Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 132466 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratna Choirunnisa
"Kulit banyak terpapar oleh stres oksidatif yang disebabkan oleh adanya spesies reaktif oksigen (SRO) yang bersumber baik dari endogen maupun eksogen. Hal ini dapat menyebabkan penuaan kulit. Pemakaian sediaan antioksidan topikal diharapkan dapat mencegah penuaan kulit ini. Salah satu minyak nabati yang kaya akan antioksidan adalah minyak biji anggur. Untuk menjaga stabilitas minyak biji anggur, pada penelitian ini dibuatlah mikroemulsi gel minyak biji anggur. Mikroemulsi dibuat dengan menggunakan surfaktan tween 80 dan kosurfaktan gliserol dan propilenglikol. Sedangkan, basis gel yang digunakan adalah Carbopol.
Dalam penelitian ini diperoleh sediaan mikroemulsi gel minyak biji anggur yang memiliki warna kuning agak keruh (pantone 100) dan bau mirip dengan bau tween 80, dengan massa jenis 1,0829 g/ml. Sediaan ini memiliki sifat alir pseudoplastis dengan viskositas rata-rata 31002,86 cps.

Skin is highly exposed to oxidative stress that caused by reactive oxygen species (ROS), either from endogenous or exogenous. It can lead to skin aging. The use of topical antioxidant is expected to prevent skin aging. One of natural oil that rich of antioxidant is grape seed oil. To keep the stability of grape seed oil, microemulsion gel is prepared in this research. Microemulsion is prepared by using tween 80 as surfactant and glycerol and propylene glycol as cosurfactant. While gel base is prepared by using carbopol 940 as gelling agent.
This research is obtained gel microemulsion with these characteristics: yellow (pantone 100), smelled like tween 80, with density 1,0829 g/ml. The flow properties of this preparation is pseduoplastic with average viscocity 31002,86 cps.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S54751
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khansa Nursatyani
"Minyak biji anggur (Vitis vinifera L.) memiliki kandungan asam linoleat tinggi yang dapat bermanfaat untuk menjaga kelembapan dan kesehatan kulit. Kemampuan asam linoleat dalam menjaga kelembapan dan kesehatan kulit ini dapat digunakan sebagai zat aktif dalam sediaan kosmetik. Namun, asam linoleat mudah teroksidasi sehingga membatasi penyimpanan serta penanganannya dalam sediaan kosmetik. Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan minyak biji anggur ke dalam bentuk padat melalui teknik mikroenkapsulasi untuk meningkatkan stabilitas dan membuat sediaan gel dengan mikrokapsul minyak biji anggur sebagai sediaan pelembap kulit.
Mikrokapsul minyak biji anggur dibuat dengan metode penguapan pelarut menggunakan penyalut etilselulosa yang bersifat hidrofobik. Minyak biji anggur diformulasikan dengan perbandingan minyak dan polimer 1:1, 1:2, 1:3 dan 1:4 berdasarkan perbedaan jumlah antara zat aktif dan polimer.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa F4 adalah formula terbaik dengan nilai efisiensi penjerapan 75,10% sehingga digunakan pada formulasi sediaan gel untuk sediaan pelembap kulit. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa mikroenkapsulasi menggunakan penyalut etilselulosa melalui metode penguapan pelarut dapat mengubah minyak biji anggur cair menjadi bentuk padat dan meningkatkan kestabilannya sehingga dapat dimasukkan ke dalam sediaan gel sebagai suatu sediaan kosmetik yang menarik untuk pelembap kulit.

Grape seed oil (Vitis vinifera L.) has a high linoleic acid content which can be used as moisturizer and skin health. The ability of linoleic acid as moisturizer and skin health can be utilized as an active ingredient in cosmetic products. However, linoleic acid is easily oxidized, it gives an effect to limited the storage conditions and application in cosmetic products. The aims of this research were to formulate grape seed oil into a solid form through the microencapsulation technique to improve the stability, as well as formulate the gel containing grape seed oil microcapsules as skin moisturizer product.
Grape seed oil microcapsules were prepared by solvent evaporation method using ethylcellulose as coating polymer. The grape seed oil was formulated with ethylcellulose in the ratio of 1:1, 1:2, 1:3 and 1:4 based on the amount of oil and polymer ratio. The F4 microcapsules was incorporated into gel dosage form, since the F4 microcapsules had the highest entrapment efficiency (75,10%).
The results revealed that microencapsulation technique by solvent evaporation method using ethylcellulose as a coating polymer could change grape seed oil in liquid form to solid forms. Furthermore, the microcapsules of grape seed oil might enhance the stability of linoleic acid. Therefore, they could be incorporated into gel formulation to be an interesting cosmetic product for skin moisturizer.;
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S64826
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cindy Natalia
"Ekstrak biji anggur (EBA) memiliki potensi besar sebagai pencerah kulit karena banyak mengandung senyawa polifenol. Namun, efeknya membutuhkan waktu yang lama. Penelitian ini bertujuan untuk menilai efektivitas serum emulgel EBA sebagai pencerah kulit serta derajat iritasinya pada kulit sukarelawan. Penetapan kadar fenol total dan resveratrol, aktivitas antioksidan dan penghambatan tirosinase dilakukan pada EBA. EBA dibuat dalam serum emulgel dengan konsentrasi 20% dan dievaluasi sifat fisikokimia dan stabilitas fisiknya. Potensi iritasi kulit dari formula dinilai dengan uji tempel 48 jam. Manfaat serum emulgel EBA sebagai pencerah kulit dievaluasi menggunakan Mexameter dengan mengukur indeks melanin kulit pada 30 orang sukarelawan. Kadar fenol total dan resveratrol pada EBA adalah 830 mg GAE/g (setara asam galat) dan 15,45 mg/100 g. EBA menunjukkan aktivitas antioksidan dan penghambatan tirosinase dengan nilai konsentrasi penghambatan setengah maksimal (IC50) adalah 7,84 dan 207,72 μg/mL. Serum emulgel EBA menunjukkan stabilitas fisik dan karakteristik yang baik yaitu homogen dan tidak terjadi sineresis. Penggunaan serum emulgel EBA tidak menyebabkan iritasi kulit dan menunjukkan penurunan indeks melanin yang signifikan (p < 0,05) sebesar 7,42% setelah 14 hari. Kesimpulan penelitian adalah serum emulgel EBA memiliki karakteristik yang baik, aman dan efektif sebagai kosmetik pencerah kulit.

Grape seed extract (GSE) has great potential in exhibiting skin lightening properties due to its rich polyphenolic compounds. However, its effect takes a long time. The current study aimed to assess the effectiveness of the skin lightening GSE emulgel- based serum and also its degree of irritation in the skin of volunteers. The GSE was determined for the total phenolic and resveratrol contents, antioxidant, and tyrosinase inhibition activities. The GSE was prepared in 20% emulgel-based serum and evaluated for its physicochemical properties and physical stability. The potential for skin irritation of the formulation was assessed using the 48 h patch test. The effectiveness of the skin lightening GSE emulgel-based serum was evaluated using Mexameter by measuring the melanin index in 30 volunteers. The total phenolic and resveratrol contents of GSE were 830 mg GAE/g (gallic acid equivalent) and 15.45 mg/100 g, respectively. GSE demonstrated antioxidant and tyrosinase inhibitory activities with the half-maximal inhibitory concentration (IC50) of 7.84 and 207.72 μg/mL, respectively. The GSE emulgel-based serum showed good physical stability and characteristics which homogeneous and no syneresis. The application of the GSE emulgel-based serum did not cause any skin irritation and showed a significant decrease in the skin melanin index (p < 0.05) by 7.42% after 2 weeks. In conclusion, the GSE emulgel-based serum was safe and effective as a skin lightening product."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Helmy Mubarak
"Ekstrak biji anggur memiliki kandungan senyawa fenol aktif yang melimpah. Senyawa fenol dalam ekstrak biji anggur memiliki permasalahan penetrasi melalui kulit karena bersifat hidrofilik. Tujuan penelitian ini yaitu membuat fitosom ekstrak biji anggur yang selanjutnya diformulasikan dalam serum untuk memperbaiki permasalahan penetrasi. Fitosom dibuat dalam tiga formula berdasarkan perbandingan massa antara ekstrak dan fosfatidilkolin, yakni 1:0,5; 1:1; dan 1:2, menggunakan metode hidrasi lapis tipis. Fitosom kemudian dikarakterisasi morfologi, distribusi ukuran partikel, potensial zeta dan efisiensi penjerapannya. Formula terpilih selanjutnya diformulasikan ke dalam serum berbasis gel, kemudian dievaluasi. Uji penetrasi secara in vitro dilakukan dengan sel difusi Franz pada sediaan serum fitosom dan serum tanpa fitosom sebagai kontrol.
Hasil menunjukkan bahwa fitosom dengan perbandingan 1:1 merupakan formula paling optimal dengan karakteristik bentuk partikel yang sferis, Dmean volume sebesar 4147,83 nm, indeks polidispersitas 0,486, potensial zeta -25,2 mV dan efisiensi penjerapan sebesar 75,01 0,25 . Evaluasi sediaan yang dilakukan menunjukkan serum memiliki karakteristik yang baik. Persentase kumulatif zat terpenetrasi dari sediaan serum fitosom dan non fitosom sebesar 27,25 0,67 dan 11,97 0,49 . Serum fitosom memiliki nilai fluks sebesar 243,11 7,94 ?g/cm2.jam, sementara serum kontrol hanya 68,56 5,54 ?g/cm2.jam. Dapat disimpulkan bahwa serum fitosom ekstrak biji anggur dapat berpenetrasi lebih baik dibandingkan dengan serum tanpa fitosom.

Grape seed extract GSE contains abundant phenolic compounds. Phenolic compounds in GSE have an inadequate penetration because they are hydrophilic. The objective of this research was to make GSE phytosome which was then formulated into serum to improve the penetration problem. Phytosomes were prepared in three formulas based on the mass ratio between the extract and the phosphatidylcholine, 1 0.5, 1 1, and 1 2 using a thin layer hydration method. Phytosomes were then characterized in terms of morphology, particle size distribution, zeta potential and their entrappment efficiency. The selected formula was then formulated into a gel based serum, then evaluated. An in vitro penetration study was performed with Franz diffusion cells on phytosomal serum and non phytosomal serum as control.
The results showed that the 1 1 ratio was the optimal formula among three with spherical shape, Dmean volume was 4147.83 nm, polydispersity index 0.486, zeta potential 25.2 mV and entrapment efficiency of 75.01 0.25 . The total cumulative phenol penetrated from the phytosomal serum and control were 27.25 0.67 and 11.97 0.49 respectively. The phytosomal serum had a flux value of 243.11 7.94 g cm2.hour, while the control serum was 68.56 5.54 g cm2.hour. It could be concluded that GSE phytosomal serum could penetrate better than non phytosomal serum.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S69674
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Tirmidzi
"Mikrosfer telah diaplikasikan pada berbagai bidang, salah satunya penyalut dalam pengantaran obat. Obat dalam bentuk mikrokapsul memiliki keuntungan seperti laju pelepasan obat yang dapat terkontrol dan stabilitas obat yang meningkat. Untuk memperoleh laju pelepasan yang optimum, mikrosfer harus memiliki bentuk yang bulat, ukuran tidak melebihi 250mm, dan distribusi ukuran yang sempit. Adapun parameter yang mempengaruhi ketiga sifat tersebut antara lain: jenis surfaktan, konsentrasi surfaktan dan kecepatan pengadukan.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh variasi komposisi surfaktan Span 80 dan Tween 80, konsentrasi surfaktan, kecepatan pengadukan dispersi terhadap pembentukan mikrosfer polipaduan Poli-L-(asam laktat) dan Polikaprolakton. Hasil dari FTIR menunjukkan sifat mikrosfer polipaduan memiliki sifat yang serupa dengan polimer penyusunnya. Pada variasi komposisi surfaktan diperoleh surfaktan dengan (hydrophilic lipophilic balance) HLB yang bervariasi.
Hasil variasi komposisi surfaktan menunjukkan bahwa perbedaan HLB tidak memberikan perbedaan ukuran mikrosfer yang signifikan, namun menghasilkan bentuk mikrosfer yang berbeda dikarenakan perbedaan hidrofilisitas. Hasil variasi konsentrasi surfaktan menunjukkan bahwa, semakin besar konsentrasi surfaktan, mikrosfer yang dihasilkan semakin kecil dan lebih seragam dikarenakan penurunan tegangan antar muka. Hasil variasi kecepatan pengadukan dispersi menujukkan bahwa semakin besar kecepatan pengadukan, maka mikrosfer yang dihasilkan semakin kecil dikarenakan adanya gaya geser (shear forces), namun kecepatan pengadukan yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan perbedaan bentuk dikarenakan droplet menjadi tidak stabil akibat besarnya shear forces.

Microsphere has been applied in many fields, one of them is as a carrier in drug delivery. Drug in microcapsules form have advantages such as controlling drug release rate and enchancing drug stability. To achieve optimum drug release rate, microspheres must have a spherical shape, their size are not greater than 250 nm, and narrow size distribution. There are many parameters that affect those properties such as: type of surfactant, surfactant concentration and stirring rate.
The aim of this study is to observe the effect of surfactant composition between tween 80 and span 80, surfactant concentration, and stirring rate to the properties of polyblend microspheres Poly-L-(lactic acid) and Polycaprolactone formed. FTIR showed microspheres have similar characterisitics to their polymer compositions. On variation in the surfactants composition, hydrophilic lipophilic balance (HLB) value of the surfactants were varied.
The results showed that different HLB do not give significant difference in microspheres size, but produce the different form of microsphere due to difference of hydrophilicity. The results of variation in surfactant concentration showed that the greater surfactants concentration produce smaller microspheres and higher uniformity, due to the decreasing interfacial tension. The results of variation in stirring rate in dispersion step showed that the increase of stirring rate produce smaller microspheres due to the shear forces, but further stirring rate increase can result the different form of microspheres, because droplets becoming unstable due to the big shear forces.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Putri
"Transfersom adalah agregat yang sangat mudah beradaptasi dan elastis. Piroksikam sebagai salah satu NSAID merupakan pilihan yang sangat layak dalam mengobati nyeri. Namun penggunaan piroksikam sering dikaitkan dengan sejumlah efek samping, terutama pada gastrointestinal, dan termasuk dalam sistem klasifikasi biofarmasetika obat dengan kelarutan yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh formulasi transfersom piroksikam menggunakan Tween 20 dan Tween 80 sebagai edge activator dan membandingkan penetrasi in vitro transfersom piroksikam dengan Tween 20 dan Tween 80 dalam sediaan gel. Pembuatan transfersom menggunakan metode hidrasi lapis tipis. Transfersom piroksikam dengan Tween 20 menghasilkan ukuran partikel sebesar 170,5 nm, PDI sebesar 0,357, zeta potensial sebesar -28,7 mV, efisiensi penjerapan 32,442%, dan indeks deformabilitas sebesar 0,429, sementara transfersom piroksikam dengan Tween 80 menghasilkan ukuran partikel sebesar 133,6 nm, PDI sebesar 0,260, zeta potensial sebesar -30,6 mV, efisiensi penjerapan sebesar 34,3041%, dan indeks deformabilitas sebesar 0,269. Uji penetrasi sediaan gel transfersom piroksikam dengan Tween 20 menghasilkan jumlah kumulatif 1769,2085 ± 406,226 μg/cm2 dengan persen penetrasi sebesar 47,6434 ± 9,644 % dan fluks sebesar 191,8 ± 51,84 μg/cm2.jam sementara dengan Tween 80 jumlah kumulatif yang dihasilkan sebesar 1500,8199 ± 297,983 μg/cm2 dengan persen penetrasi sebesar 40,6249 ± 7,43 % dan fluks sebesar 186,12 ± 42,85 μg/cm2.jam. Kedua formulasi tranfersom memberikan hasil yang baik dan uji penetrasi secara in vitro menunjukkan bahwa formulasi gel transfersom piroksikam dengan surfaktan Tween 20 memberikan hasil yang lebih baik dibanding Tween 80.

Transfersomes are highly adaptable and elastic aggregates. Piroxicam as an NSAID is a very feasible option in treating pain. However, the use of piroxicam is often associated with a number of side effects, especially gastrointestinal, and piroxicam is included in the biopharmaceutical classification system with low solubility. This study aimed to obtain a formulation of piroxicam transfersome using Tween 20 and Tween 80 as edge activator and to compare in vitro penetration of piroxicam transfersome with Tween 20 and Tween 80 in a gel preparation. Transfersome making used thin layer hydration. The piroxicam transfersome with Tween 20 resulted a particle size of 170,5 nm, a PDI of 0,357, a zeta potential of -28,7 mV, an entrapment efficiency of 32,442%, and a deformability index of 0,429, while the piroxicam transfersome with Tween 80 resulted a particle size of 133,6 nm, PDI of 0,260, zeta potential of -30,6 mV, entrapment efficiency of 34.3041%, and deformability index of 0,269. The penetration test for transfersome piroxicam gel preparations with Tween 20 resulted in a cumulative amount of 1769,2085 ± 406,226 μg/cm2 with a percent penetration of 47,6434 ± 9,644% and a flux of 191,8 ± 51,84 μg/cm2.hour, meanwhile the cumulative amount with Tween 80 resulted 1500,8199 ± 297,983 μg/cm2 with a percent penetration of 40,6249 ± 7,43% and a flux of 186,12 ± 42,85 μg/cm2.hour. Both tranfersome formulations given good results and in vitro penetration tests showed that the formulation of piroxicam transfersome gel with surfactant Tween 20 gave better results than Tween 80."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiah Rakhma Wisnu Wardani
"Anggur merupakan salah satu buah yang sudah dikenal. Masyarakat biasanya hanya dikonsumsi buah dan kulitnya saja padahal pada bijinya terkandung polifenol yang bermanfaat sebagai antioksidan. Namun, biji anggur dan ekstraknya memiliki rasa yang kurang enak. Oleh karena itu, pada penelitian ini ekstrak biji anggur diformulasikan menjadi sediaan tablet effervescent untuk menutupi rasa yang kurang enak. Tablet effervescent ekstrak biji anggur dibuat dalam tiga formulasi yang dibedakan konsentrasi effervescent mix-nya dan dibuat menggunakan metode granulasi basah di ruangan dengan kelembaban relatif (RH) 40% pada suhu 25°C. Selain dilakukan evaluasi granul massa tablet dan tablet, tablet effervescent ekstrak biji anggur ketiga formula dilakukan uji kesukaan kepada 30 responden.
Hasil evaluasi granul massa tablet dan tablet effervescent ekstrak biji anggur menunjukkan hasil yang baik. Untuk hasil pengujian terhadap waktu larut berkisar antara 3,67 menit dan 4,69 menit. Selanjutnya, berdasarkan uji pH didapatkan hasil dengan rentang antara 5,18 dan 5,80. Berdasarkan analisis uji kesukaan, larutan effervescent ekstrak biji anggur disukai dari segi penampilan, rasa, dan aroma serta cukup disukai dari segi penampilan tabletnya. Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa tablet effervescent ekstrak biji anggur berpotensi untuk diproduksi sebagai sediaan nutrasetika yang menarik.

Grape is one of the most well-known fruits. People usually consume only the fruit and the skin, whereas the seed actually has polyphenol content which can act as antioxidant. However, grape seed and its extract have unpleasant taste. For that reason, the aim of this study was to formulate grape seed extract into effervescent tablets, in order to overcome the unpleasant taste. Effervescent tablet of grape seed extract was formulated into three formulas which were differentiated by the percentage of effervescent mix. The effervescent tablet was prepared by wet granulation in condition of 40% relative humidity (RH) and 25˚C temperature. The effervescent granules and tablets were evaluated. Effervescent tablets and solutions of three formulas were also evaluated with hedonic test which involved 30 panels.
The effervescent granules and tablets evaluation showed good characteristics. Disintegration time of three formulas was in acceptable range, between 3.67 minutes and 4.69 minutes. pH of effervescent solution was between 5.18 and 5.80. From hedonic test result, it was showed that all effervescent solutions of grape seed extract were favorable for their appearance, taste, and flavor. It can be concluded that effervescent tablet of grape seed extract is potential to be produced as nutraceutical dosage form.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2016
S63548
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fariha Ulfah Azzahrah
"Minyak biji anggur Vitis vinifera L. merupakan minyak nabati berwujud cair yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat karena kandungan asam linoleat di dalamnya. Namun, wujud cair yang dimiliki oleh minyak biji anggur ini dapat membatasi proses penyimpanannya. Mikroenkapsulasi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mengubah bentuk cair menjadi bentuk padat. Penelitian ini bertujuan untuk mengubah minyak biji menjadi serbuk mikrokapsul dengan metode emulsifikasi sambung silang menggunakan gum arab sebagai penyalut. Minyak biji anggur diformulasikan dengan perbandingan minyak dengan polimer yaitu 1:2, 1:3, 1:4, dan 1:5. Evaluasi mikrokapsul yang dilakukan yaitu bentuk dan morfologi, ukuran mikrokapsul, indeks mengembang, kadar air, dan efisiensi penjerapan.
Hasil evaluasi dari keempat formulasi mikrokapsul yang diperoleh berwarna putih kekuningan berbentuk sferis. Mikrokapsul pada F1 memiliki ukuran 69 m, F2 memiliki ukuran 82 m, F3 memiliki ukuran 125 m, dan mikrokapsul pada F4 memiliki ukuran 131 m. Nilai kadar air dari keempat formulasi berkisar 4,37-5,70 . Indeks mengambang dari keempat formulasi berkisar 5,54-5,94. Sedangkan nilai efisiensi penjerapan dari F1 adalah 17,33 , F2 20,73 , F3 34,22 , dan F4 67,15 . Hasil evaluasi menunjukkan bahwa F4 merupakan formula terbaik dengan nilai efisiensi penjerapan 67,15 . Dapat disimpulkan bahwa minyak biji anggur mampu diubah menjadi mikrokapsul dengan metode emulsifikasi sambung silang.

Grape seed oil Vitis vinifera L. is a liquid vegetable oil used mainly for its linoleic acid. However, there are many efforts to convert the liquid form of the oil into a solid form due to its instability under poor storage condition. Thus, microencapsulation can be used to convert its liquid into a solid form. The aim of this study was to convert grape seed oil into a microcapsule powder by cross linked emulsification method using gum arabic as a coating polymer. The grape seed oil was formulated with gum arabic in the ratios of 1 2, 1 3, 1 4, and 1 5. Microcapsules were characterized in terms of shape and morphology, size, swelling index, water content, and entrapment efficiency.
The evaluation result showed that all the formulation microcapsule had a white yellowish spherical form. The particle size of F1, F2, F3 and F4 size 69 m, 82 m, 125 m, and 131 m, respectively. The water content of the F1 ndash F4 ranged from 4,37 5,70 and swelling indexes 5.54 to 5.94. The value of entrapment efficiency of F1, F2, F3, and F4 were 17.33 , 20.73 , 34.22 , and 67.15 , respectively. The result of the evaluation indicated that microcapsule F4 was the best formula with an entrapment efficiency values of 67.15 . It can be concluded that the grape seed oil could be converted into microcapsules by cross linked emulsification using gum arabic.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
S68669
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seffy Aulia Karinawaty
"Biji anggur merah (Vitis vinifera L.) yang berasal dari buah segar anggur merupakan salah satu sumber senyawa bioflavonoid proantosianidin yang memiliki khasiat sebagai antioksidan dengan kekuatan yang lebih besar dari Vitamin C dan Vitamin E. Senyawa ini dapat digunakan untuk mencegah dan meredam reaksi berantai dari radikal bebas yang menyebabkan penuaan dini. Ekstrak biji anggur merah diformulasikan menjadi sediaan krim yang dibedakan kadarnya dalam konsentrasi 0,5%, 1%, 1,5%, dan 2%. Uji kestabilan fisik dilakukan dengan penyimpanan sediaan selama 8 minggu pada tiga suhu yang berbeda, yaitu suhu rendah (4°C), suhu kamar, dan suhu tinggi (40+2°C). Centrifugal test dan cycling test juga dilakukan terhadap keempat krim ekstrak biji anggur. Pengukuran aktivitas antioksidan ditentukan dengan menggunakan metode peredaman DPPH berdasarkan nilai aktivitas antioksidan. Berdasarkan penelitian dapat diketahui bahwa keempat krim ekstrak biji anggur merah memiliki kestabilan fisik setelah penyimpanan pada suhu kamar, uji mekanik, dan cycling test. Krim ekstrak biji anggur merah 1%, 1,5%, dan 2% memenuhi nilai minimum aktivitas antioksidan, sedangkan krim ekstrak biji anggur merah 0,5% tidak memenuhi nilai minimum aktivitas antioksidan setelah pengujian pada penyimpanan. Krim ekstrak biji anggur merah 0,5% menunjukkan kestabilan fisik terbaik dan krim ekstrak biji anggur merah 2% memiliki aktivitas antioksidan terkuat."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2009
S32714
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Anggia Ferdianti
"Tujuan penelitian ini mempelajari stabilitas madu, minyak habbatussauda dan minyak zaitun. Campuran madu, minyak habbatussauda dan minyak zaitun memiliki banyak manfaat akan tetapi campuran ini sering tidak stabil karena memiliki sifat kepolaran atau fase yang berbeda. Pada penelitian ini digunakan Tween 80 yang merupakan emulsifier Food Grade untuk menstabilkan campuran tersebut.
Diharapkan penelitian ini diperoleh campuran madu, minyak habbatusssauda dan minyak zaitun dengan penambahan emulsifier. Dari hasil penambahan 1,25 gram Tween 80 dapat mencampurkan total minyak 7,5% didalam total seluruh campuran. Hal ini dapat dibuktikan dengan melihat partikel yang terdistribusi dengan baik, fasa yang terpisah dari hasil sentrifugasi, serta penyimpanan selama 8 minggu.

The purpose of this study to view stability a mixture of honey, black seed oil and olive oil. There have many benefits and widely distributed in the market. However, this mixture has instability problem because it has different properties of polarity or phase, to solve this problem required emulsifier Tween 80, an emulsifier food grade to stabilize the mixture.
This research is expected to be aimed for mixture with the addition of the emulsifier. In the addition of 1,25 grams Tween 80 could mix up to 7,5% of total oil in the mixture. Those are showing process of the distribution particle, viscosity measurement, phase separation by sentrifugation and storage for 8 weeks in room temperature.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43808
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>