Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 34489 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aisha Nurfitriane Dwikaryanti
"Cengkeh dapat digunakan sebagai obat sakit gigi. Zat berkhasiat pada cengkeh yang berperan untuk mengatasi sakit gigi adalah eugenol. Eugenol merupakan zat yang terkandung dalam minyak cengkeh. Secara farmakologi eugenol memiliki sifat sebagai anestesi lokal dengan mekanisme menginhibisi kanal natrium. Eugenol dapat memberikan efek anestetik pada tikus secara reversibel dimana efek yang ditimbulkan bergantung dengan dosis, yaitu antara 5 - 60 mg/kg. Kombinasi serbuk bunga cengkeh dan gliserin 2 : 3 (b/v) terbukti dapat memberikan efek anestetik lokal namun konsentrasi yang digunakan tidak diketahui pasti. Pada penelitian ini akan dibuat tiga formulasi gel mengandung serbuk bunga cengkeh 2,58 %; 7,75 %; dan 23,25 % serta satu sediaan basis gel sebagai kontrol normal. Dari keempat formulasi akan di lakukan evaluasi sediaan seperti pengamatan organoleptis (warna, aroma, homogenitas), pH, daya lekat, daya sebar, viskositas, konsistensi, dan stabilitas fisik. Selain itu, gel serbuk bunga cengkeh F1, F2, F3 dilakukan uji efek anestetik lokal dilihat dari efek analgetik dengan metode Hot Plate dan Tail Flick dibandingkan dengan kontrol normal dan kontrol positif berupa gel yang mengandung benzokain. Hasil penelitian menunjukkan sediaan gel serbuk bunga cengkeh F1, F2, F3 memenuhi kriteria gel yang diharapkan yaitu tidak mudah menyebar, memiliki daya lekat yang baik, pH yang sesuai dengan rentang pH mulut yaitu 5,6 - 7, 2; serta stabil pada suhu hangat, dingin, dan kamar. Berdasarkan uji efek anestetik lokal, gel serbuk bunga cengkeh F1, F2, F3, dan kontrol positif terbukti memberikan efek sebagai anestetik lokal (p < 0.05)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S54766
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andri Wijayanto
"Sediaan cair eugenol dalam bentuk minyak cengkeh adalah sediaan yang paling mudah diperoleh dalam berbagai tingkat kemurnian yang digunakan di berbagai industri seperti kimia, farmasi, maupun kosmetika. Namun seringkali sediaan cair dari suatu bahan lebih sulit di-handle daripada bahan dalam sediaan padat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas kasein susu dalam mengenkapsulasi eugenol dari minyak cengkeh untuk membuat sediaan padat dari eugenol yang memiliki ukuran partikel berskala nano. Untuk menghasilkan partikel yang disebut nanocengkeh ini, digunakan alat sonikator yang dioperasikan dengan intensitas 30%. Sebanyak 63,86% eugenol berhasil dienkapsulasi dari minyaknya. Nanocengkeh yang diperoleh juga memiliki kandungan eugenol lebih tinggi dari sediaan minyaknya. Diameter rata-rata nanocengkeh yang diperoleh sebesar 377,5 nm, dengan loading capacity sebesar 67,2%. Dengan demikian, misel kasein sangat baik dalam mengenkapsulasi eugenol untuk menyediakan eugenol dalam bentuk sediaan padat.

Liquid preparation of eugenol in clove oil form is one the eugenol preparation form that easiest to get it nowadays in many level of purity that many industry like chemical, pharmacy, and cosmetics industry very need it for their product. The problem is the liquid preparation of chemical is often not easy to handle than the solid one. This research has the purpose to observe the effectivity of cow milk casein in case of encapsulating eugenol from clove oil for creating the solid preparation of eugenol in nanoscale size. The nanosize of this particle, said “nanocengkeh”, is made using sonicator operated at 30% intensity. The result is as many as 63.86% eugenol from clove oil can be encapsulated by the casein. The concentration of eugenol in this solid form also increase. The average particle diameter is about 377.5 nanometers, with loading capacity until 67.2%. Therefore, casein micelle is a very good option to encapsulate eugenol for creating the solid preparation of eugenol."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S46496
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Malamed, Stanley F., 1944-
"Buku yang berjudul "Handbook of local anesthesia" ini ditulis oleh Stanley F. Malamed. Buku ini membaha tentang anesthesi, neurophysiology, dan paharmacology."
St. Louis: Mosby, 1997
R 617.967 6 MAL h
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Wahda Fitria
"Minyak atsiri cengkeh dan minyak atsiri sereh dapat diformulasikan menjadi sediaan nanoemulsi gel sebagai sediaan topikal pada kulit. Sediaan nanoemulsi gel ini diformulasikan dengan terlebih dahulu membuat sediaan nanoemulsi, yang selanjutnya dibuat menjadi sediaan nanoemulsi gel dengan mendispersikan nanoemulsi ke dalam gel yang telah dibuat dengan bahan aktif dari minyak atsiri cengkeh dan minyak atsiri sereh. Sediaan nanoemulsi gel kemudian dianalisis stabilitas komponen kimianya dengan menggunakan GC-MS. Hasil analisis menggunakan GC-MS diperoleh sediaan nanoemulsi gel yang diformulasikan dari minyak cengkeh dan minyak sereh cukup stabil secara kimia.

Clove oil and lemongrass essential oil can be formulated into Nanoemulsion Gel preparations as topical preparations for the skin. This Nanoemulsion Gel preparation is formulated by first making a nanoemulsion preparation, which is then made into a Nanoemulsion Gel preparation by dispersing the nanoemulsion into a gel that has been made with active ingredients from clove oil and lemongrass essential oil. The gel nanoemulsion preparation was then analyzed for the stability of its chemical components using GC-MS. The results of analysis using GC-MS obtained that a Nanoemulsion Gel preparation formulated from clove oil and lemongrass oil was chemically stable."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lisnawati Tri Hastuti
"Minyak cengkeh dari bunga cengkeh Sygyzium aromaticum umumnya diisolasi dari cengkeh kering. Teknik pengeringan pada cengkeh yang biasa dilakukan oleh petani adalah dengan menjemur cengkeh di terik matahari. Karakteristik minyak cengkeh sangat dipengaruhi oleh penanganan pasca panen seperti pengeringan dan penyimpanan. Pada penelitian ini, telah dilakukan studi mengenai pengaruh proses pengeringan dengan sinar matahari dan penyimpanan cengkeh terhadap kandungan dan komposisi minyak atsiri yang dihasilkan. Pengeringan dilakukan dengan menjemur cengkeh di bawah sinar matahari hingga kandung airnya mencapai 12-14. Pengaruh penyimpanan cengkeh dipelajari terhadap minyak yang diisolasi dari bunga cengkeh kering yang sudah disimpan selama 6 bulan. Minyak atsiri dari setiap perlakuan diperoleh dengan metode destilasi uap terhadap bunga cengkeh dan komposisi kimianya dianalisa dengan metode Kromatografi Gas/Spektrometer Massa KG/SM. Senyawa-senyawa mayor yang terdeteksi pada minyak atsiri bunga cengkeh dari Manado dan Toli-toli yaitu eugenol, eugenol asetat, dan kariofilena. Pengeringan terhadap cengkeh Manado dan Toli-toli menyebabkan kenaikan kandungan eugenol masing-masing sebanyak 5,187 dan 7,511. Sementara itu, penyimpanan terhadap cengkeh Toli-toli selama 6 bulan menyebabkan kenaikan kandungan eugenol sebanyak 7,382.

Clove bud oil Sygyzium aromaticum are generally isolated from dried cloves. Conventional drying technique that commonly used by farmer is drying under sunlight. Characteristics of clove oil is strongly influenced by post harvest handling which are drying and storage. This study have been investigated the effects of sun drying process and storage of the content and composition of essential clove oil. Drying of clove was conducted under sunlight until the moisture content reached 12 14. The influence of storage to the clove oil was studied by isolated the oil from dried clove buds that have been stored for 6 months. Essential oil of each treatment is obtained by steam distillation method of clove and their chemical composition was analyzed by Gas Chromatography Mass Spectrometer GC MS. The major compounds contained in the clove of Manado and Toli toli are as follow eugenol, eugenol acetate, and carryophyllene. Drying of the Manado and Toli toli cloves caused 5.187 and 7,511 increase of eugenol for each. Meanwhile, the storage of clove Toli toli after 6 months led to the increase in the content of eugenol as much as 7.382.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2016
T47238
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bambang Tjahjono
"Akhir-akhir ini efek analgatik daun jambu meta mulai diteliti orang, bahkan penelitian ini sudah sampai pada sukarelawan sehat dan uji klinik, dan perusahaan jamu telah ada yang memasukkan daun jambu mete ke dalam komposisi jamu pegel Iinu. Selama ini sediaan yang dipakai untuk penelitian masih berupa infusum, sehingga dosis pemberian cukup besar (25 9/50 kgBB) serta ada rasa kurang enak yang menyebabkan mual dan muntah. Bertitik tolak dari hal-hal tersebut di atas, maka tujuan penelitian ini adalah menyiapkan sediaan bentuk ekstrak sehingga dosis pemberian menjadi lebih kecil.
Penelitian ini dilakukan dalam 3 tahap. Pada tahap I, diuji efek analgetik 3 macam ekstrak yaitu ekstrak nonpolar, ekstrak semipolar dan ekstrak polar, pada tikus sebagai hewan coba. Tikus dibagi secara acak menjadi 6 kelompok perlakuan. Kelompok I tidak diberi apa-apa, kelompok II diberi suspensi povidon 5%, kelompok III diberi ekstrak alkohol 190 mg/kgBB, kelompok IV diberi ekstrak petroleum eter 190 mg/kgBB, kelompok V diberi ekstrak kloroform 190 mg/kgBB dan kelompok VI diberi dipiron 300 mg/kgBB.
Hasil uji tersebut membuktikan bahwa ekstrak semi polar (kloroform) menunjukkan efek analgetik paling kuat. Disamping itu masing-masing ekstrak dilihat profil kandungan senyawa didalamnya dan ternyata ekstrak kloroform mengandung golongan polifenol dan triterpenoid. Pada tahap II, diuji efek analgetik ekstrak kloroform pada tikus. Metode pengujian sama dengan metode pada tahap I, perbedaannya adaIah kelompok III diberi ekstrak kloroform 45,5 mg/KQBB, kelompok IV diberi ekstrak kloroform 91 mg/kgBB, dan kelompok V diberi ekstrak kloroform 182 mg/kgBB. Pada tahap III yaitu tahap prediksi zat aktif, dilakukan isolasi noda terbesar golongan senyawa polifenol (Rf 0,5) dan golongan triterpenoid (Rf O,4), kemudian meIarutkannya ke dalam metanol. Larutan yang diperoleh diidentifikasi dengan gabungan kromatografi gas-spektrometri infra merah-spektrometri massa, juga dengan kromatografi cair kinerja tinggi.
Dari hasil analisis statistik, terbukti bahwa ekstrak kloroform menunjukkan efek analgetik paling kuat dibandingkan dengan ekstrak yang lain tetapi masih lebih lemah dibandingkan dengan dipiron 0,300 9/kgBB dan kemungkinan ada hubungan antara dosis pemberian dengan efek analgetik yang terjadi. Sedangkan prediksi zat kandungan aktif belum dapat dilakukan karena senyawa yang diisolasi belum senyawa tunggal (belum murni).

Many studies dealing with the effect of analgetic cashew nut leaves had been done in animals as well as in human being. Meanwhile, some Herbal medicine companies included cashew nut leaves as one of the component of their product to relieve muscle and back pain. So far infusion is the preparation used in previous studies, so the dose given is high enough (25 g/50 kgBW), it had unfavourable taste and may caused nausea and vomiting. Due to the reason mentioned above, the purpose of this study is to prepare an extract form which can be used in smaller dose.
This study is carried out in 3 stages. The first stage, was, preparing 3 kinds of extract namely nonpolar extract, semipolar extract and polar extract; then each of them was tested in rats to see it?s analgetic effect. The rats were randomly divided into 6 treatment groups. First group was given nothing, second group was given povidon suspension 5%, third group was given 190 mg/kgBW alcohol extract, fourth group was given 190 mg/kgBW petroleum ether extract, fifth group was given 190 mg/kgBW chloroform extract and sixth group was given 300 mg/kgBW dipyrone.
The result show that semipolar extract (chloroform) gives the strongest analgetic effect. Besides that, each extract showed it?s compound profile, infact chloroform extract contains polyphenol and triterpenoid. The second stage, the chloroform extract was tested in rats. The analgesic test method was similar to the first stage. The difference was that the third group was given 45,5 mg/kgBW chloroform extract, the fourth group was given 91 MQ/KQBW chloroform extract,the fifth group was given 182 mg/kgBW chloroform extract. In the third stage, the active compound of chloroform extract was predicted, the biggest spot of polyphenol (Rf 0,5) and triterpenoid (Rf O,4) could be isolated and then dissolved it into methanol. The solution was identified by combined gas chromatography-infra red spectrometry-mass spectrometry and also high pressure liquid chromatography.
From statistical analysis, it was proven that chloroform extract had the strongest analgesic effect and there might a dose-effect relationship. Unfortunately, the active compound still could not predicted because the isolated product was not pure yet."
Depok: Universitas Indonesia, 1996
T9355
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Naibaho, Robert Hotasi
"ABSTRAK
Latar Belakang: Anestetik topikal telah menjadi pilihan utama dalam prosedur fakoemulsifikasi untuk ekstraksi katarak karena efeknya yang cepat, murah, aplikasi tidak nyeri, kepuasan pasien yang baik, dan menghindari risiko anestesia umum. Anestetik topikal yang paling sering digunakan adalah tetes mata tetrakain 0,5 . Obat ini aman dan efektif dalam menghilangkan nyeri, tetapi durasi kerjanya singkat sehingga seringkali harus dilakukan penambahan saat operasi. Pemberian berulang ini dapat bersifat toksik pada epitel kornea. Saat ini telah berkembang sediaan baru berupa gel lidokain 2 yang memiliki waktu kontak lebih lama dengan epitel korena dan efektivitas yang baik dalam menghilangkan nyeri. Tujuan : untuk membandingkan efektivitas gel lidokain 2 dengan tetes mata tetrakain 0,5 dalam operasi fakoemulsifikasi. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian uji klinis acak tersamar tunggal yang dilakukan pada Maret-April 2017. Terdapat 72 subjek penelitian berusia ge; 40 tahun yang menjalani prosedur fakoemulsifikasi. Semua subjek secara acak dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok gel lidokain 2 dan kelompok tetes mata tetrakain 0,5 . Anestetik topikal diaplikasikan 5 menit sebelum operasi kemudian 5 menit setelah operasi subjek memberikan penilaian skala nyeri intraoperatif dengan menggunakan numerical rating scale dan mengisi kuesioner kepuasan subjek terhadap obat anestetik topikal yang diberikan. Dokter bedah mata juga diberikan kuesioner kepuasan terhadap obat anestetik topikal. Hasil: Skala nyeri kelompok gel lidokain lebih rendah dibandingkan kelompok tetes mata tetrakain p

ABSTRACT
Background Topical anesthetics have become the primary choice in phacoemulsification procedures for cataract extraction. Topical anesthesia is a rapid, low cost alternative with faster postoperative functional recovery, relatively painless application, improved patient satisfaction, quick anesthesia effect, and it avoids the many risks associated with general anesthesia The most common topical anesthetic drug used is tetracaine eye drops 0.5 . This drug is proven to be safe and effective in relieving pain, but the duration of action is short, so additional doses during surgery is often needed. Repeated administration of 0,5 tetracaine drops can cause corneal epithelial damage because it is toxicity. Newer drug, 2 lidocaine gel, has longer contact time with corneal epithelium and is effective in relieving pain. Objective to compare the effectiveness of 2 lidocaine gel with 0,5 tetracaine drops in phacoemulsification surgery. Method The study is a single blinded randomized clinical trial, conducted at RSUPN Cipto Mangunkusumo from March to July 2017 in patients underwent phacoemulsification cataract surgery. There were 72 subjects with age ge 40 years old who received randomization and divided into 2 groups 2 lidocaine gel group and 0,5 tetracaine eye drop group. Topical anesthetics were applied 5 minutes before surgery. Five minutes after surgery, subjects assessed the scale of pain perceived during surgery using a numerical rating scale and filled the subject satisfaction questionnaire on topical anesthetic drugs administered. The ophthalmologists were also given a satisfactory questionnaire for topical anesthetic drugs. Result The lidocaine gel group pain scale was lower than the tetracaine eye drop group p "
2017
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Merly
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2005
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tauhid Asri Utomo
"Latar Belakang : Penggunaan spray lidokain dengan obat anestetik intravena merupakan pilihan untuk sedasi pada endoskopi saluran cerna atas. Tetapi terdapat ketidaknyamanan dari pasien mengenai penggunaan spray lidokain. Inhalasi lidokain merupakan pilihan alternatif anestetik lokal. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan keefektifan dari spray lidokain dan inhalasi lidokain pada endoskopi saluran cerna atas.
Metoda : 150 pasien yang menjalani endoskopi saluran cera atas dengan sedasi di RSUPN Cipto Mangunkusumo sejak November 2017 hingga April 2018, dengan kesan ASA I-II, BMI 18,5-29,9, dan setuju untuk mengikuti penelitian, dilakukan randomisasi dan dibagi menjadi 2 grup yang akan mendapatkan 1,5 mg/kgbb spray lidokain atau 1,5 mg.kgbb inhalasi lidokain. Untuk sedasi akan diberikan fentanyl 1 mcg.kgbb dan propofol 1,5 mg/kgbb bolus pada kedua grup . Tiap kejadian gag reflex dan penambahan dosis propofol akan dicatat.
Hasil : Gag reflex terjadi sebanyak 1,3 % total pasien di grup inhalasi lidokain dan 30,7% pada grup spray lidokain (P<0,001). Rerata rescue dose propofol yang didapatkan pada grup inhalasi lidokain (0,67 ± 5,77 mg/kg) dan (11 ± 17,9 mg/kg) pada grup spray lidokain. Parameter lain seperti usia, jenis kelamin, kategori ASA, BMI didapatkan tidak signifikan.
Simpulan : Inhalasi lidokain lebih efektif sebagai anestetik lokal dibandingkan spray lidokain sebagai adjuvan pada endoskopi saluran cerna atas.

Background : Combination of spray lidocaine and intravenous anesthetic was the choice for upper gastrointestinal endoscopy (UGE). However, spraying lidocaine was found uncomfortable to the patient. Nebulized lidocaine was the alternative for local anesthetic. This study aimed to compare the effectiveness of spraying and nebulized lidocaine for patients undergoing UGE.
Methods : 150 patients undergoing UGE under sedation at Cipto Mangunkusumo National Hospital from November 2017 until April 2018, with physical status ASA I-II, BMI 18,5-29,9, and agree to join the experiment, were randomized to receive either 1,5 mg/kg of spray lidocaine or 1,5 mg/kg of nebulized lidocaine. Combined sedation was achieved using fentanyl 1 mcg/kg and Propofol 1,5 mg/kg IV boluses. Every gag reflex occurred and rescue dose of propofol administered were recorded.
Result : Gag reflex occurred 1,3% in nebulized lidocaine group and 30,7% occurred in spray lidocaine (P < 0,001). Mean rescue dose of propofol in nebulized lidocaine group (0,67 ± 5,77 mg/kg) and (11 ± 17,9 mg/kg) in spray group. Outcomes parameters including sex, age, ASA category, BMI were statistically unsignificant.
Discussion : We think inability of spray lidocaine to resist gag reflex is because the process of spraying should be equal from each side of vocal cord, pharynx and larynx. Nebulization could split the lidocaine into small particle, so the spread of the lidocaine will be spread evenly.
Conclusion : Nebulized lidocaine is more effective as local anesthetic than spray lidocaine for adjuvant in UGE.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T58600
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Rotua Selvi
"Potensi Indonesia sebagai salah satu penghasil minyak cengkeh terbesar di dunia didukung dengan pengembangan perkebunan cengkeh di Indonesia. Sulawesi Utara merupakan provinsi penghasil minyak cengkeh di Indonesia. Desa Liandok yang berada pada kabupaten Minahasa Selatan, provinsi Sulawesi Utara memiliki area perkebunan cengkeh yang luas. Penelitian ini bertujuan untuk mengkarakterisasi gen ech dan gen fcs pada bakteri tanah dari perkebunan cengkeh Desa Liandok, Minahasa Selatan. Bakteri tanah dari perkebunan cengkeh di Desa Liandok, Minahasa Selatan diisolasi dengan beberapa medium selektif. Ektraksi DNA dilakukan dengan menggunakan Geneaid PrestoTM Mini gDNA Bacteria Kit. Isolasi genom dari ekstraksi DNA dilakukan dengan elektroforesis gel agarosa. Primer forward dan primer reverse didesain dengan multiple alignment sekuens yang menyandi gen ech dan gen fcs dari bakteri Pseudomonas sp. pada data NCBI GenBank. Analisis PCR dilakukan melalui primer forward dan primer reverse untuk mendeteksi gen ech dan gen fcs pada isolat. Selanjutnya, amplikon dianalisis dengan elektroforesis gel agarosa untuk menunjukan pita pada daerah gen ech dan gen fcs. Analisis secara molekuler dilakukan dengan mengamplifikasi gen 16S rRNA dengan metode PCR menggunakan primer universal 27F dan 534R dan dilanjutkan dengan sekuensing terhadap gen 16S rRNA. Langkah terakhir, yaitu dilakukan analisis hasil sekuensing menggunakan metode BLAST di NCBI. Keberadaan gen ech dan gen fcs pada isolat bervariasi. Sembilan isolat dari total 22 isolat memiliki gen ech dan gen fcs. Hasil BLAST terhadap urutan nukleotida gen 16S rRNA dari tiga isolat yang disekuensing mempunyai kesamaan 99% dengan bakteri Pseudomonas nitroreducens dan satu isolat mempunyai kesamaan 96% dengan Pseudomonas denitrificans. Sebagai kesimpulan, bakteri tanah pada perkebunan cengkeh di Desa Liandok, Minahasa Selatan memiliki gen ech dan gen fcs yang berpotensi untuk melakukan konversi eugenol menjadi vanillin.

Indonesias potential as worlds largest clove oil producer is supported by the development of clove plantations in Indonesia. North Sulawesi is a province that playing the biggest role in producing clove oil in Indonesia. Desa Liandok is located in Minahasa Selatan, North Sulawesi which has a large areal of clove oil plantation. This study was aimed to characterize ech and fcs genes in soil bacteria from clove plantation in Desa Liandok, South Minahasa which has the potential to bioconvert eugenol to vanillin. The soil bacteria from clove plantations in Desa Liandok, South Minahasa was isolated using selective mediums. DNA extraction was carried out using Geneaid PrestoTM Mini gDNA Bacteria Kit. The isolated genomes from DNA extraction were analyzed and carried out by agarose gel electrophoresis. Both primers for PCR were designed by aligning multiple ech and fcs genes sequences of Pseudomonas sp. in NCBI GenBank data. PCR analysis was performed within forward and reverse primers to detect ech and fcs genes in the isolate. Furthermore, the amplicons was analyzed using agarose gel electrophoresis to show ech and fcs genes bands. Molecular analysis was carried out by amplifying the 16S rRNA gene with the PCR method using universal primers 27F and 534R and continued with sequencing of the 16S rRNA gene. The last step was to analyze the result of DNA sequencing using BLAST method in NCBI. The existence of ech and fcs genes in each isolate were varied. BLAST analysis against nucleotide sequence of the 16S rRNA gene from three isolates that were sequenced possess 99% similarities with Pseudomonas nitroreducens and one isolate possesses 96% similarities with Pseudomonas denitrificans. Nine out of 22 isolates contained both fcs and ech genes. To conclude, soil bacterias in clove plantation in Desa Liandok, South Minahasa have ech and fcs genes which have the potential to bioconvert eugenol to vanillin."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>