Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 106822 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reko Darsilo
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
TA3191
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Reko Darsilo
"Penelitian-penelitian tentang kapasitas reverse link sistem wireless code division multiple access (CDMA) kurang menunjukkan kapasitas yang sebenamya karena hanya memperhitungkan pengaruh ketidak-sempurnaan pengendalian daya oleh shadowing hanya pada homecell (sel sendiri) saja atau pada sel-sel tetangga saja. Pada kenyataannya, shadowing pasti terjadi antara base station (BS) and mobile station (MS). Oleh karena itu tesis ini menganalisa secara matematis kapasitas reverse link sebuah sistem wireless CDMA yang mendukung layanan suara (kelas-1) dan data (kelas-2) secara terpadu dengan memperhatikan pengaruh pengendalian daya karena shadowing pada sistem selular dua-tier. Selain itu, pengaruh aktifitas suara dan variable spreading gain dari user kelas-2 terhadap kapasitas user kelas-1 dan pengaruh sektorisasi terhadap kapasitas kedua layanan tersebut juga dianalisa.
Dari pengamatan dan analisa yang telah dilakukan menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap kapasitas sistem wireless CDMA diantaranya faktor aktifitas user, sektorisasi dan shadowing. Dengan pengendalian daya reverse link, apabila downlink shadowing lebih besar dari pada uplink shadowing, user akan mengirimkan daya lebih besar dari yang dikehendaki BS sehingga menimbulkan interferensi sesama user di BS. Interferensi juga dapat berasal dari user lain yang memiliki bit rate lebih besar (spreading gain kecii) karena bit rate yang besar rnemerlukan daya yang besar. Penurunan kapasitas karena shadowing sampai dengan 4 dB dapat diatasi dengan sektorisasi sel.

The existing researches on the reverse link capacity of a wireless code division multiple access (CDMA) system did not exactly represent its reverse link capacity. These were because they considered that the effect of shadowing was experienced by a home cell or other cells only. In fact, the shadowing absolutely exists between base station (BS) and mobile station (MS). So, this thesis mathematically analyzes the reverse link capacity of a CDMA system which supports integrated services (voice - class-1 and data -- class-2) that considers power control due to shadowing in a two tiers of a cellular system. In addition, the effect of variable spreading gain of class-2 users on class-1 users' capacity and by dividing cells into sectors are also observed.
Observations and analyses show that some factors which determine the capacity of a wireless CDMA system such as user activity factor, sectorization and shadowing. In a reverse link power control, if downlink shadowing is higher than uplink shadowing, user will transmit power more than its actually required by the BS, so this power will cause interference to others. On the other hand, interference also comes from users who have a signal with a higher bit rate (has a small spreading gain) because a higher bit rate also requires a higher power. Capacity decaying due to shadowing up to 4 dB can be solved by using a cell sectorization.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
T1284
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linna Oktaviana Sari
"Sistem komunikasi berbasis code division multiple access (CDMA) dewasa ini berkembang sangat pesat. Untuk mendukung teknologi generasi ketiga atau third-generation (3G), CDMA diharapkan mampu memenuhi kebutuhan layanan audio, data, maupun video dengan kapasitas sistem yang besar. Layanan audio, data maupun video yang terdapat dalam suatu sistem CDMA dapat dipandang sebagai sistem multiclass CDMA. Pada kenyataannya, kapasitas CDMA dibatasi oleh interferensi, sehingga untuk meningkatkan kapasitas dilakukan dengan mengurangi interferensi.
Salah satu metode untuk mengurangi interferensi adatah sektorisasi dan pengendalian daya. Pada penelitian akan dianalisa pengaruh pengendalian daya tak sempurna (imperfect power control) dan sektorisasi tak sempurna (imperfect sectorization) pada kapasitas user dari sistem CDMA arah reverse-link berdasarkan signal to interference ratio (SIR) dengan menggunakan beamforming pada pengirim mobile station (MS) dan penerima base station (BS). Kapasitas user dipengaruhi oleh jumlah elemen antena beamforming, jumlah sektor, besar sudut overlap akibat sektorisasi tidak sempurna., dan pengendalian daya tidak sempurna.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kapasitas sistem multiclass CDMA menurun akibat pengendalian daya dan sektorisasi tak sempurna. Sektorisasi dengan antena beamforming menghasilkan kapasitas sistem multiclass yang lebih besar dibandingkan penggunaan antena beamforming tanpa sektorisasi. Peningkatan total jumlah elemen antena beamforming pada penerima BS dan pengirim CIS tidak selalu menghasilkan kapasitas sistem multiclass yang lebih besar, akan tetapi tergantung dari pendistribusian jumlah elemen antena beamforming pada penerima BS dan pengirim MS. Sektorisasi dengan antena beamforming menghasilkan kapasitas sistem multiclass lebih besar dibandingkan dengan sektorisasi tanpa antena beamforming. Kapasitas sistem multiclass optimum dicapai bila jumlah elemen antena penerima beamforming genap.

Communications systems based on code division multiple access (CDMA) are growing fast this day. To support third generation technology (3G), CDMA has been expected to fulfill requirements of audio, data, and video services with higher system capacity. Audio, data and video services in CDMA systems can be viewed as multiclass CDMA system. In practice, capacity of CDMA is limited by interferences, so that any reduction of the interference will directly cause capacity increases.
Methods, such as sectorization and power control could reduce the interference. In this research, the impact of imperfect power control and imperfect sectorization to reverse-link user capacity of CDMA system based on signal to interference ratio (SIR) by using beamforming at mobile station (MS) transmitter and base station (BS) receiver will he analyzed. User capacities are influenced by number of antenna beamforming elements, number of sectors, overlap angle due to imperfect sectorization, and imperfect power control.
Results of this research indicate that capacity of multiclass CDMA system decreases caused by the imperfect power control and imperfect sectorization. The system with sectorization using beamforming has large capacity of multiclass system than the system using beamforming without sectorization, The total addition of antenna beamforming elements at SS receiver and MS transmitter not always has large capacity of multiclass system, however depend on distribution of antenna beamforming elements at BS receiver and MS transmitter. The system with sectorization using beamforming has large capacity of multiclass system than the system with sectorization without beamforming. Optimum capacity of multiclass system achieved, when beamforming has even number of receive antenna elements.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16102
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Linna Oktaviana Sari
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
TA3090
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Soelistyono
"Sistem makro/mikrosel code division multiple access (CDMA) dengan sistem variable spreading gain (VSG) mampu meningkatkan kapasitas pemakai mobile station (MS) dengan layanan yang mempunyai kecepatan dan kualitas yang berbeda.
Pada tesis ini dianalisa besarnya kapasitas sistem makro/mikrosel CDMA IS-95 untuk layanan terpadu suara dan data dengan VSG pada reverse link Model sistem berupa sebuah makrosel dan sebuah mikrosel di dalam makrosel tersebut.
Setiap set terdapat MS suara dan MS data yang tersebar merata. Sistem makro/mikrosel menggunakan bidang frekuensi yang sama, sehingga semua MS aktif menginterferensi base station (BS) atau MS acuan. Hal ini mempengaruhi besarnya kapasitas sistem tersebut. Besarnya interferensi dari MS dipengaruhi oleh model propagasi berupa redaman lintasan dengan efek shadowing, faller aktivitas suara dan data, jumlah MS kelas suara dan data, dan perbandingan daya antara makro/mikrosel.
Untuk menghitung kapasitas sistem makro/mikrosel tersebut beberapa parameter ditetapkan, pertama, pengendalian daya pada setiap sel dalam kondisi diasumsikan sempurna, kedua, jumlah MS aktif dari set penginterferensi baik dari mikrosel maupun dari makrosel dan ketiga, perbandingan daya antara makro/mikrosel. Sebuah mikrosel dengan radius tertentu letaknya digeser mulai dari dekat BS makrosel hingga lingkaran makrosel.
Sebagai kesimpulan, sebuah mikrosel di dalam sebuah makrosel akan meningkatkan kapasitas sistem. Sebuah mikrosel pada D=0.4, r=4.3, K= 0.2, a,=318, a2=7l8, BER =ta"3 meningkatkan kapasitas MS kelas suara dan data dari N1=10, N2=13 menjadi N1=10, N2-12 dan ni=1 O, n2=5. Besarnya kapasitas sistem bergantung pada letak dan radius mikrosel. Keaktifan MS kelas data akan menurunkan kapasitas MS kelas suara secara signifikan, karena 1 MS kelas data sama dengan 4 MS kelas suara.
Capacity of CDMA Macro/Microcell System for Voice and Data Integrated Services with Variable Spreading Gain"The code division multiple access (COMA) macro/microcell system with variable spreading gain (VSG) system is capable to increase the capacity of mobile station (MS) users with multi-rate and different quality of services.
This thesis analyses the capacity of CDMA IS-95 macro/microcell system which voice and data integrated services with VSG on reverse link. The system model consist of one macrocell which contains one microcell in it. Each cell contains voice MS and data MS. The all active MS are uniformly distributed in the cell. The macro/microcell system shares the same frequency band, so that all active MS interfere the reference base station (BS) or MS. This influences the system capacity. The interference is influenced by propagation model that is path loss with shadowing effect, voice and data activity factor, the amount of voice MS and data MS, and the macro/microcell power ratio.
To calculate the macro/microcell system capacity, some parameters must be defined, first, power control is set to ideal condition, second, the amount of active MS from the interferer cell, that is macrocell or microcell and third, the power ratio between macro/microcell. A microcell with certain radius is moved from near BS macrocell to its boundary.
As conclusion, a microcel in the macrocell will increase the system capacity. A microcell at r0.3, K= 0.2, as =318, aj"718, BER =10-3 increases the capacity of voice MS and data MS from N1=10, N2=13 to N1=10, N2=12 and ni=10, n2=5. The system capacity depends on the position and radius of microcell. The activity of data MS users will decrease significantly the capacity of voice MS users in the macro/microcell system, because 1 data MS is equivalent to 4 voice MS.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T11489
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Soelistyono
Depok: Universitas Indonesia, 2002
TA3296
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Muliadi Kurniawan
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1999
S39025
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Teguh Imam Santoso
"Daiam sistem selular code division multiple access (CDMA), kapasitas link suatu set (inter cell) sangat dipengaruhi oleh interferensi yang berasal dari set tetangga (outer cell). Hal ini akan menyebabkan kapasitas sistem selular CDMA bervariasi mengikuti besarnya interferensi lingkungan. Oleh karena itu pembagian kanal (channel assignment) pada CDMA, akan berjaian dengan balk bila didasarkan pada besarnya interferensi yang diterima pada base station (BS), yang disebut sebagai adaptive channel assignment (ACA). Daiam metoda ini kanal dialokasikan secara adaptive mengikuti kondisi interferensi untuk berbagai link. Kauai baru akan dialokasikan apabila interferensi yang terjadi setelah pengalokasian kanal lersebut kurang dari besarnya total interferensi yang diizinkan. Untuk Icbih meningkatkan kapasitas link sistem, salah satu cara yang dapat dite apkan adalah dengan sektorisasi, yang dilakukan dengan cara memperseinpit sudut antena untuk mengurangi besarnya interferensi co-channel sehingga kapasitas kanal dalani suatu set dapat ditingkatkan.
Daiam skripsi ini akan dilakukan perhitungan kapasitas CDMA menggunakan ACA. Untuk memperkirakan distribusi user pada outer cell, dalam skripsi ini perhitungan kapasitas link dilakukan dengan menggunakan weighting factor (faktor pembebanan). Dengan faktor pembebanan distribusi user pada outer cell dianggap non-homogen. Hasil perhitungan kapasitas dengan faktor pembebanan akan dibandingkan hashInya dengan perhitungan kapasitas tanpa faktor pembebanan. Untuk mengetahui pengaruh berbagai kondisi interferensi lingkungan, claim skripsi ini akan dilakukan perhitungan kapasitas link untuk berbagai nilai power index of distance, y, path loss exponent, n, dan ukuran lapisan penyebab interferensi, d.
Hasil yang diperoieh memperlihatkan bahwa dengan sektorisasi kapasitas sistem lebih baik dari pada non-sektorisasi. Dengan. menggunakan faktor pembebanan, kapasitas link akan mcnurun apabila user yang dekat dengan inner cell semakin banyak dan sebaliknya ketika user yang jauh dari inner cell semakin banyak, maka kapasitas link akan meningkat. Sedangkan untuk berbagai kondisi interferensi lingkungan, peningkatan n dan y akan menyebabkan kapasitas link sistem meningkat. Semakin besar nilai d, maka kapasitas link akan rncngalami penurunan."
Depok: Universitas Indonesia, 2000
S39669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Haryanto
"Karena semua kanal komunikasi menggunakan pita frekuensi yang sama, jika jumlah pengguna yang aktif bertambah performansi sistem akan menurun, hal ini akan langsung mengakibatkan penurunan kapasitas. Dalam terminologi CDMA suatu Mobile Station (MS) menganggap MS yang lain sebagai sumber interferensi yang mengganggu sinyal yang dikirimkannya. Interferensi dari pengguna lain yang berasal dari sel lain yang berdekatan dapat dikurangi dengan membagi sebuah sel menjadi beberapa sektor yang disebut dengan sektorisasi, namun pembagian sektor tidak dapat sempurna sekali karena sifat radiasi antena tidak dapat membentuk sudut secara lurus serta adanya sidelobe gelombang radio.
Dari hasil analisa menunjukkan, ketidak sempurnaan sektorisasi sel yang ditunjukkan dengan adanya sudut overlap antar sektormengakibatkan penurunan kapasitas sistem karena menimbulkan tambahan interferensi pada sektor yang dioverlap. Dengan mengetahui pengaruh sektorisasi yang tidak sempurna, pada perancangan sistem diharapkan dapat menjaga agar antena per sektor tidak memiliki sudut overlap yang besar serta dapat memperkirakan kerugian pada kapasitas sel yang disebabkan oleh interferensi tersebut.

In this research analyzes the connection Wideband Code Division Multiple Access (W-CDMA) for uplink and downlink with imperfect sectorization.
Because all channels are on the same frequency, so when the active user increases, the performance of system will decrease. In other words, it causes the capacity of system will decrease. In CDMA terminology, the other frequency of Mobile Station (MS) will get effect to the active MS. The co-channel interference can be decrease with splitting the cell into several sectors. It called the sectorization. But the sectorization can work well because the antenna radiation can't make the perfect angle and also there is existence of side lobe of radio frequency.
The results show, the imperfect sectoration has overlap angle between each sector decrease the capacity system cause more interference to overlapping sector. Now we know the cause of imperfect sectorization effect, so in system model, we have to make each antenna in each sector doesn't have the large overlap angle and we can make the prediction the loss in cell capacity that caused of interference.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14647
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>