Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 195042 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Gustin Candra Devi
"IMS (Infeksi Menular Seksual) merupakan kelompok penyakit pada genital yang ditularkan melalui hubungan seksual. Salah satu jenis IMS yang paling sering adalah trikomoniasis vaginalis dan sifilis setelah gonore dan kandidiasis.Infeksi ini dapat terjadi sebagai infeksi tunggal maupun bersamaan dengan IMS lain pada seorang individu. IMS dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pekerjaan, pendidikan, dan jenis kontrasepsi. Di Indonesia, prostitusi merupakan salah satu jalur penyebaran IMS yang paling dominan dimana 67% PSK (Pekerja Seks Komersial) tercatat terinfeksi IMS. PSK sebagai salah satu komponen didalamnya, memiliki faktor risiko yang tinggi untuk terinfeksi.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara trikomoniasis vaginalis dan sifilis pada PSK serta hubungannya dengan faktor usia, tingkat pendidikan, dan jenis kontrasepsi yang digunakan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan data sekunder mengenai IMS pada PSK yang dikumpulkan di Puskesmas Kuningan, Kuningan, Jawa Barat.
Penelitian ini menunjukkan bahwa 50% subjek yang positif trikomoniasis vaginalis juga sifilis. Berdasarkan uji chi-square tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara infeksi trikomoniasis vaginalis dan sifilis (p>0,001). Selain itu, faktor usia ditemukan memiliki hubungan yang bermakna dengan trikomoniasis vaginalis juga sifilis (p<0,001) sedangkan faktor tingkat pendidikan (p=0,484) dan jenis kontrasepsi (p=0,084) tidak memiliki hubungan yang bermakna. Berdasarkan hasil tersebut, wanita usia reproduktif pada berbagai tingkat pendidikan dan jenis kontrasepsi yang digunakan, dapat mengalami trikomoniasis vaginalis dan koinfeksi sifilis.

STD (Sexual Transmitted Disease)is a group of genital disease which is distributed by sexual course. Trichomoniasis vaginalis (15,1%) and siphylis (8,7%) are the most common kind of STD after gonore and candidiasis. This infection can be manifestated as single infection or combination with another kind of STD in one person. IMS can be influenced by many factors such as age, education, and contraception. In Indonesia, prostitution is the most common way of STD distribution where 67% of FSW (Female Sex Workers) are infected. FSW as an important component of prostitution have high risk to be infected.
Therefore, this study aimed to understand the association between trichomoniasis and siphylis in FSW also its association with age, education, and contraception used. This study used cross-sectional design with secondary entry about STD among FSW collected in Puskesmas Kuningan, Jawa Barat.
The result showed 50% FSW were positif trichomoniasis vaginalis and siphylis. The chi-square test claimed there was nosignificant association between trichomoniasis and siphylis infection (p>0,001). Beside that, age factor had significant association with trichomoniasis also siphylis coinfection but education and contraception didn't have any significant association. Due to results of this study, woman in reproductive age with different education and contraception used, could have trichomoniasis vaginalis and coinfected with siphylis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian Syahriza
"Infeksi Trichomonas vaginalis adalah infeksi menular seksual tersering oleh parasit. Berbeda dengan infeksi Neisseria gonorrhoeae yang merupakan infeksi oleh bakteri. Namun, kedua infeksi ini diperkirakan dapat melakukan koinfeksi dan terjadi secara bersamaan pada satu individu. IMS itu sendiri dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pekerjaan, pendidikan, dan jenis kontrasepsi. Pekerja Seks Komersial (PSK) memiliki faktor risiko yang tinggi untuk mengalami IMS baik itu tunggal maupun lebih dari satu jenis IMS.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara infeksi Trichomonas vaginalis dan Neisseria gonorrhoeae pada PSK serta hubungannya dengan faktor usia, tingkat pendidikan, dan jenis kontrasepsi yang digunakan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan menggunakan data sekunder mengenai IMS pada 265 PSK yang dikumpulkan di Kuningan, Kuningan, Jawa Barat.
Penelitian ini menunjukkan bahwa 27,5% subjek yang positif terinfeksi Trichomonas vaginalis dan juga Neisseria gonorrhoeae. Berdasarkan uji chi-square tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara infeksi Trichomonas vaginalis dan Neisseria gonorrhoeae (p = 0,727). Pada analisa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi Trichomonas vaginalis dan Neisseria gonorrhoeae ditemukan hubungan yang bermakna antara faktor usia dengan koinfeksi Trichomonas vaginalis dan Neisseria gonorrhoeae (p = 0,022). Sedangkan, faktor tingkat pendidikan (p = 0,123) dan jenis kontrasepsi (p = 0,388) tidak memiliki hubungan yang bermakna.
Tidak adanya hubungan yang bermakna antara infeksi T. vaginalis dan N. gonorrhoeae didukung penelitian oleh Ginocchio et al (2012). Prevalensi koinfeksi T. vaginalis dan N. gonorrhoeae ditemukan lebih banyak pada usia dibawah 30 tahun dari pada pada usia diatas 30 tahun.

Trichomonas vaginalis, a parasite, and Neisseria gonorrhoeae, a bacteri, are the most common kind of etiology that cause STD. This infection can be manifestated as single infection or combination with another kind of STD in one person, including coinfection between Trichomonas vaginalis and Neisseria gonorrhoeae. STD can be influenced by many factors such as age, education, and contraception. Female Sex Worwers (FSW) have high risk to be infected by single infection or multiple infections.
Therefore, this study aimed to understand the association between Trichomonas vaginalis and Neisseria gonorrhoeae in FSW also its association with age, education, and contraception used. This study used cross-sectional design with secondary entry about STD among 265 FSW collected in Kuningan, Jawa Barat.
The result showed 27,5% FSW were infected by Trichomonas vaginalis and Neisseria gonorrhoeae at the same time. The chi-square test claimed there was no significant association between this two infections (p=0,727) and also association with education (P=0,123) and contraception (P=0,388) used factor are no significant either. But, there is significant association between age and these coinfection by the result of the analize (P : 0,022).
This result have the same result as the research done by Ginocchio et al (2012) that there is low prevalence of coinfection between T. vaginalis and N. gonorrhoeae. We found that prevalence of coinfection of T. vaginalis and N. gonorrhoeae is higher in under 30 years old FSW than in over 30 years old FSW.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Rini Krisniati
"Trikomoniasis dan kandidiasis vulvovaginal keduanya memiliki prevalensi yang cukup tinggi. Sebanyak 75% populasi wanita pernah mengalami kandidiasis vulvovaginal setidaknya sekali seumur hidupnya. Kondisi tersebut disebabkan oleh gangguan flora normal pada vagina yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Di lain pihak, trikomoniasis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) ketiga terbanyak dengan prevalensinya pada Pekerja Seks Komersial (PSK) di Indonesia cukup tinggi yaitu sebanyak 15,1%. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara trikomoniasis dan kandidiasis vulvovaginal, serta hubungan keduanya dengan usia, kontrasepsi dan tingkat pendidikan pada PSK di Kuningan, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan menggunakan data sekunder yang dikumpulkan di Puskesmas Kuningan, Jawa Barat.
Berdasarkan uji chi-square didapatkan hubungan bermakna antara infeksi trikomoniasis dan kandidiasis vulvovaginal (p=0,009). Faktor usia ditemukan memiliki hubungan yang bermakna dengan trikomoniasis (p=0,000) tapi tidak memiliki hubungan dengan kandidiasis vulvovaginal (p=0.056). Faktor kontrasepsi berupa kondom tidak memiliki hubungan bermakna dengan trikomoniasis (p=0,18) dan kandidiasis vulvovaginal (p=0,173), begitu juga dengan (Intra Uterine Device) IUD tidak memiliki hubungan bemakna dengan trikomoniasis (p=0,3) dan kandidiasis vulvovaginal (p=0,537). Di lain pihak kontrasepsi hormonal memiliki hubungan bermakna dengan kandidiasis vulvovaginal (p=0,017), namun tidak dengan trikomoniasis (p=0,264). Tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan bermakna dengan trikomoniasis (p=0,3) maupun kandidiasis vaginalis (p=0,3).

Vulvovaginal candidiasis and Trichomonas vaginalis infection have a high prevalent among women. Nearly 75% women at least had experienced candidiasis once in their lifetime. As well as trichomoniasis which is globally ranked 3rd among all Sexual Transmitted Diseases. In FWS in Indonesia, the prevalent of STDs is about 64%, which 15,1% of it trichomoniasis . In the other hand, vulvovaginalc andidiasis is endogen infection caused by imbalance in normal vaginal flora. This study aimed to understand the association between trichomoniasis and vulvovaginal candidiasis in FSW also its association with age, education, and contraception method. This study used cross-sectional design with secondary entry about STD among FSW collected in Puskesmas Kuningan, Jawa Barat.
The chi-square test showed that there was a significant association between trichomoniasis and vulvovaginal candidiasis (p=0,009). Age factor also had significant association with trichomoniasis (p=0,000) but not with vulvovaginal candidiasis. Contraceptions such as condoms shows no significant association with vulvovaginal candidiasis (p=0,173) nor trichomoniasis(p=0,18), also Intra Uterine Device (IUD) shows no significant association with vulvovaginal candidiasis (p=0,537) nor trichomoniasis (p=0,3). Hormonal contraception shows a significant association with vulvovaginal candidiasis (p=0,017) but not with trichomoniasis (p=0,264). Education level doesn’t have significant association with vulvovaginal candidiasis (p=0,3) and trichomoniasis (p=0,3).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risqon Nafiah
"Infeksi Saluran Reproduksi (Reproductive Tract Infections) telah menjadi masalah besar kesehatan Dunia, yang meliputi berbagai penyakit pada organ reproduksi baik infeksi endogen, Infeksi Menular Seksual, ataupun iatrogenik. Angka kejadian penyakit ini semakin meningkat dan menimbulkan berbagai komplikasi, sehingga memerlukan perhatian yang lebih serius. Salah satu kelompok infeksi endogen yang banyak diderita oleh masyarakat adalah kandidiasis vulvovaginal, sedangkan kelompok Infeksi Menular Seksual yang juga banyak diderita adalah gonore. Kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi mengalami dan bahkan menularkan penyakit saluran reproduksi ini adalah PSK (Pekerja Seks Komersial), sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut pada kelompok ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kandidiasis vulvovaginal dengan gonore pada PSK, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Desain penelitian ini adalah potong lintang dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari 265 PSK dan diambil di kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan bermakna antara kandidiasis vulvovaginal dengan gonore (p=0,02). Faktor yang mempengaruhi koinfeksi kandidiasis vulvovaginal dan gonore adalah kontrasepsi hormonal (p=0,014). Sedangkan faktor-faktor lain, yaitu usia (p=0,367), tingkat pendidikan (p=0,223), serta kondom (p=0,193) tidak mempunyai hubungan yang bermakna. Diperlukan adanya edukasi dan promosi kesehatan kepada pada PSK, terutama mengenai penggunaan kontrasepsi yang benar.

Reproductive Tract Infections (RTI) present mayor health problems, which include endogenous infections, Sexually Transmitted Infections (STI), and also iatrogenic infections. These infections have increased incidence and can cause many complications, therefore we should give more concern about these infection. One of endogenous infections that has high prevalence among people is candidiasis vulvovaginal and one of Sexually Transmitted Infections that also has high prevalence is gonorrhoeae. Female Sex Workers (FSW) has higher risk to suffer and also spread RTI because they have multiple sex-partner.
This study aims to find out relationship between candidiasis vulvovaginal and gonore among FSW and other associated factors. A cross-sectional study was used on a secondary data collected from 265 FSW in Kuningan, Jawa Barat. The result showed that there was significant relationship between candidiasis vulvovaginal and gonorrhoeae (p=0,02). Factor that has significant relationship with coinfection between candidaisis vulvovaginal and gonorrhoeae is hormonal contraception (p=0,014). Whereas other factors including age (p=0,367), educational level (p=0,223), and condom (p=0,193) didn’t have any significant relationship. FSW should get health education and promotion, especially about using contraception.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisa Melita Arviany
"Belakangan ini, Trichomonas vaginalis, salah satu etiologi infeksi menular seksual tersering, ditemukan berperan sebagai indikator untuk agen etiologi lainnya, termasuk Chlamydia trachomatis. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu apakah terdapat hubungan bermakna antara infeksi Trichomonas vaginalis dengan Chlamydia trachomatis pada pekerja seks komersial di Kuningan, Jawa Barat sehingga pemeriksaan infeksi Trichomonas vaginalis dapat dijadikan sebagai indikator untuk infeksi Chlamydia trachomatis dan faktor-faktor apa sajakah yang berpengaruh terhadap kedua infeksi tersebut. Penelitian dengan desain cross sectional ini dilakukan pada 265 sampel. Dengan uji chi square didapatkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara infeksi Trichomonas vaginalis dengan Chlamydia trachomatis (p=0,213). Maka, dapat dikatakan bahwa infeksi Trichomonas vaginalis tidak dapat dijadikan indikator untuk infeksi Chlamydia trachomatis. Faktor tingkat pendidikan (p=0,161) dan jenis kontrasepsi (p=0,878) ditemukan tidak memiliki hubungan bermakna dengan kedua infeksi tersebut. Sebaliknya, dengan faktor usia ditemukan bermakna (p=0,004). Maka, dapat disimpulkan bahwa pada PSK dengan tingkat pendidikan dan jenis kontrasepsi apapun kedua infeksi ini dapat terjadi, sedangkan ada kelompok usia tertentu yang lebih rentan untuk terinfeksi.

Lately, Trichomonas vaginalis, one of the most common sexual transmitted disease etiologic agent, is found as an indicator for the others, including Chlamydia trachomatis. This study aims to understand the relationship between Trichomonas vaginalis and Chlamydia trachomatis infections in commercial sex workers in Kuningan, Jawa BaratsoTrichomonas vaginalis infection examination can be used as an indicator for Chlamydia trachomatis infection and which factors influencing both of the infections. This cross sectionalstudy was being done in 265 samples. With chi square test it can be concluded that there is no significant relationship between Trichomonas vaginalis and Chlamydia trachomatis infections (p=0.213). Hence, Trichomonas vaginalis infection can't be used as an indicator for Chlamydia trachomatis infection. Education level (p=0.161) and contraception method (p=0.878) showed no significant relationship with these two infections. In contrast, age factor did (p=0.004). Therefore, in commercial sex workers of any education level and contraception method these two infections can occur, meanwhile there is a specific age group in which these two infections more likely to occur.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Wijayanti
"Sekitar 180 juta kasus trikomoniasis terjadi di seluruh dunia setiap tahun. Sepertiga populasi wanita mengalami vaginosis bakteri.Akuisisi trikomoniasis diperkirakan meningkatkan kecenderungan terjadinya vaginosis bakteri.Wanita perkerja seks komersial (PSK) dengan prevalensi yang cukup bermakna di Indonesia merupakan kelompok yang sangat rentan menderita infeksi menular seksual. Faktor-faktor seperti usia, tingkat pendidikan, jenis kontrasepsi, dan frekuensi hubungan seksual diperkirakan dapat menjadi faktor predisposisi trikomoniasis dan vaginosis bakteri. Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui karakteristik dan hubungan trikomoniasis dan vaginosis bakteri serta faktor-faktor yang berhubungan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional menggunakan data sekunder dari penelitian sebelumnya pada wanita PSK di Kuningan, Jawa Barat.
Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 48,30% wanita PSK berusia 16-20 tahun, 29,05% menggunakan pil sebagai metode kontrasepsi, 72,07% berpendidikan SMP, dan 32,45% melakukan tiga kali hubungan seksual perminggu. Dari uji chi-square ditemukan adanya hubungan bermakna antara trikomoniasis dan vaginosis bakteri. Terdapat hubungan antara trikomoniasis dan vaginosis bakteri dengan usia, jenis kontrasepsi, dan frekuensi hubungan seksual. Namun, tidak terdapat hubungan antara trikomoniasis dan vaginosis bakteri dengan tingkat pendidikan.
Berdasarkan hasil ini, diharapkan tingkat infeksi menular seksual pada PSK dapat dikurangi dengan pelaksanaan program kesehatan pemerintah dan edukasi pada kelompok usia rentan infeksi mengenai penggunaan jenis kontrasepsi dan frekuensi hubungan seksual yang tepat.

Approximately 180 millions trichomoniasis cases occur worldwide. One third of women population suffered bacterial vaginosis. It is estimated that trichomoniasis acquisition increases the likelihood of bacterial vaginosis. Commercial sex workes with its significant prevalence in Indonesia is a susceptible population acquiring sexually transmitted disease. Factors like age, education level, contraception method, and sexual intercouse frequency can be predisposing factors to trichomniasis and bacterial vaginosis. Therefore, this study aimed to investigate the characteristics and association between trichomoniasis and bacterial vaginosis and its related factors. This study used cross-sectional design using secondary data from previous study in commercial sex workers in Kuningan, West Java.
The result showed a total 48,30% commercial sex workers aged 15-20 years old, 29,05% used pill as contraception method, 72,07% completed junior high school education, and 32,45% did 3 times sexual intercourse perweek. The chi-square test claimed a significant relationship between trichomoniasis and bacterial vaginosis. There was also significant association between trichomoniasis and bacterial vaginosis with age, contraception method, and sexual intercourse frequency. However, there was no significant relationship between trichomoniasis and bacterial vaginosis with education level.
Based on this result, it is expected that the number of sexually transmitted diseases in commercial sex workers can be reduced with the implementation of government health programs and education on infection of susceptible age groups regarding the correct use of contraception types and frequency of sexual intercourse.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Raditya Dewangga
"Infeksi Trichomonas vaginalis masih menjadi masalah pada wanita yang aktif secara seksual, terutama pada pekerja seks komersial yang sering berganti pasangan. Trichomoniasis yang bersamaan dengan infeksi Chlamydia trachomatis akan menambah beban penyakit dan menimbulkan komplikasi lebih banyak. Penggunaan kontrasepsi untuk mencegah infeksi pada orang yang aktif secara seksual, terutama pekerja seks komersial masih menuai kontroversi mengenai keefektivitasannya.
Pada studi ini, peneliti meneliti perbedaan proporsi infeksi Chlamydia trachomatis antara kelompok infeksi Trichomonas vaginalis positif dengan kelompok Trichomonas vaginalis negatif pada pekerja seks komersial di daerah Indramayu, Jawa Barat serta kaitannya dengan jenis kontrasepsi yang dipakai. Sebanyak 216 pekerja seks komersial di Indramayu pada data sekunder dari Departemen Parasitologi diteliti dengan desain studi cross-sectional.
Analisis uji Chi-square menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan proporsi infeksi Chlamydia trachomatis yang bermakna antara kelompok infeksi Trichomonas vaginalis positif dengan kelompok Trichomonas vaginalis negatif p=0,484 . Jenis kontrasepsi juga tidak memiliki hubungan yang bermakna terhadap infeksi Trichomonas vaginalis p=0,653 , infeksi Chlamydia trahomatis p=0,195 , serta koinfeksi Trichomonas vaginalis dan Chlamydia trachomatis p=0,213.
Dapat disimpulkan, tidak ada hubungan yang bermakna antara infeksi Trichomonas vaginalis dan Chlamydia trachomatis pada pekerja seks komersial di Indramayu. Tidak ditemukan pula hubungan antara jenis kontrasepsi yang digunakan oleh pekerja seks komersial dengan infeksi Trichomonas vaginalis, Chlamydia trachomatis, dan koinfeksi kedua parasit tersebut.

Infection caused by Trichomonas vaginalis is still an ongoing problem for sexually active women, especially female sex workers who change partners frequently. Trichomoniasis occurring simultaneously with the infection of Chlamydia trachomatis will further worsen the disease and cause many more complication to appear. The usage of contraception in order to prevent infection toward sexually active women is still controversial regarding its effectiveness.
This research aims to identify the difference in proportion of Chlamydia trachomatis infection between positive Trichomonas vaginalis group and negative Trichomonas vaginalis group on female sex workers in Indramayu, Jawa Barat and its relation with used contraception method. A cross sectional study is conducted using secondary data of 216 female sex workers in Indramayu, obtained from Department of Parasitology FMUI.
Chi square analysis suggests no significant proportion difference in Chlamydia trachomatis infection between positive Trichomonas vaginalis group and negative Trichomonas vaginalis group p 0,484. There are also no significant associations between used contraception method with Trichomonas vaginalis infection p 0,653 , Chlamydia trachomatis infection p 0,195 , and Trichomonas vaginalis with Chlamydia trachomatis coinfection p 0,213.
In conclusion, there is no significant association between Trichomonas vaginalis and Chlamydia trachomatis infection among female sex workers in Indramayu. Moreover, there is no significant association between contraception method used by female sex workers with Trichomonas vaginalis infection, Chlamydia trachomatis infection, and both of the parasite infection.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70373
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fadhil Fikri
"Pekerja seks komersial PSK merupakan masalah global yang terus meningkat setiap tahunnya, termasuk di Indonesia. PSK merupakan kelompok yang memiliki faktor risiko tinggi dalam penularan infeksi menular seksual IMS . Penelitian ini menggunakan analisis potong lintang untuk mengetahui hubungan infeksi Trichomonas vaginalis dengan penggunaan alat kontrasepsi kondom wanita dan IUD pada pekerja seks komersial di Daerah Indramayu, Jawa Barat. Dari 252 PSK, diperoleh 151 subjek positif terinfeksi T. vaginalis dengan proporsi subjek pengguna Intrauterina Device IUD 49 orang 38,8 dan pengguna kondom wanita 102 orang 80,9 . Pada uji chi-squares didapatkan hubungan yang bermakna antara infeksi Trichomonas vaginalis dengan penggunaan alat kontrasepsi

Commercial Sex Workers CSW were global burdens and each year continues to increase, include in Indonesia. Commercial Sex Workers were the group that had a high risk of sexual transmitted disease STD . In analytical cross sectional study, this study examined associated between Trichomonas vaginalis infection with contraceptive usage in commercial sex workers in Indramayu, West Java. Among the 252 sex workers enrolled, there were 151 positive infected by Commercial Sex Worker with the proportion of Intrauterina Device IUD usage was 49 commercial sex workers 38,8 and female condom usage was 102 sex workers 80,9 . In Chi Square test, there was a significant associated between Trichomonas vaginalis infection with contraceptive usage in commercial sex workers in Indramayu, West Java."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S70347
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hermawan Pramudya
"Infeksi Trichomonas vaginalis merupakan salah penyakit Infeksi Menular Seksual IMS yang disebabkan oleh T. vaginalis. Parasit ini menyebabkan mikrotrauma pada saluran kelamin perempuan. Hal ini membuat koinfeksi dengan mikroba lainnya dapat terjadi sehingga bisa menyebabkan kondiloma yang umumnya terdapat pada Human Papillomavirus HPV. Penelitian ini dilakukan di Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang datanya berasal dari Indramayu, Jawa Barat.
Metode penelitian ini adalah cross sectional pada 214 Pekerja Seks Komersial PSK dengan menganalisis perbedaan proporsi kondiloma antara kelompok T. vaginalis positif dan negatif serta mengetahui faktor yang berhubungan.
Berdasarkan analisis chi square menunjukkan perbedaan proporsi infeksi kondiloma yang tidak bermakna p=0,356;p>0,05. Jenis kontrasepsi, asal daerah, dan tingkat pendidikan memiliki hubungan bermakna denga koinfeksi tetapi tidak memiliki hubungan bermakna pada faktor status perkawinan.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang bermakna antara koinfeksi T. vaginalis dan kondiloma pada PSK di Daerah Indramayu, Jawa Barat dan faktor yang memiliki hubungan bermakna adalah jenis kontrasepsi, asal daerah, dan tingkat pendidikan.

Trichomonas vaginalis infections is a disease Sexually Transmitted Infections STI caused by T. vaginalis. This parasite causes mikrotrauma in the female genital tract. This makes co infection with other microbes may occur that could cause condyloma are generally present in the Human papillomavirus HPV. This research was held in the Department of Parasitology, Faculty of Medicine, University of Indonesia whose data comes from Indramayu, West Java.
This research method is cross sectional at 214 Commercial Sex Workers CSWs with analyze proportion differences of condyloma between group T. vaginalis positive and negative and to identify factors associated to the co infection.
Based on the analysis of chi square is known revealed a significant association between T. vaginalis and condyloma p 0.356 p 0,05. Type contraception, national origin, and level of education have a significant relationship premises coinfection but do not have a significant relationship to the marital status factor.
The conclusion from this study is there is no significant association between co infection with T. vaginalis and condyloma at the CSW in the Region Indramayu, West Java and the factors that have a significant relationship was kind of contraception, region of origin, and education level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dedy Aria Aditia
"ABSTRACT
Infeksi Trichomonas vaginalis seringkali terjadi pada pekerja seks komersial PSK , menyebabkan mikrotrauma pada epitel saluran genital perempuan, dan menjadi portal masuk infeksi herpes genitalis; sehingga koinfeksi T. vaginalis dan herpes genitalis dapat terjadi. Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang pada 212 PSK yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan proporsi infeksi herpes genitalis antara kelompok T. vaginalis positif dengan kelompok T. vaginalis negatif serta mengetahui faktor-faktor yang berhubungan. Analisis uji Chi-square menunjukkan perbedaan proporsi infeksi herpes genitalis yang bermakna p=0,027.

ABSTRACT
Trichomonas vaginalis infections are commonly found among female sex workers FSWs , causing microtrauma on the female genital epithelium, and predispose the entry of genital herpes infection thus co infection of T. vaginalis and genital herpes may occur. A cross sectional study was applied among 212 FSWs to analyze proportion differences of genital herpes infection between FSWs with T. vaginalis infection and FSWs without T. vaginalis infection, and to identify factors associated to the co infection. Analysis using Chi square revealed a significant association between T. vaginalis infection and genital herpes p 0,027."
2016
S70380
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>