Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 169899 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Leonardus Wijaya Muslim
"Biofuel generasi kedua berbahan dasar limbah tandan kosong kelapa sawit menjadi isu yang menarik untuk mengatasi kelangkaan energi, namun proses pemurnian etanol ? air menjadi kendala utama sebab keduanya membentuk campuran azeotropik. Pemisahan etanol - air dengan teknologi membran merupakan teknologi separasi yang sedang dikembangkan karena hemat energi, efisien dan efektif untuk diaplikasikan dalam skala besar. Membran yang digunakan dalam penelitian ini adalah membran GVHP, PBTK, LSW, dan GSWP yang diproduksi Merck Millipore dengan variasi kondisi operasi yaitu volume permeate, suhu, tekanan, dan konsentrasi.
Dari penelitian ini membran GVHP menunjukkan hasil terbaik dengan faktor separasi sebesar 3,03 dan permeabilitas 0,015 g cm-2 s-1 pada kondisi operasivolume permeate 10 mL, suhu 75°C, tekanan 60 psi, dan konsentrasi etanol 20% v/v. Penerapan membran GVHP untuk separasi bioetanol dari TKKS menunjukkan faktor separasi terhadap etanol sebesar 3,66, namun dengan faktor separasi terbesar ditunjukkan terhadap propanol 5,44 serta rejection asam asetat sebesar 96,66%. Berdasarkan analisis FE SEM membran GVHP menunjukkan degree of swelling terkecil sehingga teknologi membran GVHP ini efektif untuk memisahkan suspensi Saccharomyces cerevisiae hasil fermentasi tandan kosong kelapa sawit.

Second Generation of Biofuel based on empty fruit buncheshas been interesting issue to be developed in order to overcome the extinction of non-renewable energy, however the purification of ethanol ? water becomes the main problem since both of them form azeotrope. Separation ethanol ? water using membrane technology is in demand separation technology due to the low energy requirement, effectiveness, and efficiency to be applicable in industrial scale. Membranes that are used in this research are GVHP, PBTK, LSW, and GSWP which are produced by Merck Millipore with variation of operation conditions such as permeate volume, temperature, pressure, and concentration.
The best result of ethanol - water separation is shown by GVHP membrane with separation factor 3.03 and permeability 0,015 g cm-2 s-1in the condition operation permeate volume 10 mL, temperature 75°C, pressure 60 psi, andethanolconcentration 20% v/v. Furthermore the usage of GVHP membrane to purify bioethanol from empty bunches results separation factor toward ethanol 3.66 while the biggest separation factor is owned by toward propanol 5.44 so as the rejection factor of acetic acid is 96,66%. Based on the FE SEM analysis to GVHP membrane, GVHP membrane did the least degree of swelling among others hence this technology is effective to separate Saccharomycess cerevisiae suspension from empty fruit bunches fermentation.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54832
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mia Sari Setiawan
"Bioetanol menjadi salah satu solusi dari kekurangan bahan bakar. Namun, bioetanol yang dihasilkan belum dapat dimanfaatkan sebagai biofuel secara ekonomis. Permasalahan yang dihadapi yaitu sulitnya memperoleh bioetanol murni dengan metode hemat energi, mengingat penggunaan proses distilasi dalam separasinya. Pemanfaatan limbah biomassa seperti TKKS berpotensi karena memiliki kandungan selulosa tinggi (46%), namun perlakuan awal serat memakan biaya sehingga dibutuhkan proses separasi yang lebih ekonomis. Metode vapor permeation cukup efektif dalam memisahkan campuran azeotrop air-etanol dalam bentuk fasa uap menggunakan membran keramik NaA-Ze yang selektif terhadap air.
Hasil simulasi menggunakan software Superpro Designer menunjukkan bahwa metode vapor permeation kurang ekonomis dibandingkan dengan metode distilasi adsorpsi. Payback period pada hasil simulasi adalah 3,9 tahun dan 4,3 tahun untuk masing-masing metode distilasi adsorpsi dan vapor permeation dengan masing-masing nilai IRR sebesar 20,23% dan 17,89%. Perbedaan yang cukup nyata adalah pada faktor biaya operasi, dimana dengan jumlah unit yang lebih banyak vapor permeation akan membutuhkan lebih banyak labor dalam pengoperasiannya.

Bioetanol can be a solution of energy deficiency. However, bioethanol produced can?t be utilized as biofuel economically. The constraint is the difficulty in producing pure bioethanol with minimum energy consumed, regarding the usage of distillation series. Utilization of biomass waste such as EPFB is potential because it contains high cellulose (46%), but to pretreat the fiber is quite making cost so it is better to find an economic separation method. Vapor permeation method is quite effective in separating ethanol-water azeotrope mixture in vapor phase using ceramic NaA-Ze membrane which is selective to water.
The simulation using Superpro Designer shows that compared to conventional distillation adsorption method, vapor permeation method is less economic. Payback period for distillation adsorption method and vapor permeation respectively are 3,9 and 4,3 years, with IRR value 20,23% dan 17,89% respectively. The significant difference in the cost is the annual operating cost. The more number of units in vapor permeation method need more labor to operate.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54851
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aziz Afandi
"Biodiesel adalah minyak diesel alternatif yang secara umum didefinisikan sebagai ester monoalkil dari minyak tanaman, lemak hewan, dan minyak jelantah. Biodiesel diperoleh dari hasil reaksi transterifikasi antara minyak dengan alkohol monohidrat dalam suatu katalis NaOH. Reaksi transterifikasi berlangsung 0,5-1 jam pada suhu sekitar 400C hingga terbentuk dua lapisan. Lapisan bawah adalah gliserol dan lapisan atas metil ester.
Penelitian ini pada intinya adalah mensimulasikan proses pembuatan biodiesel dengan menggunakan chemcad, dimana metode yang digunakan adalah metode hybrid. Pada penelitian ini akan digunakan senyawa trigliserida sebagai minyak nabatai (CPO) yang akan direaksikan dengan senyawa alkohol (methanol) dengan bantuan katalis basa (NaOH) dalam proses transesterifikasi. Transesterifikasi adalah tahap konversi dari trigliserida menjadi alkyl ester, melalui reaksi dengan alkohol, dan menghasilkan produk samping yaitu gliserol.
Dalam penelitian ini, dimana akan menggunakan temperatur proses pada reaktornya sebesar 60 0C dan pada tekana 200 Kpa, rasio molar Alkohol-Minyak 9:1 dengan katalis sebanyak 1% dari jumlah minyak yang diumpankan. Perhitungan awal ekonominya diperoleh dengan memperhatikan nilai CCF sebesar 1,30 maka bisnis dalam produksi biodiesel sangat feasible untuk dijalankan mengingat nilai CCF > 0,33.

Biodiesel is alternative diesel oil that the definition as methyl esterfrom nabati oil, animal fat and waste cooking oil. Biodiesel from result reaction transesterification between oil and alcohol in base catalyzed. Transesterification reaction works 0.5 - 1 hours at temperature about 40 0C until formed two layers, under layer is glycerol and up layers is methyl esters.
Result this simulated process biodiesel with chemcad, where the method using hybrid method. This research used triglycerides compound as nabati oil (CPO) that can bereacted with methanolcompound with base catalyzed (NaOH) in transesterification process. Transesterification is convertion step from triglycerides be came alkyl esters from reaction with alcohol and result side product as glycerol.
This research which using temperature process at reactor abaut 60 0C and at preasure 200 kpa, molar ratio alcohol-oil 9:1 with catalyzed 1% from all feed oil. Early economic acount from see the CCF score abaut 1.30 so businessin biodiesel production is very feasible for runing, remember that score CCF > 0.33.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S52232
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Oksi Sigit Pradipta
"Bahan bakar alternatif merupakan salah satu solusi untuk bahan bakar yang terbaharukan. Biodiesel minyak jagung merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai bahan bakar pada mesin diesel. Namun agar dapat digunakan, bahan bakar pengganti tersebut harus memiliki kualitas yang kurang lebih sama dengan bahan bakar yang dipergunakan saat ini.
Cetane number biasanya dijadikan standard untuk menentukan baik buruknya kualitas bahan bakar pada mesin diesel. Selain sebagai bahan bakar alternatif, penambahan biodiesel minyak jagung dengan persentase tertentu merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kualitas bahan bakar yang ditandai dengan naiknya pula cetane number dari campuran bahan bakar tersebut. Dengan dasar inilah, pada penelitian kali ini penulis mencoba membuktikan dengan melakukan penambahan biodiesel jagung dengan persentase 10%, 20%, dan 30% pada 90%, 80%, dan 70% minyak solar murni. Sebagai perbandingan kualitas, campuran minyak ini akan diuji nilai performa dari Specific Fuel Consumption (SFC) , Brake Horse Power (BHP) , effisiensi thermal, dan tingkat opasitasnya.
Hasil dari pengujian didapatkan campuran biodiesel dibanding minyak solar murni, walaupun memiliki rata-rata BHP yang lebih kecil dan SFC yang lebih boros, namun memiliki effisiensi thermal dan tingkat opasitas yang lebih baik. Dapat diambil kesimpulan, seluruh campuran minyak jagung dengan persentase 10 - 30% dapat digunakan pada mesin diesel tanpa memodifikasi mesin tersebut.

An alternative fuel is one of the solutions for the renewable energy source. Corn-oil biodiesel is the potential alternative fuel can be developed purpose for diesel engine fuel. However, it only can be useful if it have a fuel quality almost or equal with the fuel that used right now.
Cetane number is standard value to determine the fuel for diesel engine quality, whether poor or good. Adding corn-oil biodiesel with certain percentage can improve the fuel quality identified by the increasing of its cetane number. With this basic theory, using the blend mixed fuel with composition 10%, 20%, and 30% percentage of corn-oil fuel and 90%, 80%, 70% percentage of pure solar-oil fuel, this research try to proof it using Specific Fuel Consumption (SFC), Brake Horse Power (BHP), thermal efficiency, and opacity level performance as compared items.
As the result, despite the blended corn-oil biodiesel have lower BHP and higher SFC, but it have better either thermal efficiency or opacity level compared with pure diesel oil (solar). For the conclusion, all of the blended corn-oil biodiesel with certain percentage (10 - 30%) can be applied for the diesel engine without modification.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S36230
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sari Dafinah Ramadhani
"Sintesis biodiesel dengan Reaktor Plasma DBD Dielectric Barrier Discharge Non-Thermal telah berhasil diteliti dan sangatlah menjanjikan. Penelitian ini bertujuan untuk menginvestigasi kinerja purwarupa reaktor plasma DBD Non-Thermal dan mendapatkan kondisi ope rasi yang optimum dalam memproduksi metil ester. Bahan baku penelitian adalah minyak jarak pagar dan metanol. Sedangkan gas argon berfungsi sebagai carrier pada pembentukan pijar plasma.Variasi yang digunakan untuk melakukan uji kinerja reaktor adalah mode pembangkit plasma dan sistem sirkulasi cairan. Produksi metil ester terbaik dengan bahan baku minyak jarak pagar adalah 10,84. Proses ini dicapai pada kondisi rasio molar minyak : metanol 1:1, P dan T ambien, laju alir umpan cairan 2,2 ml/sekon, laju alir gas 41,67 ml/s, tegangan tinggi regulator 220 Volt dan waktu reaksi 6 jam. Reaktor DBD plasma Non-Thermal sangat potensial karena mampu mensintesis biodiesel tanpa menggunakan katalis, membutuhkan metanol yang sedikit, energi yang relatif rendah, dan tidak menghasilkan gliserol sebagai poduk samping.

Synthesis of biodiesel with DBD Dielectric Barrier Discharge Non Thermal Reactor has been successfully researched and very promising. This study is to describe alternative and innovative methodologies for converting jatropha oil into biodiesel. The aim of present experiment is to design DBD non thermal plasma reactor coaxial pipe type and to do its performance test in converting biodiesel The raw materials are jatropha oil, methanol, with carrier of plasma argon gases. The variations used to perform the reactor are plasma generator mode and liquid circulation system. The best methyl ester production with castor oil was 10.84. with total reaction 6 hours. The operating conditions used were molar methanol to oil molar ratio 1 1, ambient temperature and pressure feed flow and gas flow rate reactors is 1.64 ml s and 41.67 ml s. Therefore, this plasma electro catalysis system was promising for biodiesel synthesis from vegetable oils due to no need a catalyst, no soap formation, required less methanol and no glycerol by product."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sesia Fitri Anisa
"

Pada penelitian ini, diterapkan teknologi konversi trigliserida dari limbah minyak kelapa sawit untuk menghasilkan biodiesel dengan menggunakan reaktor plasma jenis Dielectric Barrier Discharge (DBD). Reaktor plasma DBD memiliki kelebihan dibandingkan metode konvensional antara lain tidak memerlukan dinding yang tahan tekanan tinggi, mudah diperbesar skalanya, perolehan (yield) produk dapat mencapai hampir 100 % tanpa ada reaksi pembentukan sabun dan gliserol sehingga tidak memerlukan pemisahan dan waktu reaksi yang dibutuhkan sangat singkat. Kondisi operasi yang diterapkan adalah tekanan pada 1 atm, laju alir reaktan 1,33 mL/s, laju alir gas argon 25,3 mL/s, volume umpan 200 ml, rasio molar minyak : metanol (1:1), temperatur reaksi 50 oC, waktu reaksi  120 menit, dan tegangan 220 VAC. Biodiesel yang diperoleh memiliki yield FAME sebesar 56,26%. Karakterisasi produk biodiesel yang dilakukan meliputi GC-MS, GC-FAME, densitas, viskositas, bilangan peroksida, bilangan asam, dan kadar air dalam minyak.

 


In this research an innovated technology is applied by conversing triglyceride from used palm oil or wasted cooking oil to biodiesel with Dielectric Barrier Discharge (DBD) type plasma reactor. DBD plasma reactors have the advantage compare to conventional method of not requiring high pressure resistant walls, easily enlarged in scale, the product yield can reach nearly 100% without any formation of soap and glycerol thus doesnt require separation and the reaction time required is very short. The operating conditions used are pressure at 1 atm, flow rate of wasted cooking oil and methanol at 1,33 mL/s, flow rate of argon gas at 25,3 mL/s, volume of the reactant at 200 ml, molar ratios of oil : methanol (1:1),  feed temperature at 50 oC, reaction time of 120 minutes, and voltage at 220 VAC. The biodiesel obtained as the final product has a FAME yield of 56,26%. Characterization of biodiesel include GC-MS, GC-FAME, density, viscosity, peroxide value, acid number, and water content.

 

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bayu Eko Prastyo
"ABSTRAK
Telah berhasil dilakukan sintesis semikonduktor Cu2ZnSnS4 (CZTS) sebagai absorber sel surya lapis tipis menggunakan metode yang ekonomis dan ramah lingkungan menggunakan sistem prekursor baru basis pelarut etanol. Dipelajari pengaruh penggunaan ethanolamine (ETA) dan 2-mercaptopropionic acid (MPA) sebagai stabilisator dan untuk menurunkan tegangan permukaan prekursor pada proses deposisi. Prekursor CZTS dilakukan deposisi diatas kaca soda lime pada nilai konsentrasi yang berbeda. Pengaruh sistem prekursor yang digunakan, etanol-ETA-MPA dan etanol-MPA, terhadap struktur, morfologi, komposisi dan sifat optik lapis semikonduktor CZTS dibahas detail.
Analisis uji X-ray diffraction dan energy dispersive spectroscopy menunjukkan fasa kesterite CZTS dengan kristalinitas yang tinggi. Kristalinitas CZTS meningkat seiring dengan meningkatnya molaritas prekursor etanol-MPA. Fenomena tersebut berjalan liniar sebelum mencapai nilai molaritas prekursor 2.2 molar. Sedangakn eksperimen menggunakan prekursor etanol-ETA-MPA 1.2 molar dan 1.6 molar tidak menunjukkan kenaikan kristalinitas yang signifikan. Kristalinitas CZTS tertinggi didapat menggunakan prekursor etanol-MPA 2 molar dengan nilai energi celah pita 1.3 eV. Hasil rekam morfologi permukaan CZTS menggunakan SEM menunjukkan bahwa senyawa CZTS terbentuk dengan besar butir sekitar 1.5 mikrometer dan beberapa porositas yang dapat diminimalisir melalui optimalisasi sistem prekursor dan perlakuan termal. Hasil studi pada penelitian ini dapat berperan dalam menurunkan biaya produksi semikonduktor CZTS dengan sifat kristalinitas tinggi.

ABSTRACT
Hereby, we present a new, cost-effective and environmentally friendly method of preparing a high crystalline Cu2ZnSnS4 (CZTS) absorber layer for thin film solar cells using ethanol-based solutions. Ethanolamine (ETA) and 2-mercaptopropionic acid (MPA) were studied as stabilizer and to improve wetting ability of the precursors during deposition process. Cu2ZnSnS4 precursors is deposited onto soda lime glass using spin coater in different molar of kations in the precursors. The effects of the precursor system, ethanol-ETA-MPA and ethanol-MPA, on the structure, morphology, composition and optical properties of CZTS thin films have been investigated in details.
X-ray diffraction and energy-dispersive X-ray spectroscopy analyses confirmed the succesful fabrication of high crystalline Cu2ZnSnS4 kesterite phase. The crystallinity of CZTS in continue increasing before reaching 2.2 molar kations of the ethanol-MPA precursors. The crystallinity of ethanol-ETA-MPA precursors remain similar in the experiment using 1.2 molar and 1.6 molar. The highest crystallinity was achievedusing 2 molar kations of the precursors ethanol-MPA. Its band gap energy is found to be around 1.3 Ev. The SEM micrographs of CZTS film shows the average grain size around 1.5 micrometer and some porosity which indicated the room of improvement. The high-crystallinity CZTS achieved in the present study brings a low-cost absorber semiconductor one step closer to practical use."
2016
S63796
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadil Wimala
"Dalam rangka merespon berbagai isu global yang berkaitan dengan perubahan iklim dan pemanasan global di era globalisasi ini, pemerintah dan para pakar lingkungan menetapkan target untuk menggunakan energi alternatif, terbaharui, dan berkelanjutan untuk mengurangi polusi yang muncul dari sumber energi yang tidak ramah lingkungan seperti bahan bakar fosil atau petrodiesel. Biodiesel merupakan bahan bakar yang dapat diperbaharui serta lebih ramah lingkungan yang diharapkan dapat menjadi solusi yang baik untuk membantu mengatasi masalah lingkungan ini.
Biodiesel merupakan sumber energi alternatif yang ramah lingkungan yang dihasilkan dari proses transesterifikasi lemak hewani, minyak nabati dan sumber organik lainnya. Proses transesterifikasi biodiesel dapat dilakukan dengan menggunakan alkali sebagai katalis untuk memisahkan triasilgliserol menjadi suatu ester alkil dan senyawa gliserol. Melalui pemisahan ini, komponen kimia yang mirip dengan bahan bakar fosil dapat diproduksi. Namun demikian, karakteristik biodiesel perlu diperhatikan lebih lanjut untuk memaksimalkan kinerja biodiesel pada mesin diesel.
Skripsi ini berfokuskan kepada eksperimen dan penyelidikan terhadap tegangan permukaan dan massa jenis dari empat bahan bakar biodiesel alami dan sembilan metil ester fraksinasi berdasarkan ketergantungan temperatur. Hasil eksperimen ini memberikan bukti adanya hubungan antara tegangan permukaan dan massa jenis. Disamping itu, terlihat juga data perubahan suhu yang mencirikan dampak dari panjang – pendeknya rantai asam lemak pada kepadatan dan tegangan permukaan.

In order to respond the global issues regarding climate change and global warming in this new era of globalization, governments and environmentalists set the targets to provide an alternative, sustainable and renewable energy to decrease the pollution emerging from non-sustainable sources such as a fossil fuels or petrodiesel. The increase in the use of biodiesel fuels is expected to be a better solution to help address the environmental problems impacting on society.
Biodiesels are an alternative, environmentally friendly energy resources generated from the transesterification process of animal fats, vegetable oils and other organic resources. The transesterification process of biodiesels can be carried on by using an alkaline as the catalyst to separates the triacylglycerol into an alkyl ester and a glycerol compound. Through this separation, a friendly chemical component similar with a fossil fuel can be produced. Nevertheless, further characteristics of biodiesels need to be observed in order to maximize the performance of biodiesels on the diesel engine.
This report will focus on surface tension and density experimental investigations of four biodiesel fuels and nine fractionated methyl ester based on temperature dependency. The results are evidence of the relationship between surface tension and density. Also, the temperature change data characterizes the impact of fatty acid chain length upon density and surface tension.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S44774
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elissa Oktaviana Kusuma Dewi
"Pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia tentunya diiringi dengan meningkatnya kebutuhan akan energi, terutama bahan bakar. Salah satu bahan bakar yang sangat berpotensi untuk dikembangkan adalah bioetanol. Etanol umumnya dihasilkan melalui proses fermentasi, namun produk etanol yang dihasilkan kemurniannya sangat rendah dan tidak memenuhi grade untuk dijadikan bahan bakar, yaitu sebesar 95% v/v. Oleh karena itu, saat ini dikembangkan proses pemurnian etanol melalui adosrpsi yang lebih efektif dan ekonomis. Pada penelitian ini, dilakukan pengembangan pemodelan empiris yang telah dimodifikasi untuk adsorpsi etanol-air pada kolom unggun tetap dengan adosrben zeolit. Model yang digunakan untuk mengetahui sifat adsorpsi yang terjadi adalah Model Thomas dan Model Yoon-Nelson. Performa dari suatu proses adsorpsi dapat dijelaskan oleh Model tersebut dengan melihat karakteristik model berdasarkan kurva breakthrough yang diprediksikan model serta nilai parameter pada model tersebut. Pada percobaan terdahulu, telah dilakukan modifikasi pada Model Thomas dan Model Yoon-Nelson dengan menambahkan parameter “K” pada masing-masing persamaan model dikarenakan koefisien determinasi (R2) yang diperoleh dengan persamaan model original kurang dari 0.9 dan setelah dilakukan modifikasi pada kedua model, diperoleh nilai koefisien determinasinya (R2) > 0.9. Nilai parameter yang diperoleh untuk Model Yoon-Nelson dan Thomas Modifikasi berturut-turut adalah sebagai berikut; Zeolite 3A 50% v/v (kTh = 0.0001, qo= 0.199, KT = 0.432 kYN = 0.0018, τ= 300, KY= 1.9097), Zeolite 3A 10% v/v (kTh= 0.00009, qo= 0.199, KT= 0.487 kYN = 0.0024, τ= 255, KY= 1.974), Zeolite 4A 50% v/v (kTh= 0.00001, qo= 0.189, KT = 0.341 kYN = 0.0016, τ = 270, KY = 1.891), Zeolite 4A 10% v/v ((kTh = 0.00009, qo = 0.189, KT = 0.385 kYN = 0.002, τ = 240, KY = 1.945). Berdasarkan hasil pemodelan, diketahui bahwa Model Empiris Thomas & Yoon Nelson Modifikasi tidak cukup akurat untuk memodelkan kurva breakthrough, sehingga dilakukan pengembangan model empiris untuk adsorpsi etanol-air pada kolom unggun tetap. Model yang dikembangkan merupakan adopsi persamaan Model Thomas dengan persamaan polynomial derajat 3 dengan lima nilai parmeter, yaitu K, a, b, c, dan d.

Indonesia’s population growth nowadays accompanied by increasing energy needs, especially fuel. Bioethanol was one of renewable fuel that has big potential to be developed. In general, bioethanol was produced through fermentation process, but the final product was low in purity and does not meet the standard to be used as fuel, which is 95% v/v. Hence, ethanol purification using adsorption methods are being developed because it is more effective and economical. In this research, modified empirical model for ethanol-water adsorption in fixed bed column using zeolite adsorbent will be developed. The model that is used to determine the properties of adsorption that occurs is Thomas Model and Yoon-Nelson Model. Those Models can explain the performance of an adsorption by looking at the characteristics of the model based on the predicted breakthrough curve and the parameter values of the model. In the earlier research, modification of Thomas Model and Yoon-Nelson Model have been done by adding “K” parameter on each equation because the results of coefficient of determination (R2) is less than 0.9, and after recalculated using the modified Models, the coefficient determination obtained is above 0.9. Evaluation on these modified models will be conducted in this research to know whether these modified models can be applied for other experimental data or not. Obtained parameter values for Modified Thomas and Yoon-Nelson Model for 50% v/v and 10% v/v on Zeolite 3A and 4A respectively as follows; Zeolite 3A 50% v/v (kTh= 0.0001, qo= 0.199, KT= 0.432 kYN = 0.0018, τ = 300, KY = 1.9097), Zeolite 3A 10% v/v (kTh = 0.00009, qo= 0.199, KT = 0.487 kYN = 0.0024, τ= 255, KY= 1.974), Zeolite 4A 50% v/v (kTh = 0.00001, qo= 0.189, KT= 0.341 kYN = 0.0016, τ= 270, KY= 1.891), Zeolite 4A 10% v/v ((kTh= 0.00009, qo= 0.189, KT = 0.385 kYN = 0.002, τ = 240, KY = 1.945). Based on the results, Modified Thomas & Yoon-Nelson empirical model is not quite accurate for modelling breakthrough curve. Hence, further research is conducted to develop new empirical model for ethanol-water adsorption in a fixed bed column. The empirical model developed by adopting Thomas Model Equation and Polynomial equation that has five parameters which is K, a, b, c, and d."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hasfi Rizki Nur
"Sektor industri dan transportasi sudah menjadi aspek utama dalam kehidupan manusia sehari-hari dengan sumber energi yang masih didominasi oleh energi fosil sehingga merusak lingkungan. Bahan bakar nabati (BBN) merupakan opsi yang kerap digunakan untuk mengatasi permasalahan energi tersebut. Biodiesel, salah satu dari jenis BBN, hewani dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif bahkan sebagai aditif untuk minyak solar. Selain itu, penggunaan Biodiesel dengan bahan baku minyak kelapa sawit cocok dengan sumber daya alam Indonesia. Pemerintah Indonesia terus mendukung pengembangan produk biodiesel dan penggunaannya sebagai bahan bakar alternatif, namun terdapat beberapa permasalahan dikarenakan karakteristik dasar biodiesel memiliki perbedaan dibandingkan dengan minyak solar. Biodiesel memiliki karakteristik yang sensitif terhadap suhu rendah yang akan terjadinya pengkristalan partikulat dan kontaminan sehingga akan menyebabkan fenomena penyumbatan filter. Selain itu, sifat fisik dasar biodiesel yang lebih kental dan padat dibanding minyak solar kerap berefek pada kurang maksimalnya pengabutan injektor di sistem injeksi mesin diesel. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat pencampuran biodiesel dengan minyak solar (B0 – B100) terhadap karakteristik fisika dan kimianya. Campuran bahan bakar pada penelitian ini adalah minyak solar dengan angka setana 48 dan biodiesel fatty acid methyl ester (FAME). Pengujian karakteristik yang dilakukan meliputi nilai densitas, viskositas kinematik, cleanliness, total kontaminan, filter blocking tendency (FBT), dan cold filter plugging point (CFPP). Selain itu juga dilakukan pengujian tekanan pengabutan injektor untuk membandingkan nilai pengujian karakteristik secara eksperimental di kondisi aktual. Hasil pengujian karakteristik menunjukan terjadi peningkatan seiring dengan penambahan tingkat pencampuran biodiesel sebesar 1,78%, viskositas kinematik sebesar 29,87%, total kontaminan sebesar 2 kali lipat, CFPP sebesar 6oC dan FBT sebesar 3,74 kali lipat. Selain itu, hasil uji tekanan pengabutan juga mengalami peningkatan nilai tekanan seiring meningkatnya pencampuran kadar biodiesel sebesar 5,45%.

The industrial and transportation sectors have become the main aspects of everyday human life, with fossil fuels still dominating energy sources, thus damaging the environment. Biofuel is an option that is often used to overcome these energy problems. Biodiesel, one of the biofuels, can be used as an alternative fuel. In addition, using Biodiesel with palm oil as raw material is compatible with Indonesia's natural resources. The Indonesian government continues to support the development of biodiesel products and their use as alternative fuels. However, there are some problems due to the different essential characteristics of Biodiesel compared to diesel oil. Biodiesel has characteristics that are sensitive to low temperatures, which will cause particulate and contaminant crystallization to occur, causing filter clogging. In addition, the basic physical properties of Biodiesel, which are thicker and denser than diesel oil, often affect the injector spray quality. The purpose of this study was to determine the effect of mixing level of Biodiesel with petro-diesel (B0 – B100) on its physical and chemical characteristics. The fuel mixture in this study was diesel oil with a cetane number of 48 (CN 48) and Fatty Acid Methyl Ester (FAME) biodiesel. The results of the characteristic test showed an increase along with the addition of the biodiesel blending level, the density value was 1.78%, the kinematic viscosity was 29.87%, the total contaminants were 2 times, the CFPP was 6oC and the FBT was 3.74 times. In addition, the results of the atomization pressure test also experienced an increase in the pressure value as the biodiesel blending content increased by 5.45%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>