Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 59618 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Aditya Dharmaputra Persada, 2011
388 ADI b
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"Dusun Cemara Lawang Desa Ngadisari Kecamatan Sukapura Kabupaten Probolinggo merupakan daerah tujuan Wisata kawasan Gunung Bromo. Sebagai daerah tujuan wisata , didaerah penelitian ini terdapat sarana penunjang pariwisata berupa penginapan yang disebut homestay...."
PATRA 10(1-2) 2009
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Siagian, Turman
"Wisata Konvensi memiliki keunggulan-keunggulan lebih bila dibandingkan dengan usaha atau kegiatan wisata biasa, sehingga ia merupakan primadona kegiatan kepariwisataan dan menjadi incaran banyak negara di dunia. Usaha memajukan wisata konvensi akan memacu pertumbuhan kunjungan wisatawan ke suatu destinasi. DKI Jakarta sebagai salah satu destinasi utama wisata konvensi di Indonesia memiliki potensi yang kuat untuk disejajarkan dengan destinasi-destinasi wisata konvensi lainnya di kawasan Asia.
DKI Jakarta sebagai destinasi wisata konvensi internasional telah dikomunikasikan oleh banyak pelaku dengan fungsi dan tugas yang berbeda antara satu pelaku dengan pelaku yang lainnya. Para pelaku dimaksud yaitu : Direktorat Jantiara/ Pariwisata, Dinas Pariwisata DKI Jakarta, Biro Konvensi Jakarta, Badan Promosi Pariwisata Indonesia, usaha-usaha pariwisata (konvensi) dan assosiasi. Metode pengkomunikasian dilaksanakan dengan pendekatan komunikasi pemasaran, yang salah satu elemennya adalah promosi. Dalam hal ini, penulis mencoba mengkaji penggunaan konsep bauran promosi atau promotional mix sebagai metode untuk mempromosikan DKI Jakarta sebagai kota tujuan wisata konvensi.
Metode penelitian yang digunakan adalah eksploratif-deskriptif dengan kajian pendekatan kualitatif. Untuk memperoleh data primer, penulis menggunakan teknik wawancara dan teknik observasi terlibat atau desk research (participant observation). Pemilihan informan sebagai sasaran wawancara didasarkan kepada 'anggapan' bahwa mereka telah mewakili keseluruhan pelaku. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil diskusi kelompok terfokus (focus group discussion) dan dari literatur-literatur yang ada.
Temuan kajian yang paling utama adalah bahwa dari sejumlah pelaku promosi, hanya Dinas Pariwisata DKI Jakarta dan Biro Konvensi Jakarta sebagai pelaku utama (secara signifikan) mempromosikan DKI Jakarta sebagai kota tujuan konvensi. Para pelaku promosi lainnya adalah sebagai pelaku yang 'berkewajiban' memberikan dukungan dan bantuan, bukan sebagai pelaku utama. Walaupun para pelaku mengatakan bahwa mereka telah menggunakan konsep bauran promosi sebagai metode promosi, namun sesungguhnya mereka belum menjadikan konsep bauran promosi (promotional mix) secara tepat dan sistematis sebagai acuan dalam menyusun struktur dan pelaksanaan kegiatan kegiatan promosi. Pemahaman mengenai kondisi keberhasilan destinasi pesaing utama (dalam hal ini Singapura), bermanfaat untuk dijadikan acuan bagi penetapan kebijakan dan strategi/taktik promosi. Penelitian ini juga menemukan kecenderungan perbedaan signifikansi penggunaan elemen-elemen konsep bauran promosi dari satu pelaku dengan pelaku yang lainnya, karena didasarkan pada fungsi, tugas pokok, dan tujuan masing-masing pelaku. Di samping itu, penulis menungkapkan pula signifikansi penggunaan masing-masing elemen bauran promosi. Para pelaku mengakui bahwa metode bauran promosi dianggap relevan sebagai tools untuk mempromosikan DKI Jakarta sebagai kota tujuan wisata konvensi. Berdasarkan temuan-temuan tersebut, penulis menawarkan rekomendasi berupa rancangan formulasi pelaksanaan promosi."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dema Amalia Putri
"Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bandung tahun 2007-2027 menetapkan Kawasan Gunung Patuha sebagai salah satu kawasan yang memiliki peran khusus untuk sektor pariwisata. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daya tarik dan motivasi wisatawan pada objek wisata serta hubungan antara keduanya di Kawasan Gunung Patuha. Penilaian daya tarik objek wisata didasarkan kepada kelengkapan fasilitas wisata dan aksesibilitas. Sedangkan penilaian motivasi wisatawan didasarkan pada preferensi wisatawan, kebutuhan wisatawan, dan status perjalanan wisatawan. Variabel penelitian dianalisis menggunakan analisis spasial dan uji statistik chi square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa daya tarik objek wisata di kawasan tersebut bervariasi. Objek wisata dengan nilai daya tariknya tinggi memiliki kecenderungan berada pada lokasi yang saling berdekatan, sedangkan daya tarik sedang dan daya tarik rendah berada pada lokasi yang berjauhan. Wisatawan yang berkunjung di Kawasan Gunung Patuha didominasikan oleh tipe motivasi wisatawan semi pelancong. Motivasi wisatawan yang berkunjung pada objek wisata tidak dipengaruhi oleh daya tarik objek wisata berdasarkan kelengkapan fasilitas wisata. Hal ini dikarenakan meskipun objek wisata memiliki ketersediaan fasilitas wisata yang lengkap, wisatawan yang berkunjung terkadang hanya berfokus kepada atraksi yang disediakan dibandingkan pada kelengkapan fasilitas wisata tersebut.

The Bandung Regency Spatial Plan for 2007-2027 regulates The Patuha Mountain Area as one of the regions that has a special role for the tourism sector. This research was conducted to find out the attractiveness and motivation of tourists on tourist attractions as well as the relationship between them in The Patuha Mountain Area. Assessment of tourist attraction in accordance with the completeness of tourist facilities and accessibility. Meanwhile, assessment of tourist motivation based on tourist preferences, tourist needs, and tourists travel status. The research variables were analyzed using spatial analysis and chi square test statistics.
Results demonstrated that attractiveness of tourist attractions in the region varies. Tourist attraction with high attractiveness value are located in close proximity to each other, while medium and low attractiveness value are in far apart locations. Tourist motivation visiting The Patuha Mountain Area are dominated by flashpacker types and not influenced by the attractiveness value of tourist attractions based on the completeness of tourist facilities. It was because although tourist attraction has the availability of complete tourist facilities, tourists who visit sometimes only focus at the attractions provided compared to the complete tourist facilities.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Wayan Badrika
"Penelitian ini menemukan bahwa kegiatan pariwisata di Pura Tanah Lot, Desa Beraban, Kecamatan Kederi, Kabupaten Tabanan, Propinsi Bali telah menimbulkan respons dari warga masyarakat atau krama desa adat Beraban dalam aspek kehidupan ekonomi, sosial dan budayanya. Keindahan Pura Tanah Lot dan alam sekitar lingkungannya dijadikan produk wisata oleh warga masyarakat desa Beraban untuk memperoleh penghasilan tambahan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga (kuren). Hasil penelitian ini sekaligus mengungkapkan suatu pola perubahan kebudayaan melalui akulturasi. Prilaku orientasi pasar dari warga masyarakat desa Beraban pada bidang jasa kepariwisataan di obyek wisata Pura Tanah Lot menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan inipun dipengaruhi oleh semakin bertambahnya kunjungan para wisatawan baik wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara ke Pura Tanah Lot. Pendapatan yang diperoleh oleh warga masyarakat desa Beraban diutamakan untuk dapat memenuhi kebutuhan ekonominya. Sedang pendapatan yang diperoleh oleh Pesa Adat Beraban sebagai pengelola obyek wisata melalui pemasukan dana dari kunjungan para wisatawan diutamakan untuk pelaksanaan upacara ritual atau piodalan di Pura Tanah Lot dan pura-pura lainnya yang ada di desa Beraban. Juga, pendapatan itu dapat digunakan untuk pembangunan Pura Tanah Lot maupun pura-pura yang ada di desa Beraban. Hal ini dapat mengurangi pemungutan iuran-iuran untuk kepentingan upacara ritual maupun pembangunan pura atau kebutuhan desa."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2000
T1173
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suyitno
Yogyakarta: Kanisius, 2004
338.47 SUY p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Lita Sari Barus
"The choice among modes of intercity transport depends on conditions of not only intercity transport modes but also intracity transport in both the departure city and the arrival city. Intracity transport conditions might be advantageous for one intercity mode and disadvantageous for others. Intercity and intracity transport conditions are complex and need to be approached systemically. This study proposes an approach based on the passengers’ preferences. The logit model was adapted to evaluate the transport modes’ choices in competition. This model is called the “Adapted Mixed Multinomial Logit Model” (AMML). It was applied on the Jakarta-Bandung corridor in both directions. It contributes to a complete approach for intercity transport mode choice by considering the influence of the intracity transport conditions in both the departure and arrival cities. The results proved that the choice of intercity transport mode depends not only on its own quality of service but also, importantly, on that of the intracity transport systems."
Depok: Faculty of Engineering, Universitas Indonesia, 2016
UI-IJTECH 7:4 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indra Wijaya
"Kepulauan Seribu sebagai satu-satunya wilayah kepulauan yang ada di Jakarta memiliki banyak keunggulan, diantaranya potensi di bidang pariwisata, khususnya wisata bahari. Sebagai daerah yang terdiri dari gugusan pulau-pulau, banyak potensi dan daya tarik yang dimiliki dan belum tergali selama ini mulai dari kekayaan laut, keindahan alam serta adat istiadat masyarakat Kepulauan Seribu. Berkaitan dengan potensi yang dimilikinya maka sangatlah penting bagi Kepulauan Seribu untuk membuat rumusan strategi bagi pengembangan pariwisata, terutama wisata bahari dengan melibatkan seluruh stakeholders yang ada dalam rangka mewujudkan masyarakat yang sejahtera.
Penelitian ini mencoba untuk menawarkan sebuah rumusan strategi yang didasarkan pada usaha untuk mensinergiskan beberapa pandangan dan preferensi para penilai yang diasumsikan sebagai "the experts" dalam bidang pengembangan pariwisata, terutama wisata bahari. Penelitian ini juga dilatarbelakangi oleh beberapa penemuan empiris sebelumnya tentang strategi yang cocok untuk mengembangkan potensi pariwisata di Kepulauan Seribu. Beragamnya masukan mulai dari konsep perencanaan sampai pada rencana tindak (action plans) pengembangan wisata bahari di Kepulauan Seribu menjadikan rumusan strategi ini tambah kompleks dan rumit. Hal ini disebabkan oleh banyaknya stakeholders yang memiliki kepentingan terhadap upaya pengembangan wisata bahari.
Dengan menggunakan pendekatan Analytical Hierarchy Process (ABP), rumusan strategi pengembangan wisata bahari yang selanjutnya dijabarkan dalam pelaksanaan program-program dengan memperhatikan kepentingan stakeholders dapat ditentukan berdasarkan skala prioritas. Hasil yang diperoleh dari pendekatan AHP berdasarkan interaksi 3 kelompok stakeholders antara lain: (1) Masyarakat lokal lebih memprioritaskan program pendidikan dan pelatihan bagi masyarakat dibandingkan 3 program lainnya dengan bobot prioritas 0.329. (2) Sementara PEMDA lebih menitikberatkan pada program pengadaan berbagai informasi dan promosi obyek wisata dengan bobot 0.379. (3)Pihak swasta/investor menginginkan program pengadaan sarana dan prasarana penunjang pariwisata yang memadai didahulukan dari program lainnya. Bobot prioritasnya sebesar 0.432.(4) Secara keseluruhan, jika ketiga kelompok dipertautkan berdasarkan kepentingan masingmasing dan kelompok pelaksana program maka diperoleh hasil sintesis bahwa program pengadaan informasi dan promosi obyek wisata harus menjadi prioritas utama dibandingkan program lainnya, dengan bobot prioritas 0.299 dan indeks inkonsistensi keseluruhan yang dapat diterima yakni sebesar 0.01.
Adapun saran atau rekomendasi untuk penelitian selanjutnya yakni berkaitan dengan keterbatasan tools ini, walaupun pendekatan berdasarkan penilaian (jugments) "the experts" ini penting, namun pendekatan ini raja tidak cukup. Dibutuhkan pendekatan kuantitatif sebagai pembanding dari hasil sintesis ARP. Kedua pendekatan tersebut harus berjalan sinergis, sehingga preferensi the experts tidak terkesan mengutamakan subjektivitasnya belaka namun didasarkan pada pengamatan empiris serta analisis yang mendalam terhadap sebuah fenomena, khususnya tentang pariwisata bahari di Kepulauan Seribu."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2005
T13603
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Departemen Pariwisata. Dijen Pariwisata, 1997
175 IND b
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Wahyu Walam Anggawijaya
"ABSTRAK
Pariwisata merupakan sarana dalam peningkatan pendapatan daerah dan andalan Indonesia dalam perolehan devisa. Indonesia secara geologi merupakan daerah yang sangat dinamik banyak memunculkan bentuk bentang alam ( landfornr ) menarik yang dapat merupakan asset dalam pengembangan kepariwisataan. Dalam penelitian ini dikaji hubungan antara faktor-faktor fisik alami dengan perkembangan kepariwisataan pantai di Gunung Selok, Jawa Tengah serta Pangandaran dan Cipatujah, Jawa Barat. Diadakan penilaian peranan komponen-komponen fisik bentang alam yakni kepentingan dan kemampuannya, yang disebut nilai kapabilitas dalam membentuk keindahan.alam pantai.
Daerah wisata Gunung Selok, Pangandaran dan Cipatujah berlokasi di daerah pantai yang menghadap Samudra Hindia. Perkembangan kepariwisataan di ketiga daerah tersebut, dilihat dari jumlah pengunjung dari tahun-ketahun meningkat. Peningkatan ini disebabkan semakin besar minat masyarakat mencari hiburan melakukan rekreasi ke daerah-daerah tersebut untuk menikmati daya tarik alami berupa keindahan alam yang masih terawat.
Laju perkembangan kepariwisataan di ketiga daerah tidak sama disebabkan faktor pendukung daya tarik alami berbeda satu sama lain. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor-faktor fisik yakni kondisi geologi dan geomorfologi yang memegang peranan penting dalam membentuk bentang atau tatanan alam di permukaan bumi. Bentang alam yang terdiri dari komponen-komponen sebagai produk proses geologi dan geomorfologi, dapat memberikan bentuk yang unik indah sehingga merupakan potensi maupun kendala dalam perkembangan kepariwisataan, bukan saja terhadap keunikan dan keindahan alam tetapi juga terhadap penyediaan lahan alami bagi perkembangan flora dan fauna maupun sarana binaan seperti hotel dan fasilitas air bersih.
Dalam penelitian terungkap bahwa daerah wisata Pangandaran lebih meningkat perkembangan kepariwisataannya dibandingkan dengan daerah wisata gunung Selok dan Cipatujah, karena didukung oleh kemampuan atau kapabilitas komponenkomponennya yang lebih besar daripada komponen-komponen bentang alam yang ada di gunung Selok dan Cipatujah. Perkembangan kepariwisataan di gunung Selok dan Cipatujah tidak begitu berbeda karena kapabilitas masing-masing komponennya dalam mendukung keunikan dan keindahan hampir sama.
Proses Geologi dan Geomorfologi yang perlu diwaspadai dan diantisipasi selain erosi dan pengendapan di pantai adalah tsunami yang bila terjadi mungkin akan dapat merusak fasilitas (sarana dan prasarana) yang telah dibangun dan selanjutnya menurunkan citra kepariwisataan di daerah tersebut.
Daftar Kepustakaan : 28 ( 1953-1995 )

ABSTRACT
Relationship between Gemorphological Aspects and Coastal Tourism (A Case Study at Gunung Selok, Central Java and Pangandaran and Cipatujah, West Java)Tourism is an important mean for raising domestic income as well as devisa for Indonesia. Geologically, Indonesia is a very active or dynamic area from which unsual morphology or landforms were created. The fascinating landforms are potential asset for developing tourism. The intention of this research is to study the relationship between finical factors i.e. the components of the landform and the development of coastal tourism at Gunung Selok area, Central Java and Pangandaran and Cipatujah area, West Java. Evaluation were undertaken concerning the importancy and capability of the components in contributing the beauty of the coastals landform. The natural beauty is a main attractive factor by which tourists will come.
The tourism areas of Gunung Selok, Pangandaran and Cipatujah are located at the coast of Indian Ocean, The development of tourism at the area, in the view of the number of tourist visiting the areas, is increasing because of the greater demand of people to get fresh and beautifull natural environment.
The different rate of tourism development at the three tourist areas are mainly caused by the difference in their physical i.e. geological and geomorphlogical conditions in the form of natural landform (landscape). Both geological and geomorphological conditions play an important role in creating and enchanting unsual and beautiful landscape; on the contrary, in the other situation, the geological and geomorphological processes act as a detrimental factor for environmental condition. This research dicovers that the greater rate of tourists visiting Pangandaran area compared with Gunung Selok and Cipatujah areas are due to the greater support of capabilities of the components of landscape at Pangandaran compared with those two other areas.
Deteriorating natural processes which have to be noticed and anticipated in respect to tourism development in the three areas are current coastal erotion and sedimentation which are steadly happening at the three areas. Furthermore, effort must be undertaken for anticipating the tsunamic catastrophy since the areas especially Pangandaran are very vulnerable.
Total of references : 28 (1953-1995)
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>