debt in the form of movable goods. Related to the above matter, the main problem is how may a customer submit its claims if the goods pawned are damaged and/or lost and how is compensation settlement practiced as a result of goods pawned are lost? How is the responsibility of Pawn Shop Public Corporation with respect to the loss of goods secured by the customer? The afore said problems are examined by normative judicial bibliographic research as secondary materials supported by interviews with competent authority. The claim which may be carried out by the customer is to ask for compensations to the Pawn Shop Public Corporation, based on a prior claim. The Pawn Shop Public Corporation shall be obliged to pay compensations as much as one hundred and twenty five percents (125%) of the appraisal of the secured goods. However, in practice the Pawn Shop Public Corporation may make a calculation of more than 125% if it receives complaints from a customer who is not too satisfied. This matter may be carried out by the consumer related to the regulation specified in the Article 4 point H Law No. B Year 1999 regarding Consumers Protection. The responsibility of the Pawn Shop Public Corporation regarding the loss of goods pawned is to give appropriate compensations by observing the condition and type of goods pawned, not by considering the amount of debt. In addition the Pawn Shop Public Corporation is responsible to the loss of the goods secured, if someday the goods may be found, the Pawn Shop Public Corporation must return it to the goods owner on condition that the goods owner must return the compensation money. In order to establish a certainty in specifying the amount of loss compensations, there must be clear rules of conduct and valid to all customers, these rules of conduct must be informed and socialized to customers.
"
2007
T19103
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muhammad Luthfi
"Pusat Kajian Timur Tengah dan Islam Universitas Indonesia (PKTTI-UI) di 1ingkungan UI saat ini merupakan pusat kajian termuda. Sebagai sebuah pusat kajian, PKTTI-UT seharusnyalah memiliki misi dan visi ke depan yang jelas dan konkrit. Embel-embel Timur Tengah dan Islam yang diemban pusat kajian ini menyiratkan adanya motivasi yang ingin dikembangkan oleh pusat kajian ini.
Dalam penelitian ini dicoba untuk mengungkapkan persepsi sivitas akademika terhadap konsep yang dimiliki PKTTI-UI, serta merespon input sivitas akademika yang dapat dijadikan bahan dasar pemikiran dalam penyusunan program-program PKTTI-UT, baik program jangka pendek maupun jangka panjang, yang tepat guna, serta tepat sasaran. PKTTI-UI yang relatif baru di lingkungan Universitas Indonesia ini memang belum banyak dikenal oleh Mangan sivitas akademika, oleh karena itu perlu dipertimbangkan cara penyebaran informasi keberadaan PKTTI-UI agar sivitas akademika dapat memanfaatkan semua fasilitas yang disediakan pusat kajian ini.
Peranan pusat kajian ini lebih banyak diharapkan oleh sivitas akademika UI agar banyak mengembangkan kajian ilmu keislaman, yang saat ini dianggap sangat tepat kemunculan pusat kajian ini, di samping kajian ilmu lainnya yang berkaitan dengan hubungan Timur Tengah secara multidisipliner. Hasil kajian atau penelitian pusat kajian oleh sivitas akademika tidak hanya diharapkan dapat dikonsumsi para sivitas sendiri, tetapi juga diharapkan dapat membawa manfaat bagi pengembangan sumber daya manusia di luar lingkungan UI lewat media kajiannya."
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1999
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>