Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 137717 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Djoko Soelistyono
Depok: Universitas Indonesia, 2002
TA3296
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Djoko Soelistyono
"Sistem makro/mikrosel code division multiple access (CDMA) dengan sistem variable spreading gain (VSG) mampu meningkatkan kapasitas pemakai mobile station (MS) dengan layanan yang mempunyai kecepatan dan kualitas yang berbeda.
Pada tesis ini dianalisa besarnya kapasitas sistem makro/mikrosel CDMA IS-95 untuk layanan terpadu suara dan data dengan VSG pada reverse link Model sistem berupa sebuah makrosel dan sebuah mikrosel di dalam makrosel tersebut.
Setiap set terdapat MS suara dan MS data yang tersebar merata. Sistem makro/mikrosel menggunakan bidang frekuensi yang sama, sehingga semua MS aktif menginterferensi base station (BS) atau MS acuan. Hal ini mempengaruhi besarnya kapasitas sistem tersebut. Besarnya interferensi dari MS dipengaruhi oleh model propagasi berupa redaman lintasan dengan efek shadowing, faller aktivitas suara dan data, jumlah MS kelas suara dan data, dan perbandingan daya antara makro/mikrosel.
Untuk menghitung kapasitas sistem makro/mikrosel tersebut beberapa parameter ditetapkan, pertama, pengendalian daya pada setiap sel dalam kondisi diasumsikan sempurna, kedua, jumlah MS aktif dari set penginterferensi baik dari mikrosel maupun dari makrosel dan ketiga, perbandingan daya antara makro/mikrosel. Sebuah mikrosel dengan radius tertentu letaknya digeser mulai dari dekat BS makrosel hingga lingkaran makrosel.
Sebagai kesimpulan, sebuah mikrosel di dalam sebuah makrosel akan meningkatkan kapasitas sistem. Sebuah mikrosel pada D=0.4, r=4.3, K= 0.2, a,=318, a2=7l8, BER =ta"3 meningkatkan kapasitas MS kelas suara dan data dari N1=10, N2=13 menjadi N1=10, N2-12 dan ni=1 O, n2=5. Besarnya kapasitas sistem bergantung pada letak dan radius mikrosel. Keaktifan MS kelas data akan menurunkan kapasitas MS kelas suara secara signifikan, karena 1 MS kelas data sama dengan 4 MS kelas suara.
Capacity of CDMA Macro/Microcell System for Voice and Data Integrated Services with Variable Spreading Gain"The code division multiple access (COMA) macro/microcell system with variable spreading gain (VSG) system is capable to increase the capacity of mobile station (MS) users with multi-rate and different quality of services.
This thesis analyses the capacity of CDMA IS-95 macro/microcell system which voice and data integrated services with VSG on reverse link. The system model consist of one macrocell which contains one microcell in it. Each cell contains voice MS and data MS. The all active MS are uniformly distributed in the cell. The macro/microcell system shares the same frequency band, so that all active MS interfere the reference base station (BS) or MS. This influences the system capacity. The interference is influenced by propagation model that is path loss with shadowing effect, voice and data activity factor, the amount of voice MS and data MS, and the macro/microcell power ratio.
To calculate the macro/microcell system capacity, some parameters must be defined, first, power control is set to ideal condition, second, the amount of active MS from the interferer cell, that is macrocell or microcell and third, the power ratio between macro/microcell. A microcell with certain radius is moved from near BS macrocell to its boundary.
As conclusion, a microcel in the macrocell will increase the system capacity. A microcell at r0.3, K= 0.2, as =318, aj"718, BER =10-3 increases the capacity of voice MS and data MS from N1=10, N2=13 to N1=10, N2=12 and ni=10, n2=5. The system capacity depends on the position and radius of microcell. The activity of data MS users will decrease significantly the capacity of voice MS users in the macro/microcell system, because 1 data MS is equivalent to 4 voice MS.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T11489
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Farolan
"Kemajuan teknologi selular masa depan, dengan diintegrasikannya berbagai layanan (suara, data dan video) yang mempunyai daya dan kecepatan yang berbeda-beda. Sistim komunikasi selular yang menggunakan teknik akses jamak CDMA mampu menyediakan kualitas layanan yang berbeda-beda menggunakan bandwidth tetap. Namun kapasitas CDMA sangat dibatasi oleh adanya interferensi, baik antar user dalam satu sel maupun dari sel tetangga. Untuk mendukung transmisi multrate CDMA menggunakan teknik spreading gain yaitu perbandingan antara bandwidth sinyal transmisi yang setelah disebar terhadap perubahan kecepatan chip, sehingga menjadikan kinerja yang berbeda-beda pada masing-masing kelas.
Penulisan ini membahas kapasitas user dalam home sel pada tiga kelas layanan yang dipengaruhi adanya interferensi. Dimana hal tersebut dapat disebabkan oleh kelas user yang sama atau berbeda. Kedua interferensi tersebut juga dapat disebabkan oleh homesel itu sendiri maupun sel tetangga (dibatasi pada dua tier). Dengan menggunakan asumsi bandwith sebesar W=15 Mhz, kecepatan user R= (64,96,128 Kbps) dan faktor aktifitas a= (218,318,518 dan 718), dengan asumsi diatas menghasilkan kapasitas user acuan dengan mengubah faktor aktifitas atau kecepatan bit dari suatu user penginterferensi dengan membandingkan user acuan di homesel dan ditambah interferensi rata-rata ketiga user dari sel penginterferensi di tier ke dua.
Hasil analisa menunjukan, bahwa dengan memperbesar faktor aktifitas user penginterferensi memperbesar kapasitas user tersebut, tetapi menurunkan jumlah user acuan disebabkan banyak user penginterferensi menggunakan kanal dengan besar bandwidth yang tetap. Memperbesar kecepatan bit user penginterferensi juga memperbesar kapasitas user tersebut, tetapi berdampak pada penurunan user acuan yang disebabkan oleh perbandingan daya yang besar antara user penginterferensi dengan user acuan di home sel, pengaruh penambahan interferensi dari sel di tier ke dua menyebabkan penurunan kapasitas user acuan yang cukup besar di home sel, penurunan tersebut diakibatkan adanya interferensi antar user tersebut diatas dan ditambah interferensi rata-rata dari user yang berasal dari sel tetangga (dibatasi pada dua tier).

Present technology of cellular communication, had integrated of various service (voice, video and data) with different power and rate. Different each other, Communications cellular systems using Code Division Multiple Accesses is able to provide the quality of service which different each other with using fixed bandwidth. But capacities of CDMA very limited by existence of interferences, good between user in home cell and also from other cell. To support transmission of multilane CDMA use technique of spreading gain that is comparison between transmission bandwidth signal which after spread to changing of chip rate, so that make performance which different each other at each class.
This paper discussed user capacities home cell at three of services class influenced the existence of interferences. It is caused by the same user class or different. Second also it could caused from home cell it self or others cell (limited for two tier).By using assumption of bandwidth equal to W=15 MHz, speed of R user= ( 64,96,128 Kbps) and factor of activities = ( 218,3/8,5/8 and 7/8), could see reference of user capacity by changing activity factor or bit rate from the user with compared reference user intern home cell and add mean of interference three of class users from other in second tier.
The analyzed result show that increased activity factor of user interference user enlarge capacities of user, but degrading the amount of reference user caused by many interference user using big canal with fixed bandwidth. Increased of bit rate from user interference enlarge also capacities of user, but affecting at degradation of reference user which because of comparison of big power between interference user with reference user in home cell. Influence of addition of interference of cell in second tier cause degradation of big enough capacities of user reference in home cell, the degradation resulted the existence of interferences between the user above added by mean interference of user coming from other cell (limited at second tier).
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14680
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"The problem of telecomunication service facility is the availability of server/operator and buffer that can sustain every customer calling for service...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Leonard T.
"Multicarrier Code Division Multiple Access (muliticarrier CDMA) adalah suatu sistem hasil perpaduan dua teknologi, yaitu teknik akses spektrum sebar yang disebut Code Division Multiple Access (CDMA) dengan teknik modulasi pembawa jarnak (multicarrier) yang disebut Orrhogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM). CDMA melakukan akses pada frekuensi yang sama dan pada waktu yang bersamaan sehingga dapat menawarkan kapasitas yang besar. Sedangkan OFDM mentransmisikan aliran data serial dengan terlebih dahulu mengkonversi aliran data tersebut menjadi sub-sub aliran data parallel yang tumpang tindih dan orthogonal sehingga dapat menawarkan penggunaan bandwidth yang elisien dan tahan terhadap interferensi. Secara garis besar, multicarrier CDMA dibagi menjadi dua grup, yaitu multicxzrrier CDMA berdomain frekwensi yang disebut dengan MC-CDMA dan multicarrier berdomain waktu yang disebut MC-DS CDMA MC-CDMA dapat direalisasikan dengan mengglmakan transfonnasi Fourier. Untuk menj aga sifat orthogonalitas maka cyclic prefix (CP) ditambahkan pada pemancar dan cyclic preps: tersebut dihilangkan pada penerima. Penggunaan cyclic prefix akan mengurangi efisiensi penggunaan bandwith. Kebutuhan terhadap penambahan cyclic preyix dapat dihilangkan apabila transformasi Fourier diganti dengan transformasi wavelet tanpa mengurangi perfonnansi sistem MC-CDMA tersebut.
Tesis ini menganalisa kineija sistem MC-CDMA berbasis transformasi wavelet dibandingkan dengan transformasi Fourier. Kinerja sistem diukur dengan memperlihatkan bit error rate (BER). Kinerja sistem MC-CDMA dengan menggunakan transformasi wavelet lebih baik daripada kinerja MC-CDMA berbasis transformasi Fourier. Modulasi yang digunakan adalah modulasi M-ary orthogonal. Kanal yang dipergunakan adalah kanal AWGN dan kanal Rayleighfading 4 lintasan jamak.

Multicarrier Code Division Multiple Access (multicarrier CDMA) is an integration result of two technologies that is Code Division Multiple Access(CDMA), a spectral spectrum access technique with Othogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM), a multicarrier modulation technique. CDMA offers higher capacity because it uses same frequency and time on its access method. On the other hand, OFDM transmits serial data flow by converting to its overlapping and orthogonal subs parallel data tlow offering ehicient and interference resistant bandwidth In general, multicarrier CDMA is divided into two groups, that is a frequency domain MC-CDMA and a time domain MC-DS-CDMA MC-CDMA can be perform using Fourier transformation. In order to keep its orthogonality, cyclic prefix (CP) is added on Transmitter and is removed on Receiver. Cyclic prefix will reduce bandwith efficiency. The need of cyclic prefix addition could be reduced without loosing MC-CDMA system performance if Fourier transformation is replaced by Wavelet transformation.
This thesis showed MC-CDMA system performance based on wavelet transfonnation compare to Fourier transformation. Performance of the system was measured to show bit error rate (BER). Performance of MC-CDMA system using wavelet transformation was much better than the one using Fourier transformation. Orthogonal M-ary was being used in this thesis. AWGN Channel and Fading Rayleigh Channel with 4 multipath were also being used.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2005
T16113
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida I Dewa G. Utama
"Penggelaran layanan GPRS oleh operator komunikasi bergerak di Indonesia menimbulkan berbagai tantangan baru. Salah satu hal yang menarik untuk dibahas adalah permasalahan tarif layanan ini. Data operator menunjukkan terjadinya penurunan trafik GPRS setelah dikenakan pentarifan, dibandingkan dengan kondisi sebelum dikenakan tarif pada satu tahun pertama penggelarannya.
Skema pentarifan yang optimum untuk meningkatkan kembali minat pasar serta profitabilitas layanan GPRS di Indonesia, diperoleh melalui metode pendekatan value-based pricing, dikombinasikan dengan pendekatan proactive pricing yang mempertimbangkan respon pasar terhadap perubahan ataupun penetapan suatu harga layanan. Serta melalui suatu perbandingan terhadap beberapa skema pentarifan oleh operator GPRS di negara lain.
Skema pentarifan yang dihasilkan disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan pengguna. Dimana pentarifan tersebut berdasarkan volume data serta jenis layanan yang diakses, dengan kombinasi paket-paket pentarifan yang dapat dipilih sesuai kebutuhan pengguna.

The deployment of GPRS service in Indonesia presents mobile operators with many new challenges. One of the challenges that are interesting to be analyses is the pricing for this service. The operator's data shows that the traffic of this service is decreasing significantly after the tariff scheme introduced.
The optimum tariff scheme, which can stimulate demand and profitability for the Indonesian market, is identified by using the Value Based Pricing approach combined with the Proactive Pricing approach, which takes the market response in to consideration. And also does a comparative study to the tariff scheme of other operators in some different country.
The tariff scheme obtained is the tariff scheme based on the Data Volume and Services, which have some packet-tariff combination where user can choose, as they needs.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2003
T14608
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maya Kwarti Yuliani
"ABSTRAK
Dalam skripsi ini akan dibahas mengenai perancangan sistem pembacaan data dari suatu pengukuran melalui jaringan Internet, yang kemudian diuji coba pada Local Area Network (LAN) jurusan Elektro FTUI. Dengan menggunakan jaringan LAN ini, maka data hasil pengukuran tersebut tidak hanya dapat diakses melalui komputer yang berhubungan langsung dengan alat pengukuran, tetapi juga dapat diakses oleh komputer lain dalam lingkungan elektro FTUI.
Data tersebut didapatkan dari sistem pengukuran konsolidasi (tekanan) tanah Rowe Cell. Data dari sensor merupakan data analog. yang kemudian diubah menjadi data digital oleh ADC. Data-data digital tersebut dikirim ke komputer dengan mengunakan antar muka serial port. Data-data yang masuk kedalam komputer tersebut kemudian akan dikirimkan ke server untuk selanjutnya dimasukkan ke dalam basis data.
Pengguna lain yang ingin membaca hasil pengukuran tersebut dapat melakukan permintaan mela1ui web browser ke server dengan menuliskan halaman yang dituju. Pengguna dapat memilih cara pengambilan data dari basis data, jenis data yang ingin ditampilkan dan berapa banyak. Agar pengguna dapat melihat data-data yang berada pada basis data di server maka digunakan Active Server Pages yang dapat membuat server bertindak sebagai gerbang antara basis data dan pengguna. sehingga data-data dapat dilihat oleh pengguna. Data-data yang telah dikirim oleh server ini akan diperlihatkan kepada pengguna dalam bentuk tabel dan grafik, semua ini tergantung pilihan yang dimasukkan oleh pengguna pada halaman web yang ada.

"
2001
S39898
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Panca Dewi Pamungkasari
"UWB merupakan koneksi nirkabel yang memiliki kanal sangat lebar dan kecepatan data hingga 100-500 Mbps mampu mentransmisikan data multimedia secara real time. Kemampuan UWB tersebut salah satunya didukung oleh teknik MIMO-OFDM dimana memiliki keunggulan dalam kecepatan data dan memperbesar kapasitas tanpa penambahan lebar pita. Hal tersebut direalisasikan dengan menggunakan beberapa antena pada sistem MIMO dan sub pembawa pada sistem OFDM. Sehingga pada tesis ini akan dilakukan simulasi untuk mengetahui pengaruh perubahan jumlah antena dan sub pembawa terhadap performansi dari sistem MIMO OFDM pada komunikasi UWB Dari hasil simulasi dapat dilihat bahwa pertambahan jumlah antena akan memperbesar nilai throughput sedangkan nilai Bit Error Rate (BER) serta delay akan menjadi kecil. Apabila jumlah subcarrier ditambah maka BER menjadi besar sehingga throughput menjadi rendah dan delay menjadi besar."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T23322
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuhung Suleman
"Teknologi CDMA (Code Division Multiple Access) yang diimplementasikan dengan brand ?TELKOMFIexi" oleh PT Telekomunikasi Indonesia berupa layanan mobilitas terbatas (limited mobility) yang merupakan layanan telepon bergerak dalam satu area terbatas dan layanan telepon tetap.
Dalam proses perencanaan penggelaran "TELKOMFIexi? di wilayah Jakarta, penentuan segmentasi pasar dilakukan dengan metode apriori yang berpatokan pada data pelanggan telekomunikasi selular dan calon pelanggan PSTN (Public Switched Telephone Network) sehingga segmennya sangat luas dan tidak fokus target marketnya, untuk itu pertu dilakukan re-segmentasi, targeting dan positioning ulang.
Tesis ini akan menganalisa segmentasi, targeting dan positioning produk ?TELKOMFlexi? di wilayah Jakarta Selatan dengan menggunakan analisis statistik deskriptif distribusi frekuensi dan pengambilan data dilakukan melalui kuesioner dengan jumlah sampel 100 responden.
Hasil analisis berupa; Segmen "TELKOMFIexi" adalah konsumen yang berorientasi pada pulsa murah, jangkauan layanan luas, dan migrasi perpindahan pengguna telepon bergerak, sementara target market dari produk "TELKOMFlexi" adalah konsumen berusia 31 tahun keatas, dengan status karyawan, dan professional, dengan kebiasaan menggunakan ?TELKOMFIexi?untuk kebutuhan pribadi yang digunakan untuk percakapan,SMS (short massage service), dan internet, serta membutuhkan kenyamanan dalam berkomunikasi. Positioning "TELKOMFIexi" adalah layanan telekomunikasi dengan pulsa murah, dan positioning berdasarkan manfaat yaitu membantu konsumen untuk merasakan manfaat yang diperoleh dari produk ?TELKOMFlexi? sehingga image kemudahan menggunakan produk ini dapat tertanam di benak konsumen.

The CDMA (Code Division Multiple Access) technology as implemented with the Brand ?TELKOMFIexi" by PT Telekomunikasi Indonesia form a limited mobility services that is a mobility telephone service in a limited area and fixed telephone service.
In the process of planning the introduction of ?TELKOMFlexi" in the Jakarta area, the determination of the market segment is done through the apriori method based on the data of customers of cellular telecommunication and candidate customers of the PSTN (Public Switched Telephone Network) so that the segment is very wide and the target is not focused, therefore a re-segmentation, targeting, and positioning should be repeated.
This thesis will analyze the segmentation, targeting, and positioning of ?TELKOMFlexi" product in the South Jakarta area by applying the frequency distribution descriptive statistical analysis and collection of the data is done through questionnaires with a sample of 100 respondents.
The result of analysis is that the "TELKOMFIexi" segment are consumers oriented toward cheap pulses, wide service coverage, and migration of mobile telephone users, while the target market of the "TELKOMFIexi" product are customers age 31 years and older, with the status of employees with the habit to use ?TELKOMFIexi? for personal purposes for chatting, SMS (Short Massage Service), internet and needing convenience in communication. The positioning of "TELKOMFlexi? is telecommunication services with cheap pulses and the positioning is based on the benefits to help customers experience the benefits obtained from ?TELKOMFlexi? product so that the image of easy usage of this product can be planted in the mind of the consumers.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
T11693
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Setyardi Widodo
"Penelitian ini menganalisis exit strategy perusahaan telekomunikasi dari industri yang sedang menurun dengan mengambil studi kasus keluarnya PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) dari industri CDMA (code division multiple access). Penelitian menggunakan pendekatan post positivis dengan metode pengumpulan data campuran antara kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini mengacu pada pendapat Porter yang dimodifikasi mengenai strategi bersaing dengan fokus membahas exit barrier dan upaya mengatasinya.
Penelitian menemukan bahwa perkembangan ekosistem teknologi CDMA global, penurunan jumlah pelanggan Flexi, penurunan pendapatan, serta kerugian usahatelah mendorong Telkom untuk keluar dari industri CDMA. Adapun hambatan keluar yang dihadapi mencakup aset berupa infrastruktur, lisensi dan frekuensi, biaya terkait SDM dan pelanggan, hambatan emosional karyawan dan manajemen, hambatan pemerintah dan sosial terutama terkait dengan aspek politik sebagai BUMN, serta mekanisme penjualan harta kekayaan. Hambatan berupa aspek politik merupakan hambatan terbesar.
Telkom dapat mengatasi berbagai hambatan keluar karena dukungan pemerintah melalui penataan frekuensi, memiliki beragam portofolio bisnis sehingga mudah dalam memindahkan SDM, dan Telkom memiliki anak usaha yang kuat di bidang telekomunikasi nirkabel.

This research analyzes the exit strategy of telecommunication companies from a declining industry with a case study on the exit of PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. (Telkom) from code division multiple access (CDMA) industry. The research uses a post positivist approach with a mixed data collection method between quantitative and qualitative. This research refers to modified Porter?s notion of competitive strategy with a focus on discussing exit barrier and effort to overcome the barrier.
This research found that Telkom exited from CDMA industry due to the development of global CDMA technology ecosystem along with the declining number of Flexi subscribers and revenue as well as loss of business. Meanwhile, the exit barriers faced by the company include assets such as infrastructure, license and frequencies, human resources and customer-related cost, employee and management emotional barriers, government and social barriers primarily associated with political aspect as a state-owned company, and mechanism of asset sales. Political aspect became the biggest barrier.
Telkom was able to overcome the exit barriers due to government support through the arrangement of frequency alocation. Moreover, the company has a diverse business portfolio to facilitate redeployment of human resources, and the company has a strong subsidiaries in the field of wireless telecommunication.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2015
T43852
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>