Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 180932 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Luminta, Ferdinand Inno
"Skabies adalah infestasi parasit yang berkaitan erat dengan perilaku kebersihan seorang individu dan daerah dengan populasi padat seperti pondok pesantren. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara infestasi skabies dengan tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan tentang pencegahan skabies, dan apakah siswa pesantren tersebut pernah mendapatkan informasi tentang skabies sebelum mereka masuk ke dalam pesantren.
Penelitian cross-sectional ini dilakukan di sebuah pesantren di Jakarta Timur. Data diambil pada tanggal 8 Maret 2014. Siswa pesantren tersebut dibagikan kuesioner yang memuat informasi tentang tingkat pendidikan, apakah mereka pernah menerima informasi tentang skabies, dan lima buah pertanyaan tentang pencegahan skabies. Nilai dari pertanyaan tersebut akan dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu baik, sedang, dan buruk. Data diolah menggunakan SPSS versi 20 dan dianalisa menggunakan uji chi-square.
Kemudian didapatkan bahwa dari 117 siswa, 43 (36.8%) didiagnosa dengan skabies. Dari 43 siswa yang didiagnosa scabies tersebut didapatkan bahwa 74.4% dari mereka merupakan siswa madrasah tsanawiyah. Selain itu, 37.2% merupakan siswa yang memiliki pengetahuan tentang pencegahan skabies buruk dan 62.8% dari mereka tidak pernah menerima informasi sebelumnya tentang skabies. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara skabies dan tingkat pendidikan siswa; namun didapatkan bahwa ada hubungan antara skabies dengan tingkat pengetahuan siswa dan jika siswa telah pernah mendapatkan informasi mengenai skabies sebelum masuk pesantren.

Scabies is a parasitic infestation that is associated with poor personal hygiene and over-crowding area such as boarding school. This study aims to look into the association between students’ level of knowledge on scabies prevention, education, and if they ever had any information on scabies prior to entering boarding school.
This cross sectional study was conducted in an Islamic boarding school (pesantren) located in East Jakarta. Data was collected in March 8th, 2014. Students were given a questionnaire that consisted of their education level, whether they have had any information on scabies before entering pesantren, and five questions on scabies prevention that will be scored and grouped into three categories (good, moderate, poor). Data was processed using SPSS version 20 and analyzed using chi-square test.
It was revealed that out of 117 students, 43 students (36.8%) were diagnosed of having scabies. Among the 43 scabies students, 74.4% were from madrasah tsanawiyah. Furthermore, 37.2% of the scabies students have poor level of knowledge and 62.8% of them have never received any information about scabies prior to them entering pesantren. There is no significant difference between scabies infestation and students’ level of education; however, it was revealed that there is an association between scabies infestation and students’ level of knowledge and if students have ever getting information regarding scabies before entering pesantren.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ervandy Rangganata
"ABSTRACT
Skabies merupakan penyakit kulit menular akibat infestasi dan sensitisasi terhadap tungau Sarcoptes scabiei varian hominis. Skabies biasanya menginfeksi lingkungan padat penduduktingkat sosial ekonomi dan hygiene rendah, contohnya pesantren. Prevalensi skabies di pesantren di Jakarta tergolong tinggi (78,7%). Gejala skabies dalam tahap lanjut dapat mengganggu kegiatan belajar santri. Tingkat pengetahuan yang baik mengenai pencegahan skabies diharapkan dapat mengubah pola, sikap, dan perilaku santri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan mengenai pencegahan skabies dan hubungannya dengan karakteristik demografi santri meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah sumber informasi, dan sumber informasi yang paling berkesan. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menggunakan desain penelitian studi potong lintang. Santri diberikan kuesioner mengenai sebaran karakteristik demografi mereka dan pengetahuan mengenai pencegahan skabies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa santri yang berpengetahuan baik sebanyak 9,29%, sedang sebanyak 8,57%, dan kurang mencapai 82,14%. Pada uji chi-square didapatkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna (p>0,05) antara tingkat pengetahuan mengenai pencegahan skabies dengan usia (p=0,181), jenis kelamin (p=0,605), tingkat pendidikan (p=0,186), dan sumber informasi yang paling berkesan (p=0,697). Uji Kolmogorov-Smirnov memberikan hasil bahwa tidak ada perbedaan bermakna (p>0,05) antara tingkat pengetahuan dengan jumlah sumber informasi (p=0,999).Santri tinggal dalam ligkungan yang sama dan belajar di tempat yang sama pula. Hal tersebut dapat menyebabkan tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan santri mengenai pencegahan skabies dengan karakteristik demografi santri yang meliputi usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah sumber informasi, dan sumber informasi yang paling berkesan.

ABSTRACT
Scabies is a contagious skin disease which is caused by Sarcoptes scabiei mite. Scabies usually infects lower socio-economics group with dense population and people who live in environment with poor hygiene, such as boarding school. Scabies prevalence at boarding school in Jakarta remains high (78,7%). The symptoms occured bother students? learning activities. Good knowledge about scabies prevention may change the behavior of the students. This research aims to know knowledge level of scabies prevention among boarding students and its association to their demographic characteristics in order to be used as a reference for health promotion. Regarding the goals of this research, this research used cross-sectional study by giving a questionnaire consisting demographic characteristics and questions about scabies prevention to the students.This research shows that the percentage of students who have good knowledge about scabies prevention is 9,29%, while the fair is 8,57% and poor reaches 82,14%. Using chi-square analysis, it is known that there is no significant association (p>0,05) between knowledge level of scabies prevention with age (p=0,181), gender (p=0,605), educational level (p=0,186), and the most memorable information source (p=0,697). Kolmogorov-Smirnov analysis shows that there is no significant association (p>0,05) between knowledge level with number of information sources gotten (p=0,999). Students live in the same environment and learn in the same place. It may cause there is no significant association between knowledge level of scabies prevention among boarding school students with their demographic characteristics including age, gender, educational level, number of information sources, and the most memorable information source.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuniar Sarah Ningtiyas
"Skabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei.Prevalensi skabies di pesantren padat penghuni di Jakarta tergolong tinggi (78,7%). Di Jakarta Timur, terdapat pesantren dengan kepadatan santri yang tinggi dan fasilitas sanitasi terbatas sehingga perlu diberikan penyuluhan mengenai skabies sebagai upaya preventif. Agar penyuluhan memberikan hasil yang baik, penyuluhan harus sesuai tingkat pengetahuan dan karakteristik demografi santri. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat pengetahuan santri mengenai pengobatan skabies dan hubungannya dengan karakteristik santri.
Penelitian dilakukan di Pesantren X, Jakarta Timur dengan desain cross-sectional. Data diambil tanggal 22 Januari 2011 dengan memberikan kuesioner berisi pertanyaan mengenai pengobatan skabies kepada semua santri. Data diolah dengan program SPSS versi 11,5 dan dianalisis dengan uji chi-square dan Kolmogorov-Smirnov. Hasilnya menunjukkan santri yang memiliki tingkat pengetahuan baik 8 orang (5,7%), cukup 33 orang (23,6%), dan pengetahuan rendah 99 orang (70,7%).
Tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan dengan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, informasi yang paling berkesan (Kolmogorov-Smirnov, p>0,05), dan jumlah informasi (chi square= 0,895) Disimpulkan tingkat pengetahuan mengenai pengobatan skabies umumnya tergolong rendah dan tidak berhubungan dengan usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah informasi, dan informasi yang paling berkesan.

Scabies is a skin disease caused by infestation and sensititation of parasite named Sarcoptes scabiei. The prevalence of scabies is high in crowded areas like pesantren in Jakarta (78.7%). In an effort to prevent scabies, health promotion and screening the level of knowledge about treatment of scabies are needed. The purpose of study was to determine whether there is an association between level of knowledge about treatment of scabies with the demographic characteristic of students.
This cross-sectional study was held in Pesantren X, East Jakarta on January 22, 2011, using questionnaires which given out to all the students. Data were processed using SPSS version 11.5 and analyzed using chi-square test and Kolmogorov-Smirnov test. The results showed that students with good level of knowledge were 8 students (5.7%), fair 33 students (23.6%), and poor 99 students (70.7%).
There was no significant difference (Kolmogorov-Smirnovp> 0.05) between levels of knowledge about treatment of scabies with students’ age, sex, grades, the most impressive information, and there was also no significant difference (chi-square = 0.895) with the number of information. It was concluded that the level of knowledge was not associated with students’ age, sex, grades, the most impressive information, and the number of information.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andre Eltapama Landika
"Skabies adalah penyakit kulit yang sering terjadi di pesantren. Untuk mencegah skabies, santri perlu diberikan pengetahuan mengenai penularan dan pencegahannya. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan santri mengenai penularan dan pencegahan skabies. Desain penelitian adalah pre-post study. Data diambil tanggal 10 Juni 2012 menggunakan kuesioner berisi 10 pertanyaan tentang penularan dan pencegahan skabies. Data diolah menggunakan SPSS versi 20 dan dianalisis dengan uji chi-square dan marginal homogeneity. Hasilnya menunjukkan jumlah responden 181 orang; terbanyak pada usia ≤ 15 tahun (64,6%), laki-laki (60,8%) dan pendidikan tsanawiyah (60,8%), informasi skabies dari 3 sumber informasi (43,1%) dengan sumber informasi paling berkesan adalah dokter (76,8%). Sebelum penyuluhan tentang penularan 30,9% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 47,5% sedang, dan 21,6% berpengetahuan kurang. Setelah penyuluhan 56,3% berpengetahuan baik, 39,8% sedang, dan 3,9% berpengetahuan kurang. Sebelum penyuluhan tentang pencegahan 32,6% responden berpengetahuan baik, 48,6% dan 18,8% berpengetahuan kurang. Setelah penyuluhan 60,8% memiliki pengetahuan baik, 32,6% sedang, dan 6,6% berpengetahuan kurang. Sebelum penyuluhan, tingkat pengetahuan berhubungan dengan umur, tingkat pendidikan, dan jumlah sumber informasi (p<0,05). Uji marginal homogeneity terdapat perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,05). Disimpulkan penyuluhan efektif meningkatkan pengetahuan responden mengenai penularan dan pencegahan skabies.

Scabies is skin disease that often occurs in Pesantren. To prevent scabies, students should be given the health promotion about the transmission and prevention of scabies. This study was needed to determine the effectiveness of health promotion in improving students? knowledge about the transmission and prevention of scabies. This study?s design was a pre-post study. Data was taken on June 10th, 2012 using a questionnaire containing 10 questions about scabies. The data processed using SPSS version 20 and analyzed using chi-square and marginal-homogeneity test. The results from 181 people show; highest at age ≤15 years (64.6%), male (60.8%) from tsanawiyah (60.8%), and from 3 sources of information (43.1%) with doctor as the most memorable source (76.8%). Before health promotion about transmission, 30.9% had good knowledge, 47.5% moderate, and 21.6% was poor. After health promotion 56.3% had good knowledge, 39.8% and 3.9% was poor. Before health promotion about prevention, 32.6% of respondents had good knowledge, 48.6% and 18.8% was poor. After health promotion 60.8% had good knowledge, 32.6% and 6.6% was poor. Before health promotion was held, knowledge level is related to age, education level, and number of sources (p<0.05). Marginal-homogeneity test found significant differences in knowledge level before and after health promotion (p<0.05)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aga Krisnanda
"Skabies adalah penyakit kulit akibat parasit yang banyak terdapat di pesantren dan sangat menurunkan produktivitas santri. Oleh karena itu, pengetahuan santri terhadap skabies harus ditingkatkan agar waspada terhadap skabies. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi efek penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan santri pesantren X, Jakarta Timur mengenai pencegahan skabies. Penelitian ini menggunakan desain pre-post study. Data diambil pada tanggal 22 Januari 2011 dengan membagikan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai pencegahan skabies kepada 140 santri pesantren X, Jakarta timur. Hasilnya menunjukkan, responden terbanyak berusia ≤ 15 tahun (56,4%), laki-laki (57,9%), madrasah tsanawiyah (51,4%), informasi skabies dari tiga sumber informasi (36,4%), paling berkesan dari dokter (62,8%). Didapatkan, 82,1% santri memiliki tingkat pengetahuan kurang dan 9,3% santri memiliki tingkat pengetahuan baik sebelum penyuluhan dan tingkat pengetahuan tersebut tidak berbeda bermakna dengan karakteristik responden (chi square/Kolmogorov-Smirnov, p>0,05). Sesudah penyuluhan, jumlah santri yang tingkat pengetahuannya kurang 33,6% sedangkan yang berpengetahuan baik 45,7%. Tingkat pengetahuan tersebut tidak berhubungan dengan karakteristik responden (chi square, p>0,05) tetapi berhubungan dengan sumber informasi paling berkesan (chi square, p<0,05). Uji marginal homogeneity menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada tingkat pengetahuan santri mengenai pencegahan skabies antara sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,001). Disimpulkan tingkat pengetahuan santri mengenai pencegahan skabies tidak berhubungan dengan karakteristik responden tetapi dipengaruhi penyuluhan.

Scabies is skin disease prevalent among pesantren students, thus lowering productivity of infested students. Therefore, students’ knowledge against scabies should be improved to increase their awareness of the disease. This study was conducted to know the influence of scabies health promotion on scabies prevention knowledge level of pesantren X, East Jakarta students. Data of this pre-post study was taken on January 22, 2011 through questionnaire about scabies prevention from 140 pesantren X students. Results showed most students were ≤15 years old (56,4%), male (57,9%), tsanawiyah (51,4%), having three information sources on scabies (36,4%), choosing doctor as the best information source (62,8%). Before health promotion, there were 82.1% students who had poor knowledge, 9.3% good and the knowledge level wasn’t significantly related to their characteristic (chi square/Kolmogorov-Smirnov, p>0,05). After health promotion, students who had poor knowledge 33.6% while the good ones 45.7%. The knowledge wasn’t significantly related to their characteristic (chi square, p>0,05) but their best information source was (chi square, p<0,05). Marginal homogeneity test showed significant difference of students’ knowledge level on scabies prevention before and after health promotion (p<0.001). In conclusion, scabies prevention knowledge level of the students wasn’t related to their characteristic but was influenced by health promotion."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amajida Fadia Ratnasari
"Skabies merupakan penyakit kulit yang banyak ditemukan di lingkungan padat hunian seperti pondok pesantren. Karakteristik santri diduga berperan terhadap kejadian skabies. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi skabies dan hubungannya dengan jenis kelamin dan tingkat pendidikan santri Pesantren X, Jakarta Timur. Penelitian menggunakan desain cross-sectional dan data diambil pada tanggal 10 Juni 2012 dengan melakukan anamnesis dan pemeriksaan dermatologi terhadap semua santri (192 orang). Data diolah menggunakan program SPSS versi 20.0 dan dianalisis dengan uji chi square.
Hasil penelitian menunjukkan prevalensi skabies 51,6% (laki-laki 57,4% dan perempuan 42,9%; tsanawiyah 58,1% dan aliyah 41,3%) dengan lokasi lesi skabies terbanyak di bokong (33,8%) dan di sela-sela jari tangan (29,2%). Uji chi square menunjukkan perbedaan bermakna pada prevalensi skabies berdasarkan jenis kelamin (p=0,048) dan tingkat pendidikan (p=0,023). Disimpulkan prevalensi skabies di Pesantren X, Jakarta Timur adalah 51,3% dan berhubungan dengan jenis kelamin dan tingkat pendidikan.

Scabies is a common skin disease, especially in crowded places, like pesantren. Characteristics of the students there are believed to be associated with scabies. The purpose of this study was to determine the prevalence of scabies and its association with gender and education level of students Pesantren X, East Jakarta. This cross sectional study was conducted on June 10, 2012 by performing anamnesis and dermatology examination to all students (192 students). Data are managed with SPSS version 20.0 and analyzed with chi square test.
The results showed that the prevalence of scabies was 51,3% (male 57,4% and female 42,9%; education level tsanawiyah 58,1% and aliyah 41,3%). Most lesions are found in buttocks (33,8%) and interdigital space of the hand (29,2%). Chi square test have shown significant difference between the prevalence of scabies with gender (p=0,048) and educational level (p=0,023) of the students. In conclusion, the prevalence of scabies in Pesantren X, East Jakarta is 51,3% and there is association between the prevalence of scabies with gender and educational level of the students.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aslambotilangih
"Skabies merupakan penyakit kulit yang banyak terdapat di pesantren. Santri yang menderita skabies merasakan gatal di telapak, sela jari, pergelangan tangan, dan tempat predileksi lainnya terutama pada malam hari sehingga prestasinya menurun. Oleh karena itu skabies perlu diberantas dan santri perlu diberikan penyuluhan mengenai skabies lalu dievaluasi. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2011. Metode yang digunakan adalah pre-post study. Responden diambil secara total sampling, sebanyak 140 orang. Hasilnya menjukkan sebaran responden terbanyak pada kelompok usia ≤ 15 tahun (56,4%), sebagian besar laki-laki (57,9%) dan tingkat pendidikan Tsanawiyah (51,4%). Responden paling banyak mendapatkan informasi tentang skabies dari 3 sumber informasi (36,4%) dengan sumber informasi paling berkesan dari dokter (62,8%). Sebelum penyuluhan, sebanyak 2,9% responden memiliki tingkat pengetahuan baik, 71,4% berpengetahuan sedang, dan 25,7% berpengetahuan kurang. Setelah penyuluhan, sebanyak 28,6% memiliki tingkat pengetahuan baik, 44,3% berpengetahuan sedang, dan 27,1% berpengetahuan kurang. Uji chi-square dan Kolmogorov-Smirnov menunjukkan tingkat pengetahuan responden tidak berhubungan dengan usia, jenis kelamin, sumber informasi, dan sumber informasi paling berkesan sebelum dan setelah penyuluhan (p>0,05). Uji marginal homogeneity menunjukkan hubungan bermakna antara tingkat pengetahuan santri sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,05). Kesimpulannya adalah tingkat pengetahuan responden mengenai penularan skabies tidak dipengaruhi oleh karakteristik namun dipengaruhi oleh penyuluhan.

Scabies is prevalent among students of pesantren as skin disease. Students who are infected with scabies feel itch in palms, fingers, wrists, and other predilection place especially at night. That condition can decrease student?s achievement . Therefore scabies should be eradicated and students should be given health promotion about scabies and than evaluated. This research was was pre-post studies method. Data was collected on January 22, 2011 with total sampling. Total respondent was 140 students. Result of the study showed distribution of respondent in <15 years (56.4%), mostly male (57.9%), and education level of Tsanawiyah (51.4%). Most respondents took information from 3 sources (36.4%) with the most trace source from a doctor (62.8%). Before health promotion, 2.9% of respondents had good level of knowledge, 71.4% were enough, and 25.7% were less. After health promotion, 28.6% respondents had a good level of knowledge, 44.3% were enough, and 27.1% were less.The chi-square and Kolmogorov-Smirnov tests showed the level of knowledge of respondents was not relate with age, gender, source of information, and the most impressive source of information (p>0.05). The marginal homogeneity tests showed that there was a significant relationship between level of the knowledge before and after health promotion. In conclusion the level of the knowledge of students about transmission of scabies were not influented with their characteristic but related with health promotion."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fachrul Tamrin
"Pesantren merupakan salah satu tempat dengan prevalensi skabies yang cukup tinggi. Dengan demikian, perlu dilakukan peningkatan pengetahuan santri dalam upaya pemberantasan skabies. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan santri pesantren X, Jakarta Timur mengenai pengobatan skabies. Desain penelitian ini adalah pre-post study. Pengambilan data dilakasanakan pada tanggal 22 Januari 2011 dengan menggunakan kuesioner yang berisikan pertanyaan mengenai pengobatan skabies kepada 140 sampel (santri) pesantren X, Jakarta timur. Dari data statistik diperoleh hasil, responden terbanyak berusia ≤ 15 tahun (56,4%), laki-laki (57,9%), madrasah tsanawiyah (51,4%), informasi diperoleh dari 3 sumber informasi (36,4%), informasi dari dokter merupakan informasi yang paling berkesan (62,8%). Sebelum penyuluhan terdapat 70,7% santri dengan tingkat pengetahuan kurang, 5,7% santri dengan tingkat pengetahuan baik dan tingkat pengetahuan tidak berhubungan dengan karakteristik responden (chi square, p>0,05). Sesudah penyuluhan, jumlah santri dengan tingkat pengetahuan kurang 55% sedangkan santir dengan tingkat pengetahuan baik 8,6%. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan karakteristik responden (Kolmogorov-Smirnov, p>0,05). Pada uji marginal homogeneity diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan santri mengenai pengobatan skabies sebelum dan sesudah penyuluhan (p<0,05). Disimpulkan bahwa penyuluhan mempengaruhi tingkat pengetahuan responden mengenai pengobatan skabies.

Scabies is a skin disease that is prevalent among pesantren students. Scabies is very disturbing thus lowering productivity of the infested students. Therefore, scabies must be eradicated by increasing the level of kowledge students. The purpose of this study is to know the influence of scabies health promotion on the knowledge level of scabies treatment of pesantren X, East Jakarta students. Method of the research was pre-post study. Data was conducted on January 22, 2011 by distributed questioner about scabies treatment for 140 students of Pesantren X, East Jakarta. Statistic test showed distribution of respondents <15 years (54.6%), male (57.9%), Tsanawiyah (51.4%). Most respondents got information about scabies from 3 sources (36.4%) with the most impressive source from a doctor (62.8%). Before health promotion, 70.7% respondents had less level of knowledge and 5.7% respondent had good level of knowledge and the level of knowledge was not relate with characteristic respondents (chi square, p>0.05). After health promotion, 55% respondents had less level of knowledge and 8.6% had good level of knowledge and the level of knowledge was not relate with characteristic respondents (Kormogolov-Smirnov, p>0.05). Marginal homogeneity test showed that there is significant relationship between health promotion with level of know ledge about scabies treatment (p<0.05). In conclusion, the scabies treatment knowledge level of the students is not influenced by characteristic but it is influenced by health promotion."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titin Dani Martiwi
"Skabies merupakan penyakit kulit yang banyak ditemukan di pesantren dengan gejala rasa gatal yang hebat sehingga mengganggu aktivitas santri. Untuk itu perlu dilakukan pengobatan serentak yang diikuti penyuluhan sebagai upaya pencegahannya.
Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan santri mengenai gejala klinis skabies di pesantren X, Jakarta Timur. Desain penelitian ini adalah pre-post study menggunakan teknik total sampling sejumlah 140 orang. Pengambilan data pada tanggal 22 Januari 2010 dengan cara responden mengisi kuesioner mengenai gejala klinis skabies sebelum dan sesudah penyuluhan.
Hasilnya menunjukkan 56,4% berusia <15 tahun, 57,9% laki-laki, 51,4% santri tsanawiyah, 36,4% santri mendapatkan sumber informasi kurang sama dengan tiga, dan 62,8% menyatakan dokter sebagai sumber informasi paling berkesan. Sebelum penyuluhan, 2,9% santri tingkat pengetahuannya tergolong baik dan 71,4% kurang. Setelah penyuluhan 28,6% santri tingkat pengetahuannya tergolong baik dan 27,1% kurang.
Uji marginal homogeneity menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan (p<0,001). Uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan responden sebelum penyuluhan dengan karakteristik santri (p>0,05). Uji Chi-Square menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna antara tingkat pengetahuan responden setelah penyuluhan dengan karakteristik santri (p>0,05).
Disimpulkan tingkat pengetahuan santri mengenai gejala klinis skabies tidak dipengaruhi karakteristik santri, namun dipengaruhi penyuluhan.

Scabies is skin disease that cause severe itching that disrupts activity of students in pesantren. For that we need to concurrent treatment and health promotion followed as prevention efforts.
The research objective is to determine the effect of education on the level of knowledge for students about the clinical manifestation of scabies. This pre-post study were taken using total sampling(140). Data is collected on January 22, 2010 by respondents fill out questionnaires before and after health promotion.
The results before health promotion showed 2,9% of students classified as good levels of knowledge and 71.4% less. After the health promotion 28,6% students classified as good and 27,1% less. Marginal homogeneity test showed there were significant differences between the level of knowledge before and after health promotion (p<0.001).
Kolmogorov-Smirnov test showed no significant differences between respondents level of knowledge before education with their characteristic. Chi-Square test showed no significant differences between respondents level of knowledge after health promotion with their characteristic.
It was concluded that the students’s knowledge level about clinical manifestation of scabies didn’t influenced by their characteristic, but influenced by the health promotion.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sianturi, Indra Riyadi
"Latarbelakang: Skabies merupakan penyakit kulit yang paling sering terjadi pada anak-anak di lingkungan padat seperti penghuni asrama. Sebagai bagian dari studi berkelanjutan, penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan skabies dengan perilaku hidup bersih (PHB) pada siswa laki-laki di sebuah pesantren di Jakarta Timur.
Method: Penelitian cross-sectional ini dilakukan pada tanggal 8 Maret 2014 dan semua siswa dijadikan subyek penelitian (total sampling). Diagnosis skabies dilakukan dengan anamnesis dan pemeriksaan dermatologis. Data PHB diambil dengan kuesioner yang berisi 10 pertanyaan mengenai PHB. Pertanyaan diberi skor 0 untuk perilaku buruk dan 1 untuk perilaku baik. Analisis data dilakukan dengan uji chi square.
Hasil: Hasilnya menunjukkan prevalensi skabies adalah 36% dan PHB yang baik 3.4% dan buruk adalah 32.8%. Terdapat perbedaan signifikan antara PHB dan scabies (p=0.008).
Kesimpulan: Disimpulkan, kebersihan pribadi berhubungan dengan skabies.

Background: Scabies is a skin disease that is commonly affecting children in dense environments such as boarding occupants. As part of the continuous study, this research aims to study the relationship of scabies with personal hygienic practices (PHB) in the male students in a boarding school in East Jakarta.
Method: This cross-sectional study was conducted on March 8, 2014, and all students were the subjects of study (total sampling). Diagnosis of scabies was done with history taking and dermatological examination. PHB data was taken with a questionnaire containing 10 questions regarding the personal hygienic practices. The question was given a score of 0 to 1 for bad behavior and good behavior. Data were analyzed by chi square test.
Result: The results showed the prevalence of scabies was 36%, with 3.4% of good personal hygienic practices and 32.8% had poor personal hygienic practices. There are significant differences between the PHB and scabies (p = 0.008).
Conclusion: In conclusion, personal hygiene associated with scabies.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>