Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 221740 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Lubis, Ayu Pratiwi
"Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa suhu lingkungan kerja berpengaruh terhadap produktivitas pekerja. Selain memengaruhi produktivitas kerja, suhu lingkungan kerja yang panas juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan akibat panas (heat related disorder), yang paling umum dialami pekerja adalah kelelahan akibat panas (heat exhaustion). PT. X merupakan salah satu pabrik peleburan timah terbesar di Indonesia yang pada proses produksinya memerlukan suhu sampai 1.500oC, hal tersebut dapat menimbulkan tekanan panas (heat stress). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara pajanan tekanan panas dengan kejadian heat exhaustion pada. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional atau potong lintang dengan jumlah sampel sebanyak 76 pekerja. Jumlah pekerja yang mengalami heat exhaustion adalah 27 orang (35,5%).
Hasil yang didapatkan suhu WBGT indoor berkisar 29,4-41,0oC, sehingga menyebabkan 56 dari 76 pekerja (73,7%) mengalami tekanan panas.. Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan antara tekanan panas dengan kejadian heat exhaustion pada pekerja. Oleh karena itu, diperlukan pengendalian secara administrativ dan perlindungan personal untuk memimalisasi risiko dari tekanan panas.

Various studies have shown that the temperature of the working environment affects worker productivity. In addition, high temperature in working environment can also cause heat related disorder, the most common is heat exhaustion. PT. X is one of the biggest tin smelter in Indonesia that the production process requires temperatures up to 1.500oC, it can cause heat stress. This study aims to analyze the relationship between the exposure of heat stress on heat exhaustion. This study used a crosssectional study design with 76 sample of workers. The number of workers who suffered heat exhaustion were 27 persons (35.5%).
The results obtained WBGT indoor temperature ranges from 29.4 to 41.0 ° C, resulting in 56 of 76 workers (73.7%) experienced heat stress. The results of this study showed theres a association between heat stress on workers' heat exhaustion. Therefore, the required control efforts in terms of technical, administrative, and provision of personal protective equipment to minimize the risk of heat exhaustion due to heat stress.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55248
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Sawitri Vanani
"PT Multistrada Arah Sarana, Tbk sebagai perusahaan penghasil ban mempunyai salah satu area produksi yang mengeluarkan suhu yang cukup panas yaitu area produksi Departemen Curing. Area curing adalah bagian produksi yang melakukan pemasakan ban setengah jadi (green tire) menjadi ban jadi. Pada saat proses tersebut dibutuhkan suhu dengan panas rata-rata 200°C, sejumlah tekanan dan waktu tertentu. Proses pemasakan ini menggunakan operator manusia dalam mengoperasikan mesin. Adanya interaksi antara manusia dan mesin tentunya memberikan efek pada manusia. Pada area produksi ini salah satu hazard (bahaya) yang terasa adalah pajanan panas lingkungan kepada pekerja, oleh karena itu penulis ingin mengetahui gambaran tekanan panas dan keluhan subyektif pekerja dibagian Curing.
Penelitian ini menggunakan metode observasional, dengan pendekatan cross sectional, dan bersifat kualitatif. Variabel yang di amati adalah kondisi cuaca kerja dan panas metabolisme yang akan menggambarkan tekanan panas yang dialami pekerja. Lalu di ikuti dengan pengumpulan data primer dengan kuesioner yang akan menggambarkan keluhan pekerja pada waktu yang sama Nilai Indeks Suhu Bola Basah rata-rata yang terdapat pada area Curing adalah 29,89°C.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa telah terjadi tekanan panas pada area Curing, karena nilai ISBB yang terdapat pada area Curing telah melebihi Nilai Ambang Batas sesuai dengan standar yaitu Kep-51/Men/1999. Tekanan panas dan keluhan subyektif pada bagian Curing, seyogyanya dilakukan sistem ventilasi yang lebih memadai, evaluasi program aklimatisasi pada pekerja sehingga dapat meminimalkan dampak tekanan panas pada pekerja serta lebih mengoptimalkan fasilitas-fasilitas untuk mengurangi dampak panas seperti ruangan dingin sebagai tempat istirahat para pekerja, penyediaan air minum yang lebih sering untuk pekerja, serta pelatihan-pelatihan mengenai bekerja di lingkungan panas dan dampak tekanan panas pada pekerja."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dwitya Indri Lestari
"Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat stres kerja terhadap work ability index (WAI) pada pekerja di area Lube Oil Blending Plant PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta Tahun 2014. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Penelitian dilakukan terhadap 107 pekerja pada periode Mei – Juni 2014. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 51,4% pekerja mengalami stres berat dan 48,6% pekerja mengalami stres ringan, untuk WAI terdapat 49,5% pekerja dengan WAI buruk dan 50,5% pekerja dengan WAI baik.
Hasil uji statistik menggunakan Chi Square menunjukkan tidak terdapat hubungan antara tipe manajemen (p value = 0,610), hubungan interpersonal (p value = 0,239), dan fokus karir (p value = 0,797) dengan tingkat stres kerja. Sebaliknya terdapat hubungan antara desain kerja (p value = 0,011) dan lingkungan kerja (p value = 0,005) dengan tingkat stres kerja. Selain itu terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres kerja dengan WAI (p value = 0,015). Untuk meningkatkan kemampuan kerja pada pekerja PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta perlu membuat pelatihan yang dapat meningkatkan kemampuan kerja pekerja. Pemberian pelatihan dimaksudkan agar dapat memenuhi standar kerja yang telah di tetapkan oleh perusahaan.

The aim of this study is to analyze the relationship between the level of job stress among Work Ability Index (WAI) on workers in Lube Oil Blending Plant PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta 2014. The design of study was cross sectional. The study was conducted on 107 workers from May to June 2014. The data were collected by using a questionnaire. The result shows that 51.4% of workers are experiencing severe stress and 48.6% of workers experiencing mild stressed, furthermore, there are 49.5% workers with poor and 50.5% of workers with good WAI.
Chi Square result shows that there are no correlation between the type of management (p value = 0.610) with the level of work stress, interpersonal relationships (p value = 0.239), and career concerns (p value = 0.797). Otherwise, there is a significant correlation between the level of the design of tasks with work stress (p value = 0.011) and work environment (p value = 0.005). Moreover, there is a significant relationship between the level of work stress with WAI (p value = 0.015). To improve the skill of workers, PT. Pertamina Lubricants Production Unit Jakarta needs to make training, so that, they can improve the capability of their workers. The purpose of training is to fulfill the working standard which have been set by the company.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55207
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wildayani
"Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi kandidosis kutis inguinalis pada pekerja di bagian "Calender" dan "Emboss" di pabrik plastik PT.A - Depok dan mengetahui hubungan lingkungan kerja panas dan lembab dengan prevalensi kandidosis kutis inguinalis. Metode penelitian ini menggunakan kros-seksional dengan uji statistik chi-kuadrat (bivariat). Parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat pajanan panas adalah lndeks Suhu Basah dan Bola (ISBB). Penelitian dilakukan terhadap 132 responden terpajan panas. Untuk melihat pengaruh tekanan panas dan kelembaban terhadap tenaga kerja yang terpajan dilakukan dengan menggunakan kuesioner, pengamatan, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium serta pengukuran lingkungan kerja.
Hasil penelitian menunjukkan tekanan panas di lingkungan kerja bagian "Calender" dan "Emboss" melebihi batas yang diperkenankan, sedangkan kelembaban masih dalam batas kenyamanan. Hasil pemeriksaan pada semua responden menunjukkan 59,1% responder mengalami kandidosis kutis inguinalis.
Faktor yang berpengaruh pada penelitian ini adalah higiene perorangan dan riwayat tuberkulosis. Hal ini ditunjang dari hasil uji statistik (p<0,05 dan OR>1).

The objective of this study are to identify the prevalence of inguinal coetaneous candidiasis among workers at "Calender" and "Emboss" sections, at "A" plastic manufacturing in Depok and to identify it's relationship with exposure to heat stress and humidity in the work environment. The design used in this study is a cross-sectional method. Chi-square test (bivaried) were used for statistical analysis. Heat exposure level in the working environment was measured by using the Wet Bulb Globe Temperature Index. This sample is 132 workers who are exposed to heat stress. Questionnaire, survey and to measurement of working environment, physical and laboratory examinations have been used to know the influence of heat stress and humidity on exposed workers.
This study shows that heat exposure level of working environment at "Calender" and "Emboss" sections is above the recommended limits, meanwhile the humidity level is none. The result of the examinations prevalence of all workers shows 59,1% workers suffering from inguinal cutaneous candidiasis.
Other important factor associated with the prevalence are personal hygiene, tuberculosis disease (p<0,05 and OR>1).
Bibliography : 18 ( 1983 -2003 )
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12850
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afrida Yusuf
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian:
Produkvitas sangat di pengaruhi oleh lingkungan kerja perusahaan dan harus memenuhi standar yang telah di tetapkan, khususnya mengenai penerangan tempat kerja. Untuk itu telah di lakukan studi dengan upaya intervensi penerangan di bagian penera PT. X Tangerang Jawa Barat, terhadap 5 orang tenaga kerja penera alat catat meter (KWH) yang memerlukan ketelitian dan lingkungan kerja yang baik.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara; wawancara, pemeriksaan fisik (visus), pengukuran amplitude akomodasi serta pengukuran intensitas penerangan. Dilakukan intervensi penerangan dengan penambahan intensitas penerangan dan evaluasi dilakukan terhadap keluhan kelelahan mata, besar perubahan amplitudo akomodasi, dan peningkatan produktivitas.
Hasil pengukuran Intensitas penerangan umum sebelum dilakukan intervensi rata-rata 147 luks dan setelah intervensi rata-rata menjadi 310,6 luks. Didapatkan perubahan pada keluhan kelelahan mata, pengukuran amplitudo akomodasi, produktivitas yang diukur dengan waktu yang digunakan untuk menera 7 alat catat meter, namun dengan uji statistik di dapatkan hasil yang tidak bermakna.

ABSTRACT
A Case Study On Scaler Departement In X Company Tangerang With Intervention on LightingScope and method :
The productivity of work is influenced by the enviroment in the work place ; moreover, it must meet all the requirements of work standards including sufficient lighting. A case study has been conducted in X Company Tangerang West Java on 5 employees working on electricity voltage units or Kilo Watt Hour. The job of these workers requires good vision and therefore sufficient lighting.
Data collection study completed by personal interview in person, physical examination (visus), and measurement of amplitudo accommodation with measurement of the intensity of light, the intervention in lighting had been accomplished by adding the intensity of light, and evaluation was done on eyes effectiveness, changes in amplitudo accommodation, and increase of the productivity of work.
Result :
General light intensity measurement before the intervention was average 147 Lux and after the intervention the average was increased to 310,6 Lux. There were changes in complaints on eyes amplitudo accomodation measurement and the productivity of work which was increased by the length of lime to complete one of the electricity voltage but statistically not significant.
"
Depok: Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Nindya Ayu NB
"Karyawan merupakan aset bagi suatu perusahaan, maka mereka harus sehat. Tidak hanya fisik namun juga mental dan sosial, sehingga dapat hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Penelitian ini bertujuan untuk mengctahui hubungan antara stres kerja dengan gangguan mental emosional.
Metode :
Penelitian ini menggunakan disain kros-seksional terhadap 189 subjek penelitian yang terdiri dari karyawan administrasi dan karyawan lapangan. Data yang dikumpulkan meliputi data umum sosiodemografi, pengukuran stres kerja dengan menggunakan kuesioner Survai Diagnostik Stres, penilaian gangguan mental emosional dipergunakan kuesioner Symptom Check List 90 (SCL-90), dan penilaian stres yang ada pada kehidupan seseorang menggunakan kuesioner Skala Holmes Rahe.
Hasil :
Karyawan yang diduga mengalami gangguan mental emosional, ditemukan sebesar 49,2%. Prevalensi karyawan administrasi lebih rendah dari karyawan lapangan (47,4% : 51,1%). Gejala gangguan mental emosional yang paling banyak adalah psikotisme (48,38%) dan somatisasi (46,24%).
Karyawan administrasi mengalami stres kerja Iebih besar dibandingkan dengan karyawan lapangan. Karyawan dengan stres sedang mempunyai risiko 3,51 - 7,52 kali lebih besar, dan stres tinggi mempunyai risiko 5,69 - 97,50 kali lebih besar untuk mengalami gangguan mental emosional dibanding dengan stres rendah.
Semua stresor kerja mempunyai hubungan bermakna dengan gangguan mental emosional namun yang paling dominan adalah stresor pengembangan karier. Untuk faktor karakteristik tidak mempunyai hubungan bermakna dengan gangguan mental emosional namun faktor umur, pendidikan dan jenis pekerjaan, mempunyai hubungan bermakna dengan stres kerja, dan yang mempunyai hubungan bermakna paling dominan dengan stres, kerja adalah pendidikan.
Kesimpulan :
Stresor kerja berpengaruh terhadap timbulnya gangguan mental emosional. Beberapa faktor karakteristik (umur, pendidikan, jenis pekerjaan) berpengaruh terhadap timbulnya stres kerja namun tidak sampai menimbulkan gangguan mental emosional.

Analysis of the influence of work stressor to mental emotional disorders among the agency and terminal company PT "S" Jakarta, 2001.Background and objective :
As an asset to a company, employees must stay healthy. Not only physically but also mentally and socially, to be productive in term of social and economical aspects. The aim of this research is to study the relationship of work stress and mental emotional disorders.
This study was using cross sectional design with a sample of 189 subjects. The data collected were data of socio-demography, measurement of work stress using "Survai Diagnoslik Srres" questionnaire, measurement of mental emotional disorders using Symptom Check List 90 (SCL-90) questionnaire, measurement of stress to the life of a person using Holmes Rohe Scale questionnaire.
The employees who assumption had mental emotional disorders in this population was 49,2%. Administrative employees were less than field employees (47,4%: 51,1%). The dominant symptoms of mental emotional disorders were psycotism (48,38%) and soniatisation (46,24%).
The administration employees had more work stressed than fields employees. Employees with moderate stress have a risk 3,51 -- 7,52 times more and high stress have a risk 5,69 - 97,50 times more for mental emotional disorder than those having low stress.
All the work stressor had significant relationship to mental emotional disorders but the most was career development. Characteristic factor has no significant relationship with mental emotional disorders. On the other side age, education and type of work were significant with work stress and the most was education.
Conclusion :
Work stressor influenced the occurrence of mental emotional disorders. Some characteristic factors (age, education, type of work) would be able to influence the occurrence of work stress, but they did not create mental emotional disorders."
Depok: Universitas Indonesia, 2001
T242
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Sempurno
"ABSTRAK
Fungsi manajemen menengah tengah berubah sejalan dengan berubahnya tuntutan dunia usaha. Persaingan global, pelanggan yang semakin kritis, perubahan teknologi yang semakin cepat menyebabkan perusahaan-perusahaan menggeser prioritasnya. Maka manajer menengah semakin dituntut untuk berfokus pada "apa" itu strategi, mempertajam visi manajemen puncak, mengembangkan dan mengupayakan inisiatif dalam merespon keadaan yang berubah.
Pergeseran dan perubahan yang efektif perlu mempertimbangkan faktor-faktor penghambatnya. Dalam pembelajaran organisasi, pengembangan dan rencana perubahan, faktor budaya perlu dipertimbangkan. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi faktor budaya perusahaan yang mempengaruhi peran strategik manajemen menengah.
Peran strategik manajemen menengah diukur dengan empat faktor, yaitu championing, synthesizing, facilitating dan implementing. Keempat peran strategik ini dikonfirmasikan dengan pengukuran konsensus strategik, di mana strategi generik perusahaan diukur dalam dua dimensi pokok, yaitu cast orientation dan differentiation.
Selanjutnya, keempat faktor (peran strategik) ini diduga dipengaruhi oleh budaya perusahaan, yang diukur dengan enam dimensi budaya perusahaan, yaitu 1) process vs result oriented, 2) employee vs job oriented, 3) parochial vs professional, 4) open vs closed system, 5) loose vs tight control, dan 6) normative vs pragmatic.
Analisis statistik yang digunakan adalah partial correlation coefficients. Prediksi pengaruh budaya perusahaan terhadap peran strategik di atas merupakan serangkaian hipotesa, dengan enam dimensi budaya sebagai variabel bebas, dan empat faktor peran strategik sebagai variabel terikat.
Penelitian dilakukan di PT Tembaga Mulia Semanan, yaitu perusahaan swasta patungan Indonesia-Jepang yang sudah go public. Perusahaan ini yang memproduksi batang kawat tembaga sebagai bahan baku bagi pabrik kabel, baik pasar domestik maupun ekspor.
Hasil analisis menunjukkan bahwa pimpinan puncak dan manajemen menengah mempunyai konsensus strategik yang relatif kuat. Dimensi budaya PT TMS menunjukkan 1) result oriented, 2) employee oriented, 3) professional, 4) closed system, 5) tight control, dan 6) normative.
Hasil pengamatan menunjukkan tidak semua dimensi budaya mempengaruhi peran strategik manajemen menengah. Dimensi budaya parochial professional dan loose-tight control berpengaruh nyata terhadap peran strategik championing dan implementing. Dimensi normative-pragmatic berpengaruh nyata terhadap peran strategik championing.
Hasil penelitian menyarankan bahwa peran strategik manajemen menengah dapat ditingkatkan dengan menyesuaikan cara-caranya dengan dimensi budaya yang ada. Disarankan agar perusahaan mengupayakan pendidikan bagi para karyawannya.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Firdaus Jaya Permana
"Tujuan penelilian ini adalah untuk mengetahui pcngaruh lingkungan kerja, motivasi keija, ability perawat terhadap kinerja pcrawat. Dirnana kinerja perawal merupakan variabel terikat dan Iingkungan kerja, motivasi kerja serta ability perawat menjadi variabel bebas. Dalam penelitian ini digunakan studi korelasi dengan pendekatan analisis korelasi, regresi Iiniar sederhana dan regresi liniar ganda sei-ta analisis jalur, mcnggunakan kuesioner sebagai instrument penelitian.
Pada penelitian ini didapat hasil bahwa lingkungan kerja berpengaruh secara signiiikan terhadap motivasi kerja (17%) yang tercapai pada tingkat signifikansi 0. = 0,000 Lingkungan kexja berpengaruh secara signiiikan terhadap kinerja perawat (29,69%), yang tercapai pada tingkat signifikansi or. = 0,000. Motivasi kerja berpengaruh secara signiiikan terhadap kincrja perawat (69,39%), yang tercapai pada tingkat signinkansi <1 = 6,000 Abilinf pezawat berpengar'.:h seem. signitiknn ierhadap kinezja perawat(53,73%), yang tercapai pada tingkat signifikansi 0. = 0,000. Ability perawat berpengaruh secar signitikan terhadap motivasi kezja (56,l%), yang tercapai pada tingkat signitikansi on == 0,000. Lingkungan kerja, motivasi kerja, dan ability perawat secara simultan berpengaruh terhadap kinerja perawat (76,2%), yang secara sthtislik kebermaknaannya terjadi pada tingkat 0. = 0,001 untuk Iingkungan kerja, a= 0,000 untuk motivasi kerja , dan or. = 0,02I untuk ability perawat.
Pada penelitian ini didapatkan kcsimpulan bahwa seluruh hipotesis yang dirancang tclah terbukti secara signifikan dan model yang diajukan penulis sebagai kerangka konsep dapat dipergunakan untuk model analisisjalur pengaruh lingkungan kerja, motivasi kerja, dan abiliry perawat terhadap kinerja perawat di Rumah Sakil Umum Kota Bekasi.

The aims of this research were to investigate the effects of Work Environment, Work Motivation, and Nurse Ability to Nurse Perfonnance. Wheter Nurse Perfomance such as dependent variable and Work Environment, Work Motivation, Nurse Ability as independent variables. 4 Four methods were used in this research, i.e. Correlation analysis, Simple regression, Multiple regression, and Path Analysis approaches, with questionare as a research instrument.
The results of this research _indicated that work environment gave significant effect to work motivation (17%) in level of o. = 0,000. Work environment gave significant effect to nurse performance (29,69%) in level of or = 0,000. Work motivation gave significant effect to nurse performance (69,39%) in level of a = 0,000. Nurse ability gave significant effect to nurse performance (53,73%) in level of ot = 0,000. Nurse ability gave significant effect to work motivation (56,l%) in level of or = 0,000.Work environment, work motivation, and nurse ability gave significant simultaneous effects to nurse performance (76,2%) in differences level of ot, wheter work environment in ot = 0,00l, work motivation in o. = 0,000, and nurse ability in <1 =o,o21.
The conclusion of this research that all of hypothesis design were accepted, and path analysis model can be used as a path analysis model of effects of work environment, work motivation, and nurse ability to nurse performance in Bekasi District General Hospital.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34448
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tumewu, Dicky A.
"Suhu panas di lingkungan kerja akan mempengamhi tubuh tenaga kerja sehingga akan mengganggu produktivitas kerja mereka. Rancangan penelitian berupa studi intervensi di mana identifikasi masalah dikumpulkan melalui pengamatan, wawancara dan diperoleh hasil yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap tenaga kerja yaitu berupa faktor panas, debu, penerangan, bahan kimia, dan Esiologi kerja. Dengan cara menggunakan kriteria matriks, maka faktor cuaca panas mendapat prioritas pertama untuk diamati.
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pengukuran lingkungan kerja dan penghitungan terhadap berbagai variabel dari reaksi tubuh terhadap panas lingkungan tersebut di atas. Dari hasil pemeriksaan terhadap 10 orang tenaga kerja maka yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi adalah 6 orang tenaga kerja.
Dilakukan intervensi berupa penyuluhan tentang lingkungan kerja panas dan pencegahannya, memasang penyekat pada sumber panas, perbaikan ventilasi. Setelah dilakukan intervensi maka ke tiga variabel menurun rata-rata menjadi ISBB 27,9 °C 1 0,07 °C, HSI 388,33% ± 6,35% dan A (akumulasi panas tubuh) - 199,31 Kcal/jam ± 2,9 Kcal/jam. Hasil uji statistik untuk ke tiga variabel di atas menutun secara bermakna.

Hot temperature in the workplace would influenced the body of workers, and will reduce work productivity. This study was intervention method study. Problem were identified through observation, questioners, and the results showed that heat, dust, lighting, chemicals, and work physiology had influenced the worker's health Using matrix criteria, heat was first priority to be studied.
Data collection study completed by personal interview, physical examination, laboratorium examination, measurement of workplace and calculation to various variables from the body reaction toward hot environment. Based on the criteria, finally 6 workers was selected as sample of study from 10 workers. The intervention were education about hot in workplace and prevention, to install aluminium shielding, and improvement ventilation.
Atter intervention WBGT Index decrease became 27,9 °C _+ 0,07 °C, body heat accumulation (A) decrease became - 199,31 Kcal/hour ± 2,9 Kcal/hour, and HSI decrease became 38,33% ± 6,35%. Statistically test showed that WBGT Index, A, and HSI decrease significantly.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rania Ernaila
"Penelitian bertujuan untuk menganalisis preferensi dan karakteristik pekerja berdasarkan pilihan tempat kerja seperti rumah, co-working space, dan non co-working space serta menghitung besarnya rebound effect Kota Bekasi saat diberlakukannya skema Work From Anywhere (WFA). Analisis yang dilakukan terdiri dari analisis karakteristik pekerja dan rebound effect dari pengembangan model. Data primer yang digunakan untuk analisis diperoleh dari penyebaran kuesioner dan wawancara tatap muka secara online dan offline kepada pekerja kantor Jakarta yang berdomisili di Kota Bekasi. Pertanyaan kuesioner terdiri dari bagian karakteristik responden dan dua bagian pertanyaan stated preference yang digunakan untuk dua penelitian berbeda. Penelitian ini melanjutkan hasil statistik deskriptif dari bagian pertama pertanyaan stated preference dan kemudian dikembangkan model untuk analisis rebound effect. Model yang dikembangkan adalah logit biner yang mensyaratkan dibangunnya fungsi utilitas pada setiap kelompok data. Sebelum ditetapkan sebagai model yang dapat mewakili kelompok data, seluruh model yang terbentuk diuji kelayakannya dengan uji Omnibus, Hosmer and Lemenshow’s Goodness of Fit, dan -2 Log Likelihood. Model yang terbukti kelayakannya diuji validitas dengan metode Root Mean Square Error (RMSE) dan model dengan RMSE terkecil ditetapkan sebagai model terbaik. Hasil dari pengembangan model menunjukkan bahwa sebanyak 55% sampel yang keluar rumah dari pertanyaan bagian pertama stated preference memilih co-working space pada 5-10 hari WFA yang mereka miliki sebagai tempat kerja alternatif . Selain itu, disimpulkan bahwa terjadi kenaikan preferensi ke luar rumah sebesar 8% jika ada pilihan tempat kerja alternatif yang lebih konkret.

The study aims to analyze worker preferences and characteristics based on workplace choices such as home, co-working space, and non-co-working space and to calculate the potential rebound effect emerging in Bekasi City when the Work From Anywhere (WFA) scheme is implemented. The analysis consists of worker characteristics analysis and rebound effect from model development. The primary data used for the analysis were obtained from distributing questionnaires and face-to-face online and offline interviews to Jakarta office workers domiciled in Bekasi City. The questionnaire questions consist of a respondent characteristics section and two stated preference section used for two different studies. This study continues the descriptive statistical results from the first part of the stated preference questions and then develops a model for rebound effect analysis. The model developed is a binary logit that requires the construction of an utility function on each data group. Before being determined as a model that can represent the data group, all models formed are tested for feasibility with the Omnibus test, Hosmer and Lemenshow's Goodness of Fit, and -2 Log Likelihood. Models that are proven to be feasible are tested for validity using the Root Mean Square Error (RMSE) method and model with the smallest RMSE is determined as the best model. The results of the model development show that as many as 55% of the samples who left the house from the first part of the stated preference question chose co-working space on their 5-10 days of WFA as an alternative workplace. In addition, it was concluded that there was an increase in preference to leaving the house by 8% if there was a more concrete choice of alternative workplace."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>