Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 174931 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Yosita Putri Mayliana
"Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu provinsi penyumbang AKI terbesar di Indonesia dan memiliki angka komplikasi persalinan yang cukup tinggi, yaitu 22,2%. Kejadian komplikasi persalinan banyak terjadi pada ibu yang melahirkan bukan dengan tenaga kesehatan (46%). Penelitian ini merupakan analisis data SDKI 2012 dengan sampel sebanyak 1.609 wanita usia subur (15-49 tahun). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penolong persalinan dengan kejadian komplikasi persalinan di Jawa Barat. Hasil analisis menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan bukan dengan tenaga kesehatan berisiko 7,948 kali lebih tinggi untuk mengalami komplikasi persalinan dibandingkan dengan ibu yang melahirkan dengan tenaga kesehatan setelah dikontrol oleh variabel riwayat komplikasi persalinan, tempat persalinan, kunjungan neonatal, dan akses informasi.

West Java is one of the largest province which contribute to maternal mortality in Indonesia and has a number of labor complications are quite high, 22.2%. Incidence of labor complications common in mothers who gave birth not by health workers (46%). This study is an analysis of data IDHS 2012 with a sample of 1,609 women of childbearing age (15-49 years). This study aimed to determine the relationship between the incidence of labor complications with the birth attendants in West Java. The analysis showed that mothers who give birth rather than by health workers 7.948 times higher risk to develop complications of labor compared with women who gave birth by health professionals after being controlled by a variable history of childbirth complications, place of delivery, neonatal visits, and access to information.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S54789
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Sunya Kumala
"Cakupan inisiasi menyusu dini (IMD) di Indonesia masih rendah. Tempat persalinan dan penolong persalinan dapat mendukung wanita bersalin untuk melakukan IMD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tempat dan penolong persalinan dengan praktik IMD pada wanita usia subur (WUS) di Indonesia. Desain penelitian ini adalah cross sectional dan menggunakan data sekunder Survei Demografi Kesehatan Indonesia Tahun 2007 dan 2017. Sampel pada penelitian ini adalah wanita usia 15-49 tahun yang melahirkan anak terakhir dalam periode 5 tahun terakhir sebelum survei . Hasil analisis dengan uji regresi logistik ganda menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara WUS yang bersalin di rumah dan di rumah sakit pemerintah dibandingkan dengan yang bersalin di rumah sakit swasta/ RSIA/ RS bersalin dalam praktik IMD. Sementara WUS yang bersalin di poskesdes/ polindes (AOR: 1,78, 95% CI: 1,35-2,35), puskesmas (AOR: 1,53, 95% CI: 1,31-1,78), praktik bidan mandiri (AOR: 1,56, 95% CI: 1,37-1,77), dan bidan desa (AOR: 1,35, 95% CI: 1,14-1,59) berpeluang lebih besar melakukan IMD daripada tempat bersalin lainnya. Persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dibandingkan dengan yang ditolong oleh dukun bayi menunjukkan tidak ada perbedaan signifikan dalam praktik IMD. Peningkatan monitoring pelaksanaan IMD, sosialisasi dan pelatihan secara periodik kepada tenaga kesehatan, jumlah fasilitas kesehatan yang menerapkan Baby-Friendly Hospital Initiative, serta promosi kesehatan kepada masyarakat luas diperlukan untuk memperbaiki cakupan IMD.

The coverage of early initiation of breastfeeding (EIBF) in Indonesia is still low. The place of delivery and birth attendants can support women who give birth to perform EIBF. This study aims to determine the relationship between place and birth attendant with the practice of EIBF in women of childbearing age (WCA) in Indonesia. . The design of this study is cross sectional and uses secondary data from the 2007 and 2017 Indonesian Health Demographic Survey. The sample in this study were women aged 15-49 years who gave birth to their last child in the last 5 years before the survey. The results of the analysis by multiple logistic regression tests showed that there was no significant difference between WCA who gave birth at home and in government hospitals compared to those who gave birth in private hospitals birth in EIBF practice. While WCA who gave birth at the village health post/ village maternity post (AOR: 1.78, 95% CI: 1.35-2.35), primary health center (AOR: 1.53, 95% CI: 1.31-1.78), private midwives (AOR: 1.56, 95% CI: 1.37-1.77), and village midwives (AOR: 1.35, 95% CI: 1.14-1.59) had a greater chance of EIBF than other delivery places. Deliveries assisted by health personnel compared to those assisted by traditional birth attendants showed no significant difference in EIBF practice. Improved monitoring of EIBF implementation, periodic outreach and training to health workers, the number of health facilities implementing the Baby-Friendly Hospital Initiative, and health promotion to the wider community are needed to improve EIBF coverage."
Depok: Fakultas Kesehatan masyarakat Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sukma Dewi Yusro Maha
"Pendahuluan: Indonesia adalah negara dengan angka kematian ibu kedua tertinggi di Asia Tenggara yang berhubungan secara langsung kejadian komplikasi persalinan. Masa kehamilan ditandai sebagai masa yang paling rentan yang dapat meningkatkan risiko kejadian komplikasi persalinan.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pemeriksaan kehamilan dengan kejadian komplikasi persalinan.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan menganalisis data Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017. Sampel pada penelitian ini ialah 18.765 wanita usia 15-49 tahun yang melahirkan anak terakhir baik lahir hidup maupun lahir mati selama 5 tahun terakhir. Analisis multivariat menggunakan uji regresi cox untuk mengetahui besaran risiko pemeriksaan kehamilan dengan kejadian komplikasi persalinan.
Hasil: Dari hasil analisis diperoleh bahwa terdapat 21,1% wanita mengalami 3 dari 6 gejala komplikasi persalinan dan kejadian komplikasi persalinan yang paling banyak terjadi pada ibu yang tidak melakukan kunjungan pemeriksaan antenatal (ANC) secara lengkap dan tidak mendapatkan layanan 7T sebesar, yakni 28,9%. Wanita Usia Subur (WUS) yang melakukan kunjungan ANC secara lengkap dan tidak mendapatkan layanan 7T berisiko 1,19 kali untuk mengalami kejadian komplikasi persalinan, WUS yang tidak melakukan kunjungan ANC secara lengkap dan mendapatkan layanan 7T memiliki besaran risiko yang sama untuk mengalami kejadian komplikasi persalinan dan WUS yang tidak melakukan kunjungan ANC secara lengkap berisiko 1,43 kali untuk mengalami kejadian komplikasi persalinan setelah melakukan kontrol terhadap variabel penolong persalinan, riwayat ibu bersalin dan variabel interaksi.
Kesimpulan: Penelitian ini mengimplikasikan ibu yang tidak melakukan kunjungan ANC secara lengkap dan tidak mendapatkan layanan 7T dapat meningkatkan risiko mengalami kejadian komplikasi persalinan.

Introduction: Indonesia is the country with the second highest maternal mortality rate in Southeast Asia which is directly related to the incidence of labor complications. Pregnancy is marked as the most vulnerable period which can increase the risk of labor complications.
Objective: This study aims to determine the relationship between antenatal care with the incidence of labor complications.
Method: This study used a cross-sectional design by analyzing data from Indonesian Health Demographic Survey 2017. The sample in this study was 18,765 women aged 15- 49 who gave birth to the last child, both live and stillbirth during the last 5 years. Multivariate analysis using cox regression test to determine the magnitude of the risk of antenatal care with the incidence of childbirth complications.
Results: From the analysis, there were 21.1% of women experiencing 3 of the 6 symptoms of childbirth complications and the most frequent occurrence of labor complications in mothers who did not have complete antenatal care (ANC) visit and did not get 7T services of 28 9%. Fertile Age Women who make a complete ANC visit and do not get 7T services have a risk of 1.19 times to experience the incidence of labor complications, WUS who do not complete the ANC visit and get 7T services have the same magnitude of risk for experiencing the incidence of labor complications and WUS who did not make a complete ANC visit had a risk of 1.43 times to experience the incidence of labor complications after controlling for the birth attendants, maternal history and interaction variable.
Conclusion: This study implies that mothers who did not complete ANC visits and did not receive 7T services could increase the risk of experiencing labor complications.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lila Amaliah
"Setiap tahunnya, 585.000 ibu meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan, dan hampir 99% dari kematian tersebut terjadi di negara berkembang. Pada tahun 1995, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia di perkirakan sekitar 373 per 100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut merupakan yang tertinggi dibandingkan negara ASEAN.
Persalinan lama atau macet merupakan salah satu dari lima penyebab kematian ibu di negara berkembang. Berdasarkan hasil SKRT 1995, persalinan lama juga merupakan komplikasi persalinan yang paling sering dikeluhkan oleh ibu. Persalinan lama atau macet merupakan satu-satunya komplikasi persalinan yang mengakibatkan begitu banyak morbiditas kronis.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara penolong persalinan dengan kejadian persalinan lama, faktor-faktor yang berhubungan dengan persalinan lama dan untuk mengetahui informasi mengenai kebijakan dan program penatalaksanaan persalinan lama di tingkat pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.
Penelitian ini memadukan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif menggunakan data Studi Morbiditas dan Mortalitas SKRT 1995 di Jawa Barat, sedangkan metode kualitatif menggunakan wawancara mendalam dan studi kasus di Kabupaten Tangerang.
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa angka kejadian persalinan lama di Jawa Barat sebesar 6,4%. Analisis data multivariat menemukan bahwa penolong persalinan dan tempat tinggal berhubungan dengan persalinan lama. Ibu yang tinggal di desa berpeluang mengalami persalinan lama 2,7 kali dibandingkan ibu yang tinggal di kota setelah dikontrol variabel penolong persalinan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa asuhan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih dapat menurunkan risiko komplikasi persalinan. Persalinan lama sering terlambat dirujuk karena dukun tidak mampu menilai kemajuan persalinan dan tidak mengetahui tanda-tanda atau penyebab ketika persalinan lama terjadi.
Program pencegahan persalinan lama harus ditujukan untuk meningkatkan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, menyediakan kartu sehat bagi kelurga tidak mampu, memperbaiki sistem transportasi, menunda pernikahan melalui program wajib belajar sembilan tahun serta meningkatkan status gizi dan kondisi lingkungan anak perempuan sehingga mereka dapat mencapai tinggi badan yang optimal.

Relationship between Birth Attendant and the Occurance of Prolonged Labor in West JavaAt least 585,000 women die each year from the complications of pregnancy and childbirth, and almost 99% of these deaths occur in developing countries. In 1995, Maternal Mortality Ratio (MMR) in Indonesia is estimated 373 per 100,000 live births. This figure is relatively high when compares to ASEAN countries.
Prolonged or obstructed labor is one of the five major causes of maternal mortality in developing countries. Based on the 1995 Household Health Survey, prolonged labor is also the most common reported obstetric complication. No other complication of delivery is associated with as much chronic morbidity as prolonged or obstructed labor.
The purposes of this research are to examine the relations between birth attendant and prolonged labor, to examine factors that might affects the occurance of prolonged labor and to review the policies and programs on the management of prolonged labor at primary and referral health services.
This research combined quantitative and qualitative method. The quantitative method used the Maternal Morbidity and Mortality data from the 1995 Household Health Survey in West Java, and qualitative method used in-depth interview and case study in the District of Tangerang_The result showed that the prevalence of prolonged labor in West Java was 6.4%. The multivariate logistic regression analysis found that the birth attendant and the residence were associated with the occurance of prolonged labor. Women who lived in the rural area are 2.7 times as likely to experience prolonged labor than those who lived in the urban area, controlled by birth attendant.
This study revealed that delivery care by trained health care provider could reduce the risks of prolonged labor. Prolonged labour were often referred too late because the traditional birth attendant (TBA) could not be able to assess the progress of labor, they did not know the symptoms and the causes when prolonged labour occur.
Intervention programs should be directed to increase the coverage of delivery attended by trained health care provider, provide health card for poor family, improve transportation system, delay marriage until women have reached full physical maturity through compulsory universal education and improve nutrition status and living conditions for girls to prevent stunded growth.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T637
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iksanatun Fadila Oktabriani
"Kemiskinan meningkatkan kesenjangan akses pelayanan kesehatan dan status kesehatan antara masyarakat kaya dan miskin. Berbagai studi menunjukkan bahwa pembiayaan kesehatan berhubungan dengan akses seseorang ke fasilitas dan pelayanan kesehatan. Perempuan yang memiliki jaminan kesehatan cenderung untuk bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan, dibandingkan perempuan yang tidak memiliki jaminan kesehatan. Jawa Barat dan Banten masih menanggung jumlah penduduk miskin yang tinggi. Meskipun cakupan kepemilikan jaminan kesehatan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, cakupan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan di Jawa Barat dan Banten tidak meningkat secara signifikan. Analisis regresi logistik multivariabel dilakukan terhadap 90 sampel perempuan miskin untuk mengkaji pengaruh kepemilikan Jamkesmas terhadap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Kemilikan jamkesmas pada perempuan miskin di Provinsi Jawa Barat dan Banten adalah sebesar 26,6 sedangkan cakupan penolong persalinan oleh tenaga kesehatan sebesar 40,6. Perempuan miskin yang memiliki jamkesmas mempunyai odds untuk bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 2,1 kali dibandingkan yang tidak memiliki jamkesmas 95 CI= 0,5 ndash; 8,3. Meskipun demikian, data dalam penelitian ini belum cukup untuk membuktikan bahwa jamkesmas secara statistik signifikan terhadap peningkatan persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan. Peningkatan cakupan jamkesmas harus dibarengi dengan peningkatan faktor lain seperti akses, kunjungan pemeriksaan kehamilan, dan diseminasi informasi melalui media terkait kesehatan ibu dan manfaat kepemilikan jaminan kesehatan untuk memperkuat resolusi Universal Health Coverage.

Poverty raises the gap in the access to health services and health status of rich and poor communities. Studies showed that health financing is related to one 39 s access to health facilities and services. Women who have health insurance tend to delivery assisted by health personnel, compared with women who do not have health insurance. West Java and Banten still bears the high number of poor people. Although coverage of health insurance ownership continues to increase from year to year, coverage of birth attendants by health personnel in West Java and Banten has not significantly increased. Multivariable logistic regression was conducted on 90 samples of poor women to evaluate the role of Jamkesmas for delivery assisted by health personnel. There are 26.6 poor women in West Java and Banten Province who had Jamkesmas. Childbirth assisted by health personnel among poor women in West Java and Banten Province is 40.6. Although multivariable analysis showed that women who had Jamkesmas is 2.1 higher 95 CI 0,5 8,3 to delivery assisted by health personnel compared to women who had not Jamkesmas, data in this study is not enough to prove that Jamkesmas is statistically significant to improve the utilization of delivery services assisted by health personnel. Thus, increased coverage of the Jamkesmas should be accompanied by improvements of other factors such as access, antenatal visits, and information dissemination related maternal health and the benefits of health insurance itself through media to strengthen the Universal Health Coverage agenda.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50542
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Tri Ramadhan
"Sterilisasi wanita merupakan salah satu metode kontrasepsi jangka panjang yang mempunyai efektifitas yang tinggi dalam mencegah kehamilan. Namun, penggunaan sterilisasi wanita di Jawa Timur masih sangat rendah dibandingkan rata-rata di dunia. Skripsi ini bertujuan untuk melihat faktor apa saja yang menjadi determinan penggunaan sterilisasi wanita serta besaran pengaruh tiap faktor tersebut. Penelitian ini menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017 dengan populasi penelitiannya yaitu Wanita Usia Subur 15-49 tahun. Variabel dependen dalam penelitian ini yaitu penggunaan sterilisasi wanita, sedangkan variabel independen penelitian ini adalah umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, paritas, indeks kesejahteraan, dan daerah tempat tinggal. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa variabel umur merupakan determinan terbesar terhadap penggunaan sterilisasi wanita di Jawa Timur (OR 9,13) diikuti oleh paritas (OR 5,75), pekerjaan (OR 2,38), indeks kesejahteraan (OR 2,23), dan tingkat pendidikan (OR 2,02). Sosialisasi dan edukasi untuk penggunaan sterilisasi sebagai alternatif metode kontrasepsi yang efektif dan ekonomis dalam jangka panjang perlu digencarkan terutama menyasar pada kalangan WUS berumur 35 tahun keatas dan mempunyai 3 anak atau lebih.

Female sterilization is one of the long-term contraceptive methods that have high effectiveness in preventing pregnancy. However, the use of female sterilization in East Java Province is still very low compared to the average in the world. This thesis aims to see what are the determinants of female sterilization use and the magnitude of the influence of each of these factors. This study uses data from the Indonesian Demographic and Health Survey in 2017 with a research population of women of childbearing age 15-49 years old. The dependent variable in this study is the use of female sterilization, while the independent variables of this study are age, occupation, level of education, parity, welfare index, and area of residence. The results of multivariate analysis showed that age was the biggest determinant of female sterilization use in East Java (OR 9.13) followed by parity (OR 5.75), employment (OR 2.38), welfare index (OR 2.23), and education level (OR 2.02). Socialization and education for the use of sterilization as an alternative to effective and economical methods of contraception in the long term needs to be intensified, especially targeting the women of childbearing age 35 years old and over and having 3 or more children."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nopa Arlianti
"ABSTRAK
Infekunditas sekunder merupakan kondisi seorang wanita usia subur yang masih
memiliki kemungkinan untuk memiliki anak dan berharap bisa memiliki anak,
baik yang belum pernah melahirkan ataupun sudah pernah melahirkan, belum
pernah hamil maupun yang sudah pernah hamil dan atau pernah memiliki anak
sebelum lima tahun terakhir serta tidak menggunakan alat kontrasepsi pada
periode tersebut. Faktor yang menyebabkan infekunditas sekunder sebagian besar
merupakan penyebab yang sama pada faktor yang menyebabkan infertilitas.
Dimana akibat yang ditimbulkan karena terjadinya infekunditas sekunder yaitu
gangguan psikologis, sosial dan ekonomi. Metode penelitian yang digunakan
yaitu cross sectional dengan menggunakan data WUS SDKI 2012. Jumlah sampel
yaitu sebanyak 27414 (85.03%) mengalami fekunditas dan 4826 (14.97%)
mengalami infekunditas sekunder. Analisis data menggunakan univariat, bivariat
dan regresi logistik. Berdasarkan analisis yang dilakukan, propinsi yang memiliki
angka infekunditas sekunder tertinggi yaitu Papua (31.39%), Aceh (23.23%) dan
Papua Barat (20.75%). Dengan analisis regresi logistik diperoleh bahwa
determinan infekunditas sekunder di Indonesia adalah umur, merokok, sosial
ekonomi, pekerjaan, riwayat keguguran, pendidikan, umur pertama melakukan
hubungan seksual, dan paritas

ABSTRACT
Secondary infecundity is a condition of a woman at childbearing age who still
have the possibility to have children and wish to have a child who had never given
birth or had given birth, has never been pregnant or who have ever been pregnant
or had had children before the last five years and does not use contraception in
the period. Factors that cause secondary infecundity largely accounts for the
same factors that cause infertility. The impact due to the occurrence of secondary
infekundity are psychological disorders, social and economic. The research
method used is cross sectional using data from Indonesian Demographic and
Health Survey 2012. Study population are Woman at Childbearing Age. The
number of samples as many as 27414 (85.03%) experienced fecundity and 4826
(14.97 %) experienced secondary infecundity. Data was analyzed by univariate,
bivariate and logistic regression multivariable. Result showed accordingly from
the highest prevalence are Papua (31.39 %), Aceh (23.23 %) and West Papua
(20.75 %). Logistic regression analysis showed determinant of secondary
infekundity accordingly in Indonesia are age, smoking, socio-economic,
employment, history of miscarriage, education, age at first sexual intercourse,
and parity"
2016
T46167
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meyrisca Fatmarani
"Meski tren penggunaan kontrasepsi terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, angka unmet need atau kebutuhan ber-KB yang tidak terpenuhi masih tinggi. Total persentase unmet need pada wanita berstatus kawin umur 15-49 tahun di Indonesia adalah 11,4 persen, di mana 4,5 persen untuk menunda kelahiran, dan 6,9 persen untuk membatasi kelahiran. Meski demikian, pemilihan kontrasepsi mantap pada Wanita Usia Subur (WUS) yang bertujuan untuk membatasi kelahiran masih tetap rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan kontrasepsi mantap pada WUS di Indonesia tahun 2012. Penelitian ini menggunakan disain studi cross sectional dengan menggunakan data sekunder SDKI 2012. Sampel pada penelitian ini dibatasi pada WUS yang sedang menikah (currently in union), sedang menggunakan alat kontrasepsi modern (current use modern contraception) MOW/Tubektomi, IUD, suntikan, susuk KB, dan pil KB, dan datanya tersedia lengkap sesuai dengan variabel-variabel yang diteliti. Jumlah sampel yang diteliti sebanyak 16.385 responden. Analisis bivariat menggunakan uji Chi Square.
Hasil analisis menunjukkan umur (≥33 tahun; OR=17,827, 95% CI: 13,142-24,182), pendidikan (tinggi; OR=2,189, 95% CI: 1,295-3,699), status pekerjaan (bekerja; OR=1,256, 95% CI: 1,087-1,452), daerah tempat tinggal (perkotaan; OR=2,229, 95% CI: 1,933-2,570), status ekonomi (teratas; OR=4,452, 95% CI: 3,525-5,622; menengah atas; OR=2,408, 95% CI: 1,878-3,039; menengah; OR=2,048, 95% CI: 1,592-2,634; menengah bawah; OR=1,372, 95% CI: 1,052-1,790), paritas (>5 anak; OR=12,579, 95% CI: 9,944-15,912; 3-4 anak; OR=8,944, 95% CI: 7,324- 10,922), biaya pelayanan KB (mahal; OR=2,225, 95% CI: 1,928-2,566), sumber pelayanan KB (pemerintah; OR=4,380, 95% CI: 3,803-5,044), dan keputusan ber-KB (bersama; OR=1,859, 95% CI: 1,596-2,165) berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi mantap.

Although the trend of contraceptive use continued to increase over the years, the number of unmet need in Family Planning (FP) remain high. The total percentage of unmet need among married women aged 15-49 in Indonesia is 11.4 percent; 4.5 percent for delaying births and 6.9 percent for limiting births. However, the permanent contraceptive choice in Women of Reproductive Age (WRA) which is to limit births remains low. This study aims to determine factors associated with permanent contraceptive choice among WRA in Indonesia 2012. This study used a cross-sectional study design using secondary data IDHS 2012. The sample in this study is limited on currently married WRA, who are using modern contraception (female sterilization/tubectomy, IUD, injection, implant, and birth control pills), and have complete data according to the variables studied. The number of samples is 16.385 respondents. Bivariate analysis using Chi Square test.
The analysis showed that age (≥33 years; OR = 17.827, 95% CI: 13.142 to 24.182), education (higher; OR = 2.189, 95% CI: 1.295 to 3.699), employment status (employed; OR = 1.256, 95% CI: 1.087 to 1.452), area of residence (urban; OR = 2.229, 95% CI: 1.933 to 2.570), economic status (richest; OR = 4.452, 95% CI: 3.525 to 5.622; richer; OR = 2.408, 95% CI: 1.878 to 3.039; middle; OR = 2.048, 95% CI: 1.592 to 2.634; poorer; OR = 1.372, 95% CI: 1.052 to 1.790), parity (>5 children; OR = 12.579, 95% CI : 9.944 to 15.912; 3-4 children; OR = 8.944, 95% CI: 7.324 to 10.922), cost of FP services (expensive; OR = 2.225, 95% CI: 1.928 to 2.566), source of FP services (public; OR = 4.380, 95% CI: 3.803 to 5.044), and FP decisions (together; OR = 1.859, 95% CI: 1.596 to 2.165) are associated with the permanent contraceptive choice.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Lidya Savitri
"AKN di Indonesia belum menunjukan penurunan yang bermakna. Sebesar 80 dari kematian bayi di Indonesia terjadi pada masa neonatal dini. Kejadian komplikasi persalinan belum menunjukkan penurunan yang signifikan di Indonesia dan 40 Ibu dengan anak yang meninggal dalam periode neonatal mengalami komplikasi persalinan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar hubungan komplikasi persalinan maternal dengan kematian neonatal dini setelah dikontrol dengan faktor sosial ekonomi, faktor ibu, riwayat komplikasi kehamilan, dan faktor pelayanan kesehatan serta memperhitungkan variabel interaksi. Desain studi penelitian ini adalah kasus kontrol 1:4 dengan analisis multivariat regresi logistik ganda menggunakan data SDKI 2012. Jumlah sampel dalam penelitian iniadalah 90 kasus dan 360 kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa besar hubungan komplikasi persalinan dengan kematian neonatal dini setelah dikontrol oleh variabel interaksi komplikasi persalinan dengan komplikasi kehamilan yaitu OR sebesar 1,204 95 CI: 0,695-2,084. Diperoleh OR interaksi pada ibu yang mengalami komplikasipersalinan dan komplikasi kehamilan sebesar 11,53 95 CI : 1,295-102,787. Intervensiuntuk menurunkan kematian neonatal dini diantaranya dengan optimalisasi upaya deteksidini kehamilan risiko tinggi, kualitas ANC, pelaporan AMP, penanganan kasus komplikasidan penanganan rujukan serta memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak denganmenekankan pendekatan continuum of care.

NMR in Indonesia has not shown a significant decrease. Early neonatal death contribute 80 of infant death in Indonesia. The incidence of maternal complication of labor has not shown a significant decline in Indonesia and 40 of mother with children die with inneonatal period with complication of labor. Aims of this study to identify the association between maternal complication of labor and early neonatal mortality in Indonesia after controlling the factors of socioeconomic, characteristics of the mother, maternal complication of pregnancy and health services and also considering variable interaction. Design of this study is case control 1 4 with multiple logistic regression to multivariate analysis using secondary SDKI 2012 data. The number of sample in this study are 90 cases and 360 controls.
The results indicates association between maternal complication of labor to early neonatal mortality after controlling the variable interaction of maternal complication of labor and maternal complication of pregnancy, OR 1,204 95 CI 0,695-2,084. The result showed estimate OR for mothers with complications of labor and complication of pregnancy is 11,53 95 CI 1,295 102,787. Intervention to reduce early neonatal death are optimalize early detection of high risk pregnancy, ANC quality, AMP reporting, handling cases complication, handling reverral and providing maternal and child health service by emphasizing the approach of continuum of care.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Widiastuti
"Cakupan ANC lengkap (K6) di Indonesia masih rendah dikarenakan banyak faktor yang berkontribusi antara lain kehamilan tidak diinginkan. Di Indonesia, pada tahun 2017 angka KTD mencapai 15%, dimana 7% kehamilan tidak diinginkan dan 8% kehamilan tidak tepat waktu. Faktor yang berkaitan dengan kunjungan ANC lainnya adalah faktor individual dari ibu seperti usia, pendidikan, status pernikahan, status pekerjaan, paritas, dan partisipasi ibu dalam pengambilan keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan KTD dengan kunjungan ANC pada wanita usia subur di Indonesia. Desain studi yang digunakan yaitu cross-sectional dilakukan dengan menganalisis data SDKI tahun 2017. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu uji chi-square dan regresi logistik. Penelitian ini menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kehamilan tidak diinginkan dengan kunjungan ANC setelah dikontrol oleh variabel status perkawinan (p value=0,0001). Ibu yang mengalami kehamilan tidak diinginkan sama sekali memiliki kemungkinan 1,53 kali lebih besar untuk melakukan kunjungan ANC tidak lengkap dibandingkan dengan ibu yang kehamilannya diinginkan sedangkan ibu dengan kehamilan yang tidak tepat waktu 1,67 kali lebih besar untuk melakukan kunjungan ANC tidak lengkap dibandingkan dengan ibu yang kehamilannya diinginkan setelah dipengaruhi oleh usia dan status pekerjaan. Oleh karena itu perlu adanya peningkatan pelayanan KB dan kunjungan ANC untuk mencegah kehamilan tidak diinginkan serta meningkatkan kunjungan ANC lengkap.

The Complete ANC Coverage (K6) in Indonesia is still low due to various contributing factors, including unintended pregnancy. In 2017, the rate of unintended pregnancies reached 15% in Indonesia, with 7% being unwanted pregnancies and 8% being mistimed pregnancies. Other factors related to ANC visits include individual factors of the mother, such as age, education, marital status, employment status, parity, and maternal participation in decision-making. This study aims to analyze the relationship between unintended pregnancy and ANC visits among reproductive-age women in Indonesia. A cross-sectional study design was used, analyzing data from the 2017 Indonesian Demographic and Health Survey (IDHS). The analysis involved chi-square tests and logistic regression. The study found a significant association between unintended pregnancy and ANC visits after controlling for marital status (p value=0,0001). Mothers who experienced completely unintended pregnancies were 1.53 times more likely to have incomplete ANC visits compared to mothers who had intended pregnancies, while mothers with mistimed pregnancies were 1.67 times more likely to have incomplete ANC visits compared to those with intended pregnancies, after being influenced by age and employment status. Therefore, there is a need for improved family planning services and ANC visits to prevent unintended pregnancies and enhance complete ANC coverage."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>