Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 138636 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
cover
Aroma Elmina Martha
Jakarta: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2000
TA3631
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yahya Agusman
"RINGKASAN
Program Studi Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Indonesia
Tesis, 2001
A. Nama
B. Judu! Tesis
Yahya Agusman
LINGKUNGAN PERMUKIMAN
TRANSMIGRASI DAN ADAPTASI
TRANSMIGRAN.
(Studi Kasus: Unit Permukiman
Transmigrasi Marabahan, Propinsi
Kalimantan Selatan).
C. Jumlah Halaman
XXVi + 169; Ilustrasi: 39 Tabel;
13 Gambar; 4 Lampiran
D Ringkasan
Program transmigrasi merupakan alternatif penting dalarn memecahkan masalah kependudukan yang dilaksanakan sebagai upaya untuk lebih meningkatkan kesejahteraan dan peran serta masyarakat, pemerataan pembangunan serta memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa melalui persebaran penduduk yang seimbang dengan daya dukung alam dan daya tampung lingkungan serta nilai budaya dan adat-istiadat masyarakat asli.
Transmigrasi didalam pelaksanaanya banyak dijumpai permasalahan yang dimutai dari masalah lahan yang tidak produktif (marginal'), sarana dan prasarana yang tidak memadai, melimpahnya hasif pertanian yang tidak diimbangi perencanaan pemasaran, sampai dengan pendekatan konsep hunian/tempat tinggal yang berorientasi pada kuwantitas yaitu diproduksi
XX 111
secara massa! (prototype), baik untuk transmigran dari daerah asal (daerah pengirim) atau transmigran lokal yang berasal dari masyarakat asli setempat (daerah penerima), sampai pada masalan adaptasi yaitu munculnya konflik antara transmigran daerah asal dengan transmigran lokal (masyarakat asli) yang berakhir dengan larinya transmigran ketempat asalnya.
Berdasarkan isu tentang kegagalan dan keberhasilan program transmtgrasi dan pemahaman atas permasalahan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa sajakah yang perlu diperttmbangkan di dalam perencanaan lingkungan permukiman transmigrasi dan adaptasi transmigran.
Sedangkan hypotesis penelitian ini bahwa perencanaan dan
pembangunan permukiman transmigrasi yang
mempertimbangkan konsep sosial budaya masyarakat
transmigran dan lingkungan phisik maka akan mempermudah
adaptasi transmigran di daerah baru
Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive} dilokasi Unit Permukiman Transmigrasi Marabahan, Kecamatan Marabanan, Kabupaten Barito Koala, Propinsi Kalimantan Selatan, pemilihan lokasi didasarkan atas pertimbangan : 1) Lokasi UPT Marabahan merupakan lokasi yang masih dibina (T+4) Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2) Pola jenis penempatan merupakan transmigrasi umum, 3) Transmigran berasal dari Jawa (daerah pengirim) dan transmigran
lokal/masyarakat asli (daerah penerima), 4) Merupakan UPT
« yang direncanakan untuk diserahkan pembinaanya kepada
XXIV
Untuk mencapai tujuan penelitian, dibuat kerangka konsep penelitian. Yaitu dilakukan pemahaman hubungan antara aktivitas manusia dengan lingkungan buatan, hubungan ini didekati dengan teori psikolog arsitektur Irwin Altman (1975) dengan model informasi lingkungan yang terdiri dari 3 (tiga) komponen pokok ; 1) Fenomena Perilaku Lingkungan. 2) Kelompok Karakter Pernakai. 3) Tempat/ruang (spatial) dan dasar penelitian ini juga mengikuti model Adaptasi dari Bell et all (1978) yang menjelaskan bahwa :
1. Interaksi antara manusia beserta sifat-sifat (nature of) manusia dengan lingkungan beserta berbagai macam atributnya (phisik dan non phisik) akan menimbulkan rangsang (stimulus) yang kemudian muncul reaksi (respons) manusia yaitu reaksi emosional (affect) dan tindakan aktivitas perilaku ruang (spatial) yang disebut persepsi lingkungan.
Faktor-faktor yang dapat menjadi pertimbangan persepsi ini meliputi faktor latar belakang, faktor fisik, faktor spasial/ruang dan faktor psikologi lingkungan/budaya.
2. Apabila reaksi (respons) yang terjadi masih dalam batas optimal (terkendali) maka manusia tersebut berada dalam keadaan seimbang (homeostatis), yaitu suatu keadaan yang diharapkan, sedangkan sebaliknya apabila reaksi (respons) diluar batas optimal (tidak terkendali) maka akan terjadi stress yang selanjutnya diikuti dengan perilaku penyesuaian (coping) dan apabila penyesuaian berhasil maka akan terjadi adaptast/adjustment, sebaliknya apabila tidak berhasil akan terjadi stress
h^rlanii it-
"
Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2001
T176
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdan Harun
"Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur, merata materil dan sprituil, serta telah di laksanakan baik di desa maupun di kota. Pelaksanaan pembangunan tersebut seyogianya tidak hanya bersifat fisik saja tetapi harus dilaksanakan juga pembangunan yang bersifat non fisik dalam hat ini adalah bahwa setiap program pembangunan tersebut harus dilakukan upaya pemberdayaan masyarakat.
Dalam pelaksanaan Program Pemugaran Perumahan dan Lingkungan Desa Terpadu yang ada di Kota Pontianak, peran Community Worker sebagai kader pembangunan sangat panting untuk menggantikan peran kader pembangunan yang ada di Kelurahan, pelaksanaan peran tersebut tidak dapat dilakukan secara efektif.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi efektifitas peran Community Worker yang terdiri dari faktor internal 'Community Worker yaitu motivasi dan niat, faktor kemampuan dan keterampilan Community Worker, faktor kerjasama (masyarakat), serta faktor kebijakan Pemerintah yang meliputi faktor sosialisasi program yang bersamaan dengan turunnya bantuan dan kebijakan Pemerintah yang bersifat top down menempatkan masyarakat hanya sebagai penerima pembangunan. Ada dua aspek yang diteliti, yaitu efektifitas peran Tenaga Penggerak Masyarakat dalam Program Pemugaran Perumahan dan Lingkungan Desa terpadu, serta faktor-faktor yang mempengaruhi efektifitas peran Community Worker. Pada efektifitas Peran Community Worker penelitian ini mencoba mendeskripsikan dan menganalisa pelaksanaan peran Community Worker di dalam Program Pemugaran Perumahan dan Lingkungan Desa Terpadu, sedangkan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi peran Community Worker.
Penelitian yang dilaksanakan di Kota Pontianak merupakan penelitian melalui pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analitis Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi serta melalui wawancara terhadap 13 informan, selain itu juga di dukung oleh pendekatan kuantitatif dengan penyebaran kuesioner kepada 30 responden.
Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan peran Community Worker di dalam Program Pemugaran Perumahan dan Lingkungan Desa Terpadu tidak dapat dilakukan secara efektif, Community Worker yang ada ditunjuk oleh Pemerintah Kota dan bukan pilihan masyarakat, selain itu tidak disediakannya dana operasional bagi mereka untuk melaksanakan perannya, yang mengakibatkan belum terlaksananya peran dengan baik dan lancar.
Pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah agar tidak mengabaikan upaya pemberdayaan masyarakat, selain itu dalam pelaksanaan pembangunan hendaknya melalui pendekatan partisipatoris artinya dimulai dari masyarakat yang mengetahui tentang sistem kehidupan mereka sendiri dengan menganut sistem pembangunan yang berpusat pada rakyat (people centered development).
Selanjutnya agar peran Community Worker dapat dilaksanakan secara efektif Pemerintah Kota seharusnya menyerahkan kepada masyarakat untuk menentukan pilihannya terhadap Community Worker yang sesuai dengan keinginannya, disamping itu perlu dukungan dana bagi kegiatan operasional Community Worker."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T2352
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dharma Kalsuma
"Batubara merupakan suatu campuran padatan yang heterogen dan terdapat di alam dalam tingkat/grade yang berbeda dari lignit, subbitumine, antrasit. Batubara cukup banyak ditemukan di Indonesia, seperti di Sumatera, Kalimantan, dan Papua. Potensi sumber daya alam, berupa tambang batubara, yang terdapat di Kalimantan Selatan cukup besar dengan kualitas yang baik, serta keberadaannya hampir menyebar di seluruh Kabupaten. Berdasarkan data dari Indonesian Coal Mining Assosiation pada tahun 2001, cadangan batubara Kalimantan selatan yang terukur (pasti) adalah 2,428 milyar ton, dan yang terindikasi sekitar 4,101 milyar ton. Sehingga paling tidak sampai saat ini terdapat cadangan batubara yang sudah ditemukan sebesar 6,529 milyar ton. Kebutuhan akan batubara yang meningkat, tetapi tidak diimbangi dengan luasan area penambangan dengan inilah terjadi pembukaan lahan untuk menambang yang terindentifikasikan sebagai area PETI. Pada tahun 2007 ditemukan aktifitas PETI yang terjadi tidak hanya di luar konsesi tambang, tetapi juga terdapat di dalam konsesi tambang. Hasil penambangan itu pun terdistribusi melalui transportasi darat dengan menggunakan truck truck yang setiap harinya lalu lalang melalui jalan arteri.
Hasil temuan selama identifikasi langsung di daerah penelitan, bahwa ditemukan 16 titik lokasi PETI di Kalimantan Selatan. Dari hasil pengolahan hasil identifikasi langsung, didapatkan dua karakteristik PETI, yaitu PETI Padat Modal dan PETI Padat Karya. Sebaran PETI di Kalimantan Selatan yang masuk ke dalam kelompok jenis PETI padat modal terdapat di bagian barat pegunungan Meratus yaitu sebanyak 7 titik, tersebar pada Kabupaten Banjar, Hulu Sungai Utara, Hulu Sungai Tengah, dan Hulu Sungai Selatan; sedangkan pada bagian timur pegunungan Meratus baik PETI padat karya dan PETI padat modal kedudukannya relatif seimbang, sebarannya terdapat pada Kabupaten Tanah Bumbu dan Tanah Laut. Karakteristik lokasi PETI yang berada di dalam konsesi tambang dan keberadaanya jauh dari jalan arteri merupakan PETI padat modal, sedangkan PETI yang berada di luar konsesi tambang dan keberadaanya dekat dengan jalan arteri merupakan PETI padat karya.

Coal is a mix of heterogenic solid which can be found on earth in many different ranks such as lignite, sub-bituminous, and anthracite. Coal is found in many parts of Indonesia, spread from Sumatera, Kalimantan, to Papua. Kalimantan in particular, has quite abundance and high quality of potential natural resource especially for coal mining. It spreads evenly in every district. Based on data from Indonesia Coal Mining Association in 2001, the measured coal deposit in South Kalimantan reached 2,428 billion tons in real, and the predicted coal deposit could reach 4,101 billion tons. It indicates that 6,529 billion tons of coal deposit has been founded until now. The increasing need of coal without any expansion of mining area has evoked some exploration activities that indentified as illegal coal mining (PETI). In 2007, PETI activities have been founded not only at outsides of the coal mining concession zone but also inside of it. The coal productions are landline distributed, with trucks which pass the arterial road every single day.
The direct identifications on this research have found 16 spot of illegal coal mining (PETI) across South Kalimantan. Two types of PETI characteristic has been also detected from the findings: labor intensive PETI (PETI padat karya) and capital intense PETI (Peti padat modal). The capital intensive PETI spreads along the west side of Meratus Mountains in 7 main spots: Banjar district, Hulu Sungai Utara district, Hulu Sungai Tengah district, and Hulu Sungai Selatan district. The east side of Meratus Mountains on the other hand, has a relatively balance distribution between the labor intensive PETI and capital intense PETI, It spreads along the Tanah Bumbu district and Tanah Laut district. PETI whose area is far from arterial road and located inside of mining concession zone is commonly become the capital intense type. On the other hand, PETI whose area is near from arterial road and located outside of mining concession zone is typically become the labor intensive type.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S34075
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S6299
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>