Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 167810 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Reza Insan Meidiansyah
"Arus inrush merupakan salah satu fenomena yang terjadi pada sistem tenaga listrik khusunya pada transformator. Arus ini dapat menyebabkan kesalahan kerja proteksi pada sistem sehingga akan mengganggu keandalan sistem tenaga listrik. Arus inrush berbeda dari arus gangguan, dimana arus inrush hanya terjadi oleh beberapa kasus saja, dan yang paling banyak terjadi yaitu saat inti transformator pertama kali di beri energi. Besarnya arus inrush dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satu hal yang dapat memberikan pengaruh tersebut adalah variasi beban yang dihubungkan pada transformator sekunder. Selain pada transformator arus inrush juga dapat terjadi pada beban rumah tangga, arus ini dapat mengganggu kerja dari sirkuit breaker pada instalasi listrik rumah tangga. Besar arus inrush yang terjadi pada beban rumah tangga juga dipengaruhi oleh sifat beban itu sendiri.

Inrush current is one of the phenomena that occur on the power system especially on the transformer. This current can cause errors in the protection system so that it will disturb the reliability of power system. Inrush current is different from fault current, where inrush current occur in a few cases only, and it happen mostly when the transformer energized. Magnetizing inrush current magnitude can be affected by several things, one of the things is the variation of the load that connected to the secondary transformer. Inrush current can also occur in household electrical load, these current can disturb the circuit breaker in the electrical installation of the household. Magnitude of these inrush current is also influenced by the nature of the load itself."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54747
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ari Setyawan
"Merujuk pada UU No. 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan, produsen listrik harus menyediakan layanan dan produk yang sebaik-baiknya pada masyarakat. Untuk mewujudkan hal ini produsen harus meningkatkan mutu produknya. Salah satu hal yang dapat menurunkan kualitas produk adalah susut yang terjadi pada jaringan tenaga listrik. Susut pada jaringan tidak bisa dihindari, namun dapat diminimalisisai. Studi mengenai hal ini telah banyak dilakukan oleh berbagai pihak. Pada skripsi ini dibahas pengaruh dari bentuk kurva beban harian (KBH) terhadap susut yang terjadi pada konduktor Jaringan Tegangan Menengah PT. PLN khususnya Area Cempaka Putih. Bentuk kurva beban harian direpresentasikan dengan koefisien variasi. Semakin besar koefisien variasi susut yang terjadi semakin besar untuk besar energi harian yang sama.

Refering to UU No. 30 Tahun 2009 about electricity, that electricity provider has to provide best services and products to the electricity consumers. In order to make it comes true, electicity provider has to improve its products quality. One of factors that could decrease the quality of electricity products is loss in power system. Loss in power system can not be avoided, but it may be decereased. There are many study concern in decreasing loss of electric power lines. This thesis discusses about the effects of daily load profile form toward distribution loss in medium voltage line?s conductor of PT. PLN expecially Cempaka Putih region. Daily load profile form is represented by variation coeficient. The bigger variation coefficient of daily load profile, the bigger loss for the same daily energy delivered."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S42673
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Fadhil Rafii Saputro
"Banyak peralatan rumah tangga saat ini sudah menerapkan teknologi switch-mode power supply (SMPS) dan inverter yang dapat meningkatkan efisiensi energi. Namun penggunaan teknologi tersebut dapat membangkitkan disturbance pada rentang frekuensi 9-150 kHz akibat frekuensi switching yang tinggi. Selain itu, penurunan emisi pada rentang frekuensi rendah atau harmonik klasik dengan rangkaian filter, menjadi salah satu penyebab lainnya dalam meningkatnya emisi pada rentang frekuensi tinggi. Tegangan suplai utama pada jaringan tegangan rendah selalu bervariasi nilainya setiap waktu. Variasi tegangan suplai yang terjadi secara aktual dapat mempengaruhi disturbance yang dibangkitkan oleh peralatan rumah tangga pada rentang frekuensi 9-150 kHz.
Penelitian ini fokus pada pencarian karakteristik disturbance peralatan rumah tangga dan pengaruh disturbance yang dibangkitkan terhadap variasi tegangan suplai pada rentang frekuensi 9-150 kHz. Peralatan rumah tangga yang digunakan adalah AC inverter, AC non-inverter, kulkas inverter, kulkas non-inverter, kompor induksi, lampu CFL, lampu LED, personal komputer, dan vacuum cleaner. Dalam melakukan pencarian karakteristik disturbance peralatan rumah tangga, digunakan decoupling network untuk menurunkan tegangan jatuh pada impedansi internal peralatan rumah tangga dan membatasi disturbance dari suplai masuk saat dilakukan pengukuran.
Pengukuran disturbance dilakukan dengan menggunakan osiloskop differensial Picoscope 3425. Analisis karakteristik disturbance dilakukan dalam domain frekuensi dengan menggunakan Fast Fourier Transform (FFT). Pencarian karakteristik disturbance dilakukan pada tiga variasi waktu (pagi, siang, dan malam). Dari hasil pengukuran menunjukan disturbance tertinggi dihasilkan oleh vacuum cleaner sebesar 5,085 V pada frekuensi 9,8 kHz dan disturbance terendah dihasilkan oleh lampu LED Panasonic sebesar 16,62 mV pada frekuensi 64,4 kHz. Perubahan disturbance tertinggi yang dibangkitkan oleh peralatan rumah tangga terhadap variasi tegangan suplai terjadi pada kulkas inverter, dengan perubahan disturbance mencapai 71,79% dan yang terendah terjadi pada lampu CFL Philips sebesar 11,6%.

Many household appliances are now implementing switch-mode power supply (SMPS) and inverter technologies that can improve energy efficiency. But the use of these technologies may generate disturbances in the frequency range within 9-150 kHz due to high switching-frequency. In addition, decreasing emissions in the low frequency range or classical harmonics with filter circuits, is one of the other causes in increasing emissions in the high frequency range. The main supply voltage at low voltage networks always varies in time. Variations in actual supply voltage can affect the disturbance generated by household appliances at a frequency range within 9-150 kHz.
This study focused on the search for characteristics of disturbance in household appliances and the disturbance generated by variations of actual supply voltage in the frequency range within 9-150 kHz. The household appliances under test are inverter air conditioner, non-inverter air conditioner, inverter refrigerator, non-inverter refrigerator, induction cooker, CFLs lamps, LEDs lamps, personal computer, and vacuum cleaner. The actual disturbance characteristics of household appliances can be measured by installing decoupling network which used to reduce the voltage drop in the internal impedance of household appliances and limit the disturbance from incoming supply when measured.
The disturbance is measured by using Picoscope 3425 differential oscilloscope. The characteristics of disturbance is analyzed in the frequency domain using Fast Fourier Transform (FFT) and measured on three variations of time (morning, afternoon and evening). The measurement results shows, the highest disturbance is generated by a vacuum cleaner of 5,085 V at a frequency of 9,8 kHz and the lowest disturbance is generated by Panasonic LED lamps of 16,62 mV at a frequency of 64,4 kHz. The highest variance of disturbance generated by household appliances affected by variations in supply voltage is inverter refrigerator, with variance of disturbance reaches 71,79% and the lowest is Philips CFL lamps reaches 11,6%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Galih Ilham Mey Setiawan
"Pada saat pengoperasian transformator, permasalahan yang umum terjadi adalah timbulnya kegagalan, baik kegagalan termal maupun kegagalan elektris. Isolasi minyak memiliki peranan yang penting terhadap kinerja suatu transformator. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengontrolan terhadap kondisi minyak transformator agar keandalannya tetap terjaga. Pengontrolan kondisi tersebut dapat dilakukan dengan melakukan pengujian minyak transformator berdasarkan uji parameter utama, yaitu pengujian Dissolved Gas Analysis (DGA), pengujian kandungan air (water content) dan pengujian tegangan tembus (breakdown voltage).
Dari keenam sampel minyak yang diujikan, indikasi awal yang terjadi adalah fenomena kegagalan dengan tingkat energi yang rendah, seperti korona, overheated cellulose dan permasalahan yang melibatkan logam panas. Selain itu, dengan menggunakan metode koefisien korelasi dapat disimpulkan bahwa parameter pengujian DGA merupakan parameter uji yang berdiri sendiri atau tidak berkaitan dengan parameter uji lain. Sementara pengujian tegangan tembus dan kandungan air memiliki korelasi yang tinggi yaitu berbanding terbalik, sehingga hasil dari pengujian salah satu parameter, dapat diprediksi apabila nilai dari hasil pengujian parameter lainnya telah diketahui.
Hal ini terlihat dari hasil pengujian bahwa sampel minyak ke-4 memiliki kandungan air tertinggi yaitu 14,525 ppm dan tegangan tembus terendah sebesar 43,2 kV. Sebaliknya, sampel minyak ke-6 memiliki kandungan air terendah, yaitu 6,332 ppm dan tegangan tembus tertinggi sebesar 71,9 k.

At the time operation of the transformer, a common problem that occur is the onset of failure, both thermal and electrical failure. Insulating oil has an important role on the performance of a transformer. Therefore, a control on the condition is needed in order to maintain its reliability. The control condition can be done by testing transformer oil based on the main parameters test, such as Dissolved Gas Analysis (DGA) test, water content test and breakdown voltage test.
From the six oil samples that tested, initial indications are failure phenomenon that occurs with low energy levels, such as corona, overheated cellulose and issues involving hot metal. Moreover, by using the correlation coefficient method can be concluded that DGA is a stand-alone test parameters or not related to the other test parameters. While the breakdown voltage and water content test have a high correlation, which is inversely proportional, so that the result of testing one of the parameters, can be predicted if the value of the other parameters of the test result are known.
This can be seen from the test results that the 4th oil samples has the highest water content with the value 14,525 ppm and also the lowest breakdown voltage of 43,2 kV. In contrast, the 6th oil sample has the lowest water content, i.e 6,332 ppm and the highest breakdown voltage of 71,9 kV.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52581
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ahmad Yanuar Hidayat
"Skripsi ini membahas tentang pengaruh suhu terhadap degradasi isolasi dan perkiraan nilai harapan hidupisolasi padat dan cair transformator. Hasil pengujian menunjukkan bahwa temperatur berbanding terbalik dengan tegangan tembus dan temperatur akan memperkecil nilai harapan hidup isolasi.Tegangan tembus isolasi paling rendah secara berurutan dari variasi jarak 0 cm hingga 1,5 cm terdapat pada temperatur 1400C yakni sebesar 13,87kV, 21,07kV, 32,52kV, dan 39,78kV. Sementara paling tinggi saat temperatur minyak 950C sebesar 15,47 kV, 23,38 kV, 35,42 kV, dan 41,12 kV. Nilai harapan hidup transformator pada suhu 950C, 1080C, 1230C, dan 1400C masing-masing adalah 99,9973%, 99,9892%, 99,9518%, dan 99,7707%.

The following thesis is discussing the effect of temperature to insulation degradation and life expectancy of transformer’s liquid and solid insulation. The test result shows that the temperature will be inversely equivalent to breakdown voltage and will reduce the life expectancy of transformer’s insulation. The lowest breakdown voltage occurs at temperature of 1400C which values from 0 cm to 1,5 cm respectively are 13,87kV, 21,07kV, 32,52kV, dan 39,78kV. Whilethe highest occurs at 950C which values from 0 cm to 1,5 cm respectively are 15,47kV, 23,38kV, 35,42kV, and 41,12kV. Life expectancy values of transformer’s insulation at temperature of 950C, 1080C, 1230C, and 1400C respectively are99,9973%, 99,9892%, 99,9518%, dan 99,7707%.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52585
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sabdono Hadi
"Analisis kapasitas dan coverage pada jaringan 2G pada implementasi refarming UMTS900 dilakukan dengan metode redimensioning kapasitas dan reengineering akibat penggantian antena triple band. Untuk meningkatkan kapasitas pelanggan dan coverage, operator mulai menggunakan teknologi UMTS900 sebagai solusinya. UMTS900 merupakan teknologi 3G yang menggunakan frekuensi kerja GSM900 (2G) pada frekuensi kerjanya sehingga separuh dari frekuensi pada GSM900 diambil untuk teknologi UMTS900 dan sangat berpengaruh pada kapasitas dan juga cakupan jaringan GSM (2G). Redimensioning dilakukan pada jaringan GSM900 yaitu dengan menghitung ulang kapasitas trafik saat ini sehingga bisa didapatkan jumlah kanal yang dapat memenuhi kapasitas trafik tersebut. Dengan berkurangnya frekuensi GSM900, maka konfigurasi Trx (transceiver) maksimal yang bisa didapatkan yaitu 3/3/3 sehingga jika hasil perhitungan trafik GSM900 tidak bisa memenuhi kapasitasnya maka harus dilakukan traffic sharing dengan site sekitarnya. Adanya penggantian antena triple band, menyebabkan nilai sinyal level minimum coverage pun harus dijaga agar tidak menurun, salah satu teknik yang dapat digunakan adalah menyesuaikan parameter RF, yang antara lain ketinggian antenna, azimuth dan tilting. Dengan aktifitas redimensioning, traffic congestion pada jaringan 2G dapat dicegah dengan cara upgrade Trx pada GSM sebanyak 7 Trx, penambahan new site DCS colocation sebanyak 66 Trx dan upgrade pada site DCS colocation sebanyak 64 Trx sedangkan dengan adanya aktifitas reengineering nilai level sinyal minimum coverage meningkat sebesar 6.17%.

Analysis of capacity and coverage of 2G network due to UMTS900 refarming implementation using capacity redimensioning and reengineering method related to triple band antenna changing. Operator is now using UMTS900 for solution to
build up capacity and coverage. UMTS900 is third generation technology which utilizes GSM900 for working frequency. When UMTS900 is implemented, half of existing GSM900 frequency is used for UMTS900 technology. That will influence GSM (2G) network capacity and coverage. Redimensioning is performed on GSM900 by recalculating existing traffic capacity in order to obtain the number of required channels for the network. The reduction of available GSM900 frequency will limit the maximum TRX configuration down to 3/3/3. Therefore if the result from recalculating GSM900 traffic shows that the required capacity cannot be provided, it is necessary to implement traffic sharing strategy with the collocation or neighbour sites. In addition to that, the antenna triple band replacement must be implemented carefully to avoid the decrease of minimum signal coverage. It can be performed by RF parameter tuning activities such as adjusting antenna height, azimuth and tilting. In conclusion with redimensioning activity, congestion on 2G network can be prevented by upgrade Trx on GSM network as many as 7 Trx, add new DCS colocation 66 Trx and upgrade site on DCS colocation 64 Trx and with reengineering signal level on minimum coverage improve as many as 6.17 %.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47191
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Femy Sanana Sanvia
"Perubahan bentuk jaringan distribusi radial menjadi bentuk jaringan spindle pada GI Ciawi Bogor bertujuan untuk meningkatkan keandalan sistem tenaga listrik dengan adanya penyulang express yang dapat berfungsi sebagai suplai cadangan. Untuk menunjang sistem yang handal maka diperlukan adanya sistem proteksi yang baik. Pada sistem proteksi jaringan distribusi spindle digunakan rele arus lebih sebagai pengaman dari gangguan hubung singkat. Tahapan awal dalam menentukan setting rele arus lebih adalah dengan melakukan studi aliran daya untuk menentukan arus beban maksimum (nominal) yang melalui rele. Selanjutnya dilakukan perhitungan arus gangguan hubung singkat untuk menentukan setting arus pada rele.
Skripsi ini akan membahas mengenai koordinasi proteksi rele arus lebih pada perencanaan jaringan distribusi spindle GI Ciawi Trafo 1 Bogor. Berdasarkan hasil simulasi didapatkan bahwa koordinasi antar rele telah bekerja sesuai urutan dengan waktu kerja antar rele berkisar 0,1-0,2 detik.

Changes in the radial distribution network form into the spindle network form at GI Ciawi Bogor aims to increase the reliability of power system with the express feeder which could serve as backup supply. To support the reliability of power system then it is necessary to have a good protection system. The protection system of spindle distribution network uses the overcurrent relay to protect from nuisance overcurrent. The first step of determining overcurrent relay setting is perform power flow studies to determine the maximum load current (nominal) passing through the relay. Further step is perform the short circuit fault current calculations to determine the current setting of the relay.
This thesis will discuss about coordination of overcurrent relay in the planning of spindle distribution network in GI Ciawi Transformers 1 Bogor. The result of simulations is the coordination between the relay has been working sequentially with the work time of relay range is 0,1-0,2 seconds.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52579
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M Andre Arsyandy
"Isolasi antar kumparan pada transformator daya tersusun dari material kertas dan minyak. Dimana usia dari sebuah transformator biasanya dibatasi oleh usia dari isolasi kertasnya. Dengan pengukuran respon dielektrik pada isolasi antar kumparan di transformator daya, tingkat kandungan air pada isolasi padat serta tingkat konduktivitas pada isolasi minyaknya dapat diketahui. Pengukuran respon dielektrik pada rentang frekuensi yang luas, yakni antara 1 mHz hingga 1 KHz, mampu memberikan Gambaran mengenai karakteristik dari masing-masing material isolasi. Metode yang sedang dikembangkan untuk mendetekasi kondisi isolasi kertas-minyak pada transformator daya dikenal dengan Dielectric Frequency Response (DFR).
Skripsi ini membahas mengenai analisis kondisi isolasi antar kumparan pada transformator berdasarkan standar IEC 60422, analisis dan perbandingan hasil pengukuran DFR pada beberapa transformator yang berbeda, dan pengaruh usia transformator terhadap hasil pengukuran. Pengukuran respon dielektrik antar kumparan pada transformator daya digunakan untuk memperkirakan tingkat kandungan air pada isolasi padat seperti kertas. Pengukuran dilakukan pada lima buah transformator dengan kapasitas yang berbeda-beda, yakni 190, 145, 70, 4 MVA dua kumparan dan 412,2 MVA tiga kumparan. Secara berurutan, hasil yang didapat menunjukkan tingkat kelembaban trafo sebesar 0.2, 0.9, 1.6, 1.2, dan 1 %. Dan dari hasil pengukuran juga diketahui bahwa semakin tua usia transformator maka tingkat kelembabannya semakin tinggi.

The insulation between windings in power transformer is consist of cellulose material and oil mineral. The life of a transformer is usually limited by the life of the cellulose insulation. By measuring the frequency response from the main insulation between windings in power transformer, moisture content on the solid insulation and level conductivity on the oil mineral can be estimated. Dielectric response measurement over a wide frequency range, i.e between 1 mHz ? 1 kHz, can determine different properties of the insulation materials. Methods are being developed to detect the condition of oil-paper insulation, known as Dielectric Frequency Response (DFR).
This thesis discusses about analysis of insulation condition between windings in power transformer based on IEC 60422 standard, analysis and comparison of DFR measurement result from some different transformers, and influence from the age of transformers to measurement result. Dielectric response measurement between windings of power transformers is used to estimate the water content of the solid insulation. The measurement is applied to five transformers with different rate, i.e 190, 145, 70, and 4 MVA Power rated transformers. The result shows moisture level with 0.2, 0.9, 1.6, and 1.2 % water content. And from the result, also known that the ageing of transformer will increase moisture level in the solid insulations."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S53238
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah Aini
"Skripsi ini membahas tentang upaya reduksi harmonik pada sistem tenaga listrik yang memiliki beban non-linier variable frequency drives dengan menggunakan single-tuned passive filter. Variasi tuning dan quality factor pada perancangan filter dilakukan untuk mendapatkan nilai reduksi yang optimal dan memenuhi standar IEEE 519-1992. Variasi tuning factor yang dilakukan adalah ± 0.5 dari orde harmonik dominan dan variasi quality factor adalah 1 hingga 80. Dari hasil simulasi menggunakan ETAP 7.0.0, nilai reduksi harmonik optimal didapatkan dengan pemasangan dua buah single-tuned passive filter dengan tuning factor 5.1 dan 11.1 dan quality factor 60 hingga 80. Besarnya reduksi harmonik arus adalah 16.11% dan besarnya reduksi harmonik tegangan adalah 8.11%, dimana nilai individual harmonic distortion dan total harmonic distortion telah memenuhi standar. Tingkat pembebanan pada transformator penyuplai juga berhasil diturunkan dari 81% menjadi 69.6%.

This focus of study is about the reduction of harmonic distortion in power system supplied non-linear loads variable frequency drives using single-tuned passive filter. Variation of tuning and quality factor has been done to optimize harmonic reduction value to meet IEEE 519-1992 requirement. Variation of tuning factor is ± 0.5 around its dominant harmonic order and variation of quality factor is 1 up to 80. Simulation using ETAP 7.0.0 results optimum reduction of harmonic distortion is achieved by using 2 single-tuned passive filters with tuning factor 5.1 and 11, and quality factor 60 up to 80. Current harmonic distortion has been reduced 16.11% and voltage harmonic distortion has been reduced 8.11%, where individual harmonic distortion and total harmonic distortion has met the requirement. Feeder transformer loading has been reduced from 81% to 69.6%."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2015
S58236
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Enggou Prastyo Utomo
"Suatu sistem distribusi sangat rentan akan gangguan karena daerahnya yang luas dan dekat dengan konsumen. Pada sistem distribusi, jaringan tegangan menengah memiliki peranan penting dalam pendistribusi tenaga listrik. Dalam kenyataannya gangguan sering terjadi pada jaringan tegangan menengah. Gangguan ini dapat menyebabkan kerusakan pada perlatan listrik sehingga menyebabkan terganggunya kontinyuitas suatu sistem distribusi.
Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan sistem proteksi yang efektif. Sistem proteksi yang efektif memiliki beberapa syarat yaitu cepat, selektif, sensitif, dan handal sehingga dapat menghilangkan dan mengurangi dampak gangguan yang terjadi. Sistem proteksi distribusi tegangan menegah terdiri dari relai arus lebih dan relai gangguan tanah sebagai proteksi jaringan tegangan menegah.
Pada skripsi ini akan dibahas tentang perbandingan setting hasil perhitungan dan setting eksisting yang ada pada penyulang limo di gardu induk Gandul. Dari perbandingan didapat bahwa relai hasil seting perhitungan dapat bekerja sedikit lebih cepat dari pada hasil seting lapangan.

A distribution system is highly vulnerable to disruption due to a broad area and close to the consumer. In the distribution systems, medium voltage networks have an important role in electrical power distribution. In fact disturbance common in medium voltage networks in particular short circuit. This disturbance can cause damage to the electrical equipment and causing disruption of continuity of a distribution system.
To overcome this needed an effective protection system. Effective protection system has several requirements like fast, selective, sensitive, and reliable so as to eliminate and reduce the impact of disturbance. Protection of medium voltage distribution system consists of overcurrent relay and ground-fault relay as protection for medium voltage networks.
In this paper will discuss comparison between the results of the calculation and settings that exist in the field setting limo feeder in Gandul main station. The results obtained that the relay setting calculation may work slightly faster than on the results of field settings.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S52578
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>