Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 168304 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Risqon Nafiah
"Infeksi Saluran Reproduksi (Reproductive Tract Infections) telah menjadi masalah besar kesehatan Dunia, yang meliputi berbagai penyakit pada organ reproduksi baik infeksi endogen, Infeksi Menular Seksual, ataupun iatrogenik. Angka kejadian penyakit ini semakin meningkat dan menimbulkan berbagai komplikasi, sehingga memerlukan perhatian yang lebih serius. Salah satu kelompok infeksi endogen yang banyak diderita oleh masyarakat adalah kandidiasis vulvovaginal, sedangkan kelompok Infeksi Menular Seksual yang juga banyak diderita adalah gonore. Kelompok masyarakat yang mempunyai resiko tinggi mengalami dan bahkan menularkan penyakit saluran reproduksi ini adalah PSK (Pekerja Seks Komersial), sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut pada kelompok ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kandidiasis vulvovaginal dengan gonore pada PSK, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Desain penelitian ini adalah potong lintang dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari 265 PSK dan diambil di kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Penelitian ini menunjukkan adanya hubungan bermakna antara kandidiasis vulvovaginal dengan gonore (p=0,02). Faktor yang mempengaruhi koinfeksi kandidiasis vulvovaginal dan gonore adalah kontrasepsi hormonal (p=0,014). Sedangkan faktor-faktor lain, yaitu usia (p=0,367), tingkat pendidikan (p=0,223), serta kondom (p=0,193) tidak mempunyai hubungan yang bermakna. Diperlukan adanya edukasi dan promosi kesehatan kepada pada PSK, terutama mengenai penggunaan kontrasepsi yang benar.

Reproductive Tract Infections (RTI) present mayor health problems, which include endogenous infections, Sexually Transmitted Infections (STI), and also iatrogenic infections. These infections have increased incidence and can cause many complications, therefore we should give more concern about these infection. One of endogenous infections that has high prevalence among people is candidiasis vulvovaginal and one of Sexually Transmitted Infections that also has high prevalence is gonorrhoeae. Female Sex Workers (FSW) has higher risk to suffer and also spread RTI because they have multiple sex-partner.
This study aims to find out relationship between candidiasis vulvovaginal and gonore among FSW and other associated factors. A cross-sectional study was used on a secondary data collected from 265 FSW in Kuningan, Jawa Barat. The result showed that there was significant relationship between candidiasis vulvovaginal and gonorrhoeae (p=0,02). Factor that has significant relationship with coinfection between candidaisis vulvovaginal and gonorrhoeae is hormonal contraception (p=0,014). Whereas other factors including age (p=0,367), educational level (p=0,223), and condom (p=0,193) didn’t have any significant relationship. FSW should get health education and promotion, especially about using contraception.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Rini Krisniati
"Trikomoniasis dan kandidiasis vulvovaginal keduanya memiliki prevalensi yang cukup tinggi. Sebanyak 75% populasi wanita pernah mengalami kandidiasis vulvovaginal setidaknya sekali seumur hidupnya. Kondisi tersebut disebabkan oleh gangguan flora normal pada vagina yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Di lain pihak, trikomoniasis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) ketiga terbanyak dengan prevalensinya pada Pekerja Seks Komersial (PSK) di Indonesia cukup tinggi yaitu sebanyak 15,1%. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara trikomoniasis dan kandidiasis vulvovaginal, serta hubungan keduanya dengan usia, kontrasepsi dan tingkat pendidikan pada PSK di Kuningan, Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan menggunakan data sekunder yang dikumpulkan di Puskesmas Kuningan, Jawa Barat.
Berdasarkan uji chi-square didapatkan hubungan bermakna antara infeksi trikomoniasis dan kandidiasis vulvovaginal (p=0,009). Faktor usia ditemukan memiliki hubungan yang bermakna dengan trikomoniasis (p=0,000) tapi tidak memiliki hubungan dengan kandidiasis vulvovaginal (p=0.056). Faktor kontrasepsi berupa kondom tidak memiliki hubungan bermakna dengan trikomoniasis (p=0,18) dan kandidiasis vulvovaginal (p=0,173), begitu juga dengan (Intra Uterine Device) IUD tidak memiliki hubungan bemakna dengan trikomoniasis (p=0,3) dan kandidiasis vulvovaginal (p=0,537). Di lain pihak kontrasepsi hormonal memiliki hubungan bermakna dengan kandidiasis vulvovaginal (p=0,017), namun tidak dengan trikomoniasis (p=0,264). Tingkat pendidikan tidak memiliki hubungan bermakna dengan trikomoniasis (p=0,3) maupun kandidiasis vaginalis (p=0,3).

Vulvovaginal candidiasis and Trichomonas vaginalis infection have a high prevalent among women. Nearly 75% women at least had experienced candidiasis once in their lifetime. As well as trichomoniasis which is globally ranked 3rd among all Sexual Transmitted Diseases. In FWS in Indonesia, the prevalent of STDs is about 64%, which 15,1% of it trichomoniasis . In the other hand, vulvovaginalc andidiasis is endogen infection caused by imbalance in normal vaginal flora. This study aimed to understand the association between trichomoniasis and vulvovaginal candidiasis in FSW also its association with age, education, and contraception method. This study used cross-sectional design with secondary entry about STD among FSW collected in Puskesmas Kuningan, Jawa Barat.
The chi-square test showed that there was a significant association between trichomoniasis and vulvovaginal candidiasis (p=0,009). Age factor also had significant association with trichomoniasis (p=0,000) but not with vulvovaginal candidiasis. Contraceptions such as condoms shows no significant association with vulvovaginal candidiasis (p=0,173) nor trichomoniasis(p=0,18), also Intra Uterine Device (IUD) shows no significant association with vulvovaginal candidiasis (p=0,537) nor trichomoniasis (p=0,3). Hormonal contraception shows a significant association with vulvovaginal candidiasis (p=0,017) but not with trichomoniasis (p=0,264). Education level doesn’t have significant association with vulvovaginal candidiasis (p=0,3) and trichomoniasis (p=0,3).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gustin Candra Devi
"IMS (Infeksi Menular Seksual) merupakan kelompok penyakit pada genital yang ditularkan melalui hubungan seksual. Salah satu jenis IMS yang paling sering adalah trikomoniasis vaginalis dan sifilis setelah gonore dan kandidiasis.Infeksi ini dapat terjadi sebagai infeksi tunggal maupun bersamaan dengan IMS lain pada seorang individu. IMS dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pekerjaan, pendidikan, dan jenis kontrasepsi. Di Indonesia, prostitusi merupakan salah satu jalur penyebaran IMS yang paling dominan dimana 67% PSK (Pekerja Seks Komersial) tercatat terinfeksi IMS. PSK sebagai salah satu komponen didalamnya, memiliki faktor risiko yang tinggi untuk terinfeksi.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara trikomoniasis vaginalis dan sifilis pada PSK serta hubungannya dengan faktor usia, tingkat pendidikan, dan jenis kontrasepsi yang digunakan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan data sekunder mengenai IMS pada PSK yang dikumpulkan di Puskesmas Kuningan, Kuningan, Jawa Barat.
Penelitian ini menunjukkan bahwa 50% subjek yang positif trikomoniasis vaginalis juga sifilis. Berdasarkan uji chi-square tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara infeksi trikomoniasis vaginalis dan sifilis (p>0,001). Selain itu, faktor usia ditemukan memiliki hubungan yang bermakna dengan trikomoniasis vaginalis juga sifilis (p<0,001) sedangkan faktor tingkat pendidikan (p=0,484) dan jenis kontrasepsi (p=0,084) tidak memiliki hubungan yang bermakna. Berdasarkan hasil tersebut, wanita usia reproduktif pada berbagai tingkat pendidikan dan jenis kontrasepsi yang digunakan, dapat mengalami trikomoniasis vaginalis dan koinfeksi sifilis.

STD (Sexual Transmitted Disease)is a group of genital disease which is distributed by sexual course. Trichomoniasis vaginalis (15,1%) and siphylis (8,7%) are the most common kind of STD after gonore and candidiasis. This infection can be manifestated as single infection or combination with another kind of STD in one person. IMS can be influenced by many factors such as age, education, and contraception. In Indonesia, prostitution is the most common way of STD distribution where 67% of FSW (Female Sex Workers) are infected. FSW as an important component of prostitution have high risk to be infected.
Therefore, this study aimed to understand the association between trichomoniasis and siphylis in FSW also its association with age, education, and contraception used. This study used cross-sectional design with secondary entry about STD among FSW collected in Puskesmas Kuningan, Jawa Barat.
The result showed 50% FSW were positif trichomoniasis vaginalis and siphylis. The chi-square test claimed there was nosignificant association between trichomoniasis and siphylis infection (p>0,001). Beside that, age factor had significant association with trichomoniasis also siphylis coinfection but education and contraception didn't have any significant association. Due to results of this study, woman in reproductive age with different education and contraception used, could have trichomoniasis vaginalis and coinfected with siphylis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Selma Eliana Karamy
"Infeksi klamidia merupakan salah satu infeksi menular seksual yang paling umum terjadi secara global. WPS, terutama di daerah perkotaan, menghadapi risiko infeksi yang lebih tinggi karena lingkungan kerja serta gaya hidup yang berisiko. Jakarta merupakan kota yang memiliki karakteristik kosmopolitan dan perkotaan dengan industri seks yang aktif. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi klamidia pada WPS di Kota Jakarta Barat. Penelitian dilakukan menggunakan desain cross-sectional dengan menganalisis data Survei Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) tahun 2018-2019. Analisis data terdiri dari analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji chi-square. Ukuran asosiasi yang digunakan adalah prevalence ratio (PR). Dari 283 WPS yang dilibatkan dalam penelitian, positivity rate infeksi klamidia di Kota Jakarta Barat mencapai 42.8%. Berdasarkan analisis bivariat, Faktor risiko yang signifikan terhadap infeksi klamidia pada WPS di Kota Jakarta Barat meliputi usia yang lebih muda, status cerai, dan jumlah pelanggan per minggu sebanyak ≥ 5 orang. Lama bekerja selama ≥ 10 tahun juga menjadi faktor signifikan yang bersifat protektif. Tingginya angka infeksi klamidia pada WPS di Kota Jakarta Barat menekankan perlunya memperkuat penjangkauan kepada WPS untuk memberi informasi dan edukasi mengenai IMS dan menganjurkan WPS agar melakukan pemeriksaan secara rutin, terutama bagi WPS yang berusia muda.

Chlamydia is one of the most common sexually transmitted infections globally. Female sex workers (FSW), especially in urban areas, face a higher risk of infection due to their risky work environment and lifestyle. Jakarta is a city that has cosmopolitan and urban characteristics with an active sex industry. This research was conducted to determine the factors associated with the incidence of chlamydia infection among FSWs in West Jakarta. The research was conducted using a cross-sectional design by analyzing data from the 2018-2019 Integrated Biological and Behavioral Survey (IBBS). The data were analyzed using univariate and bivariate analysis with the chi-square test. Prevalence ratio (PR) was used as the measure of association. Of the 283 FSWs involved in the study, the positivity rate of chlamydia infection in West Jakarta reached 42.8%. Based on the bivariate analysis, significant risk factors for chlamydia infection among FSWs in West Jakarta include younger age, divorced status, and having ≥ 5 customers per week. Length of work for ≥ 10 years is also a significant factor that is protective. The high rate of chlamydia infection among FSWs in West Jakarta highlights the need to increase outreach to FSWs in order to educate them about STIs and encourage them to perform regular screenings, especially for young FSWs."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alfian Syahriza
"Infeksi Trichomonas vaginalis adalah infeksi menular seksual tersering oleh parasit. Berbeda dengan infeksi Neisseria gonorrhoeae yang merupakan infeksi oleh bakteri. Namun, kedua infeksi ini diperkirakan dapat melakukan koinfeksi dan terjadi secara bersamaan pada satu individu. IMS itu sendiri dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pekerjaan, pendidikan, dan jenis kontrasepsi. Pekerja Seks Komersial (PSK) memiliki faktor risiko yang tinggi untuk mengalami IMS baik itu tunggal maupun lebih dari satu jenis IMS.
Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui hubungan antara infeksi Trichomonas vaginalis dan Neisseria gonorrhoeae pada PSK serta hubungannya dengan faktor usia, tingkat pendidikan, dan jenis kontrasepsi yang digunakan. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan menggunakan data sekunder mengenai IMS pada 265 PSK yang dikumpulkan di Kuningan, Kuningan, Jawa Barat.
Penelitian ini menunjukkan bahwa 27,5% subjek yang positif terinfeksi Trichomonas vaginalis dan juga Neisseria gonorrhoeae. Berdasarkan uji chi-square tidak ditemukan adanya hubungan bermakna antara infeksi Trichomonas vaginalis dan Neisseria gonorrhoeae (p = 0,727). Pada analisa faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi Trichomonas vaginalis dan Neisseria gonorrhoeae ditemukan hubungan yang bermakna antara faktor usia dengan koinfeksi Trichomonas vaginalis dan Neisseria gonorrhoeae (p = 0,022). Sedangkan, faktor tingkat pendidikan (p = 0,123) dan jenis kontrasepsi (p = 0,388) tidak memiliki hubungan yang bermakna.
Tidak adanya hubungan yang bermakna antara infeksi T. vaginalis dan N. gonorrhoeae didukung penelitian oleh Ginocchio et al (2012). Prevalensi koinfeksi T. vaginalis dan N. gonorrhoeae ditemukan lebih banyak pada usia dibawah 30 tahun dari pada pada usia diatas 30 tahun.

Trichomonas vaginalis, a parasite, and Neisseria gonorrhoeae, a bacteri, are the most common kind of etiology that cause STD. This infection can be manifestated as single infection or combination with another kind of STD in one person, including coinfection between Trichomonas vaginalis and Neisseria gonorrhoeae. STD can be influenced by many factors such as age, education, and contraception. Female Sex Worwers (FSW) have high risk to be infected by single infection or multiple infections.
Therefore, this study aimed to understand the association between Trichomonas vaginalis and Neisseria gonorrhoeae in FSW also its association with age, education, and contraception used. This study used cross-sectional design with secondary entry about STD among 265 FSW collected in Kuningan, Jawa Barat.
The result showed 27,5% FSW were infected by Trichomonas vaginalis and Neisseria gonorrhoeae at the same time. The chi-square test claimed there was no significant association between this two infections (p=0,727) and also association with education (P=0,123) and contraception (P=0,388) used factor are no significant either. But, there is significant association between age and these coinfection by the result of the analize (P : 0,022).
This result have the same result as the research done by Ginocchio et al (2012) that there is low prevalence of coinfection between T. vaginalis and N. gonorrhoeae. We found that prevalence of coinfection of T. vaginalis and N. gonorrhoeae is higher in under 30 years old FSW than in over 30 years old FSW.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Yuridian Purwoko
"Sebagai kelompok yang mempunyai risiko tinggi tertular IMS, PSK pria nontransgender belum banyak diteliti. Di Indonesia baru tercatat satu penelitian di bidang sosiobudaya mengenai kelompok tersebut yang dilakukan di Yogyakarta dan belum ada satu pun penelitian di bidang kesehatan. Penelitian kesehatan Iebih banyak ditujukan pada PSK wanita, PSK pria transgender, atau ketompok MSM.
Diduga PSK pria di kota besar, khususnya Jakarta telah meningkat pasat sesuai perkembangan waktu, keterbukaan seksual, dan faktor ekonomi, namun hingga saat inl belum terdapat data penelitian mengenai faktor sosiodemografis PSK pria nontransgender, mencakup usia, pendidikan, pendapatan atau status ekonomi, dan pekerjaan lain. Juga belum diketahui data prevalensi penyakit IMS pada kelompok tersebut.
Karena belum terdapat data, dan berdasarkan penelitian mengenai PSK pria nontransgender di negara lain, serta belum ada program intervensi terhadap kelompok PSK pria nontransgender di Jakarta, maka ditegakkan dugaan bahwa prevalensi IMS pada kelompok tersebut masih tinggi, pengetahuan PSK pria nontransgender terhadap IMS yang masih rendah, sikap mereka yang kurang mempedulikan pencegahan dan pengobatan penyakit tersebut, serta perilaku mereka yang cenderung berisiko tinggi tertular 1MS.
Pengukuran prevalensi memerlukan sumber dana, tenaga, dan waktu yang cukup besar, sehingga pada penelitian ini dibatasi pada tiga penyakit IMS yang menjadi prioritas pemberantasan penyakit menutar di Indonesia, yaitu gonore, sifilis, dan infeksi HIV/ AIDS. Proporsi kepositivan pemeriksaan kultur gonore, serologis sifilis, dan serologis infeksi HIV/ AIDS, dilakukan untuk mendapatkan perkiraan prevalensi penyakit tersebut pada PSK pria nontransgender di Jakarta.
Pertanyaan penelitian
? Bagaimana identitas atau faktor sosiodemografis PSK pria nontransgender, mencakup usia, pendidikan, pendapatan atau status ekonomi, dan pekerjaan lain.
? Berapa proporsi kepositivan kultur gonore, serologis sifilis, dan serologis infeksi HIV pada PSK pria nontransgender.
? Bagaimana pengetahuan, sikap, dan perilaku PSK pria nontransgender terhadap IMS."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T21448
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rinadewi Astriningrum
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor risiko vaginosis bakterial pada populasi wanita penjaja seks di Tangerang. Faktor risiko vaginosis bakterial pada WPS penting diketahui untuk dapat menyusun strategi pencegahan terhadap vaginosis bakterial. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan rancangan studi potong lintang. Subyek penelitian adalah wanita penjaja seks di kabupaten Tangerang, provinsi Banten.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi vaginosis bakterial di Tangerang tergolong tinggi (131 dari 189 subyek didiagnosis vaginosis bakterial; 69.31%). Semakin banyak jumlah pasangan, tindakan bilas vagina, dan semakin muda usia wanita penjaja seks meningkatkan risiko vaginosis bakterial.

This study aim to determine the prevalence of bacterial vaginosis and analyze risk factors of bacterial vaginosis in female sex workers in Tangerang. Knowledge about risk factor of bacterial vaginosis in high-risk population is important to formulate prevention strategies against bacterial vaginosis. The study design is analytical cross-sectional study. The study subjects are female sex workers in Tangerang district, Banten province.
Result shows that prevalence of bacterial vaginosis in Tangerang is high (131 out of 189 subjects were diagnosed as bacterial vaginosis; 69.31%). The higher the number of sexual partners, vaginal douching, and the younger the age group of female sexual workers increase the risk of bacterial vaginosis.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurhalina Afriana
"Latar Belakang : Gonore adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh Neisseria gonorhoeae yang menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim dan rectum. Pada wanita Gonore bisa naik kesaluran kelamin menginfeksi selaput di dalam panggul sehingga 40% timbul nyeri panggul dan dan gangguan reproduksi serta menjadi faktor risiko penting dalam transmisi HIV ( Kemkes RI ). Di Indonesia gonore merupakan jenis IMS yang tertinggi berdasarkan data yang ada pada WPS. Prevalensi Gonore pada WPS 49% (IBBS 2007), Gonore merupakan indikasi biologis tentang perilaku seks berisiko dan banyak terjadi di industri seks komersial Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi gonore pada WPS yaitu umur, pendidikan, lama menjadi WPS, Masa kerja, Umur pertama hubungan sek, pemakaian kondom dan status HIV.
Metode : Desain penelitian ini adalah potong Lintang. Data diperoleh dari Survey Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP) tahun 2011. Data dianalisis secara bivariat untuk mendapatkan nilai Crude Odds Ratio dari faktor yang berhubungan dengan infeksi gonore, serta analisis multivariate untuk melihat variabel paling dominan kejadian infeksi gonore dilihat dari nilai Adjusted Odds Ratio.
Hasil : faktor yang berhubungan dengan infeksi gonore. umur OR (0,95%CI); 1.41 (1.98 ? 1,65), jumlah pelanggan OR (0,95%CI);1.29 (1.09 ? 1.51) , lama menjadi WPS OR (0,95%CI); 136 (1.15 ? 1.59) dan status HIV OR (0,95%CI); 1.72 ( 1.33 - 2.22) merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian infeksi gonore.

Background : Gonorrhea is a sexually transmitted disease caused by Neisseria gonorhoeae that infects the inner lining of the urethra, cervix and rectum. In women gonorrhea can infect the genital tract up to the membrane in the pelvis so that the 40% and pelvic pain and reproductive problems as well as being an important risk factor in HIV transmission (Kemkes RI). In Indonesia, gonorrhea is the highest type of STI prevalence data based on 49% of gonorrhea in the FSW (IBBS 2007), Gonorrhea is considered as an indication of biological resources in risky sexual behavior and still a lot happening in the commercial sex industry The aim of this study to determine factors associated with the incidence of gonorrhea infection in the FSW: age, education, length of work FSW, number of client, age at sex debut, condom use, HIV status.
Methods : The study design is cross sectional. Data was obtained from Integrated Biological and Behaviour Survey (IBBS) in 2011. Data in the bivariate analysis to obtain the value of Crude Odds Ratio of factors associated with gonorrhea infection, and multivariate analysis to see the most dominant variable incidence of gonorrhea infection in view of the Adjusted Odds Ratio.
Results : The factors related with gonorrhea infection. age OR1.41 0.95% CI 1.98 - 1.65), number of clients OR 1.28 95%CI 1.09 ? 1.51), length of work FSW OR 1:26 0.95% CI 1.15 to 1.59 and HIV status OR 1.72 0.95% CI 1:33 to 2:22 is the most dominant factor related with the incidence of gonorrhea infection.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
T30668
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Nurul Qomariyah
Jakarta: Pusat Komunikasi Kesehatan Berperspektif Jender, 2002
613.024 44 SIT i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Suliyani Suwardi Pawiro
"Infeksi Menular Seksual (IMS) saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Gonore dan klamidia merupakan IMS yang banyak terjadi, dan seringkali bersifat asimtomatik, namun manifestasinya dapat menyebabkan penyakit serius lainnya secara sistemik. Sebagian besar komunitas Lelaki Seks Lelaki (LSL) melakukan seks anal, sehingga dianggap sebagai suatu kelompok berisiko untuk terinfeksi gonore dan klamidia. Infeksi yang sering terjadi adalah di daerah anus (proktitis gonore dan/atau proktitis klamidia). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jumlah pasangan anal dengan proktitis gonore dan/atau proktitis klamidia pada LSL. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Responden berasal dari Jakarta, Bandung, dan Surabaya pada tahun 2011, dengan metode pengambilan sampel Respondent Driven Sampling. Dari 750 sampel yang ada, sampel yang eligible sebanyak 644, karena data terisi lengkap. Prevalens kasus proktitis gonore dan/atau proktitis klamidia adalah sebesar 32,4%, dengan hasil bivariat yang menunjukkan bermakna secara statistik adalah variabel pendidikan, sumber pendapatan utama, dan penggunaan kondom. Setelah dilakukan uji stratifikasi, didapatkan ada interaksi variabel dikontak oleh petugas lapangan dan jumlah pasangan seks anal terhadap hubungan jumlah pasangan seks anal dengan proktitis gonore dan/atau klamidia. Analisis multivariat yang digunakan adalah cox regression. Hasil akhir hubungan jumlah pasangan seks anal dengan proktitis gonore dan/atau klamidia yang didapatkan setelah mengontrol penggunaan kondom serta interaksi dikontak oleh petugas lapangan dan jumlah pasangan seks anal adalah prevalence ratio (PR) sebesar 1,219 (95% CI 0,883-1,681). Tingginya jumlah pasangan seks anal serta rendahnya penggunaan kondom konsisten dan dikontak oleh petugas, maka perlunya upaya kerjasama dengan berbagai pihak untuk peningkatan kesadaran setia pada satu pasangan, kemudahan akses kondom dan pemberian pelayanan kesehatan pada komunitas LSL untuk mencegah terinfeksi gonore dan klamidia.

Sexually Transmitted Infections (STIs) is currently still be a public health problem worldwide. Gonorrhea and chlamydia are the common STIs happen. Most cases are asymptomatic, but its manifestations can cause other serious systemic illnesses. Most men who have sex with men (MSM) having anal sex, treated as a high risk group for gonorrhea and chlamydia infection. Infection commonly occurs in the anal area (gonorrhea proctitis and/or chlamydia proctitis). The aim of this study is to estimate the correlation of anal-sex partner number and gonorrhea proctitis and/or chlamydia proctitis in MSM. Study design is crosssectional. Respondents are taken from Jakarta, Bandung, and Surabaya in 2011, by Respondent Driven Sampling method. Among 750 samples available, the eligible sample is 644 (complete data). Prevalence of gonorrhea proctitis and/or chlamydia proctitis cases is 32,4%. Results of bivariate analysis showed statistically significant variables are education, source of income, and the use of condoms. There is interaction variables of being contacted by health workers and number of anal-sex partner to the correlation of anal-sex partner number and gonorrhea proctitis and/or chlamydia proctitis. Cox regression was used for multivariate analysis. The end result is the prevalence ratio (PR) of anal-sex partner number and gonorrhea proctitis and/or chlamydia proctitis after controlling confounder use of condom and interaction of being contacted by health workers and anal-sex partner number is 1,219 (95% CI 0,883-1,681). It is needed policy and collaborative action from all sectors to prevent gonorrhea and chlamydia infection by increased awareness of faithful to one partner, improve condom accessibility and delivery of health services easiness for MSM community. "
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
T35916
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>