Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156825 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syafira Rembulan Sari
"ABSTRAK
Skripsi ini membahas perbedaan proporsi antara berbagai faktor yang
berhubungan dengan status kebugaran aerobik pada satpam laki-laki Universitas
Indonesia, Depok, tahun 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan antara karakteristik individu, gaya hidup dan stress dengan status
kebugaran aerobik pada satpam laki-laki Universitas Indonesia tahun 2014.
Penelitian ini menggunakan disain studi cross sectional pendekatan kuantitatif
dengan metode pengambilan sampel secara acak sederhana. Sampel berjumlah
126 orang berusia 18-60 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Hasil penelitian
menunjukkan proporsi responden yang tidak bugar sebanyak 81,7% dan yang
bugar 18,3%. Variabel yang menunjukkan hubungan yang signifikan diantaranya
adalah status gizi berdasarkan Indeks Massa Tubuh (OR 8,147 dengan nilai p
0,004), aktivitas fisik (OR 6,369 dengan nilai p 0,001), dan stress (OR 6,684
dengan nilai p 0,044). Stres merupakan faktor paling dominan yang menentukan
status kebugaran aerobik pada penelitian ini dengan nilai OR 7,848. Saran bagi
satpam Universitas Indonesia adalah agar selalu mengatur stres dan menjaga gaya
hidup yang sehat dengan cara melakukan olahraga dengan rutin dan mengonsumsi
makanan bergizi seimbang.

ABSTRACT
This thesis discusses the differences in proportions between various
factors that related with aerobic fitness in male security guards of University of
Indonesia in 2014. The purpose of this study was to determine the relationship
between individual characteristics, lifestyle, and stress with aerobic fitness in male
security guards of University of Indonesia in 2014. This study used cross sectional
design with quantitative method. Samples in this study were taken randomly with
a total of 126 male aged 18-60 years old. The result of this study showed that
proportion of respondents with bad aerobic fitness was 81,7% and good aerobic
fitness was 18,3%. Variables that showed significant relationship were nutritional
status based on Body Mass Index (OR 8,147 with p value 0,004), physical activity
(OR 6,369 with p value 0,001) and stress (OR 6,684 with p value 0,044). Stress
was determined as a dominant factor of aerobic fitness with OR 7,848. It is
recommended that security guards should manage their stress and maintain a
healthy lifestyle by routine exercises and consume balanced nutrition food."
2014
S56261
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tresha Anugraha Kartika
"Skripsi ini membahas perbedaan proporsi antara berbagai faktor risiko hipertensi pada petugas satpam UI, Depok, Tahun 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status gizi, asupan makan, dan gaya hidup dengan kejadian pre dan hipertensi pada petugas satpam Universitas Indonesia pada tahun 2014. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Sampel pada penelitian ini adalah petugas satpam berusia 18 - 60 tahun dan berjenis kelamin lakilaki. Hasil penelitian menunjukkan prevalensi pre hipertensi sebesar 7,9% dan hipertensi sebesar 43,7%. Variabel yang menunjukkan perbedaan signifikan diantaranya Riwayat Keluarga (OR 3,989 dengan p value 0,000), Indeks Massa Tubuh (IMT) (OR 3,188 dengan p value 0,010), dan Asupan Natrium (OR 2,974 dengan p value 0,010). Riwayat keluarga merupakan faktor paling dominan pada penelitian ini dengan nilai OR 4,379. Saran bagi petugas satpam Universitas Indonesia adalah agar selalu menjaga gaya hidup yang sehat dengan cara mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang serta rutin memeriksakan tekanan darah minimal 1 kali per bulan.

This thesis aims to explain the differences between the proportions of the various risk factors of hypertension in males security guard of University of Indonesia in 2014. The purpose of this study was to determine the relationship between nutritional status, food intake, and lifestyle with the incidence of pre and hypertension in male security guards of University of Indonesia in 2014. This study uses cross sectional design with quantitative method. Samples in this study were male security guards aged 18-60 years. The result of this research shows that there are several variables with significant differences. The result of this research shows the prevalence of pre hypertension and hypertension is 7,9% and 43,7%. Those variables was a significant correlation are family?s history of htpertension (OR 3989 with p value 0,000), body mass index (BMI) (OR 3,188 with p value 0,010), and sodium intake (OR 2,974 with p value 0,010). Family history of hypertension is the dominant variable in this study with OR 4,379. Some advices for male security guard of University of Indonesia is to always maintain a healthy lifestyle by eating a balanced nutrition food and routine checked blood pressure at least 1 time in a month."
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S55936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadiyah Saleh Aziz
"ABSTRAK
Lingkar pinggang merupakan sebuah alat ukur obesitas sentral yang berpengaruh
pada kejadian sindrom metabolik. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh
faktor dominan yang mempengaruhi nilai lingkar pinggang pada petugas satpam
laki-laki Universitas Indonesia. Penelitian ini menggunakan desain studi crosssectional
dengan pendekatan kuantitatif. Variabel independen yang dinilai
berhubungan signifikan dengan nilai lingkar pinggang berdasarkan penelitian ini
antara lain adalah umur, indikator lemak tubuh (indeks massa tubuh, persen lemak
tubuh, dan level lemak viseral), aktivitas fisik, serta kebiasaan merokok. Hasil
penelitian ini menunjukkan level lemak viseral sebagai faktor dominan terhadap
nilai lingkar pinggang dengan rata-rata nilai lingkar pinggang responden sebesar
79,3 cm.

ABSTRACT
Waist cicumference is an indicator of central obesity which leads to metabolic
syndrome. This study was conducted to find the dominant factor of waist
circumference of male security guard of University of Indonesia in 2014. This
study uses cross-sectional design with quantitive method. The independent
variables that corelate significantly with the waist circumference are age, indicator
of body fat (body mass index, body fat percentage, visceral fat level), physical
activity, and smoking habit. The result of this study showed that visceral fat level
was the dominant factor of waist circumference with the average waist
circumference of the subject are 79,3 cm."
2014
S55935
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Robert Stefanus
"Latihan fisik berpengaruh terhadap plastisitas sinaps yaitu dalam interaksi neuron-glia. Astrosit adalah sel glia yang paling berperan dalam plastisitas sinaps. Penelitian ini menggunakan kadar glial fibrillary acidic protein (GFAP) dan heat shock protein 27 (HSP27) plasma sebagai parameter aktivitas astrosit yang diinduksi latihan fisik. Tujuan penelitian ini adalah untuk membandingkan durasi latihan fisik aerobik intensitas sedang (10 menit vs 30 menit) terhadap kadar GFAP dan HSP27 plasma pada orang dewasa muda sehat.
Penelitian eksperimental ini mengunakan desain kontrol diri sendiri. Mahasiswa kedokteran usia dewasa muda (n=22) dibagi dalam dua kelompok perlakuan, kelompok pertama mengunakan perlakuan sepeda statis intensitas sedang dengan durasi 10 menit dan kelompok yang lain mengunakan perlakuan sepeda statis intensitas sedang dengan durasi 30 menit. Uji sepeda statis dilakukan selama 1 hari. Sebelum dan sesudah uji sepeda statis dilakukan pengambilan darah. Kadar GFAP dan HSP27 plasma diukur dengan enzyme-linked immunosorbent assays (ELISA). Kadar GFAP plasma menurun bermakna pada kelompok yang mendapat latihan fisik aerobik intensitas sedang durasi 30 menit (p<0,05). Kadar HSP27 plasma menurun bermakna pada kelompok yang mendapat latihan fisik aerobik intensitas sedang durasi 10 menit (p<0,05). Kadar GFAP dan HSP27 plasma antara kelompok latihan fisik aerobik intensitas sedang durasi 10 menit dan 30 menit tidak memiliki perbedaan yang bermakna (p>0,05).
Penelitian ini menunjukan latihan fisik intensitas sedang menginduksi perubahan yang bermakna pada marker aktivitas astrosit. Kadar GFAP plasma menurun bermakna pada durasi 30 menit sedangkan konsentrasi HSP27 menurun bermakna pada durasi 10 menit. Namun, durasi latihan fisik aerobik intensitas sedang tidak berpengaruh secara bermakna terhadap kadar dua parameter aktivitas astrosit yaitu GFAP dan HSP27 plasma. Meskipun kadar GFAP plasma menurun pada durasi latihan fisik yang berbeda, perbandingan antara kadar GFAP plasma sesudah durasi 10 menit dan 30 menit tidak memiliki perbedaan yang bermakna. Hasil yang sama juga ditemukan pada HSP27. Penelitian ini adalah yang pertama kali menunjukan penurunan kadar GFAP plasma sesudah latihan fisik durasi 30 menit dan kadar HSP27 plasma sesudah latihan fisik durasi 10 menit.

Physical exercise effects on synapses plasticity that in neuron-glia interactions. Astrocytes are the most responsible glial cells in synapse plasticity. This study uses the glial fibrillary acidic protein (GFAP) and heat shock protein 27 (HSP27) plasma concentrations as exercise-induced astrocyte activity parameter. The aim of this study was comparison between two duration of moderate-intensity aerobic exercise (10 minutes vs 30 minutes) on GFAP and HSP27 plasma concentration in healthy young adults.
This experimental study was before and after study design. Healthy young adult medical students (n = 22) were divided into two treatment groups, the first group was using stationary bikes exercise in moderate-intensity activity for 10 minutes duration and the other group was using stationary bikes exercise in moderate-intensity activity for 30 minutes duration. Static bike test was performed in the same day. Blood sampling was performed before and after static bike test. GFAP and HSP27 plasma levels were measured with enzyme-linked immunosorbent assays (ELISA). GFAP plasma concentration decreased significantly in the 30 minutes moderate-intensity aerobic exercise duration (p<0.05). HSP27 plasma concentration decreased significantly in the 10 minutes moderate-intensity aerobic exercise (p<0.05). There was no significant differences in GFAP and HSP27 plasma concentration between 10 minutes and 30 minutes moderate-intensity aerobic exercise(p>0.05).
Our result showed moderate-intensity aerobic exercise induced significant changes in astrocytes activity parameter. 30 minutes duration significantly lowered GFAP plasma concentration while 10 minutes duration significantly lowered HSP27 plasma concentration. However, duration of moderate-intensity aerobic exercise did not alter significantly plasma concentration of the two astrocyte activity parameter: GFAP and HSP27. Despite the lowered GFAP plasma concentration in different exercise duration, comparison between GFAP plasma concentration after 10 minutes and 30 minutes duration showed no significant differences. The same result also found in HSP27. This is the first result that showed a decrease in GFAP plasma concentration after 30 minutes exercise and HSP27 plasma concentration after 10 minutes.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moch. Yassin Kosasih
"Tesis ini adalah tentang hubungan satuan pengamanan dengan warga kecamatan Klapa Nunggal di Kabupaten Bogor. Perhatian utama tesis ini adalah hubungan yang terjalin antara warga kecamatan Klapa Nunggal dengan Satuan Pengamanan yang ada di PT.Semen Cibinong dalam rangka menciptakan keamanan dan ketertiban. Dengan fokus penelitian tentang hubungan baik satpam dengan masyarakat. Metode penelitian yang di gunakan adalah metode etnografi dengan teknik pengumpulan data melalui pengamatan , pengamatan terlibat, wawancara berpedoman untuk mengungkapkan pola hubungan yang terjadi.
Tesis ini menunjukkan bahwa Satuan Pengamanan di PT.Semen Cibinong dilakukan melalui out sourcing (kontrak) yang dipercayakan pengelolaannya kepada PT.Nawakara Perkasa Nusantara. Pengelolaan pengamanan dilaksanakan se suai ketentuan yang diatur dengan melibatkan seluruh pimpinan, manager, karyawan, pihak Kepolisian dan masyarakat lingkungan sekitar PT.Semen Cibinong. Hal ini terwujud karena secara struktural dalam pengorganisasian manajemen PT.Semen Cibinong, pengelolaan Satuan Pengamanan tersebut di wadahi oleh Project Manager Security yang kedudukannya sederajat dengan Direktur lainnya.
Temuan di lapangan menunjukkan bahwa pekerja yang ada adalah pekerja yang terorganisir dalam manajemen PT.Semen Cibinong yaitu : pekerja atau karyawan, pekerja staf dan lapangan, satuan pengamanan yang terdiri dari (1)Satuan Pengamanan PT.Nawakara Perkasa yang berjumlah 304 orang, (2)Pengamanan dari Satuan Gabungan Desa yang berjumlah 32 orang, (3)Pengamanan Swakarsa berjumlah 45 orang, kontraktor, dan sistim kontrak kerja dengan PT.Wahana para pekerja lainnya yaitu : kuli bongkar muat, sopir kontainer PT.Semen Cibinong. Aktifitas para pekerja di PT.Semen Cibinong tersebut satu dengan lainnya saling berhubungan.
Implikasi dari tesis ini adalah perlunya pemantapan pengelolaan pengamanan yang dilakukan melalui tindakan sebagai berikut : perlunya pihak manajemen PT.Semen Cibinong menggunakan pendekatan pemberdayaan potensi masyarakat. Pihak kepolisian sektor Klapa Nunggal secara teratur dan konsisten memberdayakan Satuan Pengamanan secara aktif melalui kunjungan atau pembinaan dilingkungan PT.Semen Cibinong. Pihak Satuan Pengamanan sebaiknya mau menerima kunjungan, arahan, pesan-pesan kamtibmas secara rutin yang dilakukan oleh pihak kepolisian, karena Satuan Pengamanan adalah unsur pembantu Polri. Pihak Satuan Pengamanan hendaknya melakukan pendekatan kembali dengan tokoh-tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda guna menunjang keberhasilan tugas di masa yang akan datang."
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2004
T14877
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meliani Chandra
"Dysmenorrhea primer merupakan suatu masalah yang berdampak pada kualitas hidup seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status gizi (IMT), kebiasaan olahraga, asupan gizi (serat, omega-3, dan kalsium), konsumsi kopi, usia menarche, laju menstruasi, lama menstruasi,, siklus menstruasi, riwayat keluarga, dan stress psikologis dengan dysmenorrhea primer serta faktor yang dominan pada mahasiswi S1 Reguler FF, FIK, dan FKM UI tahun 2015. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan metode systematic random sampling. Sampel yang diteliti adalah mahasiswi FF, FIK, dan FKM UI angkatan 2011-2014 dengan total 170 sampel. Data dikumpulkan dengan cara pengisian kuesioner mandiri, wawancara FFQ semikuantitatif, dan pengukuran antropometri. Hasil uji chi square menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keluarga dan stress psikologis dengan dysmenorrhea primer (p-value< 0,05). Dari analisis regresi logistik didapatkan stress psikologis sebagai faktor dominan (OR 3,912).

Primary dysmenorrhea is a problem which impact quality of life. This study aimed to identify the association between nutritional status (BMI), exercise, nutrient intake (dietary fiber, omega-3, and calcium), coffee consumption, menarche age, menstrual flow, menstrual duration, menstrual cycle, family history, and psychological stress with primary dysmenorrhea and the dominant factor on female student in Female Student at Faculty of Pharmacy, Faculty of Nursing, and Faculty of Public Health Universitas Indonesiain 2015. This study used cross sectional design with systematic random sampling. The observed sample in this study was female student of the Faculty of Pharmacy, Faculty of Nursing, and Faculty of Public Health Universitas Indonesia batch 2011-2014 envolving 170 students. Data were collected by using a self administered questionnaire, semiquantitative FFQ, and anthropometric measurements. The result of this study showed that there was a significant association between family history and psychological stress with primary dysmenorrhea (p-value < 0,05). Logistic regression analysis showed that psychological stress as the dominant factor (OR 3,912)."
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S60239
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ketut Tirtayasa
"ABSTRAK
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian: Kegiatan jasmani berupa latihan menari Bali mungkin dapat meningkatkan kapasitas aerobik maksimal ( V02 max ). Di sini ingin diketahui kemungkinan pengaruh latihan menari Bali yang dilakukan secara teratur di Sekolah Menengah Karawitan Indonesia (SMKI) terhadap V02 max siswa. Penelitian dilakukan pada 60 orang siswa pria kelas I yang terdiri atas 20 orang siswa SMKI, 20 orang siswa Sekolah Guru Olah Raga (SGO) dan 20 orang siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Pemeriksaan dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pads awal, pertengahan dan akhir semester pertama tahun ajaran 1982 / 1983. Pengukuran V02 max secara tidak langsung dengan uji kerja submaksimal memakai ergometer sepeda berdasarkan atas nomogram Astrand-Ryhming.
Hasil dan Kesimpulan: Pada awal semester CO max siswa SMKI, SGO dan SMA antara satu dengan lainnya tidak ber eda bermakna (p > 0,05). Pada akhir semester V09 max siswa SMKI dan SGO berbeda sangat bermakna (p < 0,001) dibandingkan dengan pemeriksaan pada awal semester. Sedangkan pada siswa SMA perbandingan ini tidak berbeda bermakna (p > 0,05). Pada akhir semester antara VO2 max siswa SMKI dan siswa SGO tidak terdapat perbedaan yang bermakna (p > 0,05). Sedangkan pada akhir semester ini V02 max siswa SMKI dan SGO di satu fihak dibandingkan dengan V02 max siswa SMA pada fihak lain terdapat perbedaan yang sangat bermakna. Kesimpulan adalah: 1. Latihan menari Bali dapat meningkatkan V02 max siswa pria kelas I SMKI selama mengikuti pelajaran seester pertama. 2. Perbedaan tidak bermakna antara V02 max siswa pria kelas I SMKI dengan siswa pria kelas I SGO disebabkan oleh beban latihan jasmani yang kurang lebih sama pada kedua kelompok siswa, walau jenis latihan berbeda. 3. Perbedaan bermakna antara VO2 max siswa pria kelas I SMKI dengan VO2 max siswa pria kelas I 5MA besar kemungkinan disebabkan oleh perbedaan beban latihan.

ABSTRACT
Scope and Method of Study: Physical activity such as Balinese dance training may increase maximal aerobic capacity ( V02 max ). This research was conducted in order to observe the influence of regular Balinese dance training on VO max of Indonesian High School of Performing Arts Students (SMKI). Sixty male first year students consisted of 20 SMKI students, 20 High School of Physical Educator (SGO} students and 20 High School (SMA) students were examined at the beginning, middle and end of the first semester of academic year 1982 / 1983. The VO2 max was calculated indirectly using an ergo cycle according to the Astrand-Ryhming method.
Findings and Conclusions: At the beginning of the semester, V02 max of SMKI, SGO and SMA students were not significantly different (p > 0.05). V02 max of SMKI and SGO students at the end of the semester were significantly different (p < 0.001) compared to that of the beginning semester. There was no significant difference (p > 0.05} on the V02 max at the beginning and the end of the semester for High School students. At the end of semester, VO max of SMKI and SGO students was not significantly different (p > 0.05). But V02 max of SMKI and SGO students at the end of the semester was significantly different (p < 0.001) compared to SMA students. It was concluded that: 1. Balinese dance training could increase maximal aerobic capacity of the male first year SMKI students during the first semester. 2. The VO2 max between male first year SMKI and SGO students was not significantly different. It might due to the apparently equal load on physical training in both groups even though different in its kind. 3. The VO max between male first year SMKI and SMA students was significantly different most probably due to difference in exercise load.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1983
T58480
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ratna Kencana
"Latihan fisik aerobik banyak direkomendasikan oleh praktisi kesehatan karena banyaknya manfaat yang diberikan kepada manusia, termasuk dugaan pengaruh latihan fisik aerobik terhadap peningkatan jumlah neuron, fungsi kognitif dan memori. Berangkat dari dugaan tersebut, dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh latihan fisik aerobik dan detrain terhadap gambaran histologis nukleus sentral amigdala.
Penelitian ini merupakan studi eksperimental dengan menggunakan tikus jantan (Rattus sp. Strain Wistar) sebagai hewan percobaan yang dibagi menjadi tiga kelompok (masing masing n=9), yaitu kelompok kontrol, training dan detraining. Pengamatan dilakukan pada jaringan otak dengan menghitung jumlah sel normal pada nukleus sentral amigdala menggunakan optilab viewer yang dilengkapi dengan image raster. Data kemudian dianalisis dengan uji one-way ANOVA.
Hasil menunjukkan bahwa rerata presentase sel normal tertinggi adalah kelompok kontrol (58,11%), diikuti dengan kelompok perlakuan training dan detraining. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan latihan aerobik dan detrain pada nukleus sentral amigdala.

Aerobic exercise recommended by many health practitioners because it has a lot of benefit including the assumption about aerobic exercise effect that increases the number of neurons, cognitive function and memory. Departing from this assumption, a study to determine the effect of aerobic exercise and detrain to the histological features of central nucleus of amygdale was conducted.
This experimental study used male rats (Rattus sp. Wistar strain) as experimental animal, which divided into three groups (each n = 9), control group, training and detraining. Observation was done on brain tissue by counting the number of normal cells in the central nucleus of the amygdala using optilab viewer which equipped with image raster. Data were analyzed by one-way ANOVA test.
Results showed that control group has the highest mean percentage of normal cells (58.11%), followed by training and detraining group. There was no significant effect of aerobic exercise and detrain at the central nucleus of amygdala.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
William
"Latar Belakang: Latihan fisik aerobik telah lama diketahui memberikan pengaruh yang baik kepada tubuh dan rutin, latihan fisik aerobik yang rutin dan dalam jangka waktu lama dapat membuat jantung mengalami remodeling. Proses remodeling ini bukan hanya terjadi pada struktur tetapi juga pada kelistrikan jantung, beberapa studi menunjukkan remodeling listrik jantung yang terjadi mengakibatkan berbagai bentuk aritmia, dan belum banyak yang diketahui tentang remodeling listrik jantung setelah henti latih.
Metode: Pemeriksaan EKG dilakukan pada tikus Wistar jantan yang telah menjalani latihan fisik aerobik 4 minggu,12 minggu, 4 minggu latihan fisik aerobik serta 4 minggu henti latih dan 12 minggu latihan fisik aerobik serta 4 minggu henti latih. Kecepatan lari pada tikus 20 m/menit durasi latihan 20 menit dengan interval istirahat 90 detik setiap 5 menit berlari.
Hasil: Tidak terdapat perbedaan bermakna untuk voltase dan durasi gelombang P pada semua kelompok perlakuan. Terjadi peningkatan voltase gelombang R pada kelompok latihan fisik aerobik 4 minggu dan 12 minggu (p<0,05). Tidak terdapat perbedaan bermakna untuk voltase gelombang R pada kelompok henti latih. Terdapat pemanjangan durasi segmen dan interval PR pada kelompok latihan fisik aerobik 4 minggu, 12 minggu (terutama pada kelompok latihan fisik aerobik 4 minggu dengan p<0,05). Tidak terdapat perbedaan bermakna pada kelompok henti latih untuk durasi segmen dan interval PR. Terjadi pemanjangan durasi repolarisasi ventrikel (durasi gelombang T, interval QT) pada kelompok latihan fisik aerobik 4, 12 minggu (terutama pada kelompok latihan fisik aerobik 4 minggu, p<0,05). Tidak terdapat perbedaan bermakna untuk durasi gelombang T, interval QT pada kelompok henti latih. Terjadi penurunan frekuensi denyut jantung istirahat pada kelompok latihan fisik aerobik 4,12 minggu (terutama pada kelompok latihan fisik 4 minggu, p<0,05). Tidak terdapat perbedaan bermakna untuk frekuensi denyut jantung istirahat pada kelompok henti latih.
Kesimpulan: Terjadi perubahan aktivitas listrik jantung (interval QT, interval PR, durasi gelombang T dan voltase gelombang R) , perubahan frekuensi denyut jantung istirahat tikus Wistar jantan setelah latihan fisik aerobik 4 minggu dan 12 minggu. Henti latih mengembalikan perubahan aktivitas listrik jantung dan perubahan frekuensi denyut jantung istirahat tersebut.

Introduction: Aerobic training have long been known to give a good impact to body, aerobic training if been done routinely and with long period of time will make remodeling process to the heart. This remodeling process is not only occur in structure but also in heart electrical activity, several study reveal that this electrical activity cause many form of aritmia, there also evidence that structural remodeling that also cause electrical changes is a persistent process, if structural remodeling persistent process, what about electrical activity of this persistent structural remodeling, the answer to this question is less known.
Methods: ECG is conducted in male Wistar rat that have completed 4 weeks, 12 weeks aerobic training, 4 weeks aerobic training with 4 weeks detraining, and 12 weeks aerobic training with 4 weeks detraining. The speed that been use is 20 m/minute with 20 minute training duration and 90 second intermitten resting interval for every 5 minute training.
Results: There is no differences for P wave voltage and duration in all group. R wave voltage is increase in 4, 12 weeks aerobic training group (p<0.05). There is no significant differences for R wave voltage in detraining group. PR segment and interval is prolonged in 4, 12 weeks aerobic training group (especially in 4 weeks aerobic training group, p<0.05). There is no significant differences for PR segment and interval in detraining group. Ventricular repolarization time (T wave duration, QT interval) is prolonged in 4, 12 weeks aerobic training group (especially in 4 weeks aerobic training group, p<0.05). There is no significant differences for T wave duration dan QT interval in detraining group. Resting heart rate is lower in 4, 12 weeks aerobic training group (especially in 4 weeks aerobic training group, p<0.05). There is no significant differences for resting heart rate in detraining group.
Conclusion: Male Wistar rat heart electrical activity (QT interval, PR interval, T wave duration time and R wave voltage) and resting heart rate change after 4 weeks and 12 weeks aerobic training. Detraining restore that changes.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lukman Hakim
"Kebugaran jasmani merupakan unsur yang penting bagi anggota Polri termasuk anggota reserse agar selalu dalam kondisi siap untuk menjalankan tugasnya (mission ready).
Kapasitas aerobik merupakan salah satu tolok ukur utama dari Kebugaran jasmani (De Vries,1986) maupun Kapasitas kerja (Astrand, 1977).
Dari berbagai data yang ada tampak bahwa beban kerja anggota Polri di Direktorat Reserse Polda Metro Jaya cukup berat, dan diestimasikan bahwa tingkat kebugarannya kurang dengan segala resiko kesehatan yang dapat timbul.
Tujuan penelitian ini adalah secara umum untuk melihat gambaran epidemiologis mengenai kapasitas aerobik anggota Polri di Direktorat Reserse Polda Metro Jaya sedangkan tujuan khusus adalah
1) Untuk mengetahui tingkat Kebugaran jasmani anggota Polri Direktorat Reserse Polda Metro Jaya
2) Untuk melihat distribusi dari berbagai variabel antara lain variabel dependen Kapasitas aerobik, variabel independen a.l Komposisi tubuh, Kadar hemoglobin, Latihan Kebugaran jasmani, Pengetahuan tentang Kebugaran jasmani, Pandangan tentang Kebugaran jasmani dan kaitannya dengan produktifitas kerja serta Kebiasaan merokok, termasuk beberapa variabel lain yang ingin diamati .
3) Untuk melihat hubungan satu persatu dan secara serempak antara 6 variabel independen dengan variabel dependen yaitu Kapasitas aerobik.
Jenis penelitian ini adalah penelitian cross sectional dengan pendekatan korelasional, sampel adalah anggota reserse pria dari Direktorat Reserse Polda Metro Jaya .
Penelitian ini dilakukan di Polda Metro Jaya ,Jakarta Raya pada bulan November sampai Desember, 1996.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kapasitas aerobik dari sampel anggota Polri Direktorat Reserse Polda Metro Jaya sesuai metode A.strand yang bernilai kurang sampai kurang sekali adalah 85.71 % sedangkan selebihnya yaitu Cukup 11.42 % , Baik 2.85 %.
Hubungan dari 6 variabel independen secara satu persatu yang bermakna hanya ada 2 yaitu Komposisi tubuh (p 0.0001<0.1 ) dan Kadar Hemoglobin (p: 0.03 <0.1)
Dalam analisa multivariat dengan menggunakan metode multi regresi linier maka dari keenarn variabel yang dimasukkan secara bersama-sama dan setelah dilakukan metoda backward maka didapat persamaan sebagai model adalah :
y =45.646 -1.071 XI (lemak) + 1.178X2 (nilai pandangan ) dengan nilai keeratan hubungan R square: 0.253 , C.L : 90%.
Saran dari penelitian adalah berkaitan dengan penyuluhan tentang masalah Gizi kerja ,kemudian mengenai Pandangan terhadap Kebugaran jasmani. Selain itu terbuka berbagai peluang untuk meneliti lebih dalam lagi mengenai Kapasitas aerobik khususnya bagi anggota Reserse Polri dengan rancangan penelitian yang lebih akurat dan jangkauan yang lebih luas. Dimasa datang disarankan pula lebih dioptimalisasikannya status kesehatan maupun kebugaran jasmani anggota Polri dalam pernbinaan karier seorang anggota Polri .Sebagai saran lain adalah suatu pemikiran mengenai kemungkinan perlunya penambahan personil reserse baik secara kualitas dan kuantitas khususnya di Polda Metro Jaya mengingat beban kerja yang ada,kemudian perlu dibuat suatu paket program latihan kebugaran jasmani yang dapat dilakukan sendiri oleh anggota reserse dikala mereka mempunyai waktu luang.
Daftar Kepustakaan : 42 (1953-1996)

Aerobic Capacity Feature and its Related Factors of Policemen in the Crime Investigation Directorate of the Metro Jaya Regional Police 1996Physical fitness is an important component a policeman, especially a crime investigator, should have in order to stay mission ready in carrying out his task.
Aerobic capacity is one of the main parameters of physical fitness (De Vries, 1986) as well as physical work capacity (Astrand , 1977 ).
From the collected data it is obvious that the workload of Police crime investigators is heavy while it is estimated that their physical fitness is not that good with all its health risk.
The general purpose of this study is to see the epidemiologic feature of the aerobic capacity of the Policemen in the Crime Investigation Directorate of The Metro Jaya Regional Police and the specific purpose are:
1) To see the physical fitness level of the crime investigators in the Crime Investigation Directorate of The Metro Jaya Regional Police in 1996.
2) To see the distribution of various variables such as:
- The dependent variable i.e.: aerobic capacity
- The independent variables i.e.: Body composition, Hemoglobin concentration, physical fitness exercises, knowledge about physical fitness, perception on physical fitness and its relation with work productivity, smoking habit, and some other variables that are important to see.
3) To see the correlation between the above six independent variables with aerobic capacity the dependent variable, individually and simultaneously.
The design of this research is cross sectional with correlational approach, the samples are the police investigators in Crime Investigation Directorate of Metro Jaya Regional Police. This research is carried out in Jakarta Metropolitan Regional Police on November to Desember 1996.
Results of this study showed that the aerobic capacity levels of the 70 samples are: 85.71 % are low, 11.42 % are average, and 2.85 % are in good condition. In bivariate analysis two variables out of six are statistically significant, which are: the Body composition (p:0.0001 <0.1) and the Hemoglobin concentration (p: 0.03 <0.1). In linear multi regression of the 6 variables using the backward method we get a model equation:
y = 45.646 -1.071 X 1 (Body composition) + 1.178 X2 (Perception of Physical fitness).'
y = Aerobic capacity, R square = 0.253 , C.L 90 %
Based on this research there are some suggestions to improve the Aerobic Capacity condition of the police investigators in Crime Investigation Directorate of Metro Jaya Regional Police:
1. It is necessary to carry out a programmed to promote The importance of nutrition for work performance and The Right Perception of Physical fitness and its relation with productivity.
2. Further research on aerobic capacity of police criminal investigator with more accurate design and larger population should be done in the near figure.
3. It is necessary as well to optimize the role of health and physical status in career management of the personnel in general.
4. It is necessary to improve the quantity and quality especially of the crime.. investigators in Crime Investigation Directorate of Metro Jaya Regional Police because of their heavy work load.
5. It is necessary to design a Physical fitness training program, which could be done by the Crime Investigators on their own, when they have time.
References : 42 (1953-1996)
"
1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>